• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.7 Metode Penelitian

2.1.1 Kohesi Penunjukan

BAB II

KOHESI ANTARPARAGRAF DALAM WACANA OPINI SURAT KABAR KOMPAS EDISI NASIONAL BULAN APRIL 2005

Pada bab ini diuraikan jenis-jenis kohesi yang terdapat dalam wacana opini surat kabar harian Kompasedisi nasional bulan April 2005. Kohesi ini dibutuhkan dalam suatu wacana untuk menciptakan keutuhan wacana dengan adanya hubungan antar bagian wacana yang berhubungan akan tercipta keutuhan wacana. Dalam skripsi ini akan dibahas kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

2.1 Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal adalah keterkaitan gramatikal antara bagian-bagian wacana. Kohesi gramatikal dalam wacana opini surat kabar harian Kompas edisi nasional bulan April 2005 ditemukan empat jenis kohesi, yaitu penunjukan, penggantian, pelesapan, dan perangkaian.

2.1.1 Kohesi Penunjukan

Penunjukan merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang menunjuk satuan lingual yang mendahului atau mengikutinya. Berdasarkan arah penunjukannya, kohesi penunjukan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penunjukan anaforis dan kataforis. Penunjukan anaforis ditandai oleh adanya konstituen yang menunjuk konstituen di sebelah kiri. Adapun penunjukan kataforis ditandai oleh adanya konstituen yang mengacu

konstituen di sebelah kanan. Dalam wacana opini dalam surat kabar harian

Kompas edisi nasional bulan April 2005 dijumpai kohesi anaforis dengan katapenunjuk itu, ini, di atas, dan tersebut. Adapun kohesi penunjukan kataforis ditandai dengan kata penunjuk sebagai berikut dan berikut.

A. Kohesi Penunjukan Anaforis

Berikut ini dipaparkan contoh-contoh penemuan penggalan paragraf yang berkohesi penunjukan anaforis.

(31) (a) Penulis melihat ada tiga faktor yang menjadi "biang keladi" Kawasan Timur Indonesia belum semaju kawasan lainnya, yaitu: banyaknya kebijakan pemerintah yang dijalankan setengah-setengah sehingga hanya menjadi retorika dan kurang implementatif; masih belum terkoordinasinya perencanaan pembangunan Kawasan Timur Indonesia oleh berbagai instansi pembangunan baik di pusat maupun daerah secara mulus; dan tidak adanya institusi yang menangani pengembangan Kawasan Timur Indonesia secara otonom.

(b) Bukan suatu hal yang aneh di negara kita ini, setiap perubahan pemerintahan akan selalu diikuti dengan perubahan kebijakan baru tanpa mempertimbangkan kesinambungannya. (c) Hal ini juga dialami oleh kebijakan-kebijakan untuk memajukan Kawasan Timur Indonesia. (d) Kita ambil contoh kebijakan pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) serta Kebijakan dan Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (Jakstranas PPKTI). (Kompas, 09 April 2005)

Pada contoh (31) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari satu kalimat, yaitu (31a). Paragraf kedua terdiri dari tiga kalimat, yaitu (31b), (31c), dan (31d). Pada paragraf kedua terlihat kata penunjuk ini menunjuk ke sebelah kiri, yaitu kata Kawasan Timur Indonesia yang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penunjukan anaforis.

(32) (a) Tanda tangan darah dan pendaftaran sukarelawan perang untuk melawan Malaysia berlangsung di mana-mana. (b) Ambalat jelas di bagian selatan Laut Sulawesi dan masuk wilayah Indonesia (Medal Kamil Ariadno, Kompas, 8 Maret 2005). (c) Malaysia terlalu jauh mengklaim kepemilikan Blok Ambalat dan Ambalat Timur. (d) Kedua blok tersebut merupakan kelanjutan alamiah dari daratan Kalimantan Timur (Hasyim Djalal, Kompas, 12 Maret 2005).

