• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LELANG EKSEKUSI

C. Laporan Lelang

Laporan yang harus dibuat, baik oleh Kantor Lelang dan Balai Lelang merujuk pada Pasal 38 Kep. DJPLN tersebut.

1. Laporan yang Harus Dibuat Kantor Lelang dan Pejabat Lelang Kelas II a. Jadwal Lelang;

b. Realisasi Pelaksanaan Lelang;

c. Perhitungan dan Pertanggungjawaban (selanjutnya disebut sebagai PPJ);

d. Pembuatan Risalah Lelang;

e. Hasil Pelaksanaan Lelang di Luar Wilayah Lelang; f. Perkembangan Penanganan Perkara di Pengadilan; g. Frekuensi Penggalian Potensi Lelang;

h. Daftar Pembeli Lelang;

i. Realisasi Kegiatan dan Hasil Pelaksanaan Lelang. 2. Laporan yang Harus Dibuat Balai Lelang

a. Jadwal Lelang;

b. Daftar Pelelangan Barang; c. Daftar Penerimaan Barang; d. Penyetoran Biaya Administrasi; e. Laporan Kegiatan Tahunan;

f. Daftar Pembeli Lelang Wanprestasi.

g. Laporan yang Harus Dibuat Kantor Wilayah

h. Rekapitulasi Hasil Pengawasan terhadap Balai Lelang; i. Frekuensi Penggalian Potensi Lelang;

j. Rekapitulasi Penerimaan Hasil Lelang Menurut Jenis/Asal Barang dan Pencapaian Target.50

50 Ibid., hal. 178.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan Hukum adalah peraturan yang dibuat oleh suatu kekuasaan atau adat yang dianggap berlaku oleh dan untuk orang banyak.1

Seperti yang dikatakan oleh Van Apeldoorn 100 tahun terakhir belumlah ditemukan defenisi hukum yang memuaskan semua pihak. Namun demikian, sebagai pegangan dapat dipilih satu dari sekian banyak perumusan seperti: keseluruhan kaidah (norma) nilai mengenai suatu segi kehidupan masyarakat, yang maksudnya mencapai kedamaian dalam masyarakat.2

Menurut E. Utrecht Hukum adalah himpunan petunjuk hidup, perintah dan larangan yang mengatur tatatertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah atau penguasa masyarakat itu.3

1. Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum yang menyangkut kepentingan umum.

Menurut isinya Hukum dapat dibedakan atas:

1 W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka,

1976), hal. 363.

2 Andi Hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hal. 242.

3 Ojak Nainggolan, Pengantar Ilmu Hukum, (Medan: Fakultas Hukum Universitas HKBP

2. Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum yang menyangkut kepentingan pribadi.

3. Pemisahan hukum atas hukum privat dan hukum publik berasal dari sistem Hukum Romawi. Hukum privat mengatur sekalian perkara yang berisi hubungan antara sesama warga negara seperti perkawinan, pewarisan, dan perjanjian. Hukum Publik mengatur kepentingan umum, seperti hubungan antara warga negara dengan negara, masalah kenegaraan dan bagaimana negara melaksanakan tugasnya.4

Bidang hukum yang termasuk kedalam hukum privat salah satunya hukum perdata, hukum perdata adalah aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan- kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengan yang lain dari orang-orang di dalam suatu masyarakat tertentu, terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas.

Pembagian hukum perdata menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut sebagai KUHPerdata) adalah sebagai berikut:

1. Hukum tentang orang (buku I) 2. Hukum tentang benda (buku II) 3. Hukum tentang perikatan (buku III)

4. Hukum tentang pembuktian dan kadaluwarsa (buku IV).5

3 Ibid., hal. 98. 4 Ibid., hal. 105-106.

Dari yang telah dijelaskan di atas, maka penulis memaparkan tentang Pelaksanaan lelang dan badan-badan hukum mengenai lelang tersebut di dalam KUHPerdata, Penjualan lelang tidak secara khusus diatur dalam KUHPerdata, tetapi termasuk perjanjian bernama di luar KUHPerdata. Penjualan Lelang dikuasai oleh ketentuan-ketentuan KUHPerdata mengenai jual beli yang diatur dalam KUHPerdata.

