TINJAUAN PUSTAKA A.Pengertian Bank
C. Kinerja Perbankan
Kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Sehingga dapat
diketahui mengenai baik buruknya keadaaan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu.
Pengukuran-pengukuran yang digunakan untuk menilai kinerja tergantung pada
bagaimana unit organisasi akan dinilai dan bagaimana sasaran akan
dicapai. Sasaran yang ditetapkan pada tahap perumusan strategi dalam
sebuah proses manajemen startegi (dengan memperhatikan profitabilitas,
pangsa pasar, dan pengurangan biaya, dan berbagai ukuran lainnya) harus
betul-betul digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan selama masa
implementasi starategi (Hunger & Wheelen, 2003).
Penilaian kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Menurut peraturan BI
No.6/10/PBI/2004 dikatakan bahwa penilaian kinerja keuangan terdiri
atas:
1. Aspek Permodalan (Capital)
Kecukupan modal yang menunjukan kemampuan bank dalam
22 manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi,
dan mengontrol risiko yang timbul dan dapat berpengaruh terhadap
besarnya modal bank. Perhitungan pada aspek ini didasarkan atas
prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus
disediakan jumlah modal sebesar presentase tertentu (risk margin)
terhadap jumlah penanaman modalnya.
Perbankan wajib memenuhi kewajiban penyertaan modal
minimum, atau disebut dengan istilah CAR (Capital Adequacy
Ratio), yang dihitung dari presentase tertentu terhadap aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR) sebagaimana diatur dalam Surat
Keputusan Direksi BI No.26/20/KEP/DIR tentang kewajiban
penyedian modal minimum (CAR). Penilaian tersebut berdasarkan
CAR yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan rasio
tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) dan sesuai dengan ketentuan pemerintah, CAR
minimum harus 8%.
2. Aspek Kualitas Aset (Assets)
Adalah menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank.
Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dengan membandingkan antara aktiva produktif
yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio
23 diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah
dilaporkan secara berkala kepada bank indonesia.
Rasio yang digunakan mewakili aspek kualitas asset adalah
Non Performing Loan (NPL). NPL dijadikan variabel independen
yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat
risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio
NPL digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam megelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.
Besaran NPL yang baik adalah < 5%.
3. Aspek manajemen (Management)
Menunjukan kemampuan manajemen bank untuk
menidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko yang
timbul melalui kebijakan dan strategi bisnis untuk mencapai target.
Keberhasilan dari manajemen bank didasarkan pada penilaian dari
beberapa komponen yaitu manajemen umum, manajemen
rentabilitas, dan manajemen kualitas.
4. Aspek Likuiditas
Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan
menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Surat Edaran
BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, LDR dapat diukur
dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan
terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan
24 dikatakan bahwa bank dikatakan sehat jika memiliki LDR sebesar
85%-110%.
5. Aspek Rentabilitas/Profitabilitas (Earning)
Merupakan kemampuan bank dalam meningkatkan labanya,
dalam setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha
dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bank
yang sehat yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat.
Penilaian juga dilakukan dengan:
a) Rasio laba terhadap total aset (ROA)
Dalam penelitian kali ini ROA digunakan sebagai variabel
dependen. Alasan dipilihnya Return On Asset (ROA) sebagai
proksi profitabilitas, karena ROA digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA
merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset.
Semakin besar ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin
baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar.
Berdasarkan alasan tersebut ROA dijadikan indikator
dari kinerja profitabilitas bank dalam penelitian ini. Menurut
25 D. Profitabilitas
1. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Laba
yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupakan cerminan apakah
usaha yang dijalankan sudah efisien atau belum.
Mandala Manurung (2004:209) mendefinisikan profitabilitas
adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Menurut Dendawijaya (2001:119) rasio
profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur
tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh suatu perusahaan yang
bersangkutan.
Menurut Kasmir (2007:279), rentabilitas rasio disebut
profitabilitas usaha, dimana rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan. Sedangkan menurut Rodoni dan Ali (2010:28)
profitability ratio yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas bank adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba
26 2. Rasio-Rasio Profitabilitas/Rentabilitas
Lukman Dendawijaya (2003:119) analisis rasio rentabilitas bank
adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha
dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain
itu, rasio-rasio dlam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur
tingkat kesehatan bank.
Analisis rentabilitas/profitabilitas suatu bank dapat diukur denga
rasio-rasio sebagai berikut:
1) Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat
keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan
pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih
NPM = x 100%
Pendapatan Operasional
2) Rasio Biaya (Beban) Operasional
Rasio Biaya Operasional adalah perbandingan antara biaya
operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Biaya (Beban) Operasional
BOPO = x 100%
27 3) Return On Equity (ROE)
ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan
modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Laba Bersih
ROE = x 100%
Modal Sendiri
Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank
(baik pemegang saham sendiri maupun pemegang saham baru)
serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank
yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public).
Dengan demikian rasio ROE ini merupakan indikator yang
amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk
mengukur kemampuan kemampuan bank dalam memperoleh laba
bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan
dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang
bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut kana menyebabkan
kenaikan harga saham bank.
4) Return On Asset (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik
28 Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Laba Bersih
ROA = x 100% Total Aktiva
Perlu diketahui, bahwa dalam mementukan tingkat kesehatan
suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian
besarnya return on asset (ROA) dan tidak memasukan unsur return
on quaity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia, sebagai
pembina dan pengawas perbankan, lebih mengutamakan nilai
profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya
sebagai besar berasal dari dana simpanan masyarakat.