• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Penelitian

Penelitian berbentuk survei deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antar gejala (peubah) serta menganalisis hubungan antara peubah melalui pengujian hipotesis. Peubah yang diamati meliputi peubah bebas yang terdiri atas faktor internal responden yang meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, pengalaman berusahatani jagung hibrida, jumlah anggota keluarga, luas lahan garapan, akses informasi, keaktivan dalam kelompok; dan peubah bebas faktor eksternal yang meliputi ketersediaan sarana dan prasarana, akses terhadap modal keuangan, intensitas penyuluhan, akses terhadap pasar, dan sifat inovasi. Sedangkan peubah tidak bebas terdiri dari tingkat adopsi teknologi jagung hibrida dan kinerja petani.

Sesuai dengan tujuan penelitian, metode yang dikumpulkan dalam pengumpulan data adalah survei dengan menggunakan paradigma kuantitatif. Untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin dapat dilakukan melalui pengumpulan dokumen-dokumen sekunder, pengamatan dan wawancara mendalam.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian adalah Kecamatan Insana Barat Kabupaten Timor Tengah Utara. Lokasi ini dipilih karena daerah tersebut sebagai salah satu daerah sasaran program pertama dalam pengembangan teknologi jagung hibrida. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, dimulai pada bulan Pebruari sampai dengan bulan Mei 2011 di Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat yang berprofesi sebagai petani yang terlibat dalam program pengembangan teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara. Dalam penelitian ini, pemilihan lokasi penelitian pada Kecamatan Insana Barat dengan pertimbangan, karena (1) Kecamatan Insana

Barat sebagai daerah target program pengembangan teknologi jagung hibrida pertama, (2) lahan usaha jagung hibrida adalah lahan kering, (3) petani di Kecamatan Insana Barat umumnya sudah membudidayakan tanaman jagung hibrida untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Jumlah petani peserta program pengembangan teknologi jagung hibrida dari keempat desa/kelurahan dimaksud sebesar 904 orang (dalam Tabel 2).

Sampel

Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling atau penarikan sampel bertujuan memilih empat desa/kelurahan yakni Desa Subun, Desa Lapeon, Desa Letneo, dan Kelurahan Atmen yang merupakan sasaran program pengembangan teknologi jagung hibrida di lahan kering. Adapun penentuan petani responden dilakukan secara simple random sampling atau penarikan sampel acak sederhana. Pengambilan jumlah petani contoh (responden) dari keempat desa/kelurahan tersebut sebanyak 133 orang menggunakan rumus Slovin yang tersaji berikut ini:

dimana : n = Jumlah sampel N = Populasi

e = Standar error

ni = Ukuran sampel strata i Ni = Ukuran populasi strata i

Berdasarkan penggunaan rumus Slovin tersebut, dengan tingkat error yang diharapkan dalam pengambilan jumlah petani contoh (responden) dari ke empat desa tersebut adalah delapan persen (Sevilla et al., 1993). Nama desa, jumlah peserta program jagung hibrida dan jumlah sampel dapat dilihat pada Tabel 2.

N

n

= (1 + Ne2) Ni

n

i = x n N 904

n

= = 133 orang 1 + 904(0,08)2

Tabel 2 Nama kelurahan/desa, luas panen, populasi dalam teknologi jagung hibrida dan jumlah sampel di Kabupaten Timor Tengah Utara

Nama desa/ Luas panen jagung Populasi Sampel kelurahan hibrida (ha) (orang) (orang) Desa Subun 69,44 124 18 Desa Lapeon 91,80 153 22 Desa Let’neo 141 262 39 Kel. At’men 182,50 365 54 JUMLAH 484,74 904 133 Sumber: Distanbun Kabupaten TTU, 2010

Data dan Instrumentasi Penelitian Data

Berdasarkan sumbernya data yang dikumpulkan, meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang berkaitan dengan faktor internal dan eksternal responden pada teknologi jagung hibrida. Selain itu dapat dikumpulkan data dari hasil wawancara mendalam terhadap responden dan informan dengan menggunakan kuesioner dan observasi lapangan untuk memperoleh gambaran wilayah, situasi dan lokasi penelitian.

