• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5 Komoditas Unggulan Kabupaten Sukabumi

Penentuan komoditas perikanan budidaya kolam, sawah dan kolam air deras yang didapatkan dari hasil perhitungan nilai LQ didapatkan beberapa komoditas yang dikategorikan sebagai komoditas unggulan. Komoditas perikanan budidaya yang termasuk ke dalam komoditas unggulan dapat dilihat pada Tabel 34, Tabel 35, dan Tabel 36.

A) Kolam Air Tenang

Komoditas yang termasuk ikan hasil budidaya kolam air tenang adalah ikan Mas, Nila, Nilem, Mujair, Gurame, Tawes, Lele, Udang Galah, Sepat Siam, Tambakan, dan ikan Bawal. Penentuan komoditas unggulan dilakukan melalui penilaian kriteria. Komoditas ikan yang memiliki nilai total kriteria tertinggi ditentukan sebagai komoditas unggulan.

Tabel 34. Penentuan Komoditas Unggulan Perikanan Budidaya Kolam Tenang, Tahun 2008

Nama Ikan Kriteria 1 Kriteria 2 total bobot Keterangan

Mas 3 1 4 Non Unggulan

Nila 3 3 6 Unggulan

Nilem 1 3 4 Non Unggulan

Mujair 1 3 4 Non Unggulan

Gurame 3 1 4 Non Unggulan

Tawes 3 1 4 Non Unggulan

Lele 1 1 2 Non Unggulan

Udang Galah 3 1 4 Non Unggulan

Sepat Siam 1 3 4 Non Unggulan

Tambakan 1 3 4 Non Unggulan

Bawal 3 1 4 Non Unggulan

Lain 2 3 5 Non Unggulan

Sumber: Data Diolah, 2008

Melihat Tabel 34, maka komoditas unggulan dari hasil budidaya kolam air tenang adalah ikan nila dengan total bobot 6 poin, dengan masing-masing kriteria 1 sebesar 3 poin dan kriteria 2 sebesar 3 poin. Komoditas lain hasil budidaya kolam air tenang seperti ikan Mas, Nilem, Mujair, Gurame, Tawes, Udang Galah, Sepat Siam, Tambakan, dan ikan Bawal tidak dapat dikategorikan sebagai

komoditas unggulan karena memiliki nilai total bobot sebesar 4 poin. Untuk ikan Lele nilai total kriterianya sebesar 2, dengan masing-masing kriteria 1 sebesar poin dan kriteria 2 sebesar 1 poin.

B) Sawah

Tabel 35 menyatakan bahwa komoditas hasil budidaya sawah yang termasuk komoditas unggulan adalah ikan Nila dengan total bobot sebesar 6,

dengan nilai kriteria masing-masing kriteria sebesar 3 poin, sedangkan ikan Mas tidak dapat dikategorikan sebagai komoditas unggulan karena hanya memiliki total bobot 3 poin, dengan kriteria 1 sebesar 2 poin, kriteria 2 sebesar 1 poin.

Tabel 35. Penentuan Komoditas Unggulan Perikanan Budidaya Sawah, Tahun 2008

Nama Ikan Kriteria 1 Kriteria 2 total bobot Keterangan

Mas 2 1 3 Non Unggulan

Nila 3 3 6 Unggulan

Lain 3 3 6 Unggulan

Sumber: Data Diolah, 2008 C) Kolam Air Deras

Dari Tabel 36 dapat ditentukan bahwa komoditas hasil budidaya kolam air deras tidak ada komoditas yang dapat dikategorikan sebagai komoditas unggulan karena ikan Nila yang dibudidayakan di kolam air deras memiliki total bobot 4 poin, sedangkan ikan Mas hanya memiliki total poin 3 poin dengan masing-masing kriteria memiliki nilai 2 poin pada kriteria pertama dan 1 poin pada kriteria kedua

Tabel 36. Penentuan Komoditas Unggulan Perikanan Budidaya Kolam Air Deras, Tahun 2008