(e) Indonesia sudah lebih dulu mengeksploitasi wilayah itu dan menurut UNCLOS 1982, maka Blok Ambalat berada di wilayah silent accupation atas wilayah laut Indonesia (Steven Y Pailah, Kompas, 12 Maret 2005). (Kompas, 11 April 2005)

Pada contoh (32) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari tiga kalimat, yaitu (32a), (32b), dan (32c). Paragraf kedua terdiri dari satu kalimat, yaitu (32d). Pada paragraf kedua terdapat kata penunjuk itu menunjuk ke sebelah kiri, yaitu kata Blok Ambalat dan Ambalat Timur yang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penunjukan anaforis.

(33) (a ) DITJEN Pajak mensomasi Kwik karena tulisannya yang menyebut bahwa PPN Nonmigas hilang Rp 180 triliun. (b) Sementara somasi pada Faisal ialah karena dia menyatakan bahwa penerimaan pajak menguap Rp 40 triliun (Kompas, 8/4).

(c) Menanggapi somasi itu, Kwik akhirnya membuat iklan pernyataan maaf kepada Ditjen Pajak di Harian Kompas (4/4/2005) dengan ukuran 5 kolom x 270 mm. (d) Hitung-hitung biaya iklan itu puluhan juta rupiah. Pada contoh (33) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari dua kalimat yaitu (33a) dan (32b). Paragraf kedua terdiri dari dua kalimat, yaitu (33c), dan (33d). Pada paragraf kedua terdapat kata penunjuk itu menunjuk ke sebelah kiri, yaitu kata PPN Nonmigas hilang Rp 180 triliunyang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penunjukan anaforis

(34) (a) Sebagai pembanding, kita tengok keberhasilan Jepang yang membentuk Badan Pengembangan Hokkaido (Hokkaido Development

Agency) dan Badan Pengembangan Okinawa (Okinawa Development Agency) untuk mengembangkan kedua wilayah (Hokkaido dan Okinawa) yang dianggap belum berkembang.

(b) Kedua lembaga tersebut diberi kewenangan penuh untuk melaksanakan tugas pembangunannya. (c) Badan Pengembangan Hokkaido mempunyai tugas mengembangkan Hokkaido secara keseluruhan. (d) Badan ini membuat dan melaksanakan seluruh rencana pemerintah untuk pekerjaan masyarakat yang berhubungan dengan jalan, sungai, pertanian, bandara, dan lain-lain. (e) Sedangkan Badan Pengembangan Okinawa mempunyai tujuan untuk mempromosikan berbagai kebijakannya seperti mengembangkan infrastruktur di Okinawa untuk menjamin kelangsungan pengembangan dengan menjaga keunikan Okinawa yang khusus. (Kompas, 9 April 2005)

Pada contoh (34) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari satu kalimat, yaitu (34a). Paragraf kedua terdiri dari empat kalimat, yaitu (34b), (34c), (34d), dan (34e). Pada paragraf kedua terdapat kata penunjuk tersebut, merunjuk ke sebelah kiri, yaitu kata Badan Pengembangan Hokkaido (Hokkaido Development Agency) dan Badan Pengembangan Okinawa (Okinawa Development Agency), yang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penunjukan anaforis.

(35) (a) Waktu dan jarak tidak lagi bermakna sebagai "perjalanan" sebagaimana kebijakan tradisi memahaminya; sebagai "kontemplasi", "meditasi", atau pengendapan yang dapat memiliki signifikansi spiritual. (b) Contoh kecil, jika jarak dan waktu jauh sebelumnya adalah penggerak rasa rindu, kangen, yang mengentalkan hubungan hati, ikatan emosional, hingga jiwa kita membesar untuk memahami lebih dalam orang lain. (c) Mengikhlaskan dan memaafkan diri, lalu kita mengalami semacam purifikasi. (d) Maka, waktu dan jarak pada masa kini tak berarti apa-apa. (e) Ketika kita dapat menjangkau siapa saja, di mana saja, kapan saja, mendengar suara, merasakan hatinya, bahkan memandang tubuhnya yang bergolek di tempat tidur sebuah hotel di jarak ribuan mil dan belasan jam. (f) Semua gerak batin dan pikiran dalam apresiasi tradisional pun lenyap. (g) Kontemplasi dan pengosongan jiwa tak lagi terjadi.

