• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

G. Koleksi Bagian Layanan Anak

Mengenai koleksi bahan bacaan anak, berbagai pendapat telah dikemukakan dalam usaha untuk menjawab pertanyaan tentang bahan bacaan anak yang baik. Pendapat-pendapat tersebut didasarkan pada titik tolak yang berbeda-beda, ada yang bertolak dari segi pendidikan, dari segi kebutuhan dasar anak, dari segi perhatian anak dan dari segi psikologi anak. Agar anak terkesan oleh bacaan yang baik dan menykainya, penulisan buku anak harus memperhatikan faktor pembacanya. Sesuai dengan kenyataan bahwa anak mempunyai dunia tersendiri yang lain dari dunia dan alam kehidupan orang dewasa, bacaan anakpun perlu dibedakan dengan bacaan oarang dewasa. Adapun pokok yang membedakan bacaan anak dan bacaan oarang dewasa adalah pengertian bacaan anak, ciri khas bacaan anak, jenis bacaan anak. Selain faktor tadi dalam dunia bacaan anak menyebutkan juga secara jelas adanya faktor pendidikan dan bimbingan serta pengarahan. Menurut Frank (1973:50), buku yang baik unutk anak adalah buku yang melengkapi pembacanya dengan pengalaman yang positif dan sehat dari berbagai macam, baik perasaan, kegembiraan dan kegelisahan, petualangan informasi, membuat seseorang tertawa, ataupun kesenangan. Melihat berbagai pengertian ini, jelaslah ada perbedaan mendasar antara bacaan anak dan bacaan orang dewasa. Pada umumnya anak-anak lebih suka membaca koleksi fiksi ketimbang koleksi yang

bersifat informatif.24 Koleksi perpustakaan umum bagian layanan anak sangat berbeda dengan koleksi pada layanan umum, jika pada layanan umum variasi koleksinya bermacam-macam ini karena komposisi pengunjungnya yang beragam maksud dan latar belakangnya. Sebagian beasar ilmu pengetahuan tidak diperoleh melalui sekolah, melainkan melalui bacaan, agar manusia dapat belajar dari bacaan paling tidak ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu, kegemaran akan

bacaan dan menyediakan bahan bacaan itu sendiri.25 Pada layanan anak kita bisa

memetakan komposisi pengguna dan kebutuhan pengguna, jadi intinya lebih mudah melakukan akuisisi di bagian anak di banding bagian umum. Mengenai relevansi koleksi dengan kebutuhan kita dapat melakukan evaluasi secara sederhana seperti, penawaran koleksi buku secara langsung, karena anak-anak akan merespon cepat tentang apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya. Selain itu juga bicara tentang koleksi layanan anak maka tidak terbatas pada buku saja, dapat juga koleksi mainan anak, film. Namun sejauh kita melakukan pengadaan koleksi tetap kita harus berprinsip mengemban amanat moral, koleksi harus sarat dengan nilai-nilai positif, dalam seleksi ini bisa menjadi ”PR” tersendiri untuk pengelola perpustakaan. Dalam bacaan anak, tidak ada patokan yang menentukan hanya ”siapa” atau ”apa” yang layak dijadikan tokoh. Ia tidak

harus anak ia bisa binatang maupun benda yang dipersonifikasikan.26

24

http://www.multcolib.org/about/pol-children.html, di akses pada hari rabu, 20 Januari 2010, pukul 17.32 WIB

25

Rosidy, Ajib, Pembinaan Minat Baca. Apresiasi dan Penelitian Sastra, (Jakarta: Panitia tahunan buku internasional DKI Jakarta, 1975) h. 32

26

Nugroho, Supardinah, rsensi Bacaan Anak Fiksi Pada beberapa Surat Kabar, (Skripsi Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Perpustakaan, Universitas Indonesia, 1987) h. 20

Untuk menentukan besarnya koleksi perpustakaan tergantung pada jumlah anggotanya yang dilayani, disamping besarnya anggaran juga mempengaruhi. Mc Colvin (1979) menyarankan untuk pengguna anak-anak yang berjumlah 6.000 orang, maka jumlah koleksi yang tersedia idealnya berjumlah 4.000 eksemplar buku, rasionya adalah 2:3 x 6.000 x 1 buku = 4.000 eksemplar.

3. Koleksi Komik Sebagai Bacaan Anak

Kata komik berasal dari bahasa perancis comique. Sebagai kata sifat,

comique berarti lucu atau menggelikan dan sebagai kata benda artinya pelawak

atau badut. Komik sendiri berasal dari bahasa Yuanani komikos. Disebut komik

karena pada jaman dahulu cerita komik mengacu kepada cerita-cerita humoristis

atau satiris untuk menghibur khalayak.27 Komik merupakan salah satu koleksi

perpustakaan layanan anak yang paling banyak di sukai anak-anak, terkadang orang dewasa pun menyukai komik anak-anak. Terkadang pengelola perpustakaan mengalami kesulitan saat seleksi buku komik untuk layanan anak, karena ada beberapa komik untuk orang dewasa. Serta seleksi antara buku bergambar dan komik, karena banyak juga beredar buku bacaan lain yang memuat banyak gambar dan memiliki teks, namun teks hanya berupa narasi. Bacaan yang memiliki banyak gambar dan memiliki teks tetapi teks percakapan tidak menggunakan balon, maka buku tersebut bukan lah komik. Buku tersebut dikategorikan sebagai cerita bergambar. Hal ini di karenakan dalam komik terdapat unsur atau bagian yang menjadikannya sebagai ciri khas yang

27

Atmakusumah, “Komik”, Ensiklopedia nasional Indonesia, vol. 9(Jakarta: Delta pamungkas, 2004) h. 54

membedakan komik dengan bacaan lainnya. Pengadaan komik sebagai koleksi perpustakaan bagian layanan anak harus tidak sembarangan. Yang lulus menjadi koleksi adalah komik-komik yang pantas dan secara sosial di terima oleh masyarakat, khususnya orang tua juga perlu mengwasinya.

a. Manfaat Komik

Dalam arti yang luas, ternyata komik tidak hanya berarti buku berisi cerita atau kisah. Karena bentuknya yang menarik, komik juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Penyampaian program pemerintah, misal keluarga berencana, perbaikan

gizi, kesehatan, penyuluhan pendidikan, dan sebagainya.

2. Untuk memeperkenalkan peristiwa keagamaan bedasarkan kitab suci.

3. Untuk menyatakan kritik terhadap masalah yang sedang hangat

dibicarakan, misal tentang kenaikan BBM.

4. Untuk menawarkan produk (iklan).

5. Sebagai media pembelajaran.

b. Unsur-unsur Yang Membuat Anak Tertarik Pada Komik

Apapun alasan penolakan komik sebagai bacaan anak, tak menyurutkan anak dan remaja untuk menjadikan komik sebagai bacaan yang paling diminati. Alasan anak-anak menyukai komik, seperti yang di ungkapkan oleh Elizabeth B. Hurlock, antar lain:

1. Komik dapat membantu anak memecahkan masalah sosial dan pribadinya

2. Komik menarik imajinasi anak dan rasa ingin tahu tentang supernatural dan hal-hal lain yang bersifat gaib.

3. Komik memberikan rehat sejenak dari aktivitas rutin anak.

4. Komik mudah dibaca. Bahkan anak yang kurang mampu membaca dapat

memahami artinya dari gambarnya.

5. Harga komik yang murah menjadikan anak-anak dari kalangan menengah

kebawah dapat memilikinya.

6. Karena banyak komik yang menggairahkan, misterius, dan lucu, komik

mendorong anak untuk membaca.

7. Bila berbentuk serial, komik dapat memberikan kontinuitas membaca pada

anak.

8. Dalam komik, tokoh sering melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak

berani mereka lakukan sendiri, walaupun mereka ingin melakukannya. Ini memberinya rasa kegembiraan.

9. Tokoh dalam komik sering kuat, berani, dan berwajah tampan, sehingga

menjadikan tokoh-tokoh tersebut dapat di teladani.

10.Gambar dalam komik berwarna-warni dan cukup sederhana untuk

dimengerti anak-anak.28

28

Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak, vol. 1. (Jakarta: Erlangga, 1976) h. 339

Dokumen terkait