Buku III tentang Perikatan Pasal 1319 KUHPerdata berbunyi, semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum. Pasal 1319 KUHPerdata membedakan perjanjian atas perjanjian bernama (nominaat) dan perjanjian tidak bernama (innominaat). Pasal 1457 KUHPerdata, merumuskan jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak lain untuk membayar harga yang dijanjikan. Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian yang dibuat antara pihak penjual dan pembeli. Di dalam perjanjian itu pihak penjualan berkewajiban untuk menyerahkan objek jual beli kepada pembeli dan berhak menerima harga dan pembeli berkewajiban untuk membayar harga dan berhak menerima objek tersebut. Lelang mengandung unsur-unsur yang tercantum dalam defenisi jual beli adanya subjek hukum, yaitu penjual dan pembeli, adanya kesepakatan antara

penjual dan pembeli tentang barang dan harga; adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli.6

Secara yuridis pengertian “lelang” dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 1 angka 17 UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19 Tahun 2000, yang menyatakan bahwa “lelang” adalah “ setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli”.7

Mengenai pengertian lelang di dalam kamus hukum juga disebutkan bahwa : “lelang ialah penjualan di muka umum dengan penawaran yang bersaing, dipimpin oleh juru lelang”.8 Hal serupa juga disebutkan dalam Kamus Bahasa Indonesia yang berbunyi : “Lelang ialah penjualan barang dihadapan banyak orang dengan tawar-menawar, siapa yang tertinggi menawarnya dia berhak membeli barang tersebut”.9

Sementara dalam Pasal 1 Undang-Undang nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (selanjutnya disebut sebagai UUHT) menyebutkan pengertian dari Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut sebagai UUPA),

6 Dikutip dar

Ketentuan Hukum Lelang Melalui Balai Lelang Swasta, [Diakses Pada 04 Februari 2016 Pukul

00.09 WIB].

7

Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hal. 21.

8 Andi Hamzah, op.Cit, hal. 349.

9 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Gita Media Press), hal.

berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.10

UUHT No. 4 Tahun 1996 dibentuk sebagai pelaksanaan dari Pasal 51 UUPA No. 5 Tahun 1960 yang menggantikan berlakunya ketentuan-ketentuan mengenai hypotheek yang diatur dalam KUHPerdata dan Credietverband yang di atur dalam Staatsblad (selanjutnya disebut sebagai Stbl) 1908 No. 542 sebagaimana telah diubah dengan Stbl. 1937 No. 190.11

1. Lelang berdasarkan ketentuan Pasal 6 UUHT No. 4 Tahun 1996 apabila debitur cedera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui

Hak Tanggungan merupakan salah satu jenis jaminan kebendaan yang meskipun tidak dinyatakan dengan tegas adalah jaminan yang lahir dari suatu perjanjian. Jika dilihat dari ketentuan yang diatur dalam Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 UUHT No. 4 Tahun 1996 dapat diketahui bahwa pada dasarnya pemberian Hak Tanggungan hanya dapat dimungkinkan jika dibuat dalam bentuk perjanjian.

Landasan hukum eksekusi Hak Tanggungan diatur dalam Pasal 20 UUHT No. 4 Tahun 1996, dimana dalam Pasal tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya eksekusi atau penjualan hak atas tanah yang dibebani dengan Hak Tanggungan dapat dilaksanakan melalui 2 cara :