(h) Hal itu memberi akibat kedia, pada sifat dan pola relasi di antara kita (manusia). (i) Tingkat perjumpaan yang tinggi antara manusia, yang

bahkan tak memiliki acuan primordial sama sekali, melalui semua medium teknologis di atas, melahirkan spirit egaliterian yang kuat. (j) Pembebasan secara horizontal antarmanusia ini adalah demokratisasi yang tak membutuhkan lagi demokrasi atau institusi-institusi politik maupun negara. (k) Sebagai akibatnya, hubungan-hubungan yang terjalin secara emosional menjadi semakin pragmatis, ringan, bahkan artifisial. (l) Jika dulu aku adalah warga desaku, kini dunia adalah aku, akulah dunia. (m) Dan hati kita terlalu sempit untuk berbagai romantika atau hubungan-hubungan yang platonis. (Kompas, 23 April 2005)

Pada contoh (35) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari tujuh kalimat, yaitu (35a), (35b), (35c), (35d), (35e), (35f), dan (35g). Paragraf kedua terdiri dari enam kalimat, yaitu (35h), (35i), (35j), (35k), (35l), dan (35m). Pada paragraf kedua terdapat kata penunjuk hal itu menunjuk ke sebelah kiri, yaitu kalimat kontemplasi dan pengosongan jiwa tak lagi terjadi, yang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penunjukan anaforis.

(36) (a) M>small 2small 0< demikian, kita tidak dapat memungkiri bahwa telah banyak juga upaya yang dilakukan pemerintah pusat melalui berbagai kebijakan yang ditujukan untuk memajukan kawasan ini. (b) Namun, hasil yang diharapkan masih jauh dari harapan untuk mewujudkan suatu Kawasan Timur Indonesia (KTI) sebagai kawasan yang maju dan mempunyai kesetaraan akses ekonomi antarkawasan.

(c) Hal ini sangat jelas terlihat dari berbagai indikator pembangunan, seperti indikator ekonomi di mana pada tahun 2002 nilai PDRB yang sebesar Rp 101.452.359 juta masih belum dapat mencapai nilai PDRB secara nasional sebesar Rp 426.740.546 juta, serta dari indikator sosial pada tahun yang sama menunjukkan rata-rata IPM sebesar 64,7 juga belum mendekati nilai rata-rata IPM secara nasional yang besarnya 65,8.(Kompas, 9 April 2005)

Pada contoh (36) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari dua kalimat, yaitu (36a) dan (36b). Paragraf kedua terdiri dari satu kalimat, yaitu (36c). Pada paragraf kedua terdapat kata penunjuk hal ini menunjuk ke sebelah kiri, yaitu kata sebagai kawasan yang maju dan mempunyai kesetaraan akses

ekonomi antarkawasan, yang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penunjukan anaforis.

B. Kohesi penunjukan kataforis

Adapun pemaparan contoh-contoh antarparagraf yang berkohesi penunjukan kataforis dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005.

(37) (a) Beberapa hal yang dapat dicatat, sebelum tsunami, menunjukkan keadaan yang tidak menggembirakan, di antaranya sebagai berikut: (b) Pertama, proporsi penduduk di bawah garis kemiskinan pada tahun

2002 mencapai angka 29,8 persen atau berada pada peringkat tertinggi di seluruh Sumatera. (c) Angka ini, dilihat dari bawah, menempati peringkat keempat di Indonesia sesudah Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. (d) Dari sisi pendidikan, angka anak usia sekolah dasar (7-12 tahun) yang bersekolah di SD/madrasah ibtidaiyah dibandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah dasar, termasuk yang terendah di Sumatera. (e) Kedua, sektor pertanian masih menghasilkan pangan yang mencukupi warga NAD, bahkan terkadang surplus. (f) Hanya, sektor perkebunan sawit yang semestinya bisa dijadikan andalan penghasil devisa, seluas lebih dari 260.000 hektar, sebagian besar terlantar karena ditinggal oleh petani plasma yang mengungsi karena gangguan keamanan. (g) Produk hortikultura, seperti jeruk dari daerah Aceh Jaya-sebelumnya bisa dipasarkan hingga Medan-sudah lama hancur. (h) Ketiga, sektor industri tidak berkembang, bahkan cenderung menurun. (i) Sekarang, sejalan dengan menurunnya cadangan, ladang Arun hanya mampu berproduksi melalui satu dari empat kilang pengolahan gas alam cairnya. (j) Kelangkaan gas menyebabkan berhentinya pabrik pupuk AAF selama 20 bulan terakhir dan Pupuk Iskandar Muda hanya satu dari dua pabriknya yang beroperasi. (k) Pabrik Kertas Kraft Aceh sudah beberapa tahun berhenti beroperasi. Industri yang relatif mantap di NAD, yakni Semen Andalas Indonesia, luluh lantak terkena tsunami. ( Kompas, 7 April 2005) Pada contoh (37) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari satu kalimat, yaitu (37a). Paragraf kedua terdiri dari lima kalimat, yaitu (37e), (37f), (37g), (37h), dan (37i). Pada paragraf pertama terdapat kata penunjuk sebagai

berikut yang menunjuk pada paragraf kedua sehingga merupakan kohesi penunjukan kataforis.

(38) (a) Meski sudah memperoleh janji-janji dan dukungan penuh, tidak mudah membayangkan pembangunan kembali NAD dari dampak gempa dan tsunami sekaligus menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada sebelumnya. (b) Selain menggunakan acuan cetak biru yang dibuat, diperlukan beberapa langkah terobosan strategis bagi pengembangan NAD masa mendatang. (c) Tsunami merupakan momen sejarah penting yang tidak boleh dilewatkan. Daftar berikut kiranya sangat layak dipertimbangkan:

(d) Pertama, mengembangkan grant for energy, yakni membangun proyek energi listrik di NAD dengan menggunakan dana hibah. (e) Potensi batu bara, di Meulaboh dan sekitar pantai barat NAD, dengan cadangan 500-an juta ton dapat dikembangkan untuk pembangkit listrik mulut tambang hingga 4 x 65 megawatt. (f) Di bagian utara dan timur NAD terdapat potensi energi yang terbarukan, geotermal Gunung Seulawah sebesar 200 megawatt. (g) Belum lagi di Sabang, Pulau Weh, dengan perkiraan potensi geotermal hingga 50 megawatt. (h) Kedua, melalui grant for IT yang sudah digalang oleh beberapa produsen perangkat keras dan lunak bidang informasi dan komunikasi internasional. (i) Gelar serat optik 840 kilometer menyambung NAD ke pintu komunikasi global akan membuat Aceh menjadi provinsi terdepan di Indonesia dalam bidang infrastruktur IT. (j) Ketersediaan sarana informasi dan komunikasi maju ini semestinya dapat mendorong lembaga pendidikan NAD di segala tingkatan menjadi pusat keunggulan (center of excellence) di Sumatera atau bahkan Indonesia. (k) Ketiga, mewujudkan grant for security dengan melanjutkan dialog dan komunikasi timbal balik dan penuh kepercayaan bahwa kedamaian bisa terwujud di Aceh. (l) Yang buntu di Henry Dunant Center dapat diselesaikan melalui fasilitator Crisis Management Initiative di Helsinki. (m) Rekonsiliasi penuh dan membangun Aceh bersama-sama. (n) Dari ketiga terobosan, yang terakhir ini merupakan bagian tersulit meski bukan mustahil.

Pada contoh (38) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari empat kalimat, yaitu (38a), (38b), dan (38c). Paragraf kedua terdiri dari sebelas kalimat, yaitu (38d) sampai dengan (38n). Pada paragraf pertama tedapat kata berikut yang menunjuk pada paragraf kedua, sehingga merupakan kohesi penunjukan kataforis.

Dokumen terkait