Data sekunder meliputi kondisi umum wilayah penelitian dan data yang relevan dengan penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari kantor desa atau kecamatan di lokasi penelitian, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan, Kantor BPTP Naibonat, termasuk juga data yang dihimpun dalam studi literatur.

Instrumentasi

Instrumen atau alat ukur merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan penelitian, karena dengan instrumen yang baik diperoleh data atau informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam mengukur atau mengumpulkan data penelitian peubah tingkat adopsi petani di lahan kering terhadap teknologi jagung hibrida di Kabupaten Timor Tengah Utara adalah instrumen dalam bentuk kuesioner atau bentuk angket tertutup (telah tersedia alternatif jawaban pada setiap butir angket) yang harus dijawab oleh responden. Kuesioner yang digunakan terdiri dari pertanyaan mengenai karakteristik personal responden, karakteristik eksternal atau lingkungan, pertanyaan mengenai penerapan

teknologi jagung hibrida. Di samping itu dilakukan wawancara dan pencatatan, serta pengamatan langsung di lokasi penelitian.

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu peubah atau konstruk dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasionalisasi yang diperlukan dalam mengukur peubah tersebut. Definisi operasional dapat dibuat dalam bentuk definisi operasional terukur yaitu memberikan gambaran bagaimana peubah tersebut dapat diukur (Nazir, 2005). Definisi operasional menjelaskan cara yang dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan peubah, sehingga memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mencoba untuk mengembangkan cara pengukuran peubah yang lebih baik.

Guna memperoleh keseragaman persepsi terhadap konsep yang diteliti dan dapat melakukan pengukuran terhadap peubah dengan jelas maka perlu menetapkan konsep tersebut ke dalam definisi operasional sebagai berikut :

Faktor Internal Petani

1. Umur adalah lamanya (tahun) hidup responden, diukur sejak responden dilahirkan sampai dengan wawancara dilakukan. Termasuk jenis data kuantitatif dan tergolong skala rasio.

2. Pendidikan formal adalah lamanya (tahun) responden mengeyam pendidikan formal, diukur berdasarkan lamanya responden menempuh pendidikan sekolah hingga wawancara dilakukan. Termasuk jenis data kuantitatif dan tergolong skala rasio.

3. Pendidikan nonformal adalah banyaknya pendidikan nonformal (pelatihan, sekolah lapang, dan kursus) yang pernah diikuti oleh responden satu tahun terakhir hingga wawancara dilakukan. Termasuk jenis data kualitatif dan tergolong skala ordinal. 4. Pengalaman usahatani jagung hibrida adalah lamanya (tahun) responden menekuni

usahatani jagung hibrida sampai wawancara dilakukan. Termasuk jenis data kuantitatif dan tergolong skala rasio.

5. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan petani responden. Termasuk jenis data kuantitatif dan tergolong skala rasio.

6. Luas lahan garapan adalah penguasaan lahan garapan petani diukur berdasarkan luas lahan garapan, dan status kepemilikan sebagai lahan usahatani jagung hibrida yang dikelola oleh petani.Termasuk jenis data kuantitatif dan tergolong skala rasio. 7. Akses terhadap informasi adalah banyaknya sumber informasi yang dimanfaatkan untuk akses informasi teknologi jagung hibrida selama enam bulan terakhir sampai wawancara ini dilakukan. Termasuk jenis data kuantitatif dan tergolong skala rasio.

8. Keaktivan dalam kelompok adalah tingkat partisipasi responden dalam pertemuan atau kegiatan-kegiatan kelompok yang diikuti dalam enam bulan terakhir sampai wawancara ini dilakukan. Termasuk jenis data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

Pengukuran peubah dilakukan dengan cara mengukur sejumlah indikator yang terdapat pada masing-masing peubah. Peubah, indikator dan kategori pengukuran faktor internal petani usahatani jagung hibrida tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3 Peubah, indikator dan kategori pengukuran faktor internal petani usahatani jagung hibrida

Peubah Indikator Kategori

pengukuran

Umur (X1.1) Lamanya hidup (thn) Muda

dewasa, tua

Pendidikan formal (X1.2)

