• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Pengisian Kuesioner:

IV. KINERJA PETANI Cara Pengisian Kuesioner:

Bacalah dengan cermat setiap pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.

Isilah titik-titik dalam kolom jawaban sesuai dengan jawaban yang disampaikan petani.

No Pernyataan Jawaban

62 Jumlah produksi/panen jagung hibrida pipilan kering dalam

satu musim tanam terakhir ………ton/ha

63 Biaya pembelian benih jagung hibrida dalam satu musim

tanam terakhir Rp………..

64 Biaya pembelian alat pertanian usahatani jagung hibrida dalam

satu musim tanam terakhir Rp………..

65 Biaya pembelian pupuk untuk usahatani jagung hibrida dalam

satu musim tanam terakhir Rp………..

66 Biaya pembelian obat-obatan usahatani jagung hibrida dalam

satu musim tanam terakhir Rp………..

67 Biaya transportasi usahatani jagung hibrida dalam satu musim

tanam terakhir Rp………..

68 Biaya tenaga kerja olah lahan untuk usahatani jagung hibrida

dalam satu musim tanam terakhir Rp………

69 Biaya tenaga kerja penanaman jagung hibrida dalam satu

musim tanam terakhir Rp………..

70 Biaya tenaga kerja penyiangan tanaman jagung hibrida satu

71 Biaya tenaga kerja penyulaman tanaman jagung hibrida dalam

satu musim tanam Rp………..

72 Biaya tenaga kerja untuk pemupukan tanaman jagung hibrida

dalam satu musim tanam terakhir Rp………..

73 Biaya tenaga kerja untuk pengairan tanaman jagung hibrida

dalam satu musim tanam terakhir Rp………..

74 Biaya tenaga kerja untuk pengendalian HPT tanaman jagung

hibrida dalam satu musim tanam terakhir Rp……….. 75 Biaya tenaga kerja untuk pemanenan hasil tanaman jagung

hibrida dalam satu musim tanam terakhir Rp……….. 76 Biaya tenaga kerja untuk pembersihan(pengikatan) hasil

tanaman jagung hibrida dalam satu musim tanam terakhir RP……… 77 Biaya tenaga kerja untuk penyortiran hasil tanaman jagung

hibrida dalam satu musim tanam terakhir Rp……… 78 Biaya tenaga kerja untuk penyimpanan hasil tanaman jagung

hibrida dalam satu musim tanam terakhir Rp……… 79 Biaya tenaga kerja untuk pengeringan tanaman jagung hibrida

dalam satu musim tanam terakhir Rp………..

80 Biaya tenaga kerja untuk pemipilan hasil tanaman jagung

hibrida dalam satu musim tanam terakhir Rp……… Total biaya dalam usahatani jagung hibrida selama satu musim

tanam terakhir Rp………..

81 Pendapatan usahatani jagung hibrida selama satu musim tanam

in Dry-land North Central Timor Regency, East Nusa Tenggara Province. Supervised by AMIRUDDIN SALEH and RICHARD W.E. LUMINTANG.

Research objectives were to study the technology adoption rate of corn hybrids by farmers in dry-land of North Central Timor Regency. Data were collected from February to May 2011 in West Insani Sub-district, North Central Timor Regency, East Nusa Tenggara Province. The research population was all corn hybrid farmers as many as 904 people in West Insani Sub-district. The sampling method used was purposive sampling. The number of samples were determined using simple random sampling, respondent study amounted 133 farmers were chosen by Slovin techniques with a research design of descriptive correlation survey. The data analysis used was descriptive statistics, and inferential statistical analysis using Spearman rank correlation test (rs). The research results showed that: (1) the mean of independent

variables of internal factors on formal education variables, non formal education, farming experience of hybrid corn, land size, and access to information was in the low category. The mean of independent variables of external factors which included access to financial capital was in the low category; (2) the farmers’ adoption of hybrid corn technology in the dry lands of North Central Timor Regency was in the medium category; (3) the performance and income of farmers in the production of hybrid corn was low. This was in line with the technological application of hybrid corn in dry land which had not yet been intensive; (4) the correlation between the independent variables of internal factors showed that in general there was no significant correlation with farmer adoption level in the technological application of hybrid corn. External variables in general such as the availability of facilities and infrastructure had a significant correlation with the farmer adoption level in the technological application of hybrid corn on dry-land; and (5) the farmer adoption level of hybrid corn technology with the performance of farmers showed that in general there showed a positive significant correlation with hybrid corn production and their income.

di Lahan Kering Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan RICHARD W.E. LUMINTANG.

