• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Stress

Dalam dokumen SKRIPSI HUBUNGAN OBESITAS DAN STRESS DEN (Halaman 43-51)

Konsep Stress

2.3.5 Klasifikasi Stress

Apabila ditinjau dari penyebabnya stress, stress dapat digolongkan sebagai berikut :

2. Stress kimiawi (asam-basa kuat, obat-obatan dan lain sebagainya).

3. Stress mikrobiologik (virus, bakteri, parasit).

4. Stress fisiolosik (gangguan struktur, fungsi jaringan).

5. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan (gangguan pertumbuhan dan perkembangan dari

kecil hingga tua).

6. Stress psikis / emosional (gangguan hubungan personal, sosial,budaya atau keagamaan).

2.3.6

Gejala Dalam Tahapan Stress

Gangguan stress biasanya timbul secara lambat, tidak jelas kapan mulainya dan sering

kali tidak disadari. Namun demikian dari pengalaman praktik psikiatri, para ahli mencoba

membagi stress tersebut dalam enam tahap yaitu (Iyus Yosep, 2007) :

1. Stress tingkat I

Tahap ini merupakan tingkat stress yang paling ringan, dan biasanya disertai perasaan

sebagai berikut :

1) Semangat besar.

2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.

3) Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.

2. Stress tingkat II

Dalam tahap ini dampak stress yang menyenangkan mulai hilang dan timbul keluhan-

keluhan dikarenakan cakupan energi tidak mencukupi sepanjang hari. Keluhan-keluahn yang

sering dikemukakan sebagai berikut :

2) Merasa lelah sesudah makan siang.

3) Merasa lelah menjelang sore hari.

4) Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang pula

jantung berdebar-debar.

5) Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher).

6) Perasaan tidak santai.

3. Stress tingkat III

Pada tahap ini keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan gejala-gejala

1) Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering inginkebelakang).

2) Otot-otat terasa lebih tegang

3) Perasaan tegang semakin meningkat.

4) Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan suka tidur kembali atau bangun terlalu

pagi).

5) Badan terasa oyong, rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan)

Pada tahap ini penderitan sudah mulai berkonsultasi pada dokter, kecuali kalau beban

stress dan tuntutan dikurangi, dan tubuh mendapat kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi

guna memulihkan suplai energi.

4. Stress tingkat IV

Tahap ini sudah menunjukan keadaan yang lebih buruk yang ditandai dengan ciri-ciri

sebagai berikut :

1) Untukbisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit

2) Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.

4) Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan kegiatan-kegiatan rutin

lainnya terasa berat.

5) Perasaan negatif

6) Kemempuan berkonsentrasi menurun tajam

7) Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa.

5. Stress tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan lebih mendalam dari tahapan IV diatas yaitu:

1) Keletihan yang mendalam

2) Untuk pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu

3) Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau

sebaliknya feses cair dan sering ke belakang.

4) Perasaan takut yang semakin manjadi, mirip panic

6. Stress tingkat VI

Tahapan ini merupakan tahap puncak yang merupakan keadaan gawat darurat, tidak

jarang penderita dalam tahap ini dibawa ke ICU. Gejala-gejala pada tahap ini adalah :

1) Debar jantung terasa amat kuat, hal ini disebabkan zat adrenalin dikeluarkan, karena stress

cukup tinggi dalam peredaran darah.

2) Sesak nafas

3) Badan gemetar, tubuh dingin dan keringat bercucuran

4) Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan.

Merurut Holmes dan Rahe pengukuran stress berdasarkan perubahan-perubahan besar

dalam hidup seseorang. Ini disusun setelah melakukan penelitian berulang.

No Pengalaman kehidupan Skor

1 Kematian suami atau istri 100

2 Perceraian 65

3 Kematian anggota keluarga dekat 63 4 Mengalami penyakit / tersinggung 53

5 Menikah 50

6 Diberhentikan dari pekerjaan (PHK) 47 7 Rujuk kembali dalam perkawinan 45 8 Pensiun / pengasingan diri 45 9 Gangguan kesehatan anggota keluarga 44

10 Kehamilan 40

11 Mengalami kesulitan berhubungan badan (seksual) 39 12 Ketambahan anggota keluarga baru 39 13 Perubahan keadaan keuangan 38

14 Kematian sahabat 37

15 Berganti profesi / pekerjaan 36 16 Pertengkaran dengan suami / istri 35 17 Mengambil uang simpanan / hutang dengan jumlah

besar 31

18 Melunasi hutang dalam jumlah besar / mencegah

penggadaian atas pinjaman 30 19 Perubahan tanggung jawab dalam tugas kerja 29 20 Anak meniggalkan rumah (menikah, masuk perguruan

tinggi) 29

21 Menghadai masalah dengan mertua / menantu / ipar 29 22 Merasakan prestasi yang memuaskan 28 23 Istri mulai / berhenti bekerja 29 24 Memulai atau menyelesaikan, tukar kegiatan studi /

sekolah 18

25 Perubahan kebiasaan (tidak merokok, berdandan,

berinteraksi) 24

26 Mengalami konflik dengan atasan 23

27 Pergantian jam kerja 20

28 Pindah tempat tinggal 20

29 Pindah sekolah / tempat studi atau program studi 18

30 Pergantian hiburan 19

31 Hutang dalam jumlah sedikit 17 32 Perubahan kebiasaan tidur 16 33 Perubahan kebiasaan makan 15 34 Cuti atau libur panjang 13 35 Perubahan dalam jumlah pertemuan keluarga (lebaran) 15

Table 2.4 skala stress menurut Holmes dan Rahe (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008) 36

Pelanggaran hukum ringan 11

Keterangan :

0 – 149 : Tidak ada masalah yang berarti.

150 – 199 : Stress ringan dengan 37% kemungkinan sakit.

200 – 299 : Stress sedang dengan 51% kemungkinan sakit.

300 – lebih : Stress berat dengan 79% kemungkinan sakit.

2.3.8

Adaptasi (Mekanisme Penyesuaian Diri)

Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar

dari pengalaman untuk mengatasi stress. Cara mengatasi stress ada beberapa cara yaitu :

1. Identifikasi

Suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dengan membuatnya menjadi

kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat seperti orang lain tersebut.

2. Kompensasi

Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan

dibidang lain.

Perilaku seseorang yang gagal dalam mencapai tujuan dan tidak mengakui tujuan pertama

tersebut dengan melupakan dan melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan

dengan tujuan pertama.

4. Sublimasi

Suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik

dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk – bentuk

yang dapat diterima oleh masyarakat yang derajatnya lebih tinggi.

5. Proyeksi

Mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau

melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah dari

rasionalisasi.

6. Introyeksi

Memasukkan dalam diri pribadi sifat-sifat dari pribadi orang lain.

7. Reaksi konversi

Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik.

8. Represi

Konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam

tidak sadar dan sengaja dilupakan.

9. Supresi

Menekan konflik, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan secara sadar. Individu tidak

10. Denial

Penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.

11. Menarik diri (regresi)

Mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustrasi, ia menarik diri dari

pergaulan dengan lingkungannya.

12. Fantasi

Apabila seseorang menghadapi konflik-frustrasi, ia menarik diri dengan berkhayal atau

berfantasi.

13. Negativisme

Perilaku seseorang yang selalu bertentangan / menentang otoritas orang lain dengan perilaku

tidak terpuji.

14. Sikap mengkritik orang lain

Bentuk perilaku pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku

2.4

Dalam dokumen SKRIPSI HUBUNGAN OBESITAS DAN STRESS DEN (Halaman 43-51)

Dokumen terkait