Amoeba penyebab ensefalitis adalah amoeba naegleria dan acanthamoeba, keduanya ditemukan di air dan dapat masuk melalui mukosa mulut saat berenang.
e. Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binnatang yang terkena rabies setelah masa inkubasi yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
f. Jamur
Jamur yang dapat menyebabkan ensefalitis adalah fungus blastomyces dermatitihis, biasanya menyerang pria yang bekerja diluar rumah. Tempat masuknya melalui paru-paru atau lesi pada kulit.(Tarwoto,2007)
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari piema yang berasal dari radang, abses di dalam paru, bronkiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis.
Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses.
Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.
• Manifestasi Klinis
Secara umum gejala yang timbul dapat berupa trias ensefalitis seperti : 1)Demam.
2)Kejang.
3)Kesadaran menurun.
4)Bila ensefalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, dan kesadaran menurun.
5)Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.
6)Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses.
b. Ensefalitis Siphylis
• Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistem limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat.
Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain susunan saraf pusat.
• Manifestasi Klinis
Adapun gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu : - Gejala-gejala neurologisa
a. Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan.
b. Afasia c. Apraksia d. Hemianopsia
e. Penurunan kesadaran f. Pupil Agryll-Robertson
g. Nervus opticus dapat mengalami atrofi
h. Pada stadium akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang bersifat progresif.
- Gejala-gejala mental
a. Timbulnya proses dimensia yang progresif
b. Intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja
c. Daya konsentrasi mundur.
d. Daya ingat berkurang.
e. Daya pengkajian terganggu.
c. Ensefalitis Virus
Adapun virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia adalah sebagai berikut :
• Virus RNA
a. Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili.
b. Rabdovirus : virus rabies.
c. Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue).
d. Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A, B, echovirus).
e. Arenavirus: virus koriomeningitis limfositoria.
• Virus DNA
a. Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus, virus Epstein-barr Poxvirus : variola, vaksinia.
b. Retrovirus: AIDS.
• Manifestai Klinis a. Demam.
b. Nyeri kepala c. Vertigo.
d. Nyeri badan.
e. Nausea.
f. Kesadaran menurun.
f. Komplikasi
Komplikasi pada ensefalitis berupa : a. Retardasi mental
b. Iritabel
c. Gangguan motorik d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil f. Sulit tidur
g. Halusinasi h. Enuresis
i. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan sosial lain g. Penatalaksanaan Fisioterapi
Penanganan kasus enchepalitis bersifat holistik. Pada tahap akut, penderita enchepalitis akan diberi terapi obat sesuai dengan penyebab, antara lain:
pemberian antibiotik, antifungi, antiparasit,antivirus dan pengobatan simptomatis berupa pemberian analgetik antipiretik serta antikonvulsi. Sedangkan fisioterapi biasanya akan diberikan untuk menangani gross motor problem saat memasuki tahapan longer term care atau perawatan lebih lanjut.
Manifestasi klinis pada anak dengan Enchepalitis berupa gangguan tumbuh kembang. Sehingga intervensi fisoterapis akan bertujuan untuk:
Mencapai pola pergerakan, melalui:
• Relaksasi otot
• Meningkatkan koordinasi otot
• Mengembangkan control volunteer otot
Mencegah deformitas, melalui:
• Daily passive stretching
• Postur yang baik
Dasar penatalaksanaan fisioterapis sesuai dengan tingkat perkembangan neurologis anak (child neurodevelopment level), diantaranya dengan teknik:
• BOBATH atau NDT (Neuro Developmental Treatment)
Merupakan pendekatan problem-solving termasuk manajemen disfungsi gerak dan assessment masng-masing individu dengan memperhatikan patofisiologi dan central nervous system.
Prinsip metode BOBATH: mengembangkan kapasitas fisik sisi yang lumpuh agar dapat dipakai untuk berfungsi kembali dengan inhibisi, fasilitasi, stimulasi, dan key point of control.
- Inhibisi
Digunakan untuk mengurangi bentuk-bentuk aktivitas refleks, refleks asosiasi, dan mengatasi tonus postural yang abnormal.
- Fasilitasi
Untuk mencapai gambaran tonus postural yang normal untuk bergerak, membangun reaksi righting dan equilibrium, membangun pattern gerakan fundamental yang lebih kea rah aktivitas yang terampil, berfungsi, dan bertujuan.
- Stimulasi
Biasanya digunakan pada kasus flaccid.Teknik berupa kompresi, tapping, dan stroking.
- Key Point of Control
Merupakan cara mengontrol dengan menggunakan beberapa bagian yang akan digunakan untuk handling oleh terapis, untuk menormalkan tonus postural, dan membimbing ke arah gerakan yang aktif dan normal.
• PNF (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation)
Merupakan penguatan secara global, stabilisasi, dan relaksasi dengan menggunakan basis principle tersendiri dan beberapa teknik fasilitasi yang spesifik.
Metode PNF ini sulit dilakukan untuk anak-anak, karena membutuhkan interaksi secara aktif antara pasien dan fisioterapis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anisa R., 2003. Parkinson. http://www.neurologychannel.com /parkinsonsdisease. 3 Juni 2008.
2. A. Price,Sylvia. M.Wilson,Lorraine. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995.
3. Brust JCM. Current Diagnosis & Treatment in Neurology. Lange Medical Books / McGraw-Hill Medical Publishing Division. ISBN 13:978-0-07-1105554-5.
4. Chusid,J.G. Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional.Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.Bagian Dua. 1990. Hal. 579-583
5. Delen E, Sahin S, Aydin HE, Atkinci AT, Arsiantas A. Degenerative Spine Diseases Causing Cauda Equina Syndrome. World Spinal Column Journal.2015;6:3.
6. Dick, F.D. et al. 2007. Environmental Risk Factors for Parkinson’s Disease and Parkinsonism: the Geoparkinson Study on Behalf of the Geoparkinson Study Group. Occup Environ Med. 64:666–672.
7. Frenkel’s Exercise. Available at : http://ipuy-fullmoon.blogspot.com/2009/07/frenkels-exercise.html.
8. Informasi tentang Kanker Otak dalam hhttttpp:/:///wwwww.w.mmeedidiccaaststoorree.c.comom dikutip tanggal 25 Oktober 2011
9. Irfan M. Fisioterapi pada Parkinson’s Disease. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2010 10. Lee JM. Prosedur-prosedur Termal, Listrik dan Manipulatif. Dalam: Segi
Praktis Fisioterapi. Edisi kedua. Jakarta: Binarupa Aksara. 1990.
11. Lewis P. Rowland, 2000. Merritt’s Neurology 10th Edition. Parkinsonism: Stanley Fahn and Serge Przedborski
12. Liao L. Evaluation and Management of Neurogenic Bladder. International Journal of Molecular Science.2015;16. ISSN 1422- 0067.doi:
10.3390/ijms160818580
13. Liporace J. Neurology Crash Course Neurology. Elsevier Mosby Inc. ISBN-13 : 978-1-4160-2962-5.
14. Mardjono,Mahar dan Sidarta,Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2003. Hal. 313-314, 421, 327-333.
15. Mardjono,Mahar. Sidarta ,Priguna. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum.
Jakarta: Dian Rakyat. 1999. Hal. 36-40.
16. Markam,Soemarmo. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gajah Madah University Press. Edisi Ke Dua.2003. Hal.155-162.
17. Mansjoer,Arif. Suprohaita. Wardhani,Wahyu Ika. Setiowulan,Wiwiek. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 2. Edisi Ketiga. 2000. Hal.14-16.
18. Maurice Victor, Allan H. Ropper, Raymond D, 2000. Adams & Victor’s Principles Of Neurology 7th edition. Parkinson Disease (Paralysis Agitans).
19. Mansjoer ,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,edisi 2 jilid 3.
Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
20. No name. 2009. Tumor Otak. Referat. (referat.blogspot.com, 30 September 2009) 3. No name. 2009. Tumor Otak. Medicastore. (www.medicastore.com, 30 September 2009).
21. Penatalaksanaan Terapi Latihan. Blog ortotis prostetis. Available at
http://ortotik-prostetik.blogspot.com/2009/02/penatalaksanaan-terapilatihanpada.html
22. Physical Therapy in Parkinson’s Disease. Available at:
http://www.emedicine.com
23. Rully, Afida. 2012. AskepEnsefalitis Pada Anak.
[http://keperawatananakafidaruly.blogspot.com/2012/10/askep-ensefalitis-pada-anak.html]
24. Ropper AH, Samuels MA. Adams and Victors’s Principles of Neurology Nine Edition. Mc Graw Hill Inc. New York. ISBN : 978-0-07-149992-7.
25. Samuels MA, Ropper AH. Samules ‘s Manual of Neurologic Therapeutics Nine Edition. Lippincot Williams & Wilkins. ISBN : 978-1- 60547-575-2.
26. Sobha S. Rao, M.D., Laura A. Hofmann, M.D., and Amer Shakil, M.D.,
“Parkinson’s Disease: Diagnosis and Treatment”,http://www.aafp.org/afp/
20061215/2046.html, 15 Desember 2006.
27. Tarwoto, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Sagung Seto.
28. Teixeira LJ. Soares BGDO, Vieira VP. Physical therapy for Parkinson’s Disease. The Cochrane Collaboration. 2007. 2: 1-5.
29. Terapi deep brain stimulation bantu kendalikan Parkinson’s Disease.
2007.http://www.medicastore.com/med/index.php?id=&iddtl=&idktg=&idobat=&UI D=20080527174540125.163.140.209
30. World Health Organization. Department of Measurement and Health Information. December 2004. Estimated total deaths (2000), by cause and WHO Member State, 2002.