Salah satu upaya peningkatan produksi dan mutu jagung di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah menghadirkan teknologi jagung hibrida dan mengefektifkan penerapannya di tingkat petani. Kondisi di tingkat petani lahan kering di Kabupaten Timor Tengah Utara cenderung masih mempertahankan pola usahatani yang diketahuinya. Hal ini diduga adanya peran faktor internal dan eksternal dalam penerapan teknologi jagung hibrida.

Secara umum, penelitian ditujukan untuk mengetahui tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering. Secara khusus bertujuan: (1) mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida; (2) menganalisis tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida; (3) menganalisis tingkat kinerja petani pada teknologi jagung hibrida; (4) menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal dengan tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida (5) menganalisis hubungan tingkat adopsi pada teknologi jagung hibrida dengan kinerja petani di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara.

Penelitian dilakukan bulan Pebruari sampai Mei 2011 di Kecamatan Insana Barat Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur. Populasi penelitian adalah semua petani jagung hibrida yang terdapat di Kecamatan Insana Barat sebanyak 904 orang dan penentuan sampel diakukan secara purposive sampling, penentuan jumlah petani contoh dilakukan secara acak sederhana atau simple random sampling, dengan menggunakan rumus Slovin petani contoh yang diperoleh petani responden sebanyak 133 orang, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Penelitian ini dengan desain survei deskriptif korelasional. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dengan menampilkan distribusi frekuensi, persentase, rataan skor dan total rataan skor, dan analisis statistik inferensial, berupa uji korelasi rank Spearman (rs)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) rataan peubah bebas faktor internal pada peubah pendidikan formal, pendidikan nonformal, pengalaman berusahatani jagung hibrida, luas lahan garapan, akses informasi berada dalam kategori rendah, sedangkan umur, jumlah anggota keluarga, dan keaktivan dalam kelompoktani berada dalam kategori sedang. Rataan peubah bebas faktor eksternal yang meliputi akses terhadap modal keuangan kategori rendah, ketersediaan sarana dan prasarana, intensitas penyuluhan, akses terhadap pasar, dan sifat inovasi berada dalam kategori sedang. (2) tingkat adopsi teknologi jagung hibrida di lahan kering Kecamatan Insana Barat berada dalam kategori sedang; (3) kinerja petani dalam produksi dan

nonformal berhubungan nyata dalam kegiatan pemupukan, pengairan dan pengendalian HPT serta jumlah anggota keluarga berhubungan nyata dalam kegiatan pemanenan. Peubah eksternal secara umum ketersediaan sarana dan prasarana berhubungan nyata dengan tingkat adopsi petani dalam penerapan teknologi jagung hibrida di lahan kering. Hal ini menunjukkan faktor eksternal di luar ketersediaan sarana dan prasarana bukan penentu tingi rendahnya tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering, intensitas penyuluhan berhubungan nyata dalam kegiatan pengairan; (5) hubungan antara tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida dengan kinerja petani menunjukkan bahwa secara umum berhubungan nyata baik pada produksi dan pendapatan usahatani jagung hibrida.

Dapat disimpulkan bahwa faktor internal dalam peubah umur berhubungan nyata dalam kegiatan pascapanen, pendidikan formal berhubungan nyata dalam kegiatan pascapanen, pendidikan nonformal berhubungan nyata dalam kegiatan pemupukan, pengairan dan pengendalian HPT serta jumlah anggota keluarga berhubungan nyata dalam kegiatan pemanenan. Peubah eksternal secara umum ketersediaan sarana dan prasarana berhubungan nyata dengan tingkat adopsi petani dalam penerapan teknologi jagung hibrida di lahan kering, intensitas penyuluhan berhubungan nyata dalam kegiatan pengairan. Tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida berhubungan nyata dengan kinerja petani di lahan kering.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan dalam bidang pertanian merupakan proses dinamis untuk meningkatkan kemampuan sektor pertanian dalam menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dengan menggerakkan segenap daya mampu masyarakat khususnya petani, modal, organisasi atau kelembagaan, teknologi dan pengetahuan untuk memanfaatkan dan sekaligus melestarikan sumberdaya alam demi kesejahteraan dan kelangsungan hidup petani dan masyarakat secara nasional. Dengan perkataan lain, pembangunan pertanian adalah suatu usaha secara sadar untuk mentransformasikan pertanian tradisional menjadi pertanian maju yang terus meningkat.

