• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO DARI SEGI SWAMITRA KOPMISO BOGOR

Mekanisme Penyaluran Kredit Usaha Mikro Pada Swamitra Kopmiso Bogor

Kredit usaha mikro merupakan salah satu produk perbankan yang ditawarkan Bank Bukopin melalui outlet Swamitra. Produk perbankan tersebut ditujukan untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang terkendala pada kelangkaan modal usaha. Hal ini didasari atas komitmen Bank Bukopin melayani pengusaha UMKM produktif dan feasible, namun sulit mengakses kredit perbankan akibat persyaratan administrasi perbankan yang sulit dipenuhi (bankable). Pola penyaluran kredit dalam kemitraan Swamitra adalah executing, dimana Bank Bukopin menempatkan dana pinjaman atau disebut dengan Modal Tidak Tetap (MTT) pada outlet Swamitra, kemudian dana tersebut disalurkan kembali sebagai kredit usaha mikro kepada pelaku UMKM yang mudah diakses oleh Swamitra. Namun demikian, penyaluran kredit usaha mikro tetap berpedoman pada prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of Economy). Hal tersebut dimaksudkan untuk tetap menjaga aktivitas penyaluran kredit tidak terkendala oleh kredit bermasalah.

Aktivitas penyaluran kredit usaha mikro dapat dilihat pada salah satu outlet Swamitra Bogor, yakni Swamitra Kopmiso Bogor dimana Swamitra tersebut bertindak sebagai Agent Executing dalam menyalurkan kredit kepada pelaku UMKM Bogor. Pada aktivitas penyaluran kredit usaha mikro, Swamitra Kopmiso Bogor menetapkan suku bunga kredit dengan kisaran 21,6 persen hingga 24 persen per tahun. Hal tersebut didasari oleh kondisi pasar yang berlaku serta besaran jumlah kredit yang diajukan. Pada umumnya proses realisasi kredit usaha mikro di Swamitra Kopmiso Bogor membutuhkan waktu lebih kurang tujuh hari kerja. Adapun mekanisme penyaluran kredit usaha mikro pada Swamitra Kopmiso Bogor meliputi hal-hal sebagai berikut (lihat juga Lampiran 1) :

a. Pengajuan Proposal Kredit

Aktivitas penyaluran kredit usaha mikro diawali dari langkah Accounting Officer (AO) melakukan sosialisasi produk kredit Swamitra Kopmiso Bogor kepada calon debitur baru maupun debitur lama yang memiliki rencana mengajukan permohonan kredit kembali. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang baik mengenai pelayanan kredit yang diberikan oleh Swamitra. Bila produk kredit usaha mikro dikehendaki, maka calon debitur diwajibkan mengajukan surat pengajuan kredit dalam bentuk aplikasi kredit. Umumnya aplikasi kredit memberitahukan tentang latar belakang calon debitur, maksud dan tujuan melayangkan permohonan kredit, besaran kredit yang dikehendaki, jangka waktu pengembalian serta kondisi usaha calon debitur untuk menyakinkan pihak Swamitra Kopmiso Bogor Bogor merealisasikan kredit kepada debitur. Selanjutnya calon debitur juga diwajibkan melengkapi beberapa dokumen persyaratan antara lain :

1) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)

3) Fotocopy kartu keluarga 4) Fotocopy rekening listrik

5) Fotocopy data jaminan, calon debitur dapat memilih menyerahkan data jaminan sebagai berikut :

· BPKB Mobil atau Motor beserta kelengkapannya seperti Kwitansi Blanko, Faktur Kendaraan dan STNK

· Sertifikat Tanah atau Bangunan beserta kelengkapannya seperti IMB dan PBB terakhir.