Tingkat pendidikan formal yang telah diikuti petani (thn) Rendah, sedang, tinggi Pendidikan nonformal (X1.3)

Jumlah pendidikan nonformal yang pernah diikuti oleh responden selama satu tahun terakhir (kali)

Rendah, sedang, tinggi

Peubah Indikator Kategori pengukuran Pengalaman usahatani

jagung hibrida (X1.4)

Akumulasi waktu dalam melakukan usahatani jagung hibrida di lahan kering (thn) Rendah, sedang, tinggi Jumlah anggota keluarga (X1.5)

Jumlah anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan keluarga. Diukur berdasarkan banyaknya tanggungan keluarga (jiwa)

Rendah, sedang, tinggi

Luas lahan garapan (X1.6)

Luasnya lahan garapan yang dikelola petani responden untuk usahatani jagung hibrida (ha) Sempit, sedang, luas Akses terhadap informasi (X1.7)

Sumber-sumber informasi yang digunakan untuk mengakses informasi baru bagi usahatani jagung hibrida enam bulan terakhir (kali) Rendah, sedang, tinggi Keaktivan dalam kelompoktani (X1.8)

Frekuensi pertemuan dan jumlah kegiatan yang diikuti responden dalam hubungannya dengan usahatani jagung hibrida enam bualn terakhir (kali)

Rendah, sedang, tinggi

Faktor eksternal petani

1. Ketersediaan sarana dan prasarana adalah tingkat ketersediaan dan terjangkaunya bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam berusahatani jagung hibrida seperti bibit, pupuk, obat-obatan, sarana transportasi dan prasarana jalan. Termasuk jenis data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

2. Akses terhadap modal keuangan adalah adanya modal dan keterjangkauannya dari berbagai sumber (Bank, swasta dan bantuan pemerintah) yang digunakan responden dalam berusahatani jagung hibrida selama satu tahun terakhir. Termasuk jenis data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

3. Intensitas penyuluhan adalah banyaknya kehadiran atau pertemuan petani dengan penyuluh yang membicarakan usahatani jagung hibrida selama enam bulan terakhir sampai wawancara ini dilakukan. Tingkat interaksi petani, kesesuaian materi dan pemahaman terhadap materi yang dibicarakan termasuk jenis data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

4. Akses terhadap pasar adalah tersedianya pembeli hasil jagung hibrida. Termasuk data kuantitatif dan tergolong skala rasio.

5. Sifat inovasi:

a. Keuntungan relatif adalah tingkatan di mana suatu ide baru dianggap sebagai sesuatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

b. Kompatibilitas adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

c. Tingkat kemudahan (less complexity) adalah tingkat di mana suatu inovasi dapat dianggap mudah untuk dimengerti atau digunakan yang meliputi pemahaman dan kemudahan responden menerapkannya. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

d. Trialibilitas adalah suatu tingkat di mana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

e. Observabilitas adalah tingkat di mana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

Pengukuran peubah dilakukan dengan cara mengukur sejumlah indikator yang terdapat pada masing-masing peubah. Peubah, indikator dan kategori pengukuran faktor eksternal petani usahatani jagung hibrida tersaji dalam Tabel 4.

Tabel 4 Peubah, indikator dan kategori pengukuran faktor eksternal petani usahatani jagung hibrida

Peubah Indikator Kategori

pengukuran Ketersediaan sarana

dan prasarana (X2.1)

Ketersediaan benih unggul jagung hibrida Rendah, sedang, tinggi

Ketersediaan sarana pupuk Rendah, sedang, tinggi

Ketersediaan obat-obatan pengendalian HPT Rendah, sedang, tinggi

Keterjangkauan harga sarana dan prasarana transportasi

Rendah, sedang, tinggi

Ketersediaan sarana toko penyedia (buah) Rendah, sedang, tinggi

Ketersediaan sarana transportasi (buah) Rendah, sedang, tinggi

Kondisi keberadaan jalan Tanah,

sirtu, beraspal

Akses terhadap modal keuangan (X2.2)

Tingkat kemampuan petani mengakses dan memanfaatkan modal usaha dari berbagai sumber dalam satu tahun terakhir (buah)

