• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potret al-Gaz±l³ dan Profil I¥y± ‘Ul­m al-D³n

BAB II TINJAUAN TEORETIS

A. Potret al-Gaz±l³ dan Profil I¥y± ‘Ul­m al-D³n

Al-Gaz±l³1

lahir di Desa Gaz±la, dekat °­s, Khur±san, sekitar l0 mil dari Nisabur Persia (Iran Utara) pada tahun 450 H/1058 M. dan meninggal di kota tersebut pada tahun 505 H/1111 M, dalam usia 55 tahun. al-Gaz±l³ belajar fikih pada ulama fikih Syafi’i yakni Im±m ¦aramain al-Juwaini (w. 478 H.) di Neseri Nisabur, Persia. Al-Gaz±l³ berasal dari keluarga yang agamawan dan hidup sederhana. Ayahnya Mu¥ammad (w. 1069) adalah salah seorang yang giat mendakwakan Islam dan mendidik anaknya secara langsung.2

Al-Gaz±l³ mempunyai seorang saudara, ketika ayahnya menjelang ajal, ia berpesan kepada sahabat setianya agar kedua putranya diasuh dan disempurnakan pendidikannya. Sahabatnya segera melaksanakan wasiat ayah al-Gaz±l³. Kedua anak itu dididik dan di sekolahkan. Setelah harta pusaka

1Nama lengkapnya adalah Ab­ ¦±mid Mu¥ammad bin Mu¥ammad al-°­s³ al-Gaz±l³.

Lihat M. Abdul Mujieb, dkk., Ensiklopedia Tasawuf al-Gaz±l³ (Cet. I; Jakarta: Hikmah, 2009), h.

116-119. Lihat Juga Abd. Aziz Dahlan, (ed), Ensiklopedi Hukum Islam (Cet. 1; Jakarta: Ichtiar

Baru Van Hoeve, 1997), h. 404. Lihat juga al-Gaz±l³, Muk±syifah al-Qul­b (t.tp: D±r al-Fikr, tth.),

h. 5-6. Lihat juga al-Gaz±l³, Miz±n al-²mal (Cet. I; ttp: D±r al-Fikr al-Mi¡r, 1964), h. 7-8.

Bandingkan dengan Ibn Q±di Syuhbah, °abaq±t al-Sy±fi’iyah dalam Maktabah al-Sy±milah

(CD-ROM), Harf Information Technology Company, 2001.

2Ayah al-Gaz±l³, disamping sebagai seorang pemintal dan pedagang kain wol, juga

senantiasa mengikuti majelis-majelis pengajian yang diselenggarakan ulama. Ayah yang memiliki dua anak (al-Gaz±l³ dan A¥mad al-°­s³), masing-masing memiliki kelebihan. Al-Gaz±l³ aktif menulis/pemikir, dan al-°­si sebagai mubalig. Lihat, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,

127

peninggalan ayah mereka habis, mereka dinasehati agar meneruskan mencari ilmu semampu-mampunya.3

Al-Gaz±l³ sejak kecilnya dikenal sebagai seorang anak pencinta ilmu pengetahuan dan penggandrung mencari kebenaran yang hakiki, sekalipun diterpa duka cita, dilanda aneka rupa duka nestapa dan sengsara. Melihat kecerdasan dan kemampuan al-Gaz±l³, al-Juwaini memberinya gelar “ba¥run mugr³q” (laut yang menenggelamkan).4

Ketika Im±m ¦aramain wafat, al-Gaz±l³ kemudian pergi ke Askar dekat Naisabur untuk menemui Niz±m al-Mulk yang mempunyai majelis ulama dan ia memperoleh sambutan dan penghormatan untuk berdebat dengan para ulama berkat keluasan ilmu al-Gaz±l³. Di tengah kesibukannya mengajar di Madrasah Nizamiyah, al-Gaz±l³ tetap meluangkan waktunya untuk mempelajari ilmu lain, seperti ilmu filsafat klasik dan Yunani. Selama di Bagd±d selain mengajar, al-Gaz±l³ mengkritisi dan melakukan sanggahan terhadap pikiran-pikiran golongan Ba¯iniyah, filsafat dan lain-lainnya.5

Selama empat tahun berada di Bagd±d, al-Gaz±l³ mengalami kegundahan batin dan kegundahan tersebut diatasi dengan mulai bersikap zuhud, menjauhi masyarakat, meninggalkan gejala-gejala keangkuhan dan kemasyhuran dunia

3Lihat Muhammad Zak³ ‘Abd al-Sal±m al-Mub±rak, Al-Akhl±q ‘Inda al-Gaz±l³ (Kairo: D±r

al-Kutb al-‘Arab³, 1968), h. 83. Lihat pula Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan

Islam (Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 81.