10 Supriadi, Hukum Agraria, (Jakarta: Sinar Grafika,2007), hal. 173.

11 Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok Dan

pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

2. Lelang berdasarkan Pasal 20 Ayat (1) huruf b jo. Pasal 14 Ayat (2) rumusan Pasal 14 ayat (2) UUHT No. 4 Tahun 1996 secara jelas menyatakan bahwa sertifikat Hak Tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial sebagaimana halnya suatu putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Melalui penjualan secara lelang, seorang pembeli akan terjamin kepastian hukumnya atas kepemilikan objek lelang (tanah) tersebut, karena dari setiap pelaksanaan lelang akan diterbitkan risalah lelang yang merupakan acte autentik dari pembelian suatu barang melalui proses penjualan secara lelang, sehingga dengan alat bukti risalah lelang tersebut hak kepemilikan atas objek lelang (tanah) akan jatuh kepada pihak pemenang lelang, meskipun belum secara sempurna mendapat hak atas tanah tersebut, karena hak atas tanah tersebut harus didaftarkan, guna memperoleh legitimasi yang sempurna akan hak atas tanah tersebut kepada Kantor Pertanahan.12

Lembaga lelang yang diatur melalui sistem hukum dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Setidaknya terdapat tiga tujuan diaturnya lelang dalam hukum. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan penjualan lelang, yang diatur dalam banyak peraturan perundang-undangan. Kedua, untuk memenuhi

12

Ita Sucihati, Bambang Winarno, Amelia Sri Kusuma D, Perlindungan Hukum Bagi

Pemenang Lelang Eksekusi Hak Tanggungan Atas Penguasaan Objek Lelang (Analisis Yuridis Atas Putusan Pengadilan Negeri Kediri Nomor 61/Pdt.G/2012/PN.Kdr), Fakultas Hukum

atau melaksanakan putusan Peradilan atau lembaga penyelesaian sengketa berdasarkan undang-undang dalam rangka penegakan keadilan (law enforcement). Ketiga, untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha pada umumnya, produsen atau pemilik barang pribadi dimungkinkan melakukan penjualan pelelangan.13

B. Permasalahan.

Dunia yang semakin modern dan berkembang dewasa ini telah membuat banyak kemudahan bagi manusia. Salah satunya kemudahan dalam jual-beli melalui lelang. Bertitik tolak pada perkembangan situasi dan kondisi diatas menimbulkan keinginan penulisan untuk membahas bagaimana “Tinjauan

Yuridis Tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Studi di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) MEDAN)”.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan lelang eksekusi di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Pembeli Lelang eksekusi Hak Tanggungan yang beriktikad baik?

3. Apa yang menjadi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan dan bagaimana solusi mengatasi hambatan tersebut?

13 Purnama Tiora Sianturi, Perlindungan Hukum terhadap Pembeli Barang Jaminan

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembahasan penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan di

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (selanjutnya disebut KPKNL) Medan.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap Pembeli Lelang eksekusi Hak Tanggungan yang beriktikad baik.

3. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan di KPKNL Medan serta mengetahui solusi dalam mengatasi hambatan tersebut.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini yaitu secara teoretis maupun praktis, yakni :

1. Secara Teoretis

Secara teoretis diharapkan pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan dapat menambah pengetahuan dan melahirkan pemahaman bahwa pentingnya memberikan perhatian khusus mengenai pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan. Sehingga masyarakat tidak ragu lagi dalam menggunakan jasa KPKNL di Medan dan masyarakat juga tidak bingung lagi dalam mengikuti proses pelaksanaan lelang.

Secara Praktis dalam pembahasan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pejabat lelang dalam memberikan pelayanan lelang yang efisien, transparan, akuntabel, adil dan kompetitif sebagai instrumen jual beli yang mampu mengakomodasi kepentingan masyarakat sebagaimana yang diamanatkan Pasal 6 UUHT No. 4 Tahun 1996.