Jika kelengkapan dokumen telah dipenuhi oleh calon debitur, maka pihak AO akan melanjutkan ke tahap selanjutnya. Apabila kelengkapan yang diberikan mengenai proposal kredit kurang, maka debitur diberikan waktu untuk segera mungkin melengkapi kekurangan pada proposal kredit yang diajukan.

b. Penilaian Calon Debitur

Pada tahap ini akan dilakukan survei keberadaan calon debitur berdasarkan dokumen yang diterima dari calon debitur. Hal ini dimaksudkan untuk melihat fakta yang dimiliki calon debitur apakah sesuai dengan informasi yang diberikan calon debitur. Setelah dokumen-dokumen yang diperlukan dalam permohonan kredit telah dipenuhi calon debitur, maka pihak AO dan Credit Support (BCS) akan melakukan analisis kelayakan usaha dengan melakukan survei langsung pada calon debitur meliputi :

1) penilaian karateristik calon debitur melalui wawancara langsung mengenai data aplikasi kredit yang diajukan oleh calon debitur,

2) penilaian aktivitas usaha yang dijalankan calon debitur yang tertera pada aplikasi kredit yang diajukan oleh calon debitur,

3) penilaian data jaminan yang diberikan oleh calon debitur. Pihak AO dan BCS dalam melakukan penilaian data jaminan berdasarkan pedoman besarnya nilai anggunan minimal 60 persen dari jumlah kredit yang akan direalisasikan Swamitra Kopmiso Bogor Bogor.

Aktivitas analisis kelayakan usaha dimaksudkan agar pihak AO dan BCS dapat menganalisis kelayakan usaha dan keuangan calon debitur. Kemudian pihak AO akan membuat sebuah memo yang berisikan laporan ringkas mengenai hasil survei. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pihak Swamitra untuk menilai kondisi calon debitur dan usaha yang dijalankannya.

c. Analisis Kredit Usaha Mikro

Pada tahap ini, pihak AO akan meminta BCS melakukan analisis yuridis dan analisis taksasi terhadap calon debitur. Analisis yuridis dimaksudkan sebagai penilaian pihak Swamitra agar dapat mengetahui subyek dan obyek hukum calon debitur. Sedangkan analisis taksasi merupakan penilaian pihak Swamitra atas data jaminan atau anggunan yang diberikan calon debitur terhadap harga pasar yang berlaku. Kemudian kedua hasil analisis tersebut akan diserahkan kembali kepada pihak AO untuk dibuatkan proposal pengajuan kredit. Proposal pengajuan kredit meliputi kondisi calon debitur, tujuan penggunaan kredit yang diajukan dan jumlah kredit yang dibutuhkan, hasil analisis yuridis dan analisis taksasi serta lampiran mengenai dokumen informasi calon debitur.

Hasil proposal pengajuan kredit tersebut akan diajukan pada Manajer Swamitra Kopmiso Bogor Bogor dan Pengurus Bidang (Supervisi A/O UKKM

Bank Bukopin Cabang Bogor) melalui komite kredit. Hal ini dimaksudkan agar pihak AO dapat melaporkan mengenai kelayakan calon debitur menerima kredit. Apabila hasil komite menyatakan calon debitur dianggap layak menerima kredit, maka pihak AO akan segera mempersiapkan draft SPPK mencakup jumlah kredit yang akan diterima, jangka waktu kredit dan biaya-biaya administrasi yang akan dikenakan pada calon debitur. Kemudian draft SPPK akan diberikan kepada BCS untuk dilakukan verifikasi dan melanjutkan tahap selanjutnya. Bila calon debitur dinyatakan tidak layak menerima kredit namun masih dapat diperhitungkan kembali untuk diberikan kredit maka pengurus bidang menyarankan pihak AO mengajukan revisi terhadap proposal kredit tersebut dimana melakukan kembali tahapan awal pengajuan proposal kredit. Namun bila calon debitur dinyatakan tidak layak dan tidak diperhitungkan untuk menerima kredit maka Bank Bukopin menyarankan pengurus Swamitra segera memberhentikan pengajuan kredit tersebut.

d. Akad Kredit dan Realisasi Pemberian Kredit

Tahap ini merupakan tahapan akhir dalam penyaluran kredit usaha mikro, BCS akan mempersiapkan dokumen akad kredit atau pengikatan dan segera menghubungi calon debitur untuk mengatur waktu melakukan akad kredit atau pengikatan di outlet Swamitra. Adapun proses pengikatan perjanjian kredit usaha mikro meliputi :

1. Internal (pihak Swamitra dengan calon debitur)

2. Eksternal, dimana BCS meminta dokumen pegikatan pada notaris.

Setelah calon debitur selesai menandatangani semua pengikatan perjanjian dan dokumen-dokumen pendukunganya, maka calon debitur segera ditetapkan secara resmi sebagai debitur Swamitra Kopmiso Bogor Bogor. Pihak Swamitra segera mencairkan sejumlah dana yang disepakati pada perjanjian kredit antara pihak Swamitra dengan debitur.