Nama Ikan Kriteria 1 Kriteria 2 total bobot Keterangan

Mas 2 1 3 Non Unggulan

Nila 3 1 4 Non Unggulan

Lain 3 1 4 Non Unggulan

Sumber: Data Diolah, 2008

5.5.2 Perikanan Tangkap A) Kelompok Ikan Pelagis Kecil

Penentuan komoditas unggulan menurut kelompok ikan pelagis kecil sesuai dengan Tabel 37 komoditas ikan yang termasuk ikan unggulan adalah ikan Layang, ikan Selar, ikan Kuwe, dan ikan Kembung, karena mempunyai nilai total kriteria sebesar 6 poin, dengan masing-masing nilai kriteria sebesar 3 poin pada kriteria pertama dan 3 poin pada kriteria kedua, sedangkan ikan lainnya hasil tangkapan kelompok ikan pelagis kecil seperi ikan Teri, Japuh, Tembang tidak termasuk komoditas ikan unggulan karena memiliki nilai total kriteria 4 poin, dan ikan peperek dengan nilai 2 poin.

Tabel 37. Penentuan Komoditas Ikan Unggulan Kelompok Ikan Pelagis Kecil, Tahun 2008

Nama Ikan Bobot Kriteria 1 Bobot Kriteria 2 Total Bobot Keterangan

Peperek 1 1 2 Non Unggulan

Layang 3 3 6 Unggulan

Selar 3 3 6 Unggulan

Kuwe 3 3 6 Unggulan

Teri 1 3 4 Non Unggulan

Japuh 3 1 4 Non Unggulan

Tembang 3 1 4 Non Unggulan

Kembung 3 3 6 Unggulan

Sumber: Data Diolah, 2008

B) Kelompok Ikan Demersal

Menurut Tabel 38, komoditas ikan kelompok ikan demersal yang termasuk komoditas unggulan adalah ikan Pari, karena memiliki nilai total kriteria sebesar 6 poin, dengan masing-masing kriteria bernilai 3 poin. Ikan Cucut dan ikan Layur tidak dikategorikan sebagai komoditas unggulan karena hanya memiliki 4 poin, begitu juga ikan Manyung dan ikan Bawal Putih yang hanya memiliki total bobot kriteria 2 poin.

Tabel 38. Penentuan Komoditas Ikan Unggulan Kelompok Ikan Demersal, Tahun 2008

Jenis Komoditas Kriteria 1 Kriteria 2 Total Keterangan

Manyung 1 1 2 Non Unggulan

Cucut 3 1 4 Non Unggulan

Pari 3 3 6 Unggulan

bawal putih 1 1 2 Non Unggulan

Layur 3 1 4 Non Unggulan

Sumber: Data Diolah, 2008

C) Kelompok Ikan Pelagis Besar

Tabel 39 menunjukkan bahwa komoditas ikan kelompok pelagis besar yang termasuk ikan unggulan adalah ikan Kakap dan ikan Tuna dengan bobot nilai 6 poin, untuk ikan Tenggiri, Cakalang, dan Tongkol tidak dikategorikan sebagai komoditas unggulan karena hanya mempunyai total jumlah 4 poin

Tabel 39. Penentuan Komoditas Ikan Unggulan Kelompok Ikan Pelagis Besar, Tahun 2008

Jenis Komoditas Kriteria 1 Kriteria 2 Total Keterangan

Kakap 3 3 6 Unggulan

Tenggiri 3 1 4 Non Unggulan

Tuna 3 3 6 Unggulan

Cakalang 3 1 4 Non Unggulan

Tongkol 3 1 4 Non Unggulan

Sumber: Data Diolah, 2008

D) Udang-udangan, Cumi-cumi dan Rumput Laut

Tabel 40. Penentuan Komoditas Ikan Unggulan Kelompok Udang-udangan, Cumi-cumi dan Rumput Laut

Jenis Komoditas Kriteria 1 Kriteria 2 Total Keterangan

udang jerbung 1 3 4 Non Unggulan

udang dogol 3 1 4 Non Unggulan

cumi-cumi 2 3 5 Non Unggulan

rumput laut 1 3 4 Non Unggulan

Sumber: Data Diolah, 2008

Kategori kelompok Udang-udangan, Cumi-cumi, dan rumput laut, menurut Tabel 40 menunjukkan bahwa tidak satupun dari komoditas tersebut yang dapat dikategorikan sebagai komoditas unggulan, hal ini dikarenakan total bobot nilai komoditas tersebut tidak mencapai 6 poin. Udang Jerbung, udang Dogol dan Rumput laut memiliki nilai 4 poin, sedangkan Cumi-cumi dengan 5 poin.