4Ramayulis & Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta:

Ciputat Press Group, 2005), h. 3. Lihat pula Mu¥ammad Y­suf M­s±, Falsafah Akhl±q f³

al-Isl±m wa ¢ilatuh± bi al-Falsafah al-Igriqiyah (Kairo: Muassasah al-Khalqi, 1963), h. 126-127.

128

untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yakni kejernihan jiwa dan usaha untuk sampai kepada tekad Islam di tengah berbagai pendapat yang bertentangan yang menyelubungi masanya.6

Kehidupannya diliputi gelombang pemikiran yang sangat dahsyat sehingga membuatnya terombang-ambing dengan keyakinannya, sehingga terlontarlah kata-katanya yang bijak bahwa, “hingga akhirnya ia merasa dirinya tidak lagi harus memilih, tetapi harus dipaksa untuk meninggalkan Bagdad”. Kini lidahnya menjadi berat dan dirinya merasa bosan mengajar. Keadaan ini membuat hatinya sedih dan kondisi fisiknya lemah, sampai-sampai dokter putus asa mengobatinya. Para dokter mengatakan, “penyakitnya bersumber dari hati dan merembet ke tubuhnya. Penyakitnya tidak bisa diobati kecuali mengistirahatkan pikiran dari faktor-faktor yang membuatnya sakit”.7

Pada tahun 488 H., al-Gaz±l³ meninggalkan Bagd±d dan menetap di Damsyik selama 2 tahun, kemudian pindah ke Palestina pada tahun 493 H, selanjutnya pindah ke Bagd±d dan akhirnya menetap di °­s dengan melakukan kegiatan merenung, membaca, menulis dan berkonsentrasi pada tasawuf selama 10 tahun, beri’tikaf di masjid Umawi dan masjid Baitul Maqdis, menjalankan ibadah haji serta berziarah ke makam Ras­lull±h saw. di Madinah. Pada akhirnya ia kembali ke Naisabur dan mengajar di sana sampai wafat (1111 M).

6Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Bandung:

al-Ma’arif, 1980), h. 107-108

7

Abdul Fattah, Tasawuf antara al-Gaz±l³ dan Ibn Taimiyah (Cet. I; Jakarta: Khalifah,

129

Dengan melihat latar belakang kehidupan al-Gaz±l³ pada biografi singkat di atas, telah tergambar bahwa sepanjang hidupnya, ia mengisinya dengan suasana ilmiah dan mengajar.8

Al-Gaz±l³ selain sebagai pengikut mazhab syafi’iyah, ia mahir berbicara, ia juga produktif dalam menulis.

Adapun beberapa karya al-Gaz±l³ yang terkenal seperti; bidang akhlak dan tasawuf: “I¥y± ‘Ul­m D³n”, Minh±j ’²bid³n, Kimiy± Sa’±dah, al-Munqi© min al-¬al±l, dan lain-lain. Bidang fikih; al-Bas³t, al-Was³t, al-Waj³z, dan lain-lain. Bidang ushul fikih; Syif±’ al-Gal³l f³ Bay±n al-Syabah wa al-Mukh³l wa Mas±lik al-Ta’l³l. Bidang filsafat; Maq±¡id al-Fal±sifah, Ta¥±fut al-Fal±sifah.

Bidang teologi; al-Iqti¡±d f³ al-i’tiq±d,. Bidang Alquran: Jaw±hir al-Qur’±n9

Kitab “I¥y± ‘Ul­m al-D³n” adalah salah satu karyanya yang terkenal dalam perpustakaan Islam. Kitab ini lahir ketika ilmu-ilmu Islam sudah hampir terlena oleh filsafat Yunani, khusus filsafat Aristoteles yang pada waktu itu dinamai 'ul­m al-aw±il” artinya pengetahuan orang jaman purbakala (hellenisme).10

Untuk menghadapi situasi tersebut, al-Gaz±l³ mempersiapkan diri dengan memperbanyak bekal mendalami ilmu kalam, ilmu fikih dan ilmu filsafat, hingga lahirlah karya-karyanya di antaranya: I¥y± ‘Ul­m al-D³n, al-Munqi© min al-¬al±l, (pembangkit dari lembah kesesatan), Maq±¡id al-Fal±sifah (Tujuan Filosof) dan Ta¥±fut al-Fal±sifah (Kekacau-balauan para Filosof) dan lain-lain.

8Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, h. 198.

9Abd. Aziz Dahlan, (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, h. 406

10Lihat Thomas Patrick Hughes, Dictionary of Islam, Being A Cyclopaedia of the

Doctrines, rites, ceremonies and custom, together with the technical and theological terms, Of The Mu¥ammadan Religion (London: W. H. Allen & Co, 1927), s.v. Philosophy Muslim, h. 452.

130

I¥y± ‘Ul­m al-D³n sebagai objek sentral penelitian disertasi ini, maka penulis memberi gambaran bahwa pembagian kitab I¥y± ‘Ul­m al-D³n terbagi atas empat bagian (jilid) dengan pembagian perempat-perempat yang dibagi sendiri oleh al-Gaz±l³, sesuai pernyatannya pada bagian awal I¥y± ‘Ul­m al-D³n

dengan mengatakan: عﺎﺑرأ ﺔﻌﺑرأ ﻰﻠﻋ ﮫﺘﺴﺳأ ﺪﻗ.11

Sesungguhnya saya asaskan “I¥y± ‘Ul­m al-D³n” atas empat bagian dengan perempat-perempat.

Pada tahun 489 H., al-Gaz±l³ masuk kota Damaskus, kemudian menziarahi Baitul Maqdis, dan kembali ke Damaskus beri’tikaf di menara Barat masjid Jami’ Damaskus. Al-Gaz±l³ banyak duduk di pojok tempat Syaikh Na¡r bin Ibr±him al-Maqdis³ di masjid Jami’ Umawi (sekarang dinamai al-Gaz±l³yah). Melatih jiwa dan mengenakan pakaian para ahli ibadah. Al-Gaz±l³ tinggal di Syam sekitar 10 tahun dan menyimak kitab “¤ah³h al-Bukh±r³” dari Ab­ Sahl Mu¥ammad bin ‘Ubaidill±h al-Haf¡³ 12

Di sanalah ia menulis kitab I¥y± ‘Ul­m al-D³n, danbeberapa karyanya yang lain.

Disamping mendapat banyak pujian, kitab I¥y± ‘Ul­m al-D³n juga mendapat banyak kritikan tajam, hingga terjadi kontroversi terhadap kitab I¥y± ‘Ul­m al-D³n. Selanjutnya kitab I¥y± ‘Ul­m al-D³n diterjemahkan pertama kalinya ke dalam Bahasa Indonesia secara sistematis oleh Tengku H. Ismail Yakub MA., SH pada 10 Rab³'ul ²khir 1383 H/30 Agustus 1963 M di Medan yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat termasuk Menteri Agama

11Lihat Al-Im±m Ab³ ¦±mid Mu¥ammad bin Mu¥ammad al-Gaz±l³, I¥y± ‘Ul­m al-D³n,

Jilid I, h. 3.

12Lihat Al-ªahab³, S³r A’l±m al-Nubal± dalam Maktabah al-Syamilah (CD-ROM) Harf

131

Bapak K. H. Saifuddin Zuhri dan Dr. H. A. Malik Karim Amrullah (Hamka) pada saat itu.13

Kitab I¥y± ‘Ul­m al-D³n terbagi dalam beberapa jilid yang di dalamnya terdapat berbagai kitab dan bab. Hingga sampai sekarang ini, yakni terbitan dalam terjemah bahasa Indonesia berjumlah sembilan jilid.

Profil “I¥y± ‘Ul­m al-D³n” dalam bentuk skema

13Diterbitkan oleh CV. Asy-Syifa’ Semarang, 2008 dengan Alih Bahasa: Muh. Zuhri,

Muqoffin Mochtar Muqorrabin Misbah.

Kitab

I¥y± ‘Ul­m al-D³n

Perilaku Tercela/akhlak (Konsep Keburukan) (Jilid III) Ibadah/fikih (Pengamalan ilmu) (Jilid I) Sifat terpuji/ budi pekerti (Konsep Keselamatan) (Jilid IV) Adab/akhlak (Pergaulan manusia) (Jilid II) Amalan-Amalan Batin/hati Amalan Anggota Tubuh/jasmani

132

Dokumen terkait