Kinerja Swamitra Kopmiso Bogor Dalam Penyaluran Kredit Usaha Mikro Kredit usaha mikro merupakan sebuah terobosan Bank Bukopin yang diwujudkan melalui kemitraan Swamitra, hal ini dimaksudkan untuk membantu mengembangkan sektor UMKM. Penyaluran kredit melalui Swamitra diharapkan memberi dampak positif terhadap iklim usaha di Indonesia, termasuk pada jenis usaha di pasar tradisional. Dengan demikian, perlu diketahui kinerja Swamitra dalam penyaluran kredit usaha mikro yang diukur berdasarkan beberapa kriteria, antara lain jumlah pinjaman yang direalisasikan, dana pihak ketiga yang dapat diraih, pemanfaatan Modal Tidak Tetap (MTT), jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dapat diraih dan rasio kredit bermasalah (Bad Debt Ratio). Faktor tersebut ditetapkan oleh Bank Bukopin untuk menunjukan performa Swamitra dalam aktivitas penyaluran kredit usaha mikro.

a. Jumlah Pinjaman yang Direalisasikan

Swamitra Kopmiso Bogor mulai menjalankan aktivitas pembiayaan pada Agustus 2009. Swamitra Kopmiso Bogor memfokuskan diri melayani para pengusaha mikro di Pasar Bogor, melalui realisasi kredit usaha mikro. Berdasarkan aktivitas penyaluran kredit yang berlangsung, terdapat anggaran atau

target realisasi kredit yang ditetapkan oleh Bank Bukopin Cabang Bogor. Penentuan anggaran tersebut dimaksudkan sebagai parameter kerja yang harus dicapai oleh Swamitra Kopmiso. Berdasarkan Tabel 7, Bank Bukopin Cabang Bogor telah menetapkan parameter realisasi kredit di kisaran dua miliar rupiah selama tiga tahun terakhir. Hal ini didasarkan rasa optimis yang tinggi dari Bank Bukopin Cabang Bogor bahwa Swamitra Kopmiso Bogor memiliki kemampuan besar dalam menyalurkan kredit.

Berdasarkan ktivitas penyaluran kredit yang berlangsung pada tahun 2010, Swamitra Kopmiso Bogor diberikan parameter realisasi kredit sebesar 2.049.112.000 rupiah. Jumlah tersebut menjadi parameter kerja terkecil selama tiga tahun terakhir. Penentuan parameter tersebut dipengaruhi kemampuan Swamitra Kopmiso Bogor menyalurkan kredit diperiode sebelumnya, dilihat pada kondisi sebelum bermitra dengan Bank Bukopin Cabang Bogor maupun setelah bermitra menjadi Swamitra. Namun demikian, Swamitra Kopmiso Bogor hanya mampu mencapai realisasi kredit sebesar 37,16 persen dari target yang ditentukan di awal tahun. Tidak tercapainya target realisasi kredit disebabkan banyaknya calon debitur yang masuk memiliki kriteria kurang baik, dilihat dari karakter, prospek usaha dan jaminan yang dimiliki oleh calon debitur. Hal ini mempengaruhi jumlah realisasi kredit yang tidak maksimal.