E. Keaslian Penulisan

Karya tulis ini merupakan hasil dari buah pemikiran penulis yang berdasarkan dari literatur-literatur yang telah ada, baik dari buku-buku yang berhubungan dengan judul baik yang dimiliki penulis sendiri maupun dari perpustakaan dan dari sumber-sumber lainnya yang dapat dipercaya dan serta yang mendukung dalam menjawab permasalahan yang timbul dalam penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini adalah murni dikerjakan sendiri dengan topik yang belum pernah dibahas oleh orang lain menurut data yang dilakukan oleh pihak Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Apabila ternyata terdapat topik yang sama serta perumusan permasalahan yang sama dengan karya penulis ini, maka penulis dapat mempertanggungjawabkannya.

F. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang jelas dan memuaskan mengenai pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan di KPKNL Medan, bagaimana perlindungan hukum hak Pembeli Lelang eksekusi Hak Tanggungan yang

beriktikad baik dan apa saja hambatan-hambatan serta solusi dalam pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan di KPKNL Medan, maka metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian yuridis empiris atau lapangan (field research) dan yuridis normatif atau penelitian kepustakaan (library research). Jenis penelitian yuridis empiris atau lapangan ini menunjukkan penelitian ini mendapatkan data primer dan mengidentifikasi hukum sebagai perilaku yang mempola. Dimana pendekatan ini ditujukan untuk memperoleh keterangan, penjelasan dan data mengenai pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan dan melihat langsung penerapannya di KPKNL Medan.

Penulis juga menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menunjukkan perpustakaan sebagai tempat dilaksanakannya suatu penelitian. Sebenarnya suatu penelitian mutlak menggunakan kepustakaan sebagai sumber data sekunder.14

14 Tampil Anshari Siregar, Metode Penelitian Hukum : Penulis Skripsi, (Medan: Multi

Grafika, 2007), hal. 21.

Pada pendekatan bersifat yuridis normatif ini, hukum diidentifikasi sebagai norma peraturan atau undang-undang yang mengikat dan memiliki konsekuensi hukum yang jelas. Melalui pendekatan normatif ini diharapkan kita dapat memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku. Khususnya dalam penelitian ini merujuk pada peraturan perundang-undangan yang membahas tentang lelang.

2. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penyelesaian skripsi ini meliputi: a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung melalui penelitian di KPKNL Medan. Data primer ini diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Cabang KPKNL Medan.

b. Data Sekunder

Data sekunder ini adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan judul ini, dokumen-dokumen, pendapat para ahli hukum dan hasil penelitian.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data-data, penulis melakukan beberapa metode yaitu:

a. Wawancara.

Wawancara adalah teknik pengumpulan informasi dan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan langsung kepada Kepala Cabang KPKNL Medan yang bertugas pada saat itu.

b. Dokumentasi.

Metode Dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data berkaitan dengan penerapan proses pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan.

Studi Kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dari referensi- referensi yang mendukung terhadap penelitian ni berupa dokumen, literatur, peraturan perundang-undangan, serta artikel-artikel yang memiliki kaitan dengan permasalahan. Kemudian menjadi bahan masukkan dalam melengkapi analisis dalam permasalahan ini.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses untuk menafsirkan, merumuskan, atau memaknai suatu data. Analisis data merupakan tindak lanjut proses pengolahan data yang dilakukan peneliti yang memerlukan kecermatan, ketelitian, dan pencurahan daya pikir yang optimal. Hasil analisis data ini diharapkan mampu memberikan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini. Adapun metode analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan secara lengkap kualitas dan karakteristik dari data-data yang sudah terkumpul, dilakukan pengolahan data kemudian disimpulkan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini di buat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini berupa satu kesatuan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain yang dapat dilihat sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisikan tentang hal-hal dasar yang akan dijelaskan pada bab- bab berikutnya yaitu latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian, sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Umum Tentang Lelang

Bab ini berisikan mengenai tinjauan umum tentang Lelang yaitu memuat sejarah lelang, pengertian lelang, peraturan tentang lelang, fungsi dan manfaat lelang, klasifikasi lelang, prosedur lelang, risalah lelang, pembukuan lelang, laporan lelang.

Dokumen terkait