• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kohesi dan koherensi antarparagraf dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kohesi dan koherensi antarparagraf dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005 - USD Repository"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Strata 1 (S-1) Sastra Indonesia

Program studi Sastra Indonesia

Disusun Oleh

MARGARETHA KRISMI ERNAWATI 004114003

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Strata 1 (S-1) Sastra Indonesia

Program studi Sastra Indonesia

Disusun Oleh

MARGARETHA KRISMI ERNAWATI 004114003

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

“Kohesi dan Koherensi Antarparagraf dalam Wacana Opini Surat Kabar Kompas

Edisi Nasional Bulan April 2005” tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan-kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta , Maret 2007 Penulis

(6)

v

Aku ingin bahwa dengan memahami diriku sendiri, aku dapat memahami orang lain (Katherine Mansfield).

Pengalaman membuat aku mampu untuk mengenal sebuah kesalahan bilamana aku melakukannya lagi

(F ranklin P. Jones).

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Yesus Kristus dan Bundha Maria

bapakku Al. Subarjo

ibuku Fr. Rujiyem,

kakakku Y.Kris Yunianto dan

(7)

vi

berkarya atas diri penulis. Untuk itu, tiada kata lain yang pantas penulis panjatkan kecuali kata puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada peneliti.

Skripsi ini tidak terwujud begitu saja, melainkan melalui proses dan berkat kebaikan, perhatian, dukungan, dan doa dari berbagai pihak.

1. Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., dosen pembimbing I yang penuh perhatian memberikan dorongan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

2. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan kritikan dan masukan dalam proses penyusunan skripsi ini. 3. Dosen-dosen Sastra Indonesia antara lain Drs. B. Rahmanto, M.Hum.,

Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum., Dra. Tjandrasih Adji, M.Hum., Drs. Heri Antono, M.Hum. Atas segala bimbingan selama penulis menjalani studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Sekretariat Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma atas pelayanan dalam administrasinya.

(8)

vii

7. Mas Anto, dhik Deni, dan dhik Dhimas (walaupun dhik Dhimas bandel, mbak sayang dan selalu kangen) selalu memberikan dukungan agar penulis menyelesaikan skripsinya.

8. Romo E.M. Supranowo, Pr. yang selalu menanyakan bagaimana skripsinya dan memberi semangat, berkat, dorongan, serta doa agar penulis menyelesaikan skripsinya.

9. Leonard Prince Abhie Passarelagu terima kasih banyak telah menyediakan waktunya untuk mengalihbahasakan dari bahasa indonesia menjadi bahasa inggris dan terima kasih dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsinya dari sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(9)

viii

Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta.

Dalam skripsi ini dibahas tentang kohesi dan koherensi antarparagraf wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005. Ada dua permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, kohesi antarparagraf apa saja yang terdapat dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005? Kedua, koherensi antarparagraf apa saja yang terdapat dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005?

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis kohesi antarparagraf dalam wacana opini Kompas edisi nasional bulan April 2005 dan mendeskripsikan jenis-jenis koherensi antarparagraf dalam wacana opini Kompas

edisi nasional bulan April 2005.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) tahap pengumpulan data, (ii) tahap analisis data, dan (iii) tahap penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, yaitu menyimak wacana opini dengan membaca, menelaah, dan memahami wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005. Teknik yang digunakan adalah teknik sadap dan teknik catat. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode agih dan metode padan. Metode agih yang diterapkan menggunakan teknik dasar bagi unsur langsung. Untuk menganalisis kohesi dan koherensi berpenanda digunakan teknik baca markah yaitu teknik yang digunakan untuk menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu. Teknik ganti untuk membuktikan identitas satuan lingual tertentu dan teknik ulang untuk menggantikan unsur tertentu dengan unsur yang lain. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah teknik bagi unsur langsung dengan cara membagi atau mengelompokkan bagian wacana kemudian dicari kohesi dan koherensinya. Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode formal adalah penyajian hasil analisis data dengan perumusan tanda dan lambang-lambang dan metode informal dengan kata-kata biasa, dalam artian tidak mengunakan rumus.

(10)

ix

non- intervensi, myamar, dan ASEAN.

Kedua, struktur antarparagraf wacana opini dalam surat kabar Kompas

edisi nasional bulan April 2005 memiliki koherensi berpenanda. Koherensi berpenanda dapat dirinci menjadi sembilan, yaitu (i) koherensi aditif dengan menggunakan penanda antarparagraf misalnya di samping itu; selain itu; ditambah lagi; lagi pula; dan kecuali itu, (ii) koherensi sebab akibat dengan menggunakan penanda antarparagraf misalnya oleh karena itu; maka; oleh sebab itu; dan akibatnya; (iii) koherensi pertentangan dengan menggunakan penanda kata sebaliknya; akan tetapi; tetapi; namun; walaupun begitu; dan meskipun demikian

, (iv) koherensi temporal dengan menggunakan penanda antarparagraf

misalnya kini; dua tahun lalu; ketika itu; sementara itu; dan sampai sekarang, (v) koherensi kronologis dengan menggunakan penanda antarparagraf misalnya dulu

(11)

x

Program. Indonesian Letters Program. Faculty of Letters, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This thesis was discussing the inter-paragraph cohesion and coherence in the Opinion Discourse column of Kompas Newspaper’s National Edition of April 2005. There were two problems addressed in this thesis. First, what inter-paragraph cohesion can be found in the Opinion Discourse column of Kompas

Newspaper’s National Edition of April 2005? Second, what inter-paragraph coherence can be found in the Opinion Discourse column of Kompas Newspaper’s National Edition of April 2005?

This research aimed at describing the types of inter-paragraph cohesion in the Opinion Discourse column of Kompas Newspaper’s National Edition of April 2005 and describing the types of inter-paragraph coherence in the Opinion Discourse column of Kompas Newspaper’s National Edition of April 2005.

(12)

xi

into two cohesions. (i) Homonymy cohesion found in words ketiga agama keturunan Ibrahim as superordinate umat Islam, Kristen, and Yahudi as subordinate. (ii) While the repeating cohesion found in indicator words dia, Aceh, prinsipnonintervensi, Myanmar, and ASEAN.

Second, the elements of inter-paragraph in the Opinion Discourse column of

Kompas Newspaper’s National Edition of April 2005 have coherence with indicator and coherence without indicator. (i) Coherence with indicator turn into additive coherence using indicator words di samping itu, selain itu, ditambah lagi, lagi pula, and kecuali itu. (ii) Causal coherence using indicator word oleh karena itu, maka, oleh sebab itu. (iii) Contrast coherence using indicator word sebaliknya, akan tetapi, tetapi, namun, walaupun begitu and meskipun demikian. (iv) Time coherence by using indicator words kini, dua tahun lalu, ketika itu, sementara itu, and sampai sekarang. (v) Chronological coherence by using indicator words dulu,

and setelah. (vi) Sequential coherence using indicator words kemudian, lalu, and

(13)

xii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK... ... viii

ABSTRACT..... ... x

DAFTAR ISI... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 TinjuanPustaka ... 6

1.6 Landasan Teori ... 8

1.6.1 Pengertian Wacana ... 8

1.6.2 Pengertian Wacana Opini ... 8

1.6.3 Hubungan Antarbagian Wacana... 9

1.6.3.1 Kohesi... 9

1.6.3.1.1 Kohesi Gramatikal ... 9

1.6.3.1.2 Kohesi Leksikal ... 12

1.6.3.2 Koherensi... 16

1.6.3.2.1 Koherensi Berpenanda ... 17

1.6.3.2.2 Koherensi Tidak Berpenanda ... 21

1.7 Metode Penelitian ... 21

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 22

(14)

xiii

BAB II HASIL ANALISIS KOHESI ANTARPARAGRAF WACAN OPINI SURAT KABAR KOMPAS EDISI NASIONAL BULAN APRIL

2005 ... 26

2.1 Kohesi Gramatikal ... 26

2.1.1 Kohesi Penunjukan ... 26

2.1.2 Kohesi Penggantian ... 33

2.1.3 Kohesi Perangkaian ... 35

2.2 Kohesi Leksikal ... 37

2.2.1 Kohesi Pengulangan ... 37

2.2.2 Kohesi Hiponimi ... 39

BAB III HASIL ANALISIS KOHERENSI ANTARPARAGRAF WACANA OPINI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS EDISI NASIONAL BULAN APRIL 2005... 42

3.1 Hasil analisis Koherensi ... 42

3.1.1 Koherensi berpenanda ... 42

3.1.1.1 Koherensi aditif ... 43

3.1.1.2 Koherensi Sebab akibat ... 46

3.1.1.3 Koherensi Temporal ... 48

3.1.1.4 Koherensi Kronologis ... 51

3.1.1.5 Koherensi Pertentangan ... 53

3.1.1.6 Koherensi Cara ... 56

(15)

xiv

3.1.2.1 Koherensi Perian dan Perincian .. .. ... 61

BAB IV PENUTUP ... 65

4.1Kesimpulan... 65

4.2 Saran... 67

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam skripsi ini dibahas tentang kohesi dan koherensi antarparagraf yang terdapat pada wacana opini pada surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005. Wacana opini adalah tulisan yang terdapat dalam media massa cetak yang berisi pendapat pribadi penulis. Wacana opini termasuk wacana yang lengkap karena di dalamnya terdapat gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca.

Kohesi adalah hubungan bentuk antara bagian-bagian dalam suatu wacana, kohesi dibagi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal dibedakan menjadi kohesi penunjukan, penggantian, perangkaian, dan pelesapan. Kohesi leksikal dibedakan menjadi himonini, sinonimi, dan antonimi. Adapun koherensi adalah hubungan makna atau semantis antara bagian-bagian dalam suatu wacana. Koherensi dibedakan menjadi koherensi sebab akibat, koherensi perlawanan, koherensi kronologis, koherensi temporal, dan koherensi aditif. Dengan adanya kohesi dan koherensi itu akan terbentuk sebuah wacana yang utuh sehingga terjadi kesinambungan antarkalimat atau antarparagraf. Berikut ini contoh kohesi gramatikal yang terdapat pada wacana opini.

(17)

zat padat halus dan zat kimia lain merugikan kesehatan manusia, usaha harus dilakukan untuk mengendalikan pencemaran udara.

(c) DI Eropa dan Amerika Serikat usaha ini telah berhasil banyak. (d) Sementara itu, penanggulangan emisi CO2 belum berhasil, bahkan ada gejala emisi CO2 makin meningkat. (e) Dengan demikian, pada satu pihak, keberhasilan menanggulangi pencemaran udara zat padat dan zat kimia lain telah mengurangi dampak kesehatannya. (Kompas, 21 April 2005) Pada contoh (1) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (1a), dan (1b). Paragraf kedua terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (1c), (1d), dan (1e). Pada paragraf kedua terdapat kata penunjuk ini, menunjuk ke sebelah kiri, yaitu kata mengendalikan pencemaran udara sehingga merupakan kohesi penunjukan anaforis.

(2) (a) Kehadiran Paus Benediktus XVI melahirkan dualisme sikap. (b) Hal ini terjadi karena adanya harapan yang begitu besar bagi eksistensi paus. (c) Seperti dilaporkan BBC, sebagian warga jerman menyambut pengangkatan Joseph Ratzinger dengan bangga, sebagian lagi dengan rasa prihatin. (d) Bangga karena ia berasal dari jerman, sementara keprihatinan muncul karena menganggap Ratzinger sebagai sosok konservatif.

(e) NAMUN, menilai sepihak terhadap sosok Paus Benediktus XVI kiranya harus ditaruh didalam kurung karena dalam hal-hal tertentu ia menunjukkan sikap yang egaliter. (f) Misalnya, saat sebagian warga jerman mendukung pembetasan pelaksanaan ajaran islam bagi pemeluknya, seperti pemakaian jilbab, ia justru agak tidak setuju. (g) Ia keberatan terhadap larangan pemakaian simbol-simbol agama di sekolah-sekolah. (Kompas, 26 April 2005)

(18)

(3) (a) Kacaunya administrasi wilayah pesisir dan lautan Indonesia tercermin dalam banyak hal: (1) kita mengklaim seluruh pulau besar dan kecil Indonesia berjumlah 17.504 pulau, namun sampai saat ini kita hanya mampu memberi nama berikut posisi geografisnya sebanyak 7.870 pulau yang memenuhi definisi pulau menurut Pasal 121 UNCLOS 1982; (2) ada sebuah lembaga di Indonesia menggunakan citra satelit untuk menghitung jumlah pulau sehingga dengan bangga menyatakan telah memperoleh jumlah pulau lebih banyak lagi, yaitu 20.000 pulau (bahkan Presiden RI sebelumnya selalu mengacu pada angka ini).

(b) Padahal yang dilihat di citra satelit belum tentu pulau berdasarkan definisi UNCLOS 1982, karena mungkin hanya berupa vegetasi mangrove di atas permukaan laut. (c) Masalah nama-nama geografis seharusnya menjadi bagian dari administrasi pemerintahan yang tertib dan tidak setiap lembaga terkait mengeluarkan angka jumlah banyaknya pulau secara sendiri-sendiri. (Kompas, 11 April 2005).

Pada contoh (3) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari satu kalimat, yaitu (3a). Paragraf kedua terdiri dari dua kalimat, yaitu (3b), dan (3c). Paragraf pertama berkoherensi intensitas dengan paragraf kedua yang ditandai dengan konjungsi padahal.

(4) (a) Kerangkanya gamblang, dengan semakin kompleks dan ragam, mekanisme check and balance, baku kritik, kontrol dan koreksi, serta saling sisip dan silih sumbang antarinstitusi dapat berlangsung lebih rampak sehingga demokrasi menjadi rekonstruktif, senantiasa dapat memperbaiki dirinya, memperbaharui gagasan-gagasannya, meremajakan bahkan menganakpinakkan sistem dan kelembagaannya sesuai tuntutan perkembangan.

(b) Oleh karena itu, setiap perkembangan yang membahayakan proliferasi demokrasi, baik pada lingkup hak-hak, institusi, kelompok, maupun individu penggiatnya, seperti dalam berbagai perkembangan ini, serta baik akibat rekayasa sistematis atau sekadar karena alpa kuasa, ceroboh, atau lobanya pihak-pihak yang terkait, tetaplah sekaligus merupakan bukti ketidaksehatan mekanisme- mekanisme demokrasi kita. (c) Alih-alih bersorak-sorai merayakannya, sekurang-kurangnya kita harus tertegun gundah. (Kompas, 18 April 2005)

(19)

terlihat adanyahubungan makna sebab-akibat. Paragraf pertama berkoherensi kausalitas dengan paragraf kedua ditandai konjungsi oleh karena itu

(5) (a)Yang lebih sial lagi, di antara elite agama (terutama Islam dan Kristen), banyak di antaranya yang berambisi ingin mendakwahkan atau menebarkan misi (baca: mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama yang mereka peluk. (b) Dan, para elite agama ini pun tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-nyiakan peran signifikan negara sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas. (c) Maka, kloplah, politisasi agama menjadi proyek kerja sama antara politisi yang mabuk kekuasaan dan para elite agama yang juga mabuk ekspansi keyakinan.

(d) Namun, perlu diingat, dalam proyek "kerja sama" ini tentunya para politikus jauh lebih lihai dibandingkan dengan elite agama. (e) Dengan retorika yang memabukkan, mereka tampil (seolah-olah) jadi elite yang sangat religius yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi agama) melalui jalur politik. (f) Padahal, amat jelas, yang terjadi tak lain adalah politisasi agama. (Kompas, 16 April 2005)

Pada contoh (5) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari tiga kalimat, yaitu (5a), (5b), dan (5c). Paragraf kedua terdiri dari tiga kalimat, yaitu (5d), (5e), dan (5f). Paragraf pertama berkoherensi kontras dengan paragraf kedua yang ditunjukan dengan konjungsi namun.

(20)

koherensi antarparagraf banyak variasinya khususnya pada bulan april 2005. Kohesi dan koherensi merupakan hal penting untuk membangun wacana, termasuk wacana opini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.2.1 Apa saja penanda kohesi antarparagraf dalam wacana opini Kompas edisi nasional bulan April 2005?

1.2.2 Apa saja penanda koherensi antarparagraf dalam wacana opini Kompas edisi nasional bulan April2005 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan penelitian sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan jenis-jenis kohesi antarparagraf dalam wacana opini

Kompas edisi nasional bulan April 2005.

1.3.2 Mendeskripsikan jenis-jenis koherensi antarparagraf dalam wacana opini

Kompas edisi nasional bulan April 2005.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

(21)

Indonesia. Hal itu selanjutnya memberikan gambaran dan contoh yang jelas mengenai kohesi dan koherensi antarparagraf. Manfaat praktis itu juga dapat memandu bagaimana penulisan struktur antarparagraf yang baik.

1.5 Tinjauan Pustaka

Kohesi dan koherensi telah dibahas dalam berbagai tulisan maupun skripsi antara lain oleh Ramlan (1993), Alwi (2000), Puspitasari (2004), dan Kusumantara (2004).

Ramlan (1987) dalam bukunya Sintaksis mengelompokkan makna antarklausa yang satu dengan klausa yang lainnya dalam kalimat majemuk terdiri tujuh belas hubungan. Ketujuh belas hubungan makna itu adalah (i) penjumlahan, (ii) perurutan, (iii) pemilihan, (iv) pertentangan, (v) perlebihan, (vi)waktu, (vii) perbandingan, (viii) sebab, (ix) akibat, (x) syarat, (xi) pengandaian, (xii) harapan, (xiii) penerangan, (xiv) isi, (xv) cara, (xvi) perkecualian, dan (xvii) kegunaan.

(22)

Alwi (2000) dalam bukunya Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia membahas hubungan bentuk (kohesi) dan hubungan makna antarkalimat dalam bahasa indonesia (koherensi). Di bidang hubungan makna Alwi merinci penanda hubungan antarkalimat menjadi pertentangan, pengutamaan, perkecualian, konsesi, dan tujuan.

Selain ahli-ahli tersebut, ada skripsi dan tesis yang membahas kohesi dan koherensi sebagai berikut.

Puspitasari (2004) dalam skripsinya berjudul “Analisis Wacana Rubrik “Psikoterapi” dalam surat kabar mingguan Minggu Pagi. Penelitian Ani menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, wacana rubrik “Psikoterapi” memiliki wacana lengkap, yaitu bagian awal, bagian tubuh, dan bagian penutup. Kedua, kohesi wacana rubrik “Psikoterapi” yang berupa pertalian unsur semantik diwujudkan menjadi bentuk kohesi gramatikal dan kohesi lekasikal. Ketiga, koherensi yang ditemukan dalam wacana rubrik”Psikoterapi” dibedakan menurut penanda antar kalimat, yaitu koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda.

(23)

keempat, koherensi pada wacana Adventorial pada surat kabar Kompas bulan januari- juni 2004.

Setelah dilakukan tinjauan pustaka dari kajian Ramlan (1993), Alwi (2000), Wahyuni (2004), Puspitasari (2004), dan Kusumantara (2004) dapat dicatat bahwa sudah dilakukan kajian tentang kohesi dan koherensi. Hal tersebut berupa kohesi dan koherensi antarkalimat yang terdapat pada wacana rubrik, wacana narasi bahasa daerah, dan tajuk rencana. Namun, kohesi dan koherensi antarparagraf belum pernah diteliti. Oleh sebab itu, penelitian tentang kohesi dan koherensi antarparagraf dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005 ini layak dilakukan.

1.6 Landasan Teori

Dalam penelitian ini diperlukan landasan teori mengenai wacana, paragraf, kalimat, wacana opini, dan pengertian hubungan antarbagian wacana.

1.6.1 Pengertian Wacana

Menurut Kridalaksana (1983: 179) wacana adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedi, dsb), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

(24)

tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan dan tertulis. Adapun menurut Samsuri (1988: 1), wacana adalah rekaman kebahasaan tang utuh tentang peristiwa komunikasi. Komunikasi dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulis.

1.6.2 Pengertian Opini

Artikel opini merupakan tulisan yang ada di dalam media cetak yang memasukkan pendapat penulis di dalamnya, artinya artikel yang mengandung subjektivitas, bukan hanya fakta (Hutabarat dan Pudjomartono dalam Siregar dan Suarjana, 1995: 30).

1.6.3 Hubungan Antarbagian Wacana

Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa terdiri atas bentuk dan makna, maka hubungan antarbagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi (cohesion) dan hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut koherensi (coherence). Dengan demikian, wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif, dan dilihat dari segi hubungan makna atau struktur batinnya bersifat koheren.

1.6.3.1 Kohesi

Kohesi merupakan hubungan bentuk. Kohesi dibagi menjadi dua, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

(25)

Menurut Halliday dan Hassan (1976: 6), Sumarlam (1996: 66), Baryadi (2001: 10), aspek gramatikal wacana meliputi: penunjukan, penggantian, pelesapan, dan perangkaian.

a). Penunjukan

Penunjukan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya. Berdasarkan tempatnya, apakah acuan itu berada di dalam teks atau di luar teks, maka penunjukan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penunjukan endofora apabila acuannya berada atau terdapat di dalam teks wacana itu, dan (2) penunjukan eksofora apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana.

Tabel 1 : Kata-kata Deiksis untuk Kohesi Penunjukan

b). Penggantian

Penggantian adalah kohesi gramatikal berupa penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Dilihat dari segi satuan lingualnya, subtitusi dapat dibedakan menjadi subtitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal.

Tabel 2 : Pronomia Persona untuk Kohesi Penggantian Tunggal/jamak Netral Honorifik

Kohesi Referensi Kata-kata Deiksis

1. Referensi Anaforis itu, ini, tersebut, di atas, demikian, begini, begitu

(26)

Tunggal dia, ia, -nya beliau Jamak mereka, -nya beliau-beliau

Contoh:

(6) Agus sekarang sudah berhasil mendapat gelar sarjana sastra.Titel

kesarjanaannya itu akan digunakan untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa melalui sastranya.

(7) Wisnu mempunyai hobi mengarang cerita pendek. Dia berkarya sejak masih di bangku sekolah menengah pertama.

(8) Aku tidak memeruskan pertanyaanku. Ibuku juga tidak berbicara. Dua orang sama- sama diam.

Pada contoh (6) satuan lingual nomina gelar yang telah disebut terdahulu digantikan oleh satuan lingual nomina pula yaitu kata titel disebutkan kemudian. Contoh (7) tampak adanya penggantian satuan lingual berkategori verba mengarang dengan satuan lingual lain yang berkategori sama, yaitu berkarya. Adapun pada contoh (8) kata aku pada kalimat pertama dan ibuku pada kalimat kedua disubtitusi dengan frasa dua orang pada kalimat ketiga.

c). Pelesapan

Pelesapan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya.

(9) Budi seketika itu terbangun. Menutupi matanya karena silau,mengusap muka dengan saputanganya, lalu bertanya,” “Di mana ini ?”.

(27)

klausa kedua, sebelum kata mengusap pada klausa ketiga, dan sebelum kata atau diantara kata lalu dan bertanya pada klusa keempat. Di dalam analisis wacana, unsur (konstituen) yang dilesapkan itu biasa ditandai dengan konstituen nol atau zero (atau dengan lambang) pada tempat terjadinya pelesapan unsur tersebut. Dengan cara seperti itu maka peristiwa pelesapan pada tuturan (9) dapat direpresentasikan menjadi (9a), dan apabila tuturan itu kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa adanya pelesapan maka akan tampak seperti (9b) sebagai berikut. (9a) Budi seketika itu terbangun.  menutupi matanya karena silau, 

mengusap muka dengan saputangannya, lalu  bertanya,”Di mana ini?”. (9b) Budi seketika itu terbangun. Budi menutupi matanya karena silau, Budi

mengusap muka dengan saputangannya, lalu Budi bertanya, “Di mana ini?”. Pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa pelesapan, seperti pada (9) atau (9a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif, efesien, wacananya menjadi padu, dan memotivasi pembaca untuk lebih kreatif menemukan unsur-unsur yang dilesapkan, serta praktis dalam berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan (9b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (9) dan (9a).;

d). Perangkaian

Perangkaian adalah kohesi gramatikal yang dilakukan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar.

(28)

(10) Karena pelayanannya ramah, cantik, masih gadis lagi, setiap saat warungnya penuh pembeli.

(11) Si Fulan tetap tidak bisa diterima oleh teman-temannya, meskipun dia sudah mengakui kesalahannya.

Konjungasi karena pada contoh (10) sekalipun berada awal kalimat tetap berfungsi untuk menyatakan hubungan sebab-akibat atau hubungan kausal antara klausa penjualnya cantik, ramah, masih gadis sebagai sebab, dengan klausa berikutnya yaitu setiap saat warungnya penuh pembeli sebagai akibat. Konjugasi meskipun pada contoh (11) menghubungkan secara konsesif antara klausa Si Fulan tetap tidak bisa diterima teman-temannya dengan klausa dia sudah mengakui kesalahannya.

1.6.3.1.2 Kohesi Leksikal

Kohesi leksikal adalah hubungan antarunsur dalam wacana secara semantis. Kohesi leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu (a) pengulangan, (b) sinonimi, (c) kolokasi, (d) hiponimi, (e) antonimi, dan (f) ekuivalensi. Berikut ini penjelasan keenam aspek leksikal beserta contohnya. a). Kohesi Leksikal Pengulangan

Pengulangan adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yangs sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam baris,

Contoh :

(29)

Contoh (12) merupakan pengulangan satuan lingual (sebuah kata) beberapa kali dalam sebuah konstruksi, contoh (12) termasuk repetisi tautotes.

b). Kohesi Leksikal Sinonimi

Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan yang lain (Chaer, 1990: 85). Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan wacana. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana.

Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dibedakan menjadi lima macam, yaitu sinonimi antara morfem bebas dengan morfem terikat, kata dengan kata, kata dengan frasa atau sebaliknya,frasa dengan frasa, dan klausa dengan kalimat atau kalimat dengan klausa.berikut ini contoh sinonimi:

( 13 ) Aku mohon kau mengerti perasaanku

(14 ) Meskipun capek, saya sudah terima bayaran. Setahun menerima gaji 80%. SK pegnegku keluar. Gajiku naik

Pada contoh (13) termasuk sinonimi morfem ( bebas) aku bersinonimi dengan morfem (terikat) –ku, contoh (14) berupa sinonimi antara kata bayaran pada kalimat pertama dengan kata gaji pada kalimat kedua dan ketiga.kedua kata pada contoh (14) maknanya sepadan.

(30)

Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan satuan lingual yang lain. Antonimi disebut juga oposisi makna. Berdasarkan sifatnya oposisi makna dibedakan menjadi lima macam, yaitu oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hirarkial, dan oposisi majemuk.

Contoh:

(15) Hidup dan matinya perusahaan tergantung dari usaha kita. Jangan hanya diam menunggu kehancuran, mari kita mencoba bergerak dengan cara yang lain.

Pada contoh (15) terdapat oposisi mutlak antara kata hidup dan mati pada kalimat pertama, dan kata diam dan kata bergerak pada kalimat kedua.

d). Kohesi Leksikal Kolokasi

Kolokasi adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam suatu dominan atau jaringan tertentu, misalnya

Contoh:

(31)

Pada contoh (16) tampak pemakaian kata-kata sawah,petani,lahan,bibit padi, sistem pengolahan, dan hasil panen, yang saling berkolokasi dan mendukung kepaduan suatu wacana.

e). Kohesi Leksikal Hiponimi

Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau satuan lingual yang berhiponim itu disebut “hipernim” atau “superordinat”. Contoh penggunaan hiponimi dapat diperhatikan pada penggalan wacana berikut.

Contoh:

(17) Binatang melata termasuk kategori hewan reptil. Reptil yang hidup di darat dan di air ialah katak dan ular. Cicak adalah reptil yang biasa merayap di dinding. Adapun jenis reptil yang hidup di semak-semak dan rumput adalah kadal. Sementara itu,reptil yang dapat berubah warna sesuai dengan lingkunganya yaitu bunglon.

(32)

REPTIL --- “Hipernim”

Hiponimi Cicak Ular Kadal Katak Bunglon --- “Hiponimi”

“Kohiponimi

f). Kohesi Leksikal Ekuivalensi

Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah kata hasil afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukan adanya hubungan kesepadanan, misalnya hubungan makna antara kata membeli, dibeli, membelikan, dibelikan, dan pembeli, semuanya dibentuk dari bentuk asal yang sama yaitu beli. Contoh:

(18) Andi memperoleh predikat pelajar teladan. Dia memang tekun sekali dalam belajar. Apa yang telah diajarkan oleh para pengajar di sekolah diterima dan dipahaminya dengan baik. Andi merasa senang dan tertarik pada semua pelajaran.

1.6.3.2 Koherensi

(33)

koherensi tidak berpenanda. Koherensi berpenanda diungkapkan dengan konjungsi, sedangkan koherensi tidak berpenanda sebaliknya.

1.6.3.2.1 Koherensi Berpenanda

Koherensi berpenanda dapat membentuk koherensi antarparagraf di dalam suatu wacana yang ditandai oleh konjungsi. Masing-masing penanda bisa menyatakan hubungan makna tertentu (Ramlan, 1993:

a). Koherensi Kausalitas

Koherensi kausalitas yaitu koherensi yang menyatakan hubungan makna sebab-akibat antarkalimat atau antarparagraf.

Contoh:

(19) Menurut Harsya, dalam keadaan sekarang kalau sekolah hanya boleh dipakai pada pagi hari, dan sore hari untuk kegiatan ekstrakurikuler,akan banyak anak usia sekolah yang tidak tertampung. Karena itu, katanya, maslah ini harus dilihat sebagai masa transisi.

Pada contoh (19) terdapat dua kalimat, yaitu kalimat (19a) dan Kalimat (19a) berkoherensi kausalitas dengan kalimat (19b) yang ditandai dengan konjungsi Karena itu .

b) Koherensi Kontras

Koherensi kontras yaitu koherensi yang menyatakan hubungan makna pertentangan antarkalimat atau antarparagraf.

Contoh:

(34)

banyak orang, sehingga terpaksa PLN memenuhi permintaan mereka dengan janji untuk tidak menggunakan listrik pada malam hari.

Pada contoh (20) terdapat dua kalimat, yaitu kalimat (20a) dan (20b). Kalimat (20a) berkoherensi kausalitas dengan kalimat (20b) yang ditandai dengan konjungsi Namun.

c) Koherensi Aditif

Koherensi aditif yaitu koherensi yang menyatakan makna penambahan antarkalimat atau antarparagraf.

Contoh:

(21) (a) Dalam jangka pendek kemungkinan besar jawabannya bisa karena kini monopoli betul-betul bisa dilaksanakan. (b) BPPC (Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh) tak akan mengalami kesulitan dalam menetapkan harga. (c) Kecuali itu, seperti dikatakan di depan, produksi rokok kretek bakal meningkat lagi. (d) Dengan demikian, pemertintah akan cengkeh pun naik, dan BPPC pun semakin gampang melempar stoknya.

Pada contoh (21) terdapat empat kalimat, yaitu kalimat (21a), (21b), (21c), dan (21d). Kalimat (21a) dan (21b) berkoherensi aditif dengan kalimat (21c) yang ditandai dengan konjungsi kecuali itu.

d). Koherensi Intensitas

Koherensi intensitas yaitu koherensi yang menyatakan hubungan penyangatan yang terdapat dalam sejumlah penenda dalam fungsinya sebagai penanda antarkalimat atau penanda antarparagraf.

Contoh:

(35)

Pada contoh (22) terdapat dua alimat, yaitu kalimat (22a) dan (22b). Kalimat (22a) dan (22a) berkoherensi kausalitas dengan kalimat (22b) yang ditandai dengan konjungsi apalagi.

e). Koherensi Kronologis

Koherensi kronologis yaitu koherensi yang menyatakan hubungan rangkaian waktu, kala, dan aspek.

Contoh:

(23) (a) Geliat demokrasi di Irak kini mulai terasa. (b) Setelah berhasil melaksanakan pemilihan umum pada 30 Januari 2005, Dewan Nasional Irak (parlemen) hari Minggu (3/4) memilih Hajem al-Hassani dari Sunni sebagai ketua parlemen. (c) Tiga hari kemudian Dewan Nasional Irak juga berhasil memilih Jalal Talabani, dari suku Kurdi, sebagai presiden. (d) Adapun posisi Perdana Menteri kemungkinan kuat akan diberikan kepada pemimpin Syiah, Ibrahim Jaafari.

Pada contoh (23) terdapat empat kalimat, yaitu kalimat (23a), (23b), (23c), dan (23d). Kalimat (23a) dan (23b) berkoherensi kronologis dengan kalimat (23c) yang ditandai dengan konjungsi Tiga hari kemudian.

f). Koherensi Perurutan

Koherensi perurutan yaitu koherensi yang menyatakan hubungan yang harus dilakukan secara berurutan.

Contoh:

(36)

Pada contoh (24) terdapat dua alimat, yaitu kalimat (24a) dan (24b). Kalimat (24a) dan (24a) berkoherensi kausalitas dengan kalimat (24b) yang ditandai dengan konjungsi kemudian.

g). Koherensi Waktu

Koherensi waktu yaitu koherensi yang menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau dilaksanakannya suatu perbuatan tersebut pada kalimat lain.

Contoh:

(25) Sebelum rakyat berhasil merebut Dili, para tahanan Fretilin dipindahkan ke daerah pedalaman. Sementara itu, PSTT selangkah demi selangkah tetap berusaha untuk bisa berintegrasi dengan Indonesia.

Pada contoh (25) terdapat dua alimat, yaitu kalimat (25a) dan (25b). Kalimat (25a) dan (25a) berkoherensi waktu dengan kalimat (25b) yang ditandai dengan konjungsi sementara itu.

h). Koherensi Cara

Koherensi cara yaitu Koherensi menyatakan bagaimana suatu perbuatan itu dilaksanakan atau bagaimana suatu peristiwa itu terjadi.

Contoh:

(26) Anak-anak menyadarkan sepedanya ke dinding, kemudian berdiri di atas sepeda itu. Dengan demikian, mereka dapat melihat ke dalam, menyaksikan pertandingan sepak bola yang sedang berlangsung.

Pada contoh (26) terdapat dua alimat, yaitu kalimat (26a) dan (26b). Kalimat (26a) dan (26a) berkoherensi cara dengan kalimat (26b) yang ditandai dengan konjungsi dengan demikian.

(37)

Koherensi syarat yaitu koherensi yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan pada suatu kalimat menjadi syarat terlaksananya suatu perbuatan atau terjadinya suatu peristiwa yang dinyatakan pada kalimat lain.

Contoh:

(27) (a) Dengan kekuatan ekonominya saat ini, masyarakat Amerika menganggap Jepang berusaha menghancurkan kami. (b) Jika begitu, benarkah peringatan 50 tahun serangan terhadap Pearl Harbor dilakukan untuk menggaungkan kembali kesan bahwa Jepang tetap musuh Amerika yang berbahaya?

Pada contoh (27) terdapat dua kalimat, yaitu kalimat (27a) dan (27b). Kalimat (27a) dan (27a) berkoherensi kausalitas dengan kalimat (27b) yang ditandai dengan konjungsi jika begitu.

1.6.3.2.2 Koherensi Tidak Berpenanda

Jenis koherensi ini bisa dipahami melalui urutan kalimatnya meskipun tidak menggunakan konjungsi. Koherensi tidak berpenanda dibagi menjadi dua, yaitu koherensi perian dan koherensi perincian (Baryadi, 2002: 32).

Contoh:

(28) burung walet hitam berukuran lebih besar (14 cm) dengan sayap panjang dan ekor becelah dalam (menggarpu). Warna tunggingnya bervariasi anatar abu-abbu sampai hitam seperti punggungnya. Kakinya tidak berbulu atau hanya sdikit berbulu (mackinnon,1990:212).

(38)

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Untuk melakukan Penelitian linguistik dibutuhkan prosedur penelitian yang melewati tiga tahap strategis, yaitu pertama tahap pengumpulan data, tahap analisis data. Setelah data-data dianalisis, kemudian dilanjutkan tahap ketiga, yaitu tahap hasil analisis data. Berikut diuraikan masing-masing tahap penelitian itu.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah kohesi dan koherensi antarparagraf dalam wacana opini. Sumber data diperoleh dari surat kabar harian Kompas edisi nasional bulan april 2005. Sampel data kohesi dan koherensi antarparagraf dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005 berjumlah 65 buah .

(39)

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode agih dan metode padan. Menurut Sudaryanto (1993: 15-16), metode agih adalah metode analisis data dengan bagian bahasa yang diteliti sebagai alat penentu yang terdapat dalam bahasa itu sendiri. Teknik yang digunakan dalam metode agih ini adalah teknik bagi unsur langsung ini dilakukan dengan membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian.

Teknik bagi unsur langsung dipakai untuk membagi struktur wacana opini. Struktur wacana opini dari bagian judul, awal, itubuh atau isi, dan bagian penutup. Setelah menganalisis struktur wacana opini kemudian dilanjutkan dengan menganalisis kohesi dan koherensi antarparagraf wacana opini. Untuk menganalisis kohesi dan koherensi berpenanda digunakan teknik baca markah yaitu teknik yang digunakan untuk menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu (Sudaryanto, 1993: 95). Untuk menganalisis kohesi dan koherensi berpenanda digunakan teknik ganti dan teknik ulang. Teknik ulang dilaksanakan dengan cara mengulang satuan lingual tertentu yang bersangkutan. Teknik ganti dilaksanakan dengan cara menggantikan unsur tertentu dengan unsur yang lain (Sudaryanto, 1993: 48). Adapun untuk koherensi tidak berpenanda digunakan teknik perluas yaitu teknik analisis yang berupa perluasan satuan lingual dalam suatu data (Sudaryanto, 1993: 55).

(40)

(29) (a) Prinsip non-intervensi dalam skala itu memang merupakan ekspresi yang tidak bisa ditawar dari adanya pengakuan terhadap kedaulatan, sekalipun hal itu dalam penafsirannya, bisa dibelokkan untuk kepentingan domestik tanpa perlu takut campur tangan dari luar.

(b) Benturan dilematis terhadap penafsiran prinsip non-intervensi yang mulai digelindingkan PM Thailand Surin Pitsuwan dengan istilah pendekatan flexible engagement ataupun model "pengikatan konstruktif" (constructive engagement) dan bahkan semangat nhanced interaction ini kembali bergulir mundur ke belakang.

Pada contoh (29) terdapat dua. Paragraf pertama terdiri dari satu kalimat, yaitu (29a). Paragraf kedua terdiri dari satu kalimat yaitu (29b). Pada paragraf pertama terlihat kata Prinsip non-intervensi diulang pada paragraf kedua sehingga merupakan kohesi pengulangan.

Di samping diterapkan teknik ulang, teknik ganti juga digunakan dalam pengolahan data. Teknik ini dilaksanakan dengan cara menggantikan unsur tertentu dengan unsur yang lain. Contoh penerapannya sebagai berikut:

(30) (a) Dibandingkan dengan Paus Pertama, yaitu Petrus, dan para Paus pendahulunya, Johannes Paulus II ini jauh lebih mendunia. (b) Mendunia dalam arti dikenal seluruh dunia, tanpa menjadi selebriti. (c) Mendunia juga dalam arti, ia pergi hampir ke seluruh dunia. (d) Tiada benua yang tidak dikunjunginya.

(e) Dia juga menaruh minat besar pada hampir segala yang dirembuk di PBB, termasuk yang diolah di Beijing mengenai perempuan meski dalam kerangka imamat katolik, pendiriannya jelas. (f) Paus yang satu ini ini memancangkan satu tolok ukur baru, bagi pemimpin Gereja Katolik: seturut ajaran Gurunya juga sih, "Tidak dari dunia, tetapi tidak diambil keluar dari dunia" (Kompas, 2 April 2005).

(41)

diganti dengan kata Dia yang terdapat pada paragraf kedua sehingga merupakan kohesi penggantian.

1.7.3.3 Tahap Penyajian Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode informal dan metode formal. Sudaryanto (1993: 145) menjelaskan metode informal adalah metode penyajian atau perumusan hasil analisis data dengan kata-kata biasa. Adapun metode formal adalah metode penyajian dengan menggunakan data-dta biasa dan menggunakan bagan-bagan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan isi keseluruhan wacana opini. Kata-kata biasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kata-kata denotatif, bukan konotatif. Demikian juga penyampaian hasil analisis data dalam penelitian ini tidak akan memanfaatkan berbagai lambang, tanda, singkatan, dan sejenisnya.

1.8 Sistematika Penyajian

(42)

27 BAB II

KOHESI ANTARPARAGRAF DALAM WACANA OPINI SURAT KABAR KOMPAS EDISI NASIONAL BULAN APRIL 2005

Pada bab ini diuraikan jenis-jenis kohesi yang terdapat dalam wacana opini surat kabar harian Kompasedisi nasional bulan April 2005. Kohesi ini dibutuhkan dalam suatu wacana untuk menciptakan keutuhan wacana dengan adanya hubungan antar bagian wacana yang berhubungan akan tercipta keutuhan wacana. Dalam skripsi ini akan dibahas kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

2.1 Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal adalah keterkaitan gramatikal antara bagian-bagian wacana. Kohesi gramatikal dalam wacana opini surat kabar harian Kompas edisi nasional bulan April 2005 ditemukan empat jenis kohesi, yaitu penunjukan, penggantian, pelesapan, dan perangkaian.

2.1.1 Kohesi Penunjukan

(43)

konstituen di sebelah kanan. Dalam wacana opini dalam surat kabar harian

Kompas edisi nasional bulan April 2005 dijumpai kohesi anaforis dengan katapenunjuk itu, ini, di atas, dan tersebut. Adapun kohesi penunjukan kataforis ditandai dengan kata penunjuk sebagai berikut dan berikut.

A. Kohesi Penunjukan Anaforis

Berikut ini dipaparkan contoh-contoh penemuan penggalan paragraf yang berkohesi penunjukan anaforis.

(31) (a) Penulis melihat ada tiga faktor yang menjadi "biang keladi" Kawasan Timur Indonesia belum semaju kawasan lainnya, yaitu: banyaknya kebijakan pemerintah yang dijalankan setengah-setengah sehingga hanya menjadi retorika dan kurang implementatif; masih belum terkoordinasinya perencanaan pembangunan Kawasan Timur Indonesia oleh berbagai instansi pembangunan baik di pusat maupun daerah secara mulus; dan tidak adanya institusi yang menangani pengembangan Kawasan Timur Indonesia secara otonom.

(b) Bukan suatu hal yang aneh di negara kita ini, setiap perubahan pemerintahan akan selalu diikuti dengan perubahan kebijakan baru tanpa mempertimbangkan kesinambungannya. (c) Hal ini juga dialami oleh kebijakan-kebijakan untuk memajukan Kawasan Timur Indonesia. (d) Kita ambil contoh kebijakan pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) serta Kebijakan dan Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (Jakstranas PPKTI). (Kompas, 09 April 2005)

(44)

(32) (a) Tanda tangan darah dan pendaftaran sukarelawan perang untuk melawan Malaysia berlangsung di mana-mana. (b) Ambalat jelas di bagian selatan Laut Sulawesi dan masuk wilayah Indonesia (Medal Kamil Ariadno, Kompas, 8 Maret 2005). (c) Malaysia terlalu jauh mengklaim kepemilikan Blok Ambalat dan Ambalat Timur. (d) Kedua blok tersebut merupakan kelanjutan alamiah dari daratan Kalimantan Timur (Hasyim Djalal, Kompas, 12 Maret 2005).

(e) Indonesia sudah lebih dulu mengeksploitasi wilayah itu dan menurut UNCLOS 1982, maka Blok Ambalat berada di wilayah silent accupation atas wilayah laut Indonesia (Steven Y Pailah, Kompas, 12 Maret 2005). (Kompas, 11 April 2005)

Pada contoh (32) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari tiga kalimat, yaitu (32a), (32b), dan (32c). Paragraf kedua terdiri dari satu kalimat, yaitu (32d). Pada paragraf kedua terdapat kata penunjuk itu menunjuk ke sebelah kiri, yaitu kata Blok Ambalat dan Ambalat Timur yang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penunjukan anaforis.

(33) (a ) DITJEN Pajak mensomasi Kwik karena tulisannya yang menyebut bahwa PPN Nonmigas hilang Rp 180 triliun. (b) Sementara somasi pada Faisal ialah karena dia menyatakan bahwa penerimaan pajak menguap Rp 40 triliun (Kompas, 8/4).

(c) Menanggapi somasi itu, Kwik akhirnya membuat iklan pernyataan maaf kepada Ditjen Pajak di Harian Kompas (4/4/2005) dengan ukuran 5 kolom x 270 mm. (d) Hitung-hitung biaya iklan itu puluhan juta rupiah. Pada contoh (33) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari dua kalimat yaitu (33a) dan (32b). Paragraf kedua terdiri dari dua kalimat, yaitu (33c), dan (33d). Pada paragraf kedua terdapat kata penunjuk itu menunjuk ke sebelah kiri, yaitu kata PPN Nonmigas hilang Rp 180 triliunyang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penunjukan anaforis

(45)

Agency) dan Badan Pengembangan Okinawa (Okinawa Development Agency) untuk mengembangkan kedua wilayah (Hokkaido dan Okinawa) yang dianggap belum berkembang.

(b) Kedua lembaga tersebut diberi kewenangan penuh untuk melaksanakan tugas pembangunannya. (c) Badan Pengembangan Hokkaido mempunyai tugas mengembangkan Hokkaido secara keseluruhan. (d) Badan ini membuat dan melaksanakan seluruh rencana pemerintah untuk pekerjaan masyarakat yang berhubungan dengan jalan, sungai, pertanian, bandara, dan lain-lain. (e) Sedangkan Badan Pengembangan Okinawa mempunyai tujuan untuk mempromosikan berbagai kebijakannya seperti mengembangkan infrastruktur di Okinawa untuk menjamin kelangsungan pengembangan dengan menjaga keunikan Okinawa yang khusus. (Kompas, 9 April 2005)

Pada contoh (34) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari satu kalimat, yaitu (34a). Paragraf kedua terdiri dari empat kalimat, yaitu (34b), (34c), (34d), dan (34e). Pada paragraf kedua terdapat kata penunjuk tersebut, merunjuk ke sebelah kiri, yaitu kata Badan Pengembangan Hokkaido (Hokkaido Development Agency) dan Badan Pengembangan Okinawa (Okinawa Development Agency), yang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penunjukan anaforis.

(35) (a) Waktu dan jarak tidak lagi bermakna sebagai "perjalanan" sebagaimana kebijakan tradisi memahaminya; sebagai "kontemplasi", "meditasi", atau pengendapan yang dapat memiliki signifikansi spiritual. (b) Contoh kecil, jika jarak dan waktu jauh sebelumnya adalah penggerak rasa rindu, kangen, yang mengentalkan hubungan hati, ikatan emosional, hingga jiwa kita membesar untuk memahami lebih dalam orang lain. (c) Mengikhlaskan dan memaafkan diri, lalu kita mengalami semacam purifikasi. (d) Maka, waktu dan jarak pada masa kini tak berarti apa-apa. (e) Ketika kita dapat menjangkau siapa saja, di mana saja, kapan saja, mendengar suara, merasakan hatinya, bahkan memandang tubuhnya yang bergolek di tempat tidur sebuah hotel di jarak ribuan mil dan belasan jam. (f) Semua gerak batin dan pikiran dalam apresiasi tradisional pun lenyap. (g) Kontemplasi dan pengosongan jiwa tak lagi terjadi.

(46)

bahkan tak memiliki acuan primordial sama sekali, melalui semua medium teknologis di atas, melahirkan spirit egaliterian yang kuat. (j) Pembebasan secara horizontal antarmanusia ini adalah demokratisasi yang tak membutuhkan lagi demokrasi atau institusi-institusi politik maupun negara. (k) Sebagai akibatnya, hubungan-hubungan yang terjalin secara emosional menjadi semakin pragmatis, ringan, bahkan artifisial. (l) Jika dulu aku adalah warga desaku, kini dunia adalah aku, akulah dunia. (m) Dan hati kita terlalu sempit untuk berbagai romantika atau hubungan-hubungan yang platonis. (Kompas, 23 April 2005)

Pada contoh (35) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari tujuh kalimat, yaitu (35a), (35b), (35c), (35d), (35e), (35f), dan (35g). Paragraf kedua terdiri dari enam kalimat, yaitu (35h), (35i), (35j), (35k), (35l), dan (35m). Pada paragraf kedua terdapat kata penunjuk hal itu menunjuk ke sebelah kiri, yaitu kalimat kontemplasi dan pengosongan jiwa tak lagi terjadi, yang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penunjukan anaforis.

(36) (a) M>small 2small 0< demikian, kita tidak dapat memungkiri bahwa telah banyak juga upaya yang dilakukan pemerintah pusat melalui berbagai kebijakan yang ditujukan untuk memajukan kawasan ini. (b) Namun, hasil yang diharapkan masih jauh dari harapan untuk mewujudkan suatu Kawasan Timur Indonesia (KTI) sebagai kawasan yang maju dan mempunyai kesetaraan akses ekonomi antarkawasan.

(c) Hal ini sangat jelas terlihat dari berbagai indikator pembangunan, seperti indikator ekonomi di mana pada tahun 2002 nilai PDRB yang sebesar Rp 101.452.359 juta masih belum dapat mencapai nilai PDRB secara nasional sebesar Rp 426.740.546 juta, serta dari indikator sosial pada tahun yang sama menunjukkan rata-rata IPM sebesar 64,7 juga belum mendekati nilai rata-rata IPM secara nasional yang besarnya 65,8.(Kompas, 9 April 2005)

(47)

ekonomi antarkawasan, yang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penunjukan anaforis.

B. Kohesi penunjukan kataforis

Adapun pemaparan contoh-contoh antarparagraf yang berkohesi penunjukan kataforis dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005.

(37) (a) Beberapa hal yang dapat dicatat, sebelum tsunami, menunjukkan keadaan yang tidak menggembirakan, di antaranya sebagai berikut: (b) Pertama, proporsi penduduk di bawah garis kemiskinan pada tahun

(48)

berikut yang menunjuk pada paragraf kedua sehingga merupakan kohesi penunjukan kataforis.

(38) (a) Meski sudah memperoleh janji-janji dan dukungan penuh, tidak mudah membayangkan pembangunan kembali NAD dari dampak gempa dan tsunami sekaligus menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada sebelumnya. (b) Selain menggunakan acuan cetak biru yang dibuat, diperlukan beberapa langkah terobosan strategis bagi pengembangan NAD masa mendatang. (c) Tsunami merupakan momen sejarah penting yang tidak boleh dilewatkan. Daftar berikut kiranya sangat layak dipertimbangkan:

(d) Pertama, mengembangkan grant for energy, yakni membangun proyek energi listrik di NAD dengan menggunakan dana hibah. (e) Potensi batu bara, di Meulaboh dan sekitar pantai barat NAD, dengan cadangan 500-an juta ton dapat dikembangkan untuk pembangkit listrik mulut tambang hingga 4 x 65 megawatt. (f) Di bagian utara dan timur NAD terdapat potensi energi yang terbarukan, geotermal Gunung Seulawah sebesar 200 megawatt. (g) Belum lagi di Sabang, Pulau Weh, dengan perkiraan potensi geotermal hingga 50 megawatt. (h) Kedua, melalui grant for IT yang sudah digalang oleh beberapa produsen perangkat keras dan lunak bidang informasi dan komunikasi internasional. (i) Gelar serat optik 840 kilometer menyambung NAD ke pintu komunikasi global akan membuat Aceh menjadi provinsi terdepan di Indonesia dalam bidang infrastruktur IT. (j) Ketersediaan sarana informasi dan komunikasi maju ini semestinya dapat mendorong lembaga pendidikan NAD di segala tingkatan menjadi pusat keunggulan (center of excellence) di Sumatera atau bahkan Indonesia. (k) Ketiga, mewujudkan grant for security dengan melanjutkan dialog dan komunikasi timbal balik dan penuh kepercayaan bahwa kedamaian bisa terwujud di Aceh. (l) Yang buntu di Henry Dunant Center dapat diselesaikan melalui fasilitator Crisis Management Initiative di Helsinki. (m) Rekonsiliasi penuh dan membangun Aceh bersama-sama. (n) Dari ketiga terobosan, yang terakhir ini merupakan bagian tersulit meski bukan mustahil.

(49)

2.1.2 Kohesi Penggantian

Penggantian merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa pengganti konstituen tertentu dengan konstituen yang lain (Ramlan, 1993. Kohesi penggantian antarparagraf dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005 dijumpai unsur penggantian, yaitu kata beliau, dia, ia, dan nya. Berikut ini beberapa contoh kohesi gramatikal yang berupa kohesi penggantian.

(39) (a) Kita tidak perlu menganalisis kata-kata yang diucapkan, seperti

stupid, kampungan, ingin mencari popularitas, dan sebagainya, apakah pantas atau tidak dikeluarkan oleh seorang Anwar Nasution yang terhormat. (b) Mungkin itu sudah karakternya. (c) Tetapi, reaksi yang dikeluarkan menunjukan bahwa Anwar Nasution adalah tipikal pemimpin mesin birokrasi negara ini yang lebih peduli terhadap prosedur kerja daripada esensi dari pekerja yang dilakukan.

(d) Beliau mengatakan bahwa Khairiansyah dalam menungkapkan upaya penyuapan Mulyana tidak melapor kepada atasannya, sebaliknya melapor kepada pejabat yang bukan merupakan atasan langsung dalam audit investasi KPU. (e) Ada aturan-aturan dan prosedur internal yang harus diikuti, yang harus dilakukan oleh Khairiansyah sebelum dia melapor kepada KPK. (Kompas, 21 April 2005)

Pada contoh (39) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari tiga kalimat, yaitu (39a), (39b), dan (39c). Paragraf kedua terdiri dari dua kalimat, yaitu (39d) dan (39e). Pada paragraf kedua terdapat kata ganti beliau yang menggantikan kata Anwar Nasution yang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penggantian.

(50)

(c) Dia adalah seorang pastor universal yang ajaran-ajarannya bisa disimpulkan dengan satu kata, penghargaan terhadap nilai hidup manusia beserta seluruh dimensinya yang terentang sejak masih dalam kandungan hingga akhir hidup. (Kompas, 5 April 2005)

Pada contoh (40a) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari dua kalimat, yaitu (40a) dan (40b). Paragraf kedua terdiri dari satu kalimat, yaitu (40c). Pada paragraf kedua terdapat kata ganti dia menggantikan kata Yohanes Paulus II yang terdapat pada paragraf pertama sehingga merupakan kohesi penggantian.

(42) (a) Dalam usaha membangun hubungan dengan umat Islam, Paus tidak pernah lelah mengunjungi umat islam di seluruh belahan dunia, di Timur Tengah, negara-negara Afrika, maupun Asia seperti Indonesia. (b) Saat mengunjungi umat islam, Paus memberi perhatian dan simpati yang sama, sebagaimana beliau berikan kepada umat katolik. (c) Bahkan boleh dibilang, mengingat tingginya kekerasan dan derita yang dialami umat islam, Paus memberikan perhatian yang lebih kepada umat islam.

(d) Tanpa mengindahkan kontroversi tentang dirinya, Paus dengan tegas menyatakan keberatannya terhadap Perang Teluk, perang Bosnia, perang Afganistan, hingga perang Amerika dengan Irak sejak dua tahun yang lalu. (e) Paus beberapa kali mengirim utusan kepada presiden Bush dan Kofi Annan agar menunda serangan AS ke Irak,mengingat derita yang berkepanjangan yang telah dialami irak sejak embargo ekonomi AS. (f) Dengan resiko menguatnya tuduhan anti-semit, paus bahkan juga tidak segan mengingatkan pemerintahan Israel untuk menghargai hak-hak bangsa palestina atas tanah kelahirannya. (Kompas, 5 April 2005)

(51)

2.1.3 Kohesi Perangkaian

Perangkaian adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berwujud konjungsi. Perangkaian di sini ialah adanya kata atau kata-kata yang merangkai kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Berikut ini beberapa contoh kohesi gramatikal yang berupa kohesi perangkaian.

(43) (a) Terpilihnya Karol Wojtyla semakin menegaskan betapa kriteria dikotomis tersebut ternyata tidak berlaku. (b) Lagi pula, siapa menyangka bahwa Karol Wojtyla, seorang Polandia, terpilih menjadi Paus yang sekaligus berperan sebagai Uskup Roma dan menjalankan kepemimpinannya selama dua puluh enam tahun hingga kematiannya? (c) Karena itu, benarlah yang ditegaskan oleh Kardinal Camillo Ruini: "Let us not be uselessly and too humanly curious to know ahead of time who the next pope will be. (d) Let us instead prepare to receive in prayer, trust and love he whom the Lord chooses to give us!" (e) Dalam arti tertentu, itulah sesungguhnya kekuatan demokrasi dalam proses pemilihan Paus baru, baik sebagai Kepala Negara Vatikan, Paus, maupun Uskup Roma. (Kompas, 16 April 2005)

Pada contoh (43) terdapat dua paragraf. paragraf pertama terdiri dari dua kalimat, yaitu (43a) dan (43b). Paragraf kedua terdiri dari tiga kalimat, yaitu (43c), (43d), dan (43e). Pada paragraf kedua terdapat kata perangkaian karena itu yang menghubungkan paragraf pertama dengan paragraf kedua sehingga merupakan kohesi perangkaian.

(44) (a) Manakala perencanaan partisipatif terwujud, penduduk miskin di sekitar prasarana terbangun dapat dikurangi hingga 55 persen setelah memperoleh manfaat bangunan selama 4-9 tahun. (b) Angka hasil penelitian lapangan ini berlipat ganda dibandingkan dengan laju kemiskinan nasional yang justru masih meningkat sekitar 3 persen dari masa persis sebelum krisis moneter (1996-2003).

(52)

Pada contoh (44) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari dua kalimat, yaitu (443a) dan (44b). Paragraf kedua terdiri dari dua kalimat, yaitu (44c) dan (44d). Pada paragraf terdapat kata perangkaian oleh sebab itu yang menghubungkan paragraf pertama dengan paragraf kedua sehingga merupakan kohesi perangkaian.

(45) (a) Benturan keras antara rekaman jejak positif dan kenyataan negatif menimbulkan goncangan mendadak, tepat seperti short circuit alias listrik arus pendek. (b) Pijaran api besar yang meledak mendadak akibat benturan antara kutub positif melawan kutub negatif pasti menimbulkan shock yang amat hebat.

(c) Namun, pertanyaan apakah benturan ini terjadi hanya karena adanya dugaan yang keliru atau memang dugaan ini benar telah memberi andil pada “ke-serbanuansa-an” kasus ini. (Kompas, 28 April 2005)

Pada contoh (45) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari dua kalimat, yaitu (45a) dan (45b). Paragraf kedua terdiri dari satu kalimat, yaitu (45c). Pada paragraf kedua terdapat kata perangkaian namun yang menghubungkan paragraf pertama dengan paragraf kedua sehingga merupakan kohesi perangkaian.

(46) (a) Mengerangkakannya dalam tema semacam ini, bukanlah berarti bermaksud memarkirkan diri pada prasangka akan terjadinya sebuah rekayasa walaupun sebaliknya juga tak berarti menutup mata bahwa kemungkinan semacam itu masuk akal saja terjadi di negeri penuh rekayasa ini.

(b) Jadi, sasarannya lebih merupakan sebuah kritisisme berlaras ganda. Ini penting digarisbawahi karena apa pun yang sungguh terjadi, jika peristiwa semacam ini semakin sering terjadi dampaknya akan sama saja: memantik demoralisasi terhadap transformasi demokrasi di negeri ini. (Kompas, 18 April 2005)

(53)

paragraf kedua terdapat kata perangkaian jadi yang menghubungkan paragraf pertama dengan paragraf kedua sehingga merupakan kohesi perangkaian

2.2 Kohesi Leksikal

Kohesi leksikal adalah keterkaitan antara bagian-bagian wacana. Kohesi leksikal antarparagraf dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005 ditemukan enam jenis, yaitu pengulangan, hiponimi, sinonimi, antonimi, ekuivalensi leksikal, dan kolokasi.

2.2.2 Kohesi Pengulangan

Pengulangan adalah kohesi leksikal yang berupa pengulangan konstituen yang telah disebut (Baryadi, 2002: 46). Berikut ini beberapa contoh kohesi leksikal yang berupa kohesi pengulangan.

(47) (a) Dari rekaman sejarah hidupnya, Yohanes Paulus II, sebagai Paus, dikenal luas sebagai yang menghubungkan pemuka agama-agama. (b) Dia juga menghubungkan dua abad. (c) Abad ini dan abad yang lalu. (d) Dia juga dikenal sebagai yang dikenal, dikagumi, dan disayang oleh mereka yang berasal dari generasi yang lebih muda.

(e) Dia membangun jembatan dan bahkan dia menjadi jembatan itu sendiri. (f) Lelaki asal Polandia ini tak lelah-lelah menjadikan dirinya penghubung, bahkan dia tidak memutuskan hubungan dengan seorang yang pernah menembaknya. (Kompas, 9 April 2005)

(54)

(48) (a) Bencana gempa dan tsunami yang begitu dahsyat menerpa Nanggroe Aceh Darussalam serta beberapa bagian dunia lain mendorong berbagai pihak dari dalam dan luar negeri berbondong-bondong datang dan mengulurkan bantuan ke Aceh. (b) Dari daerah yang semula tertutup dan dihindari pendatang, mengingat keadaan keamanan yang tidak menentu, Aceh menjadi daerah yang begitu terbuka.

(c) Semua warna kulit, bangsa, kelompok, partai, agama, golongan yang beraneka ragam hadir di NAD. (d) Tak pernah sekali pun tampak atau terdengar penolakan masyarakat Aceh (Kompas, 7 April 2005).

Pada contoh (48) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari dua kalimat, yaitu (48a) dan (48b). Paragraf kedua terdiri dari tiga kalimat, yaitu (48c) dan (48d). Pada paragraf pertama terdapat kata Aceh diulang kembali pada paragraf kedua sehingga merupakan kohesi pengulangan.

(49) (a) Namun, kiranya dapat ditebak, dalam rangka AMM Retreat di Cebu ini tentu Myanmar akan memanfaatkan momentum pertemuan ini untuk menggalang dukungan sekaligus "memecah konsensus" yang akan menyingkirkan kesempatan Myanmar tetap mendapat jatah kursi Ketua ASEAN 2006. (b) Myanmar menyiapkan sebuah "blok dukungan" dengan menggalang dukungan dari kelompok CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam) di balik imunitas prinsip non- intervensi terhadap masalah domestik.

(c) Prinsip non-intervensi dalam skala itu memang merupakan ekspresi yang tidak bisa ditawar dari adanya pengakuan terhadap kedaulatan, sekalipun hal itu dalam penafsirannya, bisa dibelokkan untuk kepentingan domestik tanpa perlu takut campur tangan dari luar. (Kompas, 12 April 2005)

Pada contoh (49) terdiri dari dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari dua kalimat, yaitu (49a) dan (49b). Paragraf kedua terdiri dari satu kalimat, yaitu (49c). Pada paragraf pertama terdapat kata prinsip non-intervensi diulang kembali pada paragraf kedua, sehingga merupakan kohesi pengulangan.

(55)

Myanmar digantung dan terkatung-katung di balik jendela tabu prinsip non intervasi, yang mengikis semangat dibenttuknya komunitas keamanan ASEAN ini, citra ASEAN jelas akan dipertaruhkan.

(c) Junta militer Myanmar yang baru tidak meyadari bahwa ASEAN telah cukup sabar menjadi pelindung Myanmar sejak 1997 dari tekanan luar. (d) Ketika barat menekan sekeras-kerasnya melalui pendekatan isolasionis dengan menerapkan sanksi ekonomi, ASEAN bergerak dengan menawarkan kompromi dan jalan tengah melalui pendekatan constructive engagement. (e) Merangkul serta memberi kesempatan pada Myanmar untuk melakukan perbaikan kehidupan politiknya sendiri. (Kompas,12 April 2005)

Pada contoh (50) terdiri dari dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari dua kalimat, yaitu (50a) dan (50b). Paragraf kedua terdiri dari tiga kalimat, yaitu (50c), (50d), dan (50e). Pada paragraf pertama terdapat kata Myanmar dan ASEAN diulang kembali pada paragraf kedua, sehingga merupakan kohesi pengulangan.

2.2.3 Kohesi Hiponimi

Hiponimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat hierarkis antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain (Baryadi, 2002: 46) Berikut ini beberapa contoh kohesi leksikal yang berupa kohesi pengulangan.

(51) (a) Pada taraf dunia, sekitar Februari-Maret yang lalu muncul kasus Terri Schiavo. (b) Kasus ini di Amerika Serikat (AS) sudah lama menarik perhatian luas dari publik, tetapi akhirnya termasuk fokus sorotan pers dunia setelah bukan saja Makamah Agung AS dilibatkan dalam penangannya, melainkan juga DPR, senat, dan bahkan presiden AS sendiri. (c) Di Indonesia selama beberapa hari kita dapat mendengar dan membaca tentang kasus yang tragis ini dalam media massa.

Gambar

Tabel 1 : Kata-kata Deiksis untuk Kohesi Penunjukan

Referensi

Dokumen terkait

kendaraan bermotor tapi lebih dari itu komunitas motor juga memiliki susunan organisasi seperti layaknya sebuah organisasi massa dan juga memiliki program kerja yang terjadwal

Perumusan masalah dalam penelitian ini ialah cara meningkatkan kinerja sistem spatial data warehouse kebakaran hutan hasil penelitian Imaduddin (2012) agar runtime

untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. d) Bagi siswa: penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan. keaktifan dan kerjasama siswa pada mata pelajaran PKn

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh persepsi siswa tentang karakteristik guru matematika dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika, (2)

Bagi sekolah, sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan sehubungan dengan faktor yang mempengaruhi belajar siswa, dalam hal ini adalah persepsi siswa tentang

Gastropoda dan bivalvia yang ditemukan di muara Karang Tirta, Pangandaran sebanyak 322 individu, terdiri dari 12 famili, 12 spesies dari kelas Gastropoda dan 5 spesies dari

Sehingga, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan imbangan hijauan dan konsentrat dalam ransum komplit terhadap konsumsi pakan, pertumbuhan

Sebuah Cut dimana karakter / object berpindah tempat, yang disebabkan karena kedua shot sangat mirip (ukuran, angle).. JUMP CUT dianggap sebagai kesalahan