Rendah, sedang, tinggi

Tingkat prosedur meminjam modal yang digunakan responden berdasarkan sumbernya

Sulit, sedang, mudah

Tingkat kemudahan mengembalikan modal pinjaman yang telah digunakan responden

Sulit, sedang, mudah

Peubah Indikator Kategori pengukuran Intensitas

penyuluhan (X2.3)

Frekuensi responden menemui penyuluh membicarakan usaha jagung hibrida

Rendah, sedang, tinggi

Kesesuaian materi yang dibicarakan dengan kebutuhan responden Rendah, sedang, tinggi Akses terhadap pasar (X2.4)

Ketersediaan perorangan yang mampu membeli hasil produksi

Rendah, sedang, tinggi

Keberadaan lembaga yang dapat membeli hasil produksi

Rendah, sedang, tinggi

Sifat inovasi (X2.5) Hasil yang diperoleh responden setelah

menerapkan teknologi jagung hibrida berupa jumlah dan mutu produk

Rendah, sedang, tinggi

Meliputi kesesuaian teknologi jagung hibrida dengan kebiasaan masyarakat setempat, keterampilan responden dan kebutuhan responden

Rendah, sedang, tinggi

Kemudahan responden dalam memahami teknologi jagung hibrida sehingga menerapkannya

Rendah, sedang, tinggi

Dapat dicobakan teknologi jagung hibrida dalam skala kecil dan pernah tidaknya responden sudah mencoba di lahan miliknya

Rendah, sedang, tinggi

Dapat diamati dengan melihat bukti mengenai teknologi jagung hibrida oleh responden, dan pernah tidaknya diberi contoh oleh penyuluh

Rendah, sedang, tinggi

Tingkat adopsi pada teknologi jagung hibrida

- Pemilihan varietas unggul jagung hibrida adalah upaya petani responden dalam memilih benih bermutu. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

- Pengolahan lahan adalah respons petani dalam cara olah lahan, mulai persiapan, pembukaan lahan sampai pembuatan bedengan. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

- Cara penanaman adalah respons petani dalam menerapkan penanaman jagung hibrida. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

- Pemupukan adalah respons petani melakukan pemupukan sesuai kebutuhan tanaman jagung hibrida. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal. - Penyiangan adalah respons petani dalam melakukan penyiangan tanaman jagung

hibrida sesuai kebutuhan. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal. - Pengairan adalah respons petani dalam melakukan pengairan terhadap tanaman

jagung hibrida. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

- Pengendalian HPT adalah respons petani melakukan pengendalian terhadap gejala yang timbul dan cara pengendaliannya sesuai kebutuhannya pada tanaman jagung hibrida. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

- Panen adalah respons petani dalam melakukan pemanenan yang tepat sesuai kebutuhan tanaman jagung hibrida. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

- Pascapanen adalah respons petani dalam melakukan kegiatan lanjutan setelah pemanenan. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

Pengukuran peubah dilakukan dengan cara mengukur sejumlah indikator yang terdapat pada masing-masing peubah. Peubah, indikator dan kategori pengukuran tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida tersaji dalam Tabel 5.

Tabel 5 Peubah, indikator dan kategori pengukuran tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida

Peubah Indikator Kategori

pengukuran Pemilihan varietas unggul

jagung hibrida

Penggunaan benih unggul, perlakuan benih, populasi tanaman jagung hibrida yang optimal

Rendah, sedang, tinggi

Pengolahan lahan Tanah di olah dengan gembur, dihaluskan dan dibuat bedengan

Rendah, sedang, tinggi

Peubah Indikator Kategori pengukuran Cara penanaman Cara tanam dengan penentuan jarak

tanam, pembuatan lubang tanam, penentuan jumlah benih

Rendah, sedang, tinggi

Pemupukan Pemupukan berimbang, meliputi jenis, dosis dan waktu pemberian pupuk yang tepat

Rendah, sedang, tinggi

Penyiangan Penyiangan, penjarangan tanaman, dan penyulaman secara tepat,

Rendah, sedang, tinggi

Pengairan Pengairan dapat dilakukan dengan penyiraman, pembuatan parit

Rendah, sedang, tinggi

Pengendalian HPT Pengendalian hama penyakit yang ramah lingkungan dengan melihat gejala hama/ penyakit, penyebabnya serta cara pengendaliannya