Namun demikian, kondisi tersebut tidak menggangu penilaian Bank Bukopin Cabang Bogor menentukan parameter realisasi kredit di tahun selanjutnya. Bank Bukopin Cabang Bogor menetapkan target realisasi kredit sebesar 2.561.390.000 rupiah di tahun 2011, dimana mengalami peningkatan sebesar 20 persen dari tahun sebelumnya. Hal tersebut juga dipengaruhi atas penetapan strategi Bank Bukopin Cabang Bogor, berupa peningkatan realisasi kredit wilayah Bogor di tahun 2011. Jumlah realisasi kredit yang dapat dicapai Swamitra Kopmiso Bogor sebesar 1.081.599.000 rupiah, meningkat sebesar 29,61 persen dari tahun sebelumnya serta menjadi realisasi kredit terbesar selama tiga tahun terakhir. Kondisi tersebut dipengaruhi banyaknya calon debitur masuk dalam kriteria baik sebagai debitur, dilihat segi usaha, jaminan serta pengalaman kredit yang dimiliki calon debitur dari aktivitas simpan pinjam Koperasi

Paguyuban Pedagang Mie dan Bakso Megapolitan (KOPMISO). Kemudian

terdapat faktor lain yang dimungkinkan mempengaruhi peningkatan kredit yang disalurkan, yakni adanya peningkatan permintaan produk dari konsumen pasar sehingga mendesak calon debitur Swamitra Kopmiso Bogor memperbanyak persedian produk yang diperdagangkan. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui Tabel 7. Anggaran dan Realisasi Kredit Swamitra Kopmiso Bogor di Tahun 2010-

2012 Tahun Anggaran (ribu Rp) Realisasi (ribu Rp) Pencapaian (%) 2010 2.049.112 761.390 37,16 2011 2.561.390 1.081.599 42,23 2012 2.324.000 948.829 40,83

Laju Pertumbuhan (% per tahun) 4,29 7,61 3,19

bantuan pinjaman Swamitra Kopmiso Bogor yang digunakan sebagai penyedian input produksi.

Sedangkan pada saat penelitian dilakukan di tahun 2012, Bank Bukopin Cabang Bogor menetapkan parameter realisasi kredit sebesar 2.324.000.000 rupiah, dimana menurun sebesar 10,21 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini dipengaruhi menurunnya kenyakinan Bank Bukopin Cabang Bogor terhadap kemampuan Swamitra Kopmiso Bogor, dilihat dari pengalaman dua tahun sebelumnya. Dengan demikian, Bank Bukopin Cabang Bogor perlu melakukan penyesuaian parameter kerja terhadap kemampuan Swamitra. Jumlah realisasi kredit yang mampu dicapai Swamitra Kopmiso Bogor hanya sebesar 948.829.000 rupiah, atau menurun sebesar 13,99 persen dari total realisasi kredit tahun sebelumnya. Kondisi tersebut juga menunjukan Swamitra belum mampu mencapai minimal parameter kerja sebesar 50 persen. Kondisi ini disebabkan oleh banyaknya calon debitur masuk dalam kriteria kurang baik, dilihat dari segi usaha dan jaminan.

Kemudian terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi kondisi tersebut, yakni manajemen yang kurang baik dari Swamitra Kopmiso Bogor. Hal ini dilihat dari masih terbatasnya Swamitra menyalurkan kredit kepada anggota KOPMISO yang berada di Pasar Bogor, padahal wilayah Pasar Bogor memiliki pengusaha mikro yang beragam. Hal ini didasari Swamitra sebagai langkah mengurangi risiko, dikarenakan nasabah mudah dikenal karateristiknya untuk disalurkan kredit. Dengan demikian, hasil analisis ini menunjukan bahwa Swamitra Kopmiso Bogor belum memiliki kinerja yang baik terhadap jumlah realisasi kredit kepada nasabah. Hal ini dilihat dari kondisi Swamitra Kopmiso Bogor yang belum mampu mencapai minimal persentase pencapaian sebesar 50 persen. Selain itu, juga ditambah dengan jumlah realisasi kredit yang hanya memiliki laju pertumbuhan sebesar 7,61 persen selama tiga periode waktu terakhir. Bank Bukopin Cabang Bogor perlu menganalisa kemampuan Swamitra Kopmiso Bogor dalam merealisasikan kredit. Hal ini dimaksudkan agar memiliki kemampuan yang maksimal dan meraih kinerja yang baik.

