• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2 Pembacaan Lima Kode menurut Roland Barthes

3.2.5 Kode Gnonik (Kultural) Novel Saman Karya Ayu Utami 50

Kode gnonik atau kode kultural atau kode referensial yang berwujud sebagai semacam suara kolektif yang anonim dan otoritatif; bersumber dari pengalaman manusia yang mewakili atau berbicara tentang sesuatu yang hendak dikukuhkannya sebagai pengetahuan atau kebijaksanaan yang “diterima umum”.

51

Kode ini bisa berupa kode-kode pengetahuan atau kearifan (wisdom) yang terus-menerus dirujuk oleh teks, atau yang menyediakan semacam dasar autoritas moral dan ilmiah bagi suatu wacana. (Barthes melalui Budiman, 2011: 35-36). Adapun kode kultural dalam novel Saman karya Ayu Utami di bawah ini.

Lalu didengarnya Anson berpidato. Dilihatnya lelaki itu, yang lebih muda daripada dia, dengan berapi-api menjelaskan bahwa perusahan kelapa sawit yang kini menggantikan PTP dimiliki oleh pengusaha Cina. “Orang Cina kini menjajah kita. Orang pribumi disuruhnya menjadi buruh miskin saja.” Dan Wis pun menyadari, betapa kepedihan orang-orang itu telah menjadi kemarahan yang begitu rumit dan merambat pada syakwasangka yang juga sengkarut. (Utami, 2018: 97).

Dari kutipan di atas, menjelaskan kebudayaan pengusaha-pengusaha Cina yang ingin mengambil alih lahan pohon karet yang digarap warga pribumi untuk keuntungan perusahan. Hal tersebut jelas menggambarkan bahwa siapaun yang bermateri khususnya para pengusaha dapat dengan mudah melakukan segala keinginannya untuk kepentingan pribadi tanpa memperdulikan nasib rakyat yang dibawahnya.

Kami orang Timur yang luhur. Kalian Barat yang bejat. Kaum wanitanya memakai bikini di jalan raya dan tidak menghormati keperawanan semantara anak-anak sekolahnya, lelaki dan perempuan, hidup bersama tanpa menikah. Di negeri ini seks adalah milik orang dewasa lewat pernikahan, sekalipun mereka dikawinkan pada umur sebelas dan sejak itu mereka dianggap telah matang. (Utami, 2018: 139)

Dari kutipan di atas, terdapat kode budaya yang menjelaskan konsep sikap esensialis yang mengkonstruksi budaya “Timur” sebagai budaya yang luhur dan bermoral tinggi dan mencela “pergaulan bebas” sebagai perilaku yang “kebarat-baratan”.

Laila sedang dalam perjalanan mencari seseorang lelaki yang pantas untuk membangun keluarga dan membahagiakan orang tua. Keduanya adalah sebuah ibadah yang mendatangkan pahala. (Utami, 2018: 130).

52

Dari kutipan di atas, menjelaskan Laila, bersikap sebagaimana perempuan Timur. Ia ingin bersuami untuk membangun keluarga dan membahagiakan orangtuanya. Ia mencari lelaki tidak sekedar sebagai pemuas batin saja. Baginya hidup berkeluarga merupakan salah satu ibadah yang menurut keyakinannya mendatangkan pahala. Hubungan antara wanita dan lelaki, merupakan hubungan religius, bukan semata-mata duniawi atau fisik-psikologis.

Yasmin Moningka orang Manado, tetapi ia setuju saja menikah dengan adat jawa yang rumit itu. Ia juga rela mencuci kaki Lukas sebagai tanda bakti istri pada suami, yang tak ada pada upacara Manado. “kok kamu mau-maunya si pakai cara begitu?” aku protes. Tapi ia menjadi ketus. “Ah, Yesus juga mencuci kaki murid-muridnya. Lagi pula, kamu sendiri orang Jawa!” Aku mau memberondong argumen panjang tentang Yesus-nya dan Jawa-ku. Misalnya, cuci-cucian yesus itu adalah penjungkiran nilai-nilai. Sementara yang dilakukan istri Jawa adalah kepatuhan dan ketidakberdayaan. Tidak sejajar sama sekali. Tapi pekan ini mestinya merupakan hari-hari bahagia miliknya yang tak boleh kuusik. “Kalau bisa, aku kepingin jadi orang Menado saja,” sahutku kemudian. (Utami, 2018: 157).

Dari kutipan di atas menjelaskan, Sikap Shakuntala terhadap budaya Jawa betentangan dengan kesamaan derajat antara kaum perempuan dengan kaum laki-laki. Budaya Jawa sangat menguntungkan posisi laki-laki menjadi lebih tinggi daripada perempuan. Di sini laki-laki menjadi makhluk yang bebas betindak terhadap perempuan sehingga perempuan dituntutnya sebagai abdi laki-laki yang harus setia dan menurut perintahnya.