Rendah, sedang, tinggi

Panen Panen dengan memperhatikan waktu

panen yang tepat, ciri panen dan cara panen

Rendah, sedang, tinggi

Pascapanen Pascapanen meliputi pengupasan, pengikatan, penyortiran, penyimpanan hasil, pengeringan, pemipilan,

Rendah, sedang, tinggi

Kinerja petani

Kinerja petani adalah hasil kerja atau keberhasilan usahatani jagung hibrida menghasilkan produk yang berkualitas sehingga diterima oleh konsumen dan dapat memberikan keuntungan yang maksimal kepada petani. Kinerja petani diukur berdasarkan tingkat pencapaian produksi usahatani jagung hibrida yaitu hasil pipilan kering yang diperoleh dalam satuan luas panen tanaman jagung hibrida dalam satu kali musim panen. Selain itu, kinerja petani juga dapat diukur berdasarkan pendapatan usahatani jagung hibrida itu sendiri yakni sejumlah pendapatan petani

dari usahatani jagung hibrida yang diperoleh dari satu musim tanam yang diukur dalam satuan rupiah. Termasuk data kualitatif dan tergolong skala ordinal.

Pengukuran peubah dilakukan dengan cara mengukur sejumlah indikator yang terdapat pada masing-masing peubah. Peubah, indikator dan kategori pengukuran kinerja petani tersaji dalam Tabel 6.

Tabel 6 Peubah, indikator dan kategori pengukuran kinerja petani

Peubah Indikator Kategori

pengukuran Produktivitas

usahatani jagung hibrida

Jumlah produksi/ panen tanaman jagung per hektar lahan petani, diukur dalam satuan ton per hektar Rendah, sedang, tinggi Penerimaan usahatani jagung hibrida

Jumlah keuntungan dalam satu musim tanam (Rp) sama dengan pendapatan dikurangi dengan total biaya produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp)

Rendah, sedang, tinggi

Kesahihan dan Keterandalan Instrumen Kesahihan Instrumen

Uji Kesahihan (validity test)atau ketepatan alat ukur ditujukan untuk mengukur kesahihan instrumen yang digunakan mengukur apa yang ingin diukur sesuai dengan isi, konstruksi dan kriterianya (Suryabrata, 2006). Menurut Ancok (1989) teknik uji kesahihan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesahihan konstruk, yaitu menyusun tolok ukur operasional dari kerangka konsep peubah yang digunakan.

Langkah-langkah uji kesahihan instrumen yang dilakukan adalah: (a) mendefinisikan secara operasional konsep peubah yang akan diukur berdasarkan referensi literatur dan konsultasi dengan pakar atau dosen komisi pembimbing, (b) melakukan uji coba instrumen pada 30 responden yang memiliki karakteristik relatif sama dengan calon responden penelitian, (c) mempersiapkan tabel tabulasi jawaban, (d) menghitung korelasi antar setiap butir pertanyaan/pernyataan dengan skor total dengan menggunakan teknik korelasi product moment Pearson, yang rumusnya sebagai berikut:

dimana : r = Angka korelasi N = Jumlah responden

X = Skor setiap butir pertanyaan/pernyataan Y = Skor total seluruh butir pertanyaan/pernyataan

dan (e) membandingkan angka korelasi dengan angka kritik pada tabel korelasi nilai r pada taraf tertentu (1% atau 5%). Apabila angka korelasi tersebut lebih besar daripada angka pada tabel nilai r, maka butir pertanyaan/pernyataan tersebut dinyatakan sahih/valid.

