• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

B. Pengujian dan Pembahasan 1.Deskriptif Sampel 1.Deskriptif Sampel

Penelitian ini menggunakan 10 perusahaan sebagai sampel

penelitian. Kesepuluh perusahaan tersebut adalah

perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2006-2012. Berikut adalah daftar perusahaan yang dijadikan sampel

82 Tabel 4.2

Daftar Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan Total Aset

(Rp Juta) 1 BBCA PT. Bank Central Asia Tbk. 442.994.197 2 BNGA PT. Bank CIMB Niaga Tbk 197.412.481 3 BDMN PT. Bank Danamon Indonesia Tbk 155.791.308 4 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Tbk. 148.792.614 5 BNLI PT. Bank Permata Tbk. 131.798.595 6 BNII PT. Bank Internasional Indonesia Tbk. 115.855.514 7 NISP PT. Bank OCBC NISP Tbk. 79.141.737 8 BBKP PT. Bank Bukopin Tbk. 65.689.830 9 MEGA PT. Bank Mega Tbk. 65.219.108 10 BAEK PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk. 25.365.299

Sumber: www.idx.co.id (data diolah) 2. Deskriptif Variabel

Dalam penelitian ini, data diolah dengan menggunakan alat

bantu software EViews 7.01 yang telah teruji dengan baik dalam

menjelaskan hubungan antara variabel independen (bebas) dan

dependen (terikat) melalui regresi panel. Selain itu penelitian ini juga

menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007 untuk

mempermudah dalam mengelola data. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah profitabilitas sebagai varaibel dependen yang

diukur dengan return on asset, sementara variabel independen yang

digunakan adalah capital adequacy ratio, non performing loan, BI

rate, dan nilai tukar rupiah (kurs). Penelitian ini dilakukan dalam

rentang periode 2006-2012. Berikut ini adalah penjelasan mengenai

83 a. Return On Asset

Return On Asset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan

perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank,

rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang

dilakukan oleh bank yang bersangkutan. ROA dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Riyadi, 2006:156):

Laba Sebelum Pajak

ROA = x100%

Rata-rata Total Aset

Dalam penelitian ini, data mengenai return on asset diperoleh

dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang menjadi

sampel. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data

capital adequacy ratio dari perusahaan-perusahaan yang diteliti

periode 2006-2012.

Tabel 4.3

Data Deskriptif Return On Asset

(angka dalam persen)

Perusahaan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 BBCA 3,80 3,30 3,40 3,40 3,50 3,80 3,60 2 BNGA 2,09 2,49 1,10 2,10 2,75 2,85 3,18 3 BDMN 1,80 2,40 1,50 1,50 2,70 2,60 2,70 4 PNBN 2,78 3,14 1,75 1,78 1,76 2,02 1,96 5 BNLI 1,20 1,90 1,70 1,40 1,98 1,66 1,70 6 BNII 1,43 1,44 1,11 0,07 1,14 1,13 1,62 7 NISP 1,55 1,31 1,50 1,90 1,30 1,90 1,80 8 BBKP 1,85 1,63 1,66 1,46 1,62 1,87 1,83 9 MEGA 0,88 2,33 1,98 1,77 2,45 2,29 2,74 10 BAEK 1,62 1,87 2,26 2,21 1,78 1,49 1,02

84 Gambar 4.1

Grafik Return On Asset

Sumber: Data diolah

Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya return on

asset masing-masing bank umum swasta nasional yang terdaftar di

BEI periode 2006-2012. Pada tahun 2006, return on asset tertinggi

dimiliki oleh perusahaan PT. Bank Central Asia Tbk Dengan

presentase sebesar 3,80%, seangkan yang terendah dimiliki oleh

PT. Bank Mega Tbk dengan presentase 0,88%. Pada tahun 2007,

return on asset tertinggi dimilki oleh PT. Bank Central Asia Tbk

dengan presentase 3,30% sedangkan yang terendah dimiliki oleh

PT. Bank OCBC NISP Tbk dengan presentase 1,31%. Pada tahun

2008, return on aset tertinggi masih dimiliki oleh PT. Bank Central

Asia Tbk dengan presentase 3,40%, sedangkan yang terendah

dimiliki oleh PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan presentase 1,10%.

Pada tahun 2009, return on asset tertinggi masih dikuasai oleh PT.