Dan mereka memang kawin setelah Lukas mendapat pekerjaan di BPPT, setelah delapan puluh rahun mereka saling setia dalam masa pacaran. Lukas Hadi Prasetyo orang Jawa. Yasmin orang Moningka orang Manado, tapi ia setuju saja untuk menikah dengan adat Jawa yang rumit itu. Ia juga rela mencuci kaki Lukas sebagai tanda bakti istri pada suami, yang tak ada pada upacara Manado. (Utami, 2018: 157).

53

Dari kutipan di atas, menjelaskan Yasmin sebagai perempuan yang semula acuh dengan laki-laki karena hidup bagi Yasmin paling penting adalah karier. Laki-laki bagi dia adalah hanya sebagai pelindung bagi perempuan dan ia berjalan sesuai budaya patriarki.

Perabumulih masih kota minyak di tengan Sumatra Selatan yang sunyi masa itu. Cuma ada satu bioskop, sehingga orang-orang bisa mengajak anak-anak bertamasya ke rig di luar kota, melihat mesin penimba minyak mengangguk-angguk seperti dinasaurus. Hiburan menegangkan lain adalah lutung dan siamang yang mendadak turun dari pepohonan. Bank di sana belum panjang usianya. (Utami, 2018: 46)

Dari kutipan di atas, menjelasakan kehidupan Perabumulih masih sunyi, tentu saja masih sedikit pengaruh budaya asing. Salah satu saluran pengaruh budaya asing adalah bioskop, sehingga kurang berpengaruh besar terhadap kehidupan di masyarakat daerah tersebut.

3.3 Rangkuman

Berdasarkan teori Roland Barthes tentang pembacaan lima kode pada pastor, perselingkuhan, dan seks dalam novel Saman karya Ayu Utami, dapat diketahui bahwa para tokoh dalam novel Saman memiliki kode-kode masing-masing.

Pertama kode hermeneutik (kode teka-teki) yang dialami oleh tokoh Saman sebagai pastor hingga kabur menjadi buronan, Laila dan Sihar mengalami perselingkuhan dan melakukan hubungan seksual meskipun Sihar telah menikah. Tokoh Yasmin yang sudah mempunyai suami berselingkuh dengan Saman seorang pastor. Hubungan Yasmin dan Saman tanpa adanya status pernikahan yang sah tetapi mereka melakukan hubungan seks diluar pernikahan.

54

Kedua kode semantik, dimulai dari tokoh Laila hingga Saman yang mengkonotasikan setiap kejadian dengan kalimat yang indah.

Ketiga kode simbolik dilihat dari penampilan Laila yang sesuai dengan profesinya. Penampilannya menunjukkan kepada kepribadiannya yang dinamis. Dia mempunyai potongan rambut bob, dan ia berprofesi sebagai seorang fotografer pada sebuah rumah produksi yang dikelola dengan seorang temannya. Sihar adalah seorang Insinyur analisis kandungan minyak dengan kemampuan pengetahuan ilmiahnya Sihar dapat menyelesaikan masalah praktis menggunakan teknologi. Wis adalah seorang Pastor memakai jubah berwarna putih yang baru dithabiskan. Tugas untuk melayani umat di mana pun dan kapan pun telah siap diemban Wis. Upi yang awalnya digambarkan sebagai semacam hasrat primitif untuk memperoleh kenikmatan dengan merangsang alat kelamin, diarahkan dan dipersempit menjadi hasrat heteroseksual.

Keempat kode proaretik dimulai dari Laila yang jatuh cinta pada seorang pemuda bernama Sihar saat pertama kali mereka berjumpa. Laki-laki tersebut telah menarik hati Laila yang semula tertambat pada seorang pastor muda bernama Wisanggeni. Laila menjadi terlibat jauh terhadap masalah yang tengah dihadapi oleh Sihar yang menuntut keadilan kepada atasannya yang telah menjadi penyebab utama kematian sahabatnya. Ia dan Laila terlibat dalam suatu kisah cinta yang seharusnya tidak boleh terjadi. Sihar telah mempunyai seorang istri dan Laila seharunya tak sepantasnya untuk menjalin hubungan dengan laki-laki yang telah beristri. Yasmin telah menikah. Namun berbeda dengan Cok yang selalu bergonta-ganti pasangan dan dikenal sebagai seorang yang binal. Shakuntala