Lahan kering sebagai bagian dari pembangunan pertanian sampai saat ini menjadi salah satu penyanggah produksi tanaman pangan dan penyedia bahan baku industri. Karakteristik lahan kering dicirikan dengan permasalahan utama usahatani yaitu: erosi (terutama bila lahan miring dan tidak tertutup vegetasi secara rapat), kesuburan tanah (umumnya rendah sebagai akibat dari proses erosi yang berlanjut), dan ketersediaan air (sangat terbatas karena tergantung dari curah hujan), makin menurunnya produktivitas lahan (leveling off), tingginya variabilitas kesuburan tanah dan macam species tanaman yang ditanam, memudarnya modal sosial-ekonomi dan budaya, rendah atau tidak optimalnya adopsi teknologi maju, serta terbatasnya ketersediaan modal dan infrastruktur (Setiawan, 2008).

Upaya mengatasi berbagai pengelolaan lahan kering melalui kegiatan penelitian telah dihasilkan beberapa inovasi teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani, serta untuk mendorong partisipasi petani dalam pelestarian sumberdaya tanah dan air. Menurut Syam (2003) sistem usahatani konservasi teras bangku dan teras guludan dapat meningkatkan produktivitas usahatani dan pendapatan petani, serta dapat menurunkan laju erosi. Tingkat adopsi teknologi secara parsial cukup tinggi, khususnya teknologi pola tanam, varietas unggul, dan usaha ternak, serta upaya tindakan konservasi tanah secara vegetatif.

Namun hasil evaluasi dan analisis alternatif sistem konservasi belum memberikan informasi yang komprehensif.

Salah satu komoditi yang cocok dan banyak dikembangkan petani di lahan kering adalah tanaman jagung (Zea mays L). Jagung secara umum merupakan salah satu komoditas strategis palawija di Indonesia sebagai bahan baku pangan dan dapat digunakan juga sebagai pakan ternak serta penyedia bahan baku bioetanol. Secara nasional pada tahun 2008 luas panen 4,001,724 ha dan produksi jagung sebanyak 16,317,252 ton serta rata-rata produktivitas 40,78 kw/ha. Pada tahun 2009 luas panen 4,160,659 ha dan produksi 17,629,748 ton dengan produktivitasnya 42,37 kw/ha yang terjadi peningkatan luas panen 158,935 ha dan produksi 1,312,496 ton (BPS Nasional, 2010).

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat memantapkan program ketahanan pangan sebagai salah satu peran strategis lewat peningkatan produksi komoditi jagung di mana komoditas ini cocok dengan kondisi lingkungan lahan kering di samping sudah membudaya secara turun-temurun. Perkembangan produksi tahun 2008 luas panen sebesar 270,717 ha dan produksi jagung sebanyak 673,002 ton serta produktivitas 24,85 kw/ha. Pada tahun 2009 luas panen jagung 250,536 ha dan produksinya sebanyak 638,899 ton serta produktivitasnya 25,50 kw/ha yang mengalami penurunan luas panen sekitar 20,181 ha dengan produksi 34,103 ton dari tahun sebelumnya (BPS Provinsi NTT, 2010).

Adanya teknologi baru, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas usaha pertanian dan pendapatan petani sehingga kesejahteraan petani dan keluarganya akan terjamin. Berusahatani jagung di lahan kering membutuhkan keseriusan dan kesabaran serta harus menggunakan teknologi yang tepat serta berkaitan dengan keahlian dalam pengelolaan lahan dan teknis budidaya tanaman jagung. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produktivitas jagung adalah melalui teknologi komoditi jagung hibrida. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan peran petani bertindak atau berperilaku sesuai tingkatannya yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Kehadiran teknologi jagung hibrida di lahan kering ini dengan maksud petani disadarkan dan didorong untuk terus memantapkan ketahanan pangan yang sering rapuh baik di kalangan petani maupun masyarakat pada umumnya. Program ini menjadi acuan “NTT Jagungnisasi” dengan slogan ANGGUR MERAH (Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera). Maksud program ini tidak mengesampingkan produk jagung lokal tetapi lebih meningkatkan peran paket teknologi yang lebih bermanfaat kepada petani NTT.

Hubungannya dengan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur, di Kabupaten Timor Tengah Utara titik berat program pembangunan adalah sektor pertanian karena sebagian besar masyarakat Timor Tengah Utara masih menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut khususnya tanaman pangan yang memiliki luas lahan kering 64,635 ha dan lahan basah 9,710 ha. Pada tahun 2009 Kabupaten Timor Tengah Utara dalam berusahatani jagung mencapai luas panen 22,119 ha dengan produksi 56,744 ton pipilan kering dan produktivitasnya 25,65 kw/ha atau mengalami peningkatan 25,315 ton atau 32,86 persen dari tahun sebelumnya produksi sebanyak 31,429 ton (BPS Kabupaten TTU, 2010).