Hasil uji korelasi product moment Pearson terhadap 30 orang petani jagung hibrida di Desa Usapinonot yang bukan termasuk dalam petani sampel menunjukkan nilai kesahihan seperti yang tercantum di Lampiran 1. Pernyataan untuk peubah faktor-faktor eksternal dan tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida secara umum nilai kesahihan pada taraf nyata 5 persen menunjukkan nilai yang lebih besar dari nilai kritis tabel korelasi (r tabel) = 0.374. Hasil hitungan uji kesahihan terhadap setiap butir pernyataan maupun pertanyaan menunjukkan masing-masing ada dua butir pertanyaan dan pernyataan yang tidak valid pada peubah tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering (Y1) karena koefisien validitasnya berada pada angka kritis sehingga butir-butir tersebut dapat direvisi dengan memperbaiki kata-katanya serta dipecah menjadi beberapa butir agar menjadi kesamaan pengertian.

Keterandalan Instrumen

Uji keterandalan (reliable test) adalah tingkat konsistensi suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut dapat dipercaya atau diandalkan bila dipakai berulang-ulang (Suryabrata, 2006). Alat ukur yang reliabel akan memberikan hasil yang relative konsisten dari pemakaian yang berulang-ulang.

Teknik uji keterandalan yang digunakan adalah uji koefisien reliabilitas cronbach alpha dengan rumus:

N(∑XY) – (∑X ∑Y) r =

dimana : α = Koefisien reliabilitas cronbach alpha n = Jumlah butir pertanyaan

Vi2 = Varian butir ke-i Vt2 = Varian total

Uji keterandalan instrumen dilakukan berdasarkan data hasil pretes atau uji coba kuesioner terhadap 30 responden di Desa Usapinonot Kecamatan Insana Barat Kabupaten Timor Tengah Utara. Alat ukur dinilai cukup reliabel jika nilai α ≥ 0,6 hingga mencapai angka 1,0 (Arikunto, 2006).

Hasil uji keterandalan menggunakan teknik cronbach alpha, disajikan juga dalam Lampiran 1. Pernyataan dan pertanyaan faktor eksternal menunjukkan nilai keterandalan 0.604. Artinya, pernyataan maupun pertanyaan yang digunakan pada instrumen penelitian memiliki tingkat kebenaran 60,4 persen dapat dipercaya atau terandal. Tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida menunjukkan nilai 0.718. Hal ini berarti pernyataan maupun pertanyaan yang digunakan pada instrumen penelitian memiliki tingkat kebenaran 71,8 persen sudah signifikan dan masuk dalam kategori data terandal (dapat dipercaya).

Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian karena validasi data dapat ditingkatkan jika kualitas pengambilan data juga cukup valid. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data sebagai suatu proses yang dilakukan secara sistematis dan standar untuk pengadaan data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode angket (kuesioner) yang dikirim secara tidak langsung kepada responden melalui tenaga enumerator yang dilakukan atas panduan beberapa pertanyaan dalam kuesioner tersebut.

n Vi2 α = 1 -

Data sekunder adalah data pelengkap yang dikumpulkan dengan cara mencatat segala informasi yang relevan dengan penelitian dengan mendatangi sumber informasi seperti tokoh masyarakat, kantor pemerintahan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (dinas pertanian dan perkebunan, BPTP Naibonat), daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (dinas pertanian dan perkebunan, kantor statistik, kantor kecamatan, kantor desa/kelurahan dan instansi terkait lainnya) serta laporan hasil penelitian yang relevan.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan diolah melalui tahapan editing, coding, dan tabulasi dengan interval yang dihasilkan pada masing-masing hasil pengukuran. Analisis data dengan menggunakan teknik statistik non-parametrik karena indikator- indikator yang digunakan dalam mewakili peubah diukur dalam skala ordinal. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.

Dalam penelitian ini pengolahan data menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Science) dimana data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data ini bertujuan: (1) untuk mendiskripsikan tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering menggunakan statistik deskriptif dengan menampilkan distribusi frekuensi, persentase, rataan skor dan total rataan skor, dan (2) untuk mengukur keeratan hubungan antara peubah independen terhadap peubah dependen menggunakan uji statistik inferensial, berupa uji korelasi rank Spearman (rs) dengan rumus:

dimana :

rs = Koefisien korelasi rank Spearman n = Banyaknya ukuran sampel

∑di2 = Selisih ranking antara dua variabel

setelah itu dilakukan uji signifikansi untuk menguji hipotesis penelitian pada taraf

Dokumen terkait