b. Dana Pihak Ketiga yang Dapat Diraih

Swamitra Kopmiso Bogor tidak hanya melayani realisasi kredit usaha mikro, namun juga melayani aktivitas penghimpunan dana dari masyarakat atau disebut Dana Pihak Ketiga (DPK). Aktivitas penghimpunan dana tersebut diwujudkan dalam bentuk simpanan dan deposito. Hal ini berhubungan dengan landasan Swamitra pada Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Simpan Pinjam. Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa Bank Bukopin Cabang Bogor telah menetapkan parameter dana pihak ketiga dalam jumlah yang terus bertumbuh selama tiga tahun terakhir. Hal ini dilihat dari parameter DPK sebesar 504.408.000 rupiah di tahun 2009 tumbuh menjadi 630.510.000 rupiah di tahun 2009. Kondisi ini dipengaruhi Bank Bukopin Cabang Bogor melihat Swamitra Kopmiso Bogor memiliki kemampuan besar menghimpun masyarakat menabung pada Swamitra.

Berdasarkan Tabel 8, juga diketahui bahwa jumlah DPK terbesar yang berhasil dihimpun oleh Swamitra Kopmiso Bogor terjadi di tahun 2011, yakni sebesar Rp 310.536.000 rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 4,66 persen dari tahun sebelumnya. Meningkatnya DPK yang berhasil dihimpun Swamitra

disebabkan tingginya antusias anggota Swamitra Kopmiso Bogor untuk menabung, dikarenakan masyarakat menyadari manfaat perolehan bunga simpanan Swamitra yang lebih kompetitif dibanding lembaga keuangan mikro lainnya dan juga keamanan dana yang disimpan pada Swamitra Kopmiso Bogor. Namun demikian, jumlah tersebut belum mencapai minimal target realisasi sebesar 50 persen. Hal ini memunculkan kesimpulan bahwa Swamitra Kopmiso Bogor belum memiliki kemampuan besar dalam menghimpun dana masyarakat di tahun 2011.

Namun pada saat penelitian dilaksanakan di tahun 2012, jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh Swamitra Kopmiso Bogor baik berupa simpanan dan deposito hanya mencapai sebesar 233.359.000 rupiah, atau menurun sebesar 31,94 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah realisasi DPK tersebut juga belum mencapai minimal target yang ditentukan di awal tahun, serta dikelompokan sebagai jumlah terkecil selama tiga tahun terakhir. Kondisi ini dipengaruhi banyaknya nasabah menarik dana yang disimpan untuk kebutuhan modal kerja, sehingga mempengaruhi jumlah simpanan secara perlahan. Berdasarkan hasil analisis ini, dapat disimpulkan bahwa Swamitra Kopmiso Bogor belum mampu memiliki kemampuan besar dalam menghimpun dana masyarakat. Hal ini dilihat dari kondisi Swamitra Kopmiso Bogor hanya mampu mencapai minimal target kerja sebesar 50 persen di tahun 2010, dan mengalami penurun persentase pencapaian pada periode selanjutnya. Kemudian ditambah dengan laju pertumbuhan DPK yang terus turun sebesar 7,43 persen per tahun. Bank Bukopin Cabang Bogor perlu menganalisa kemampuan Swamitra Kopmiso Bogor dalam menghimpun dana pihak ketiga. Hal ini dimaksudkan agar memiliki kemampuan yang maksimal dan meraih kinerja yang baik.

c. Pemanfaatan Modal Tidak Tetap

Modal Tidak Tetap (MTT) merupakan salah satu sumber modal yang dimiliki Swamitra untuk disalurkan sebagai kredit usaha mikro kepada masyarakat. MTT berasal dari modal pinjaman Bank Bukopin yang ditempatkan pada Swamitra. Berdasarkan Tabel 9 dijelaskan bahwa Bank Bukopin Cabang Bogor telah menetapkan parameter bagi Swamitra Kopmiso Bogor dalam memanfaatkan MTT. Hal ini mengacu pada besarnya realisasi kredit usaha mikro yang diberikan pada nasabah. Parameter tersebut berada dalam jumlah yang berfluktuasi selama tiga tahun terakhir. Namun demikian, parameter penggunaan MTT terbesar terjadi di tahun 2011. Hal ini dilihat dari jumlah parameter yang ditetapkan di tahun 2011 sebesar 2.644.170.000 rupiah, atau meningkat 20 persen dari jumlah anggaran tahun lalu. Kondisi tersebut dipengaruhi atas Bank Bukopin Tabel 8. Anggaran dan Realisasi Dana Pihak Ketiga Swamitra Kopmiso Bogor di