Potensi peningkatan produktivitas jagung berpeluang besar bila menanam jagung varietas unggul. Jagung varietas unggul mempunyai potensi hasil pipilan kering antara 4,5-5,7 ton/ha bahkan varietas jagung hibrida dapat mencapai lebih dari 6,0 ton/ha (Warisno, 1999). Hal ini berarti usahatani jagung hibrida masih perlu ditingkatkan pengelolaannya sehingga dapat mencapai produksi maksimal.

Syam (2003) mengatakan bahwa mengadopsi paket teknologi secara utuh, petani perlu memiliki dan mengakses modal dan bantuan tenaga kerja keluarga serta keterampilan yang memadai. Implikasi kebijakan pada tahapan perbaikan teknologi dan formulasi kebijakan perlu memperhatikan upaya untuk mendorong partisipasi masyarakat khususnya petani dalam pelestarian sumberdaya tanah dan air. Pada tahap awal, pemerintah berperan untuk meningkatkan sumberdaya manusia dan subsidi, dan pada tahap pengembangan adalah mendorong pihak swasta agar berinvestasi di lahan tersebut.

Teknologi jagung hibrida ini, dirasakan tepat sebagai upaya memacu tingkat pendapatan petani di lahan kering yang berfluktuasi produktivitasnya. Sebagai suatu inovasi, petani diharapkan dapat mengetahui, menerima dan mengadopsi inovasi tersebut. Menurut Mardikanto (2009) adopsi dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective) maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya.

Pengembangan teknologi jagung hibrida di lahan kering ternyata belum dapat diterima petani secara baik dan benar. Berbagai pembinaan maupun pendampingan bagi petani telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas atau instansi terkait serta telah menjadi agenda kegiatan setiap tahun. Fenomena ini terlihat jelas di tingkat petani Kabupaten Timor Tengah Utara sebagai target wilayah dalam pengembangan jagung hibrida sejauh ini tahapan inovasi teknologi jagung hibrida belum berjalan secara baik dan benar bahkan petani masih mempertahankan pola usahatani jagung hibrida sesuai kebiasaan (tradisional). Inovasi teknologi jagung hibrida yang telah diperkenalkan kepada petani yang tinggal di lahan kering antara lain: penentuan pilihan komoditi varietas unggul adaptif, pengolahan lahan, cara penanaman, pemupukan, penyiangan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, penanganan panen dan pascapanen secara tepat.

Mencermati fakta dari petani lahan kering di Kabupaten Timor Tengah Utara khususnya Kecamatan Insana Barat sebagai sasaran program dalam mengembangkan usahatani jagung hibrida pertama sejak tahun 2007, timbul pertanyaan mengapa petani cenderung mempertahankan macam pola teknologi usahatani jagung hibrida sesuai kebiasaan tersebut? Seperti apakah peran faktor internal dan eksternal? Seperti apa tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering?

Rogers (2003) mengatakan bahwa memperkirakan sejauh mana suatu teknologi dapat dipahami oleh penggunanya, perlu memperhatikan karakteristik teknologi tersebut baik secara intrinsik maupun ekstrinsik. Untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian sebagai upaya pembenahan-pembenahan demi kemajuan petani khususnya dan masyarakat

umumnya karena berhasil tidaknya penerapan teknologi dimaksud merupakan tanggung jawab semua pihak dan yang terpenting adalah petani sebagai pengelola yang memiliki pengalaman berusaha, kemampuan berusaha dan keterampilan manajerial perlu diketahui sehingga dapat ditingkatkan menjadi lebih optimal dan mandiri serta mempunyai kemampuan untuk menghadapi perubahan lingkungannya.

Masalah Penelitian

Di Kabupaten Timor Tengah Utara petani telah berusahatani jagung di lahan kering secara turun-temurun untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pola usaha yang dikembangkan masih berlangsung sesuai yang diketahuinya. Leewiss (2009) mengatakan bahwa suatu inovasi teknologi memiliki dimensi teknis dan sosial, untuk memberikan kontribusi terhadap inovasi tersebut perlu bekerja dalam kedua dimensi tersebut dengan menciptakan jaringan pendukung dan menegosiasikan pembenahan baru.

