• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LELANG EKSEKUSI

A. Lelang

5. Klasifikasi Lelang

Jenis Lelang dibedakan berdasarkan sebab barang dijual dan penjual dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang. Sifat lelang ditinjau dari sudut sebab barang dilelang dibedakan antara lelang eksekusi dan lelang non eksekusi. Sifat lelang ditinjau dari sudut penjualan dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang, dibedakan antara lelang yang sifatnya wajib, yang menurut peraturan perundang-undangan wajib melalui Kantor Lelang dan lelang yang sifatnya sukarela atas permintaan masyarakat.34

a. Lelang Eksekusi

Pasal 1 angka 2 dan 3 Kep. Menkeu No. 304/KMK 01/2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, sebagaimana diubah dengan Kep. Menkeu No. 450/KMK 01/2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang mengklasifikasikan lelang menjadi:

Jenis lelang ini merupakan penjualan umum untuk melaksanakan atau mengeksekusi putusan atau penetapan Pengadilan atau dokumen yang dipersamakan dengan putusan Pengadilan, seperti Hypotheek, Hak Tanggungan, atau Jaminan Fidusia.

33 S. Mantayborbir, Iman Jauhari, Op.Cit, hal. 10-11. 34 Purnama Tioria Sianturi, Op. Cit, hal. 56.

Jenis atau bentuk lelang inilah yang dimaksudkan Pasal 200 ayat (1) HIR/Pasal 215 RBg:

1) penjualan di muka umum barang milik tergugat (tereksekusi) yang disita Pengadilan Negeri;

2) penjualan dilakukan Pengadilan Negeri melalui perantaraan Kantor Lelang.

Jadi, khusus lelang barang sitaan berdasarkan putusan Pengadilan, disebut “lelang eksekusi”. Termasuk juga ke dalamnya dokumen yang disamakan dengan putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, seperti Sertifikat Hak Tanggungan dan Jaminan Fidusia.

Syarat pokok yang melekat pada lelang eksekusi berdasarkan Pasal 200 ayat (1) HIR/RBg, eksekusi didahului dengan sita eksekusi (executoriaal beslag). Dengan demikian, penjualan itu dilakukan terhadap barang tergugat yang telah diletakkan di bawah penyitaan (executoriaal beslag).35

1) Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)

Lelang yang Bersifat Eksekusi dan Wajib dibagi menjadi:

Lelang eksekusi PUPN adalah pelayanan lelang yang diberikan kepada PUPN/ BUPLN dalam rangka proses penyelesaian pengurusan piutang negara atas barang jaminan/sitaan milik penanggung hutang yang tidak membayar hutangnya kepada negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang PUPN.

35 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permaslahan Eksekusi Bidang Perdata Edisi

2) Lelang Eksekusi Pengadilan Negeri (selanjutnya disebut sebagai PN)/Pengadilan Agama (selanjutnya disebut sebagai PA)

Lelang Eksekusi PN/PA adalah lelang yang diminta oleh panitera PN/PA untuk melaksanakan keputusan hakim Pengadilan yang telah berkekuatan pasti, khususnya dalam rangka perdata, termasuk lelang Hak Tanggungan, yang oleh pemegang Hak Tanggungan telah diminta fiat eksekusi kepada ketua Pengadilan.

3) Lelang barang temuan dan sitaan, rampasan kejaksaan/penyidik

Lelang barang temuan dan sitaan, rampasan kejaksaan/penyidik adalah lelang yang dilaksanakan terhadap barang temuan dan lelang dalam kerangka acara pidana sebagaimana diatur dalam KUHAP No. 8 Tahun 1981 yang antara lain meliputi lelang eksekusi barang yang telah diputus dirampas untuk negara, termasuk dalam kaitan itu adalah lelang eksekusi. Pasal 45 KUHAP No. 8 Tahun 1981 yaitu lelang barang bukti yang mudah rusak, busuk dan memerlukan biaya penyimpanan tinggi.