Tahun 2010-2012 Tahun Anggaran (ribu Rp) Realisasi (ribu Rp) Pencapaian (%) 2010 504.408 296.710 58,82 2011 630.510 310.536 49,25 2012 964.000 235.359 24,41

Laju Pertumbuhan (% per tahun) 24,10 -7,43 -25,41

Cabang Bogor yang masih mempercayai Swamitra Kopmiso Bogor mampu memanfaatkan MTT lebih baik lagi, meskipun di tahun sebelumnya Swamitra hanya mampu memanfaatkan MTT sebesar 29 persen dari target yang ditetapkan.

Sedangkan jumlah pemanfaatan MTT terbesar pada Swamitra Kopmiso Bogor terjadi di tahun 2011 sebesar 907.419.000 rupiah, atau meningkat sebesar 47,27 persen dari tahun sebelumnya. Kondisi tersebut dipengaruhi atas meningkatnya jumlah pinjaman yang diberikan kepada nasabah, sehingga mendorong Swamitra Kopmiso Bogor memerlukan modal dana yang besar. Namun demikian, jumlah pemanfaatan MTT pada periode tersebut belum mampu melampaui target awal yang ditetapkan oleh Swamitra Kopmiso Bogor, dimana hanya mencapai 34 persen dari target yang ditentukan di awal tahun. Hal ini disebabkan Swamitra Kopmiso Bogor lebih banyak menggunakan modal sendiri dibanding modal penyerta dari Bank Bukopin. Kondisi yang sama pun juga terjadi di tahun 2010, dimana pada periode tersebut jumlah MTT yang dimanfaatkan Swamitra Kopmiso Bogor hanya mencapai sebesar 29 persen dari target yang ditentukan. Jumlah pemanfaatan MTT tersebut juga menjadi jumlah terkecil selama tiga tahun terakhir

Namun pada saat penelitian dilaksanakan yakni di tahun 2012, terjadi penurunan target pemanfaatan MTT oleh Swamitra Kopmiso sebesar 1.165.170.00 rupiah, atau menurun 28 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya strategi penyesuaian Bank Bukopin Cabang Bogor mengenai target penggunaan MTT Swamitra Kopmiso Bogor yang belum, dilihat dari pengalaman dua tahun sebelumnya. Adanya strategi penyesuaian tersebut menyebabkan meningkatkan persentase pencapaian pemanfaatan MTT sebesar 54 persen. Namun demikian, hal tersebut tidak menyebabkan Swamitra Kopmiso Bogor mengalami peningkatan pemanfaatan MTT, melainkan menurun dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil analisis ini, dapat disimpulkan bahwa Swamitra Kopmiso Bogor memiliki kinerja cukup baik terhadap pemanfaatan MTT yang disertakan oleh Bank Bukopin. Hal ini dilihat dari pemanfaatan MTT dari Swamitra yang mampu mencapai minimal parameter kerja sebesar 50 persen. Selain itu, juga ditambah dengan laju pertumbuhan jumlah realisasi pemanfaatan MTT sebesar 8,83 persen selama tiga periode waktu terakhir. Namun demikian, Bank Bukopin Cabang Bogor masih memerlukan analisa terhadap kemampuan Swamitra Kopmiso Bogor dalam memanfaatkan dana MTT. Hal ini dimaksudkan agar memiliki kemampuan yang maksimal dan meraih kinerja yang baik.

