BAB I Pendahuluan
D. Komisi-komisi HAM di ASEAN
1. Pembentukan ASEAN Intergovernmental Commision on Human Right ( AICHR )
ASEAN Intergovernmental Commission on Human Right (AICHR) 56
adalah bagian dari pelaksanaan ASEAN Charter, dan dilantik pada 23 oktober 2009 pada saat penyelenggaraan ASEAN Summit ke-16 di Hua Hin, Thailand. Dr. Sriprapha Petcharamesree dari Thailand yang ditetapkan sebagai Ketua AICHR. Sebelum dibentuknya AICHR, tidak ada kerja sama HAM di antara negara-negara ASEAN, sehingga perlu adanya lembaga yang mengakomodir permasalahan HAM di ASEAN. Realisasi rencana pembentukan komisi HAM
regional (ASEAN) dilakukan dalam 42nd
Meeting of the ASEAN Foreign Ministers di Thailand, para menteri luar negeri se-
ASEAN telah menyepakati(TOR) pembentukan komisi yang
diamanatkan oleh Pasal 14
Dalam TOR sebagaimana dikatakan bahwa, AICHR dibentuk dengan
enam tujuan, yaitu :
1. Mempromosikan serta melindungi HAM dan hak kebebasan bangsa ASEAN.
2. Menjunjung hak bangsa ASEAN untuk hidup secara damai, bermartabat, dan
makmur.
3. Mewujudkan tujuan organisasi ASEAN sebagaimana tertuang dalam Piagam
yakni menjaga stabilitas dan harmoni di kawasan regional, sekaligus menjaga persahabatan dan kerja sama antara anggota ASEAN.
4. Mempromosikan HAM di tingkat regional dengan tetap mempertimbangkan
karakteristik, perbedaan sejarah, budaya, dan agama masing-masing negara, serta menjaga keseimbangan hak dan kewajiban.
5. Meningkatkan kerja sama regional melalui upaya di tingkat nasional dan
internasional yang saling melengkapi dalam mempromosikan dan melindungi HAM.
6. Menjunjung prinsip-prinsip HAM internasional yang tertuang dalamUniversal
Declaration of Human Rights, Vienna Declaration serta program
:
pelaksanaannya, dan instrumen HAM lainnya, dimana anggota ASEAN menjadi pihak.
a. Prinsip AICHR
TOR juga menetapkan sejumlah prinsip yang harus dijadikan rujukan AICHR dalam pelaksanaan tugasnya. Prinsip-prinsip tersebut bersumber pada :
1. Pasal 2 Piagam ASEAN di antaranya menghormati kemerdekaan, kedaulatan,
kesetaraan, integritas teritorial, dan identitas nasional setiap negara anggota ASEAN.
2. Prinsip-prinsip HAM internasional antara lain prinsip universalitas, saling
keterkaitan serta integralitas nilai-nilai HAM.
3. Kerja komisi AICHR ini terbatas. Komisi ini tidak dapat memberikan sanksi
atas pelanggaran HAM yang terjadi di suatu negara dan pembahasan masalah HAM hanya dapat dilakukan dalam tingkat dialog. Komisi ini sama dengan prinsip ASEAN yakni konsensus.
b. Mandat dan Fungsi AICHR57
AICHR berfungsi sebagai institusi HAM di ASEAN yang bertanggungjawab untuk pemajuan dan perlindungan HAM di ASEAN. Namun, sejauh ini, peran AICHR lebih dominan pada fungsi promosi, bukan perlindungan.
AICHR, menurut TOR, menjalankan sejumlah mandat dan fungsi, yaitu :
1. Mengembangkan strategi dalam mempromosikan dan melindungi
HAM sebagai bagian dari proses pembentukan Komunitas ASEAN.
2. Menyusun Deklarasi HAM ASEAN dan kerangka kerja kerja sama
di bidang HAM.
3. Setiap negara ASEAN wajib menempatkan wakilnya dalam AICHR
yang dibentuk berdasarkan amanat Pasal 14 Piagam ASEAN. 57 ADVANCING WOMEN’S AND CHILD RIGHTS IN ASEAN: ENGAGEMENT WITH THE ACWC,
Indonesia menetapkan Rafendi Djamin sebagai wakil Indonesia dalam Komisi HAM antarpemerintah ASEAN (ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights/AICHR). AICHR merupakan lembaga konsultasi antarpemerintah dan bagian integral dalam struktur Organisasi ASEAN. Komisi ini bertugas, diataranya :
1. Merumuskan upaya-upaya pemajuan dan perlindungan HAM di
kawasan melalui edukasi, pemantauan, diseminasi nilai-nilai dan standar HAM internasional sebagaimana diamanatkan oleh Deklarasi Universal tentang HAM, Deklarasi Wina dan instrumen HAM lainnya.
2. AICHR berfungsi sebagai institusi HAM di ASEAN yang
bertanggungjawab untuk pemajuan dan perlindungan HAM di ASEAN. AICHR akan bekerjasama dengan badan-badan ASEAN lainnya yang terkait dengan HAM dalam rangka melakukan koordinasi dan sinergi di bidang HAM.
Komposisi AICHR terdiri dari 10 orang yang masing-masing mewakili negara anggota ASEAN, dengan pertemuan rutin dua kali tiap tahun, dan pelaporan ditujukan kepada Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN. Ketua AICHR saat ini dipegang oleh wakil dari Indonesia, Rafendi Djamin.
2. Pembentukan Komisi Hak Perempuan dan Anak (ASEAN
Commission on Women and Children) ACWC
Selain AICHR, ASEAN juga memiliki komisi hak perempuan dan anak (ACWC) yang dibentuk berdasarkan Program Aksi Vientiane 2004. TOR ACWC disahkan dalam pertemuan Dewan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN pada 22 Oktober 2009, sehari sebelum peluncuran AICHR. Tiap negara diwakili oleh dua orang wakil, satu untuk hak-hak perempuan dan satu untuk hak-hak anak. Pembentukan ACWC bertujuan untuk mempromosikan kesejahteraan, pengembangan, pemberdayaan dan partisipasi perempuan dan anak dalam proses pembangunan Komunitas ASEAN yang berpengaruh pada merealisasikan tujuan
ASEAN sebagaimana ditetapkan dalam Piagam ASEAN. Fungsi dasar ACWC adalah, antara lain, untuk mempromosikan pelaksanaan instrumen internasional, instrumen ASEAN dan instrumen lainnya yang terkait dengan hak-hak perempuan dan anak-anak dan mengembangkan kebijakan, program dan strategi inovatif untuk mempromosikan dan melindungi hak-hak perempuan dan anak-anak untuk melengkapi pembangunan Komunitas ASEAN. Hal ini juga akan meningkatkan kesadaran publik dan pendidikan hak-hak perempuan dan anak-anak di ASEAN. Setiap Negara Anggota ASEAN menunjuk dua wakil ke ACWC, satu perwakilan tentang hak-hak perempuan dan satu wakil pada hak-hak anak. Ketika menunjuk wakil-wakil mereka ke ACWC, negara-negara anggota harus mempertimbangkan mengenai kompetensi di bidang hak-hak perempuan dan anak-anak, integritas, dan kesetaraan gender. Di tingkat internasional, semua negara anggota ASEAN telah meratifikasi dan Negara-negara peserta dalam Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) dan Konvensi Hak- hak Anak (CRC).
Fungsi ACWC :
1. Sebagai pintu masuk untuk mekanisme hak asasi manusia yang lebih luas
2. Memperkuat respon regional terhadap isu-isu perempuan dan hak-hak
anak
3. Sebagai platform untuk dialog regional / internasional
4. Menengahi masalah muncul antara pelaporan dan pemantauan
5. Meningkatkan kemampuan negara-negara anggota ASEAN dalam
menangani isu-isu spesifik perempuan dan anak
6. Membantu negara pihak dalam memenuhi standar internasional hak
perempuan dan anak-anak
7. Mediasi kedua kebutuhan nasional dan internasional
9. Penguatan kondisi yang lebih kondusif untuk pembentukan komisi
Mandat ACWC
1. Mempromosikan pelaksanaan internasional, ASEAN atau instrumen lain
yang terkait dengan hak-hak anak
2. Mengembangkan kebijakan, program dan strategi inovatif untuk promosi
dan perlindungan hak-hak anak untuk mendukung pembentukan komunitas ASEAN
3. Mempromosikan kesadaran publik dan pendidikan tentang hak-hak anak
di ASEAN
4. Melakukan advokasi atas nama anak-anak, khususnya kelompok rentan
dan terpinggirkan dan mendorong negara-negara ASEAN untuk memperbaiki situasi
5. Mengembangkan kapasitas pemangku kepentingan di semua tingkat -
administrasi, legislatif, yudikatif, masyarakat sipil, tokoh masyarakat, lembaga hak-hak anak, melalui bantuan teknis, pelatihan dan lokakarya, dalam mewujudkan hak-hak anak
6. Dengan permintaan negara-negara anggota ASEAN, membantu
menyiapkan laporan berkala hak-hak anak seperti yang lain yang berkaitan dengan hak-hak anak
7. Dengan permintaan negara-negara anggota ASEAN, membantu
pelaksanaan Konvensi Hak Anak dan perjanjian internasional yang berkaitan dengan hak-hak anak lainnya
8. Mengusulkan dan mempromosikan langkah-langkah, mekanisme dan
strategi pencegahan dan penghapusan segala bentuk pelanggaran hak anak, termasuk melindungi para korban
9. Mendorong negara-negara ASEAN untuk menerima dan meratifikasi
10.Mendukung keterlibatan anak-anak ASEAN dalam proses dialog dan konsultasi di lembaga ASEAN terkait dengan pemajuan dan perlindungan hak-hak anak
11.Mendorong anggota ASEAN untuk mengumpulkan dan menganalisis data
terpilah menurut jenis kelamin, usia, dan lainnya yang terkait dengan pemajuan dan perlindungan hak-hak anak
12.Mendorong penelitian dan studi tentang hak-hak anak
13.Negara-negara anggota ASEAN Mendorong melakukan review secara
berkala terhadap undang-undang, peraturan, kebijakan dan praktek yang berkaitan dengan hak-hak anak
14.Memfasilitasi negara-negara anggota ASEAN untuk pertukaran
pengalaman, termasuk isu-isu tematik yang menjadi perhatian terkait dengan hak-hak anak, baik melalui seminar bersama, pertukaran kunjungan dan lain-lain
15.Memberikan saran dan masukan kepada lembaga ASEAN (by request)
16.Melakukan tugas-tugas lain yang dilimpahkan oleh para pemimpin
ASEAN dan menteri luar negeri
Untuk semua tugas di atas dan mandat, ACWC dicatat, tidak hanya untuk badan- badan ASEAN yang relevan, negara-negara anggota, tetapi juga untuk masyarakat. Dialog, konsultasi atau laporan harus disiapkan dalam secara periodik.
Prinsip dan Status
1. Non-intervensi (lihat ASEAN Charter Pasal 2 (e) dan konsensus dalam
pengambilan keputusan
2. Pertunjukan konstruktif, non-konfrontasi dan kooperatif pendekatan
3. Selalu menganggap Jalan ASEAN dan Nilai Asia, yang kadang-kadang
4. Menghormati prinsip-prinsip hak asasi manusia termasuk universalitas, indivisibilitas, saling bergantung semua kebebasan fundamental dan hak- hak perempuan dan anak-anak
5. Mendukung negara-negara anggota ASEAN dalam mengimplementasikan
hak-hak perempuan dan anak-anak
6. Bekerja dengan pemerintah, lembaga ASEAN, badan-badan PBB dan
organisasi masyarakat sipil
7. Organisasi antar pemerintah, badan konsultatif dan menjadi bagian
integral dari struktur ASEAN Isu Tematik dalam Rencana Kerja
1. Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
2. Hak anak untuk berpartisipasi dalam semua hak yang mempengaruhi
kehidupan mereka
3. Kerjasama dalam penghapusan perdagangan perempuan dan anak-anak
4. Meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik, pengambilan
keputusan, pemerintahan dan demokrasi
5. Promosi dan Perlindungan hak-hak perempuan dan anak-anak penyandang
cacat
6. Dukungan untuk pelaksanaan sistem perlindungan anak
7. Promosi hak atas pendidikan anak usia dini dan mutu pendidikan
8. Promosi pelaksanaan instrumen internasional, instrumen ASEAN atau
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak perempuan dan anak-anak
9. Membela kesetaraan gender dalam pendidikan
10.Dukungan untuk upaya penghapusan perempuan dan anak-anak yang
terkena dampak HIV dan AIDS;
11.Mengatasi dampak sosial dari perubahan iklim yang dialami oleh
12.Promosi pada upaya penguatan hak-hak ekonomi perempuan dalam kaitannya dengan feminisasi kemiskinan, hak-hak perempuan atas tanah dan kepemilikan.
Dengan dibentuknya lembaga-lembaga perlindungan HAM di ASEAN yaitu AICHR dan ACWC, bahwa negara-negara ASEAN sudah mengakui dan menyadari akan pentingnya perlindungan HAM bagi bangsanya khususnya negara-negara anggota ASEAN. Dan dengan terbentuknya lembaga-lembaga tersebut, ASEAN sudah melangkah maju untuk pemajuan perlindungan HAM di
ASEAN.58