Bank Central Asia Tbk dengan presentase 3,40%, sedangkan

terendah PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dengan presentase

0,07%. Pada tahun 2010, return on asset tertinggi masih dimiliki 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 BBCA BNGA BDMN PNBN BNLI BNII NISP BBKP

85 oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 3,50%,

sedangkan terendah dimilki oleh PT Bank Internasional Indonesia

Tbk dengan presentase 1,14%. Pada tahun 2011, return on asset

tertinggi masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan

presentase 3,80%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank

Internasional Indonesia dengan presentase 1,13%. Pada tahun 2012,

return on asset tertinggi masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia

dengan presentase 3,60%, sedangkan yang terendah dimilki oleh

PT Bank Ekonomi Raharja Tbk dengan presentase 1,02%.

b. Capital Adequacy Ratio

Capital Adequacy Ratio adalah rasio kewajiban pemenuhan

modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini

minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko,

ditambah Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada

kondisi bank yang bersangkutan (Riyadi, 2006:161).

Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Modal (Modal Inti + Modal Pelengkap)

CAR = x 100%

ATMR ( Aktiva Tertimbang Menurut Resiko)

Dalam penelitian ini, data mengenai capital adequacy ratio

diperoleh dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang

86 data capital adequacy ratio dari perusahaan-perusahaan yang

diteliti periode 2006-2012.

Tabel 4.4

Data Deskriptif Capital Adequacy Ratio

(angka dalam persen)

Perusahaan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 BBCA 22,10 19,20 15,80 15,30 13,50 12,70 14,20 2 BNGA 18,88 17,06 15,60 13,88 13,47 13,16 15,16 3 BDMN 20,40 20,30 15,40 20,70 16,00 17,60 18,90 4 PNBN 29,47 21,58 20,31 21,53 16,65 17,45 14,67 5 BNLI 13,50 13,30 10,80 12,10 14,05 14,07 15,86 6 BNII 23,34 19,81 18,70 14,78 12,51 11,83 12,83 7 NISP 17,07 16,15 19,00 20,50 17,60 13,80 16,50 8 BBKP 15,79 12,84 11,20 14,36 12,55 12,71 16,34 9 MEGA 15,73 11,84 16,09 18,01 15,03 11,86 16,83 10 BAEK 14,00 13,13 14,03 21,75 19,05 16,37 14,21

Sumber: Data diolah

Gambar 4.2

Grafik Capital Adequacy Ratio

Sumber: Data diolah

Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya capital

adequacy ratio bank umum swasta nasional yang terdaftar di BEI

periode 2006-2012. Pada tahun 2006, capital adequacy ratio yang

tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan

presentase sebesar 29,47%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh

PT Bank Permata Tbk dengan presentase 13,50%. Pada tahun 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 BBCA BNGA BDMN PNBN BNLI BNII NISP BBKP

87 2007, capital adequacy ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank

Pan Indonesia Tbk dengan presentase 21,58%, sedangkan yang

terendah dimiliki oleh PT Bank Mega Tbk dengan presentase

11,84%. Pada tahun 2008, capital adequacy ratio tertinggi masih

dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan presentase

20,31%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Permata

Tbk dengan presentase 10,80%. Pada tahun 2009, capital adequacy

ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank Ekonomi Raharja Tbk

dengan presentase 21,75%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh

PT Bank Permata Tbk dengan presentase 12,10%. Pada tahun

2010, capital adequacy ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank

Ekonomi Raharja Tbk dengan presentase 19,05%, sedangkan yang

terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia Tbk

dengan presentase 12,51%. Pada tahun 2011, capital adequacy

ratio tertinggi dimiliki oleh PT Bank Danamon Indonesia Tbk

dengan presentase 17,60%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT

Bank Internasional Indonesia Tbk dan PT Bank Mega Tbk dengan

presentase masing-masing 11,83% dan 11,86%. Dan pada tahun

2012, capital adequacy ratio tertinggi dimiliki oleh PT Bank

Danamon Indonesia Tbk dengan presentase 18,90%, sedangkan

terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia Tbk

88 c. Non Performing Loan

Non performing loan (NPL) atau sering disebut kredit

bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami

kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan dan atau

karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur (Winarti

Setyorini, 2012:181).

Non Performing Loan dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Kredit Bermasalah

NPL = x 100%

Total Kredit

Dalam penelitian ini, data mengenai non performing loan

diperoleh dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang

menjadi sampel. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi

data non performing loan dari perusahaan-perusahaan yang diteliti

periode 2006-2012.