55

merupakan sahabat laila, Yasmin, dan Cok yang tinggal di New York lantaran ia mendapat beasiswa di bidang seni tari. Ketiga sahabat ini mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan mengakibatkan mereka terlibat dalam suatu masalah bersama Sihar dan Saman. Laila meminta Yasmin dan Saman untuk menolong Sihar menyelesaikan kasus salah seorang teman Sihar yang meninggal lantaran kecorobohan pimpinan mereka. Sihar dibantu oleh Saman dan Yasmin yang seorang pengacara berusaha menuntaskan kasus tersebut. Laila dan Sihar menjadi sangat akrab lantaran kasus tersebut, hingga mereka pun merencanakan suatu kencan. Namun, kencan tersebut digagalkan oleh Sihar karena ia tidak tega terhadap keperawanan yang masih Laila sandang. Wisanggeni yang seorang pastor kini terlibat lebih jauh tentang suatu permasalahan di sebuah desa bernama Prabumulih. Di sana ia pertama kalinya bertemu dengan Upi. Wis menyelamatkan Upi yang tengah mengalami gangguan mental. Hingga pada suatu hari Wis terlibat terlalu dalam pada sebuah desa. Di sana ia membantu perekonomian warga sekitar. Wis dan warga desa membangun pembangkit listrik dan menanam pohon karet. Lama-kelamaan mereka pun semakin tergantung pada Wis dan perekonomian warga desa tersebut sedikti demi sedikit. Namun rencana mereka tidak berjalan lancar. Hingga pada suatu ketika mereka terjebak. Sedangkan Wis ditangkap dan disiksa di dalam penjara. Wis juga sangat marah dan kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa menolong Upi dari peristiwa yang membuat nyawa Upi terenggut. Akhirnya Yasmin pun menolong Wis. Dia mengusulkan untuk Wis pergi dari Indonesia. Ia pun membantu semua persiapan yang dibutuhkan atas penyamaran Wis. Bersama Cok ia berhasil melarikan Wis tanpa seorang pun yang

56

tahu. Namun di tengah perjalanan itu, Yasmin tak kuasa menahan perasaan sedihnya terhadapa kepergian Wis. Mereka akhirnya melakukan hubungan terlarang yang tidak seharusnya dilakukan. Akhirnya Wis melarikan diri untuk sementara waktu ke Amerika mengganti namanya menjadi Saman. Dia pun kini menjadi sangat dekat dengan Yasmin dan sangat mencintai Yasmin. Perasaan dan nafsu yang selama ini dipendam selama ia menjadi pastor, kini berubah menjadi perasaan penuh cinta terhadap Yasmin.

Kelima kode gnonik (kode budaya) menjelaskan kebudayaan pengusaha-pengusaha Cina yang ingin mengambil alih lahan pohon karet yang digarap warga pribumi untuk keuntungan perusahan. Hal tersebut jelas menggambarkan bahwa siapaun yang bermateri khususnya para pengusaha dapat dengan mudah melakukan segala keinginannya untuk kepentingan pribadi tanpa memperdulikan nasib rakyat yang dibawahnya. Konsep sikap esensialis yang mengkonstruksi budaya “Timur” sebagai budaya yang luhur dan bermoral tinggi dan mencela “pergaulan bebas” sebagai perilaku yang “kebarat-baratan”. Laila bersikap sebagaimana perempuan Timur. Ia ingin bersuami untuk membangun keluarga dan membahagiakan orangtuanya. Ia mencari lelaki tidak sekedar sebagai pemuas batin saja. Baginya hidup berkeluarga merupakan salah satu ibadah yang menurut keyakinannya mendatangkan pahala. Hubungan antara wanita dan lelaki, merupakan hubungan religius, bukan semata-mata duniawi atau fisik-psikologis. Sikap Shakuntala terhadap budaya Jawa betentangan dengan kesamaan derajat antara kaum perempuan dengan kaum laki-laki. Budaya Jawa sangat menguntungkan posisi laki-laki menjadi lebih tinggi daripada perempuan. Di sini laki-laki menjadi

57

makhluk yang bebas betindak terhadap perempuan sehingga perempuan dituntutnya sebagai abdi laki-laki yang harus setia dan menurut perintahnya. Yasmin sebagai perempuan yang semula acuh dengan laki-laki karena hidup bagi Yasmin paling penting adalah karier. Laki-laki bagi dia adalah hanya sebagai pelindung bagi perempuan dan ia berjalan sesuai budaya patriarki. kehidupan Perabumulih masih sunyi, tentu saja masih sedikit pengaruh budaya asing. Salah satu saluran pengaruh budaya asing adalah bioskop, sehingga kurang berpengaruh besar terhadap kehidupan di masyarakat daerah tersebut.

58 BAB IV PENUTUP

Dokumen terkait