Tabel 9. Anggaran dan Realisasi Modal Tidak Tetap Swamitra Kopmiso Bogor di Tahun 2010-2012 Tahun Anggaran (ribu Rp) Realisasi (ribu Rp) Pencapaian (%) 2010 2.115.336 616.170 29,00 2011 2.644.170 907.419 34,00 2012 1.479.000 794.337 54,00

Laju Pertumbuhan (% per tahun) -11,24 8,83 23,03

d. Jumlah Sisa Hasil Usaha yang Dapat Diraih

Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan faktor terpenting yang dipergunakan Bank Bukopin dalam menilai kinerja sebuah Swamitra. Hal ini dikarenakan SHU menggambarkan hasil akhir atau laba bersih yang berhasil diraih melalui keseluruhan aktivitas Swamitra. Berdasarkan Tabel 10 Bank Bukopin Cabang Bogor telah menetapkan parameter SHU yang harus dicapai Swamitra Kopmiso Bogor, dimana mengalami fluktuasi selama tiga tahun terakhir. Hal ini disebabkan kemampuan yang kurang baik dari Swamitra Kopmiso Bogor dalam menjalankan aktivitas pembiayaan sektor UMKM. Parameter SHU terbesar terjadi di tahun 2011, dimana Bank Bukopin Cabang Bogor memberikan target perolehan SHU sebesar 215.180.000 rupiah. Penentuan target tersebut didasari atas sejumlah pinjaman yang diberikan pada periode sebelumnya dinyakini dapat diselesaikan dan kembali dari debitur. Sedangkan parameter SHU terkecil terjadi di tahun 2012, dimana ditetapkan target perolehan SHU sebesar 22.000.000 rupiah. Hal ini dipengaruhi atas kurangnya kemampuan Swamitra Kopmiso Bogor mencapai target yang ditetapkan pada periode sebelumnya, sehingga Bank Bukopin Cabang Bogor perlu melakukan penyesuaian terhadap kemampuan Swamitra.

Namun demikian, Swamitra Kopmiso Bogor mampu menunjukan kinerja yang baik terhadap perolehan SHU. Hal ini dilihat dengan jumlah yang terus bertumbuh selama tiga tahun terakhir. Jumlah SHU terbesar yang berhasil diraih Swamitra Kopmiso Bogor terjadi di tahun 2012, dengan jumlah perolehan sebesar 74.162.000 rupiah. Meningkatnya jumlah SHU pada periode tersebut disebabkan kemampuan Swamitra Kopmiso Bogor menekan biaya operasional, menurunkan rasio kredit yang bermasalah, meningkatkan realisasi kredit usaha mikro kepada debitur hingga meningkatkan pendapatan pada aktivitas payment point. Namun demikian, perolehan tersebut dirasakan belum optimal. Hal ini dikarenakan masih terdapat penyumbang minus pada peroleh SHU, yakni biaya operasional Swamitra yang terlalu tinggi termasuk gaji karyawan, biaya bunga deposito, biaya sistem operasional hingga biaya pembinaan koperasi.

Sedangkan jumlah perolehan SHU terkecil pada Swamitra Kopmiso Bogor terjadi di tahun 2010, dengan jumlah perolehan sebesar minus 131.540.000 rupiah. Hal tersebut dipengaruhi kondisi awal Swamitra Kopmiso menjalankan usahanya, dimana Swamitra memiliki pengeluaran biaya operasional dalam jumlah yang tinggi seperti penyediaan aset Swamitra dan lain-lainya. Selain itu, masih banyak debitur yang belum mampu menyelesaikan kewajiban dan juga terjadi pelonjakan rasio kredit bermasalah pada periode tersebut. Berdasarkan hasil analisi ini, dapat disimpulkan bahwa Swamitra Kopmiso Bogor memiliki Tabel 10. Anggaran dan Realisasi Sisa Hasil Usaha Swamitra Kopmiso Bogor di

Tahun 2010-2012 Tahun Anggaran (ribu Rp) Realisasi (ribu Rp) Pencapaian (%) 2010 172.144 (131.540) -76,00 2011 215.180 4.745 2,00 2012 22.000 74.162 337,00

Laju Pertumbuhan (% per tahun) - 49,63 182,61 264,29

kinerja sangat baik terhadap perolehan SHU. Hal ini dilihat dari kondisi Swamitra yang mampu bertumbuh dalam memperoleh SHU selama tiga periode waktu terakhir, dimana Swamitra tersebut mampu mencapai persentase pencapaian terbesar yakni 337 persen di tahun 2012. Selain itu, juga ditambah dengan laju pertumbuhan jumlah perolehan SHU sebesar 182,61 persen selama tiga periode

Dokumen terkait