Dari Tabel 37, 38, 39 dan Tabel 40 diatas dapat diketahui bahwa ada 7 komoditas perikanan yang bisa dimasukkan kedalam komoditas unggulan. Komoditas-komoditas tersebut antara lain ikan Layang, ikan Selar, ikan Kembung, ikan Kuwe, ikan Pari, Ikan Kakap, dan ikan Tuna. Keempat ikan tersebut dimasukkan kedalam kategori komoditas unggulan karena memenuhi 2 kriteria, yaitu kriteria pertama berupa nilai LQ yang lebih dari 1, dan kriteria kedua yaitu komoditas tersebut mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Peningkatan pertumbuhan suatu komoditas perikanan dipengaruhi oleh alat tangkap yang digunakan untuk menangkap komoditas tersebut. Alat tangkap yang

digunakan untuk menangkap masing-masing komoditas adalah alat tangkap Gill Net untuk menangkap ikan Pari, kemudian alat tangkap Bagan untuk ikan Kuwe, ikan Layang,, ikan Selar, dan ikan Kembung, sedangkan ikan Tuna dan Kakap ditangkap dengan menggunakan alata tangkap Rawi. Perkembangan alat tangkap-alat tangkap tersebut yang cenderung mengalami peningkatan berpengaruh pada peningkatan jumlah produksi ikan hasil tangkapan, sehingga dari tahun ke tahun komoditas-komoditas tersebut mengalami peningkatan jumlah. Karena keempat komoditas tersebut mempunyai nilai LQ lebih besar dari 1 dan mangalami peningkatan dari tahun ke tahun, maka keempat komoditas ikan tersebut dapat terus diproduksi untuk meningkatkan pendapatan daerah dari ekspor ke daerah lain dan diharapkan dapat membuka kesempatan berusaha di bidang perikanan.

5.6 Analisis SWOT

Analisis SWOT dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui strategi utama yang dapat diterapkan oleh Kabupaten Sukabumi untuk melakukan suatu pengembangan yang lebih baik. Analisis SWOT juga digunakan untuk

menghasilkan sebuah perencanaan yang dapat meningkatkan kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap perekonomian Kabupaten Sukabumi. Hasil analisis SWOT yang telah diperhitungkan faktor internal dan yang dimiliki serta faktor eksternal yang terdapat di Kabupaten Sukabumi nantinya dapat

menghasilkan sebuah strategi pengembangan yang efektif.

Dalam melakukan analisis SWOT, hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan analisis terhadap faktor internal dan eksternal yang dihadapi. Komponen-komponen yang mempengaruhi dalam analisis SWOT adalah

kekuatan (strenght), kelemahan (weaakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threaths). Berikut ini akan dijabarkan hasil identifikasi terhadap hasil identifikasi terhadap komponen-komponen analisis SWOT yang ada di Kabupaten Sukabumi.

5.6.1 Identifikasi Unsur SWOT Sektor Perikanan dan Kelautan 1) Kekuatan (Strenght )

S1) Potensi Sumberdaya Perikanan yang cukup besar

Letak Kabupaten Sukabumi yang berada di bagian selatan pulau Jawa, memiliki potensi perikanan dan kelautan yang cukup besar. Usaha perikanan tangkap dilakukan di Palabuhanratu yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia mempunyai potensi laut sebesar 490.432 ton per tahun, dan baru

dimanfaatkan sebesar 283.649 ton per tahun atau sekitar 42%.

Di bidang perikanan budidaya, Kabupaten Sukabumi membudidayakan ikan di 4 jenis budiddaya, yaitu budidaya kolam air tenang, sawah, budidaya kolam air deras, dan budidaya tambak. Budidaya kolam air tenang yang ada di Kabupaten Sukabumi memiliki luas 1229,57 ha dan produksi sebesar 17.456 ton. Budidaya sawah dengan luas lahan 4125 ha dan produksi sebesar 8.940 ton, budidaya kolam air deras dengan luas 73 ha dan produksi sebesar 424 ton, sedangkan budidaya tambak yang ada di Kabupaten Sukabumi memiliki luas 30 ha dengan produksi 2,66 ton. Potensi perikanan tangkap dan budidaya yang ada, akan sangat menguntungkan jika memaksimalkan potensi yang ada.