4) Lelang Sita Pajak

Lelang Sita Pajak adalah lelang atas sitaan pajak sebagai tindak lanjut penagihan piutang pajak kepada negara baik pajak pusat maupun pajak daerah. Dasar hukum dari pelaksanaan lelang ini adalah Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

5) Lelang Eksekusi Barang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Barang Tak Bertuan).

Lelang Barang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat diadakan terhadap barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai Negara dan barang yang menjadi milik Negara. Direktorat Bea dan Cukai telah mengelompokkan barang menjadi tiga, yaitu barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai Negara dan barang yang menjadi milik Negara. Lelang barang tak bertuan dimaksudkan untuk menyebut lelang yang dilakukan terhadap barang yang dalam jangka waktu yang ditentukan tidak dibayar bea masuknya.

6) Lelang Eksekusi Pasal 6 UUHT No. 4 Tahun 1996

Lelang eksekusi yang dilakukan berdasarkan Pasal 6 UUHT No. 4 Tahun 1996, yang memberikan hak kepada pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual sendiri secara lelang terhadap objek Hak Tanggungan apabila cedera janji.36

Penjelasan Pasal 6 UUHT No. 4 Tahun 1996, disebutkan hak untuk menjual Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan yang diutamakan yang dipunyai pemegang

Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan didasarkan Pasal 6 UUHT No. 4 Tahun 1996 sebenarnya masih banyak dipertanyakan dalam praktek. Pasal 6 UUHT No. 4 Tahun 1996 mengatur, apabila debitur cedera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

Hak Tanggungan atau pemegang Hak Tanggungan dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak Tanggungan. Pasal 6 UUHT No. 4 Tahun 1996 mengingatkan kita pada Pasal 1178 ayat (2) KUHPerdata. Pasal 1178 ayat (2) KUHPerdata menentukan bahwa:

Kepada siberpiutang diperkenankan Hypotheek pertama, untuk pada waktu diberikannya Hypotheek, dengan tegas minta diperjanjikan bahwa jika uang pokok tidak dilunasi semestinya atau jika bunga yang terhutang tidak dibayar, ia secara mutlak akan dikuasakan menjual persil yang diperikatkan di muka umum untuk mengambil pelunasan uang pokok maupun bunga serta biaya, dari pendapatan penjualan itu. Janji itu harus dibukukan dalam register umum, sedangkan penjualan lelang harus dilakukan menurut cara sebagaimana diatur dalam Pasal 1211 KUHPerdata.

Pasal 6 UUHT No. 4 Tahun1996 diperbandingkan dengan Pasal 1178 ayat (2) KUHPerdata, maka dapat dikatakan menurut Pasal 1178 ayat (2) KUHPerdata, kewenangan untuk menjual atas kekuasaan sendiri ada bila diperjanjikan, tetapi menurut Pasal 6 UUHT No. 4 Tahun 1996, Kewenangan menjual atas kekuasaan sendiri sudah dengan sendirinya menjadi bagian dari Hak Tanggungan.

Peraturan mengenai eksekusi Hypotheek yang diatur dalam Pasal 224 HIR dan Pasal 258 RBg, berlaku terhadap eksekusi Hak Tanggungan. Redaksi Pasal 224 HIR, yaitu Grosse Acte Hypotheek dibubuhkan kata- kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”

mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan hakim. Bila tidak dilaksanakan secara sukarela, maka isi acte tersebut dilaksanakan atas perintah Ketua Pengadilan.