Tabel 4.5

Data Deskriptif Non Performing Loan

(angka dalam persen)

No Perusahaan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 BBCA 1,30 0,80 0,60 0,70 0,60 0,50 0,40 2 BNGA 3,08 3,03 2,51 3,06 2,59 2,64 2,29 3 BDMN 3,30 2,30 2,30 4,50 3,00 2,50 2,30 4 PNBN 7,95 3,06 4,34 3,16 4,37 3,56 1,69 5 BNLI 6,40 4,60 3,50 4,00 2,65 2,04 1,37 6 BNII 5,03 2,92 3,20 2,42 3,09 2,14 1,70 7 NISP 2,49 2,53 2,60 3,10 2,00 1,30 0,90 8 BBKP 3,71 3,57 4,87 2,81 3,22 2,88 2,66 9 MEGA 1,68 1,53 1,18 1,70 0,90 0,98 2,09 10 BAEK 2,52 2,45 1,07 1,11 0,35 0,74 0,28

89 Gambar 4.3

Grafik Non Performing Loan

Sumber: Data diolah

Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya non

peforming loan bank umum swasta nasional yang terdaftar di BEI

periode 2006-2012. Pada tahun 2006, non performing loan

tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan

presentase sebesar 7,95%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh

PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 1,30%. Pada tahun

2007, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Permata

Tbk dengan presentase 4,60%, sedangkan yang terendah dimiliki

oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 0,80%. Pada

tahun 2008, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank

Bukopin Tbk dengan presentase 4,87%, sedangkan yang terendah

dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 0,60%.

Pada tahun 2009, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT

Bank Danamon Tbk dengan presentase 4,50%, sedangkan yang

terendah masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan

presentase 0,70%. Pada tahun 2010, non performing loan tertinggi 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 BBCA BNGA BDMN PNBN BNLI BNII NISP

90 dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia dengan presentase 4,37%,

sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Ekonomi Raharja

Tbk dengan presentase 0,35%. Pada tahun 2011, non performing

loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia dengan

presentase 3,56%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank

Central Asia Tbk dengan presentase 0,50%. Dan pada tahun 2012,

non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Bukopin Tbk

dengan presentase 2,66%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh

PT Bank Ekonomi Raharja Tbk.

d. BI Rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan

sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).

Dalam penelitian ini, data mengenai BI Rate diperoleh dari

data publikasi Bank Indonesia. Berikut ini disajikan tabel dan

grafik yang berisi data BI Rate periode 2006-2012.

Tabel 4.6 Data Deskriptif BI Rate

(angka dalam presentase)

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 BI Rate 9,75 8,00 9,25 6,50 6,50 6,00 5,75 Sumber: Data diolah

91 Gambar 4.4

Grafik BI Rate

Sumber: Data diolah

Pada tabel dan grafik di atas menggambarkan bahwa BI rate

cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2006 BI Rate

mengalami penurunan mancapai level 9,75% dari tahun

sebelumnya, hal ini tercermin dari laju inflasi yang menurun dan

nilai tukar rupiah yang cenderung menguat diiringi volatilitas yang

rendah, serta likuiditas yang cukup untuk memenuhi aktivitas

ekonomi. Kemudian ditahun 2007 BI Rate mengalami penurunan

mencapai 8,00% keputusan tersebut diambil karena pencapaian

target inflasi akibat dari stabilitas makro ekonomi dan sistem

keuangan yang terjaga. Dan ditahun 2008 BI Rate mengalami

kenaikan menjadi 9,25% akibat anjloknya nilai tukar rupiah serta

potensi tingginya inflasi dampak dari krisis global. Selanjutnya

akibat penurunan inflasi ditahun 2009 BI Rate mengalami

penurunan menjadi 6,50% dan BI Rate stabil ditahun 2010 hingga

2012. 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

BI Rate

BI rate

92 e. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer

dikenal denga sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation)

harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga

mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu

harga mata uang domestik dalam mata uang asing (Adiwarman

Karim, 2008:157).

Dalam penelitian ini, data mengenai Kurs diperoleh dari data

publikasi Bank Indonesia. Berikut ini disajikan tabel dan grafik

yang berisi data Kurs periode 2006-2012.

Tabel 4.7 Data Deskriptif Kurs (angka dalam rupiah)

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Kurs 9.166 9.136 9.680 10.398 9.085 8.780 9.380

Gambar 4.5 Grafik Kurs

Sumber: Data diolah

Pada tabel dan grafik di atas menggambarkan bahwa kurs

stabil. pada tahun 2006, kurs sebesar Rp 9.166, kemudian di tahun

2007 kurs mengalami penurunan sebesar Rp 9.136, pada tahun Rp0 Rp5 Rp10 Rp15 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

KURS

KURS

93 2008 kurs mengalami peningkatan menjadi Rp 9.680, dan di tahun

2009 kurs mengalami peningkatan lagi menjadi Rp 10.398.

kemudian ditahun 2010 kurs mengalami penurunan sebesar Rp

9.085, dan ditahun 2011, kurs mengalami penurunan lagi sebesar

Rp 8.780, dan di tahun 2012, kurs mengalami peningkatan sebesar

Rp 9.380.

Dokumen terkait