Program pengembangan teknologi jagung hibrida pada tahun 2007 merupakan salah satu usaha pemerintah pusat dan dengan slogan “NTT Jagungnisasi” oleh pemerintah daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur semakin memperkuat konsistensi pemerintah lewat dinas pertanian dan perkebunan dalam rangka meningkatkan pendapatan, produktivitas usaha dan selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Tiga tahun terakhir, pengembangan usahatani jagung hibrida dapat berjalan. Perkembangan kinerja petani usahatani jagung hibrida seperti terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan peserta sasaran program jagung hibrida pertama, luas tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi, tahun 2007 hingga 2009 di Kabupaten Timor Tengah Utara

Uraian Tahun

2007 2008 2009 Jumlah Petani (orang) 596 430 904

Luas tanam (ha) 339 277 526

Luas Panen (ha) 296,62 242,56 484,74 Produktivitas (kw/ha) 9,04 8,40 9,00 Produksi (ton) 268,20 206,04 436,98 Sumber: Distanbun Kabupaten TTU, 2010

Tabel 1 menunjukkan bahwa seiring dengan gencarnya pelaksanaan program pengembangan teknologi jagung hibrida, trend jumlah petani, luas panen, produktivitas dan produksi jagung hibrida perkembangannya fluktuatif yang sangat berhubungan dengan kinerja petani. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kehadiran program teknologi jagung hibrida tidak diikuti dengan adopsi inovasi teknologi jagung hibrida secara baik dan benar.

Secara ideal, adanya teknologi jagung hibrida pada wilayah tersebut seharusnya dapat ditingkatkan. Di mana, dukungan atau pemanfaatan penerapan teknologi jagung hibrida ini membutuhkan kesadaran dan kemauan petani yang terus-menerus dalam berbagai kegiatan yang diadakan, karena pada dasarnya petanilah yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam teknologi tersebut. Petani yang masih bercocok tanam secara tradisional, berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup keluarga, ditambah iklim yang tidak menentu menyebabkan masyarakat petani belum siap menghadapi perubahan yang terjadi dan cenderung menerima keadaan.

Kondisi ini mengakibatkan tatanan kehidupan bagi masyarakat dan petani khususnya belum berkembang dengan baik dan belum sejalan dengan perkembangan modernisasi dan perubahan lingkungan di sekitarnya. Hal ini diduga adanya peran secara bersama-sama dari faktor internal dan eksternal dan perlu diketahui secara jelas dalam penerapan teknologi jagung hibrida di lahan kering.

Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini diarahkan untuk mengkaji tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara. Secara spesifik penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian berikut ini:

(1) Faktor internal dan eksternal apa sajakah yang berhubungan dengan tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara?

(2) Sejauh mana tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara?

(3) Sejauh mana tingkat kinerja petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara?

(4) Sejauh mana hubungan faktor internal dan eksternal dengan tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara? (5) Sejauh mana hubungan tingkat adopsi pada teknologi jagung hibrida dengan

kinerja petani di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara?

Tujuan Penelitian

Keberhasilan program pengembangan teknologi jagung hibrida menjadi karya petani sebagai subyek pembangunan. Petani menjadi fokus perhatian dalam mempersiapkannya menjadi mandiri dan mampu menentukan nasibnya sendiri. Berbagai program pengembangan petani telah dilakukan, namun petani masih mempertahankan pola usahatani yang diketahui. Oleh karena itu, secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering.

Secara khusus tujuan penelitian adalah:

(1) Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara.

(2) Menganalisis tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara.

(3) Menganalisis tingkat kinerja petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara.

(4) Menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal dengan tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara.

(5) Menganalisis hubungan tingkat adopsi pada teknologi jagung hibrida dengan kinerja petani di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara.

Kegunaan Penelitian

Pembangunan pertanian di lahan kering membutuhkan kesabaran dan keseriusan terutama dalam meningkatkan peran petani untuk berpartisipasi memanfaatkan teknologi pertaniannya. Keberhasilan suatu teknologi sangat

ditentukan oleh adanya penyebarluasan teknologi dan pengadopsian inovasi teknologi. Penelitian tentang “Tingkat Adopsi Teknologi Jagung Hibrida oleh Petani di Lahan Kering Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur” diharapkan berguna bagi semua pihak terkait, yakni di antaranya:

(1) Sebagai bahan informasi dan penyadaran bagi petani lahan kering tentang perlunya teknologi baru sebagai pemecahan masalah pengembangan tanaman jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara.

(2) Sebagai sumbangan ide bagi pihak terkait (pemerintah) dalam merumuskan kebijakan pembangunan pertanian lahan kering, khususnya dalam usaha meningkatkan strategi adopsi petani dalam mewujudkan kinerja pengembangan teknologi jagung hibrida di Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur agar kualitas dan produktivitas dapat ditingkatkan.

(3) Secara akademis diharapkan akan memberikan perluasan wawasan bagi

Dokumen terkait