S2) Jumlah Kesempatan Kerja Perikanan dan Kelautan yang cukup besar Sektor perikanan tangkap dan budidaya Kabupaten Sukabumi mampu menciptakan kesempatan kerja untuk memenuhi permintaan pasar di dalam maupun luar wilayah Kabupaten Sukabumi. Jumlah kesempatan kerja perikanan yang cukup besar menjadi kekuatan dalam pengembangan sektor perikanan dan kelautan, karena dengan kesempatan kerja tersebut, maka akan membuka peluang masyarakat Kabupaten Sukabumi untuk bekerja di sektor perikanan dan budidaya. Penambahan tenaga kerja nantinya diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor perikanan tangkap dan budidaya terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi.

Penambahan jumlah tenaga kerja harus didukung juga dengan peningkatan dari segi skill dan pengetahuan yang berkaitan dengan sektor perikanan, sehingga diperlukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk dapat membantu

S3) Adanya kelompok Petani/ Nelayan dan Koperasi Nelayan yang Telah Berjalan dengan Baik

Kelompok tani dan organisasi perikanan yang ada di Kabupaten Sukabumi turut membantu jalannya kegiatan perikanan dan budidaya, dan membantu

perekonomian Kabupaten Sukabumi. Di Kabupaten Sukabumi terdaoat beberapa kelompok tani dan organisasi yang bergerak di bidang perikanan. Kelompok tersebut antara lain Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Gabungan Kelompok Tani Ikan (GAPOKTAN), dan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS). Kelompok dan organisasi tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda-beda dengan tujuan yang sama yaitu membantu meningkatkan perekonomian Kabupaten Sukabumi dari sektor perikanan dan budidaya.

S4) Kontribusi Sektor Perikanan yang Cukup Baik

Kontribusi sektor perikanan dan budidaya Kabupaten Sukabumi terhadap perekonomian kabupaten dinilai cukup baik, hal ini dapat dilihat dari nilai

PDRBnya yang semakin tahun mengalami peningkatan. Tahun 2002, 2003, 2004, 2005, dan 2006 berturut-turut memiliki nilai Rp. 52.867.270.000, Rp. 127.902.920.000, Rp. 123.948.440.000, Rp. 129.526.120.000 dan Rp. 130.860.240.000. Dilihat dari nilai PDRB yang semakin meningkat tersebut maka dapat dikatakan bahwa kontribusi sektor perikanan dan budidaya memiliki kontribusi yang cukup baik, dan apabila terus dikembangkan tidak menutup kemungkinan akan menambah kontribusinya untuk pendapatan daerah.

S5) Adanya kebijakan pembangunan sektor perikanan yang tercantum dalam rencana strategis pembangunan

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan BAPPEDA yang tercantum dalam Strategi Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat, point 8 dari 15 point yang ada dalam kebijakan tersebut menyatakan bahwa salah satu kebijakan yang diambil adalah Mengembangkan kegiatan utama ekonomi (agribisnis, pariwisata, SDM kelautan, industri manufaktur dan jasa) yang berbasis sumber daya lokal dengan sistem ekonomi kerakyatan. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi juga menentukan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan perikanan dan

budidaya. Kebijakan umum pembangunan perikanan di Kabupaten Sukabumi antara lain: 1) Pengembangan potensi Kelautan dan Perikanan, 2) Peningkatan Infrastruktur (sarana dan prasarana), 3) Penanggulangan Kemiskinan (peningkatan pendapatan nelayan dan pembudidaya ikan), 4) Pengembangan sumber daya manusia.

S6) Adanya Komoditas Perikanan Memiliki Prospek Unggulan Hasil komoditas perikanan tangkap maupun budidaya Kabupaten Sukabumi beberapa diantaranya merupakan komoditas unggulan, dimana komoditas tersebut mempunyai kontribusi yang besar terhadap pendapatan di sektor perikanan. Komoditas perikanan tangkap yang merupakan komoditas unggulan antara lain ikan kuwe dengan nilai LQ sebesar 27,4 pada tahun 2006, ikan kakap dengan nilai LQ 2,49 pada tahun 2005. Dari sektor budidaya ikan yang memiliki prospek ungggulan adalah ikan nila memiliki nilai LQ 2,71 tahun 2006 pada budidaya kolam air tenang.

S7) Sektor Perikanan Merupakan Sektor Basis

Di Kabupaten Sukabumi sektor perikanan dan budidaya merupakan sektor basis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi dan nilai LQ beberapa komoditas perikanan dan budidaya yang lebih besar dari 1. Nilai LQ yang lebih besar dari 1 menyatakan bahwa komoditas ikan tersebut memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan daerah dari penjualan dalam daerah ataupun dengan ekspor (keluar daerah).