Selanjutnya penjelasan Pasal 20 ayat (1) UUHT No. 4 Tahun 1996, disebutkan: Ketentuan ayat ini merupakan perwujudan dari kemudahan yang disediakan oleh undang-undang ini bagi para kreditur pemegang Hak Tanggungan dalam hal dilakukan eksekusi. Pada prinsipnya setiap eksekusi harus dilakukan melalui pelelangan umum, karena dengan cara ini dapat diperoleh harga yang paling tinggi untuk objek Hak Tanggungan, 37

dengan mengaitkan ketentuan Pasal 6 UUHT No. 4 Tahun 1996 dan penjelasannya dengan Pasal 20 UUHT No. 4 Tahun 1996 dan penjelasannya, terlihat bahwa UUHT No. 4 Tahun 1996 memungkinkan pelaksanaan lelang objek Hak Tanggungan langsung oleh Kantor Lelang tanpa fiat Pengadilan.38

7) Lelang Eksekusi Fidusia

Lelang eksekusi fidusia adalah lelang terhadap objek fidusia karena debitur cedera janji, sebagaimana diatur undang-undang fidusia. Parate executie fidusia, kreditur tidak perlu meminta fiat eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri apabila akan menjual secara lelang barang agunan kredit yang diikat fidusia, jika debitur cedera janji.

b. Lelang Non Eksekusi

37 Ibid., hal.75-76.

Jenis lelang ini merupakan penjualan umum di luar pelaksanaan putusan atau penetapan Pengadilan yang terdiri dari:

1) Lelang Non Eksekusi Wajib

Lelang non eksekusi wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara atau barang milik BUMN/D yang oleh peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk dijual secara lelang, termasuk kayu dan hasil hutan lainnya dari tangan pertama.39

Barang yang dimiliki negara adalah barang yang pengadaannya bersumber dari dana Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (selanjutnya disebut sebagai APBN), Anggaran dan Penerimaan Belanja Daerah (selanjutnya disebut sebagai APBD) serta sumber-sumber lainnya atau barang yang nyata-nyata dimiliki negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak termasuk kekayaan negara yang dipisahkan.40

2) Lelang Non Eksekusi Sukarela

Lelang Non Eksekusi Sukarela adalah lelang untuk melaksanakan penjualan barang milik perorangan, kelompok masyarakat atau badan swasta yang dilelang secara sukarela oleh

39 Rachmadi Usman, op.cit., 2016 hlm. 30. 40 Purnama Tioria Sianturi, Op.Cit, hlm. 61.

pemiliknya, termasuk BUMN atau berbentuk Persero.41

a) Lelang Sukarela/Swasta

Lelang non eksekusi sukarela ini dibagi lagi menjadi 2 (dua) :

Lelang sukarela/Swasta adalah jenis pelayanan lelang atas permohonan masyarakat secara sukarela.

b) Lelang Sukarela BUMN/Persero

Perseroan Tidak diwajibkan menjual barangnya melalui lelang atau dapat menjual barang asetnya tanpa melalui lelang. Jika Perseroan memilih cara penjualan lelang, maka lelang tersebut termasuk jenis lelang sukarela. Ini diatur dalam Pasal 37 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (selanjutnya disebut sebagai Persero). Jenis-jenis lelang di atas, yang akan dibicarakan dalam uraian lelang berikut ini, diarahkan pada bentuk lelang eksekusi terhadap jual beli melalui lelang atas barang eksekusi Hak Tanggungan yang sering menimbulkan gugatan terhadap pelaksanaan lelang karena adanya karakter:

1) Barang objek lelang merupakan jaminan kebendaan dalam hubungan perjanjian kredit. Sesuai dengan judul, penulis hanya membatasi pada pengikatan jaminan kebendaan atas benda tidak bergerak yaitu Hak Tanggungan.

2) Barang dijual oleh lembaga/instansi yang bertindak sebagai selaku kuasa undang-undang dari penjual, yaitu PUPN atau Pengadilan.

3) Barang dijual dengan terpaksa, tanpa penguasaan fisik oleh penjual. Barang objek lelang pada umumnya dikuasai oleh pemilik barang selaku debitur, debitur harus menyerahkan secara paksa kepada pembeli.42

Dokumen terkait