• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kitab-kitab Tafsir yang Bercorak Sufistik

BAB II TINJAUAN TEORETIS

E. Tafsir Sufi ( Isy±r³ )

5. Kitab-kitab Tafsir yang Bercorak Sufistik





































Terjemahnya:

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? dari keduanya keluar mutiara dan marjan.163

Dari frase al-ba¥raini ditakwil dengan ’Al³ ra. dan Fa¯³mah, al-Barzah

ditakwil dengan Mu¥ammad saw. dan al-lu’lu’ wa al-Marj±n ditakwil dengan ¦asan dan ¦usain. Takwil semacam ini hanya untuk melegitimasi konsep Imamah sekte Syi’ah.164

Lepas dari kontroversi yang mengiringi, tasawuf dan sufi telah berkonstribusi memperkaya khazanah keilmuwan Islam, seperti halnya fikih, kalam dan yang lainnya. Tasawuf telah memberikan warna khusus dalam praktik keagamaan para sufi. Dalam praktik-praktik ibadah, mereka lebih menekankan pada nilai rasa di balik semua praktik ibadah. Hal ini berimbas pada penafsiran Alquran, sehingga semakin memperkaya corak penafsiran Alquran.

5. Kitab-kitab tafsir yang bercorak sufistik

Dalam sejarah perkembangan keilmuwan Islam, khususnya di bidang tafsir, telah melahirkan ribuan bahkan jutaan karya tafsir, ada yang sangat populer dan menjadi referensi dalam kajian ilmiah di berbagai perguruan tinggi Islam di penjuru dunia, namun ada pula yang kurang populer bahkan ada yang tidak dikenal sama sekali.

163Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 774.

112

Karya-karya tafsir tersebut tersebar dengan berbagai macam bentuk dan metodologinya serta coraknya. Metode dan corak tafsir dalam konteks modern telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Tafsir yang bercorak sufistik misalnya telah menjadi perhatian manusia modern yang terkesan kehilangan spiritualitas akibat pengaruh keduniaan. Tafsir sufistik (batiniyah) dianggap dapat memberi jawaban terhadap kebutuhan masyarakat sebagai keseimbangan hidup melalui pencerahan rohani.

Kitab-kitab tafsir dan karya-karya lainnya yang bercorak sufistik, sebenarnya jumlahnya cukup banyak, namun jika mencari karya tafsir yang murni bercorak sufistik dalam menafsirkan Alquran, tidak akan ditemukan, karena kitab tafsir yang ada sekarang yang disebut-sebut sebagai tafsir bercorak sufistik, hanya pernyataan atau penilaian secara umum dari kalangan ulama yang pernah melakukan penelitian terhadan tafsir tersebut dan menemukan beberapa ayat yang ditafsirkan dengan pendekatan sufistik kemudian dikategorikanlah kitab tafsir tersebut sebagai kitab tafsir yang bercorak sufistik.

Atas dasar itulah ada beberapa kitab tafsir yang menjadi kontroversi, misalnya kitab Tafs³r R­h al-Ma’±ni oleh Syihabuddin al-Alusi, dikategorikan tafsir bercorak sufistik (al-isy±r³) dan (bi al-ra’yu) oleh Syaikh Mu¥ammad Ali al-Shobuni dalam al-Tiby±n, namun Mu¥ammad ¦usein al-ªahab³ dalam al-Tafs³r wa al-Mufasir­n, memasukkan kitab ini dalam kategori tafsir bi-al-ra’yi.

Kitab-kitab tafsir yang selama ini populer disebut-sebut masuk dalam kategori tafsir sufistik adalah:

113

a. Kitab tafsir “Tafs³r al-Qur’±n al-Kar³m,” oleh: Sahl bin ‘Abdull±h al-Tustar³165

b. Kitab tafsir “Haq±iq al-Tafs³r”, oleh: Ab­ ‘Abdurra¥m±n al-Sulam³166

c. Kitab tafsir “al-Kasf wa al-Bay±n”, oleh: A¥mad bin Ibr±h³m al-Nais±b­r³167

d. Kitab tafsir “Tafs³r Ibn ‘Arab³”, oleh: Mu¥yi al-¬³n Ibn ‘Arab³168

e. Kitab tafsir “R­h al-Ma’±ni”, oleh: Syih±b al-¬³n al-Al­s³.169

Kelima kitab tafsir yang disebutkan di atas, al-ªahab³ dalam “al-Tafs³r wa al-Mufasir­n”, memasukkan Tafs³r al-Tustar³, Tafs³r al-Sulam³, dan Tafs³r Ibn ‘Arab³ dalam kategori tafsir yang bercorak sufistik.170

Menurut Musa Syahin Lasyin, kitab-kitab tafsir sufi bisa dikategorisasikan sebagai berikut:

1) Tafsir yang hanya memuat sedikit penafsiran isyâri, sementara yang pokok dan dominan adalah penafsiran literal. Kitab tafsir yang tergolong jenis ini antara lain: Tafs³r al-Naisab­r³,171

dan Tafs³r al-Al­s³.172

Kedua

165M±n³ ‘Abd al-¦al³m Ma¥m­d, Man±hij al-Mufasir³n, h. 55-56.

166M±n³ ‘Abd al-¦al³m Ma¥m­d, Man±hij al-Mufasir³n, h. 152-154.

167M±n³ ‘Abd al-¦al³m Ma¥m­d, Man±hij al-Mufasir³n, h. 137-140.

168M±n³ ‘Abd al-¦al³m Ma¥m­d, Man±hij al-Mufasir³n, h. 247-248.

169M±n³ ‘Abd al-¦al³m Ma¥m­d, Man±hij al-Mufasir³n, h. 206-208. Lihat juga

Mu¥ammad ‘Al³ al-¢±b­n³, al-Tiby±n f³ ‘Ul­m al-Qur’±n, h. 196.

170Lihat Mu¥ammad ¦usein al-ªahab³, al-Tafs³r wa al-Mufasir­n, Jilid II, h. 632.

171Ia bernama lengkap Syaikh Niz±m al-¬in al-¦asan Mu¥ammad al-Naisab­r³ (w. 728

H). Tafsirnya bernama Gar±’ib al-Qur’±n wa Rag±’ib al-Furq±n. Tafsir ini menitik-beratkan

pembahasan pada dua hal: Pertama, tentang qir±’at dan kedua tentang tafs³r al-isy±r³. Lihat

Mu¥ammad ‘Al³ al-¢±b­n³, al-Tiby±n f³ ‘Ul­m al-Qur’±n, h. 198.

172Ia bernama lengkap Syih±b al-¬³n al-Sayyid Ma¥m­d al-Al­s³ al-Bagd±d³ (1207-1270

H), Mufti Bagdad. Tafsirnya berjudul R­h al-Ma’±n³. Tafsir ini menghimpun pendapat-pendapat

ahli ilmu dan merangkum tafsir-tafsir sebelumnya. Ia juga melakukan kritik keras terhadap isra’iliyyat dan mengulas penafsiran simbolik. Sehingga tafsirnya termasuk rujukan dalam ilmu

114

tafsir ini masih tergolong tafsir ma¥m­d (yang masih lurus), sebab tafsir

isy±r³ yang ada di dalamnya hanya sekedar kutipan ringkas yang menyertai tafsir eksoteric (literal).

2) Tafsir yang secara dominan berisi penafsiran isy±ri dan menempatkannya sebagai fokus dan tujuan utamanya.

Kategori ini bisa dibedakan lagi menjadi beberapa jenis:

a) Penafsiran simbolik memang menjadi fokus dan tujuan utamanya, namun penulisnya tetap menyinggung penafsiran eksoteric. Misalnya: Tafsir al-Tustar³.173

b) Penulisnya membatasi diri hanya pada penafsiran simbolik, tanpa menyinggung sama sekali penafsiran literal, misalnya Tafs³r al-Sulam³,174

Tafs³r al-Syir±z³175

, dan Tafsir Ibn ‘Arab³176

Dari kategorisasi tersebut, menggambarkan bahwa penafsiran sufistik telah menjadi perhatian para ulama. Ada yang memberi kriteria agar tafsir

173Ia bernama lengkap Sahl bin ‘Abdull±h al-Tustar³ (203-283 H), seorang ulama dan

imam tasawuf terkemuka. Tafsirnya bernama “Tafs³r al-Qur’±n al-‘A§³m”, namun lebih dikenal

dengan Tafs³r al-Tustar³. Tafsir ini berukuran kecil, memuat banyak isyarat-isyarat halus yang

tidak bertentangan dengan aspek literal Alquran. Lihat M±n³ ‘Abd al-¦al³m Ma¥m­d, Man±hij

al-Mufasir³n, h. 29-37.

174Ia bernama lengkap Mu¥ammad bin al-¦usain bin M­s± al-Azd³ Ab­ ‘Abdurrahm±n

al-Sulam³, dikenal sebagai “naqq±l al-¡­fiyyah” (pengutip kata-kata kaum sufi). Tafsirnya

berjudul ¦aq±’iq al-Qur’±n. Dalam kitab ini, ia sebanarnya hanya menghimpun

pendapat-pendapat kaum sufi dan menghubungkannya dengan ayat-ayat Alquran M±n³ ‘Abd al-¦al³m

Ma¥m­d, Man±hij al-Mufasir³n, h. 73-77.

175Ia bernama lengkap Ab­ Mu¥ammad al-Syir±z³. Tafsirnya berjudul ‘Ar±’is al-Bay±n f³

¦aq±’iq al-Qur’±n. Lihat M±n³ ‘Abd al-¦al³m Ma¥m­d, Man±hij al-Mufasir³n, h. 29-37.

176Kitab tafsir Ibn ‘Arab³ sesungguhnya ditulis oleh orang lain, yaitu al-Fasyani al-Bathini,

kemudian dinisbatkan pada Ibn ‘Arab³ untuk kepentingan popularitas. Lihat Mu¥ammad ‘Al³

115

sufistik dapat diterima sebagai metode tafsir, ada pula memberi penilaian dan peringkat terhadap kitab-kitab tafsir, kemudian menggolongkannya sebagai penafsiran yang baik atau penafsiran yang dapat diperpegangi. Hal ini terjadi, karena belum adanya kesepakatan dikalangan para ulama tentang kriteria epistemologi dan metode penafsiran sufistik secara umum.

Dokumen terkait