2) Kelemahan (Weakness)

W1) Sarana dan Prasarana masih terbatas teknonogi dan jumlahnya Sarana perikanan tangkap seperti kapal motor, motor tempel, dan alat-alat penangkapannya masih terbatas teknologinya. Nelayan umumnya menangkap ikan pada daerah perairan teluk Palabuhanratu yang tidak jauh dari tepi pantai karena perahu dan kekuatan motornya tidak memungkinkan untuk melakukan penangkapan di lautan lepas. Alat penangkapannya juga belum bisa dikatakan modern, sehingga mempengaruhi hasil produksi perikanan yang dapat ditangkap,

sedangkan prasarana perikanan seperti pasar ikan, dan TPI walaupun sudah ada namun belum dapat dikatakan baik. Penggunaan sarana dan prasarana perikanan dalam melakukan penangkapan ikan maupun dalam budidaya mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil komoditasnya.

W2) Masih Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia

Rendahnya SDM manusia yang bekerja di sektor perikanan Kabupaten Sukabumi dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang hanya berpendidikan SD. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa menjadi nelayan adalah pekerjaan yang tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi, melainkan hanya bermodalkan pengalaman dan fisik saja. Hal ini juga berpengaruh dalam pola pikir mereka yang belum sepenuhnya faham dengan bidang yang mereka geluti, terlihat dari

kurangnya nilai kebersihan dalam mengelola lingkungan yang berpengaruh pada ikan yang mereka konsumsi.

W3) Investasi dan Permodalan Masih Rendah

Investasi di sektor perikanan dan budidaya di Kabupaten Sukabumi masih relatif kurang jika dibandingkan dengan potensi yang dapat dimanfaatkan. Potensi yang besar belum didukung adanya permodalan dan investasi yang besar,

sehingga mempengaruhi jumlah dan kualitas hasil perikanan dan budidaya. Perikanan tangkap masih dilakukan dengan modal kecil yang hanya dapat melakukan beberapa trip dalam 1 bulan, sedangkan budidaya beberapa

pembudidaya memiliki modal yang lumayan besar, tapi sebagian yang lain masih dengan modal yang rendah, sehingga potensi perikanan budidaya belum

termanfaatkan dengan maksimal.

W4) Rendahnya tingkat pendidikan nelayan dan Pembudidaya Tingkat pendidikan para nelayan dan pembudidaya di Kabupaten

Sukabumi terlihat dari kebanyakan dari mereka yang hanya lulusan SD dan SMP. Hal ini disebabkan karena sejak kecil mereka telah dididik untuk menjadi seorang nelayan, dan seorang nelayan tidak memerlukan pendidikan yang tinggi, hanya dengan bermodalkan fisik dan pengalaman saja. Sebagian ada juga beberapa dari

anggota masyarakat yang memiliki pendidikan yang tinggi, namun bidang mereka bukan perikanan, sehingga kurang membantu jalannya kemajuan sektor

perikanan.

W5) Masih kurangnya penegakan hukum terhadap pelanggaran Rendahnya penegakan hukum terhadap pelanggar di sektor perikanan terlihat dengan tidak adanya sangsi ataupun hukuman yang dijatuhkan kepada para pelanggar, biasanya pelanggaran yang terjadi diselesaikan dengan

musyawarah antara pihak-pihak terkait dibantu penengah. Hal ini memungkinkan adanya kesempatan para pelanggar untuk melakukan pelanggaran yang sama.

Ketidaktegasan hukum juga terlihat dari kasus dinyatakannya vonis bebas pada kepala DKP yang didakwa terbukti penggelapan dana proyek pengembangan budidaya ikan dan jaring apung sebesar Rp 112,15 juta. Kurniawan kasan pradja (50) dinyatakan bebas karena beberapa saksi mencabut tuntutannya.

3) Peluang (Opportunities)

O1) Konsumsi Ikan Per Kapita Penduduk Sangat Banyak

Meningkatnya pola konsumsi makanan laut dapat dilihat dari pola

konsumsi per kapita per tahun masyarakat yang semakin meningkat selama kurun waktu lima tahun, yaitu tahun 2002-2006. Peningkatan konsumsi ikan di

Kabupaten Sukabumi sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat Sukabumi sebagai makanan yang bergizi tinggi. Seiring dengan peningkatan konsumsi makanan laut, akan memberikan peluang bagi pengembangan produk perikanan.

O2) Komoditas Perikanan memiliki prospek yang cerah

Komoditas perikanan yang ada di Kabupaten Sukabumi memiliki prospek yang cerah dengan tingginya nilai produksi beberapa ikan hasil tangkap maupun budidaya. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk dilakukan ekspor keluar daerah yang akan memberikan tambahan pendapatan daerah. Peningkatan produksi perikanan sejalan dengan peningkatan konsumsi produk-produk perikanan, sehingga ada peluang untuk dapat terus meningkatkan produksi perikanan.

O3) Pemanfaatan potensi dan peluanag usaha di sektor perikanan masih terbuka lebar.

Peluang usaha di sektor perikanan dan budidaya Kabupaten Sukabumi masih terbuka lebar ditunjukkan dengan kecenderungan meningkatnya konsumsi ikan di Indonesia. Terjadinya peningkatan konsumsi ikan tersebut dikarernakan adanya peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat serta tumbuhnya kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi ikan yang kaya akan protein.

O4) Dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sukabumi

Pembangunan dan pengembangan sektor perikanan dan budidaya di Kabupaten Sukabumi mendapat dukungan dari pemerintah Kabupaten Sukabumi. Pemerintah Kabupaten Sukabumi memberikan dukungannya dengan cara

menyusun kebijakan dan strategi pengembangan yang berfokus pada

pengembangan dan pembangunan sektor perikanan dan budidaya Kabupaten Sukabumi.

O5) Permintaan dari sektor perikanan yang terus meningkat

Permintaan akan produk perikanan tangkap dan budidaya masih akan terus meningkat. Hal ini terlihat dari makin tingginya jumlah produksi perikanan dan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat. Mengingat komoditas perikanan yang memiliki tingkat protein tinggi sangat berguna bagi peningkatan kecerdasan masyarakat, dan juga harga komoditas perikanan harganya relatif lebih murah daripada hasil produksi pertanian yang masih banyak dikonsumsi masyarakat pada umunya.

O6) Adanya Program PEMP

PEMP adalah program yang dirancang untuk mengatasi masalah

kemiskinan pada masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan partisipasi

masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan berkelanjutan. Pentingnya program PEMP dilihat dari

kondisi masyarakat perikanan yang ada selama ini. Masyarakat perikanan yang mayotitas bekerja sebagai nelayan umumnya hidup dalam kemiskinan, sehingga diharapkan dengan adanya program ini diharapkan ada peluang untuk

memperbaiki taraf kehidupan masyarakat perikanan.

4) Ancaman (Threats)

T1) Meningkatnya Tingkat Abrasi Pantai

Sejumlah pantai di kawasan Palabuhanratu mengalami abrasi. Hal ini terjadi karena pengambilan pasir liar dan pendirian bangunan liar di sepanjang pantai Palabuhanratu, tapi penyebab utama terjadinya abrasi pantai adalah adanya arus gelombang laut selatan yang sangat kencang, sehingga menggerus daerah pantai. Abrasi akan menyebabkan pendangkalan air laut, hal ini akan menyulitkan kapal-kapal untuk mendaratkan hasil tangkapannya di TPI, akibatnya hasil

tangkapan tidak langsung dapat dibawa di TPI, sehingga akan menurunkan tingkat kesegaran ikan dan berdampak pada menurunnya kualitas yang pada akhirnya harga jualnya turun.

T2) Berkurangnya lahan karena peralihan fungsi menjadi perkantoran, jalan dan pemukiman.

Berkurangnya lahan dapat menyebabkan kesempatan untuk mendapatkan tambahan produksi perikanan atau budidaya menjadi berkurang. Hal ini

berimplikasi pada tidak bertambahnya jumlah produksi perikanan walaupun secara potensi Kabupaten Sukabumi dapat ditingkatkan.

Lahan-lahan yang berkurang karena didirikannya bangunan untuk kepentingan lain, sebenarnya untuk menunjang sektor dan kebutuhan di bidang lain, tapi pembangunannya tidak diatur terlebih dulu, sehingga, menyedot daerah yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai lahan perikanan atau budidaya.

T3) Konflik Kepentingan

Di Kabupaten Sukabumi sektor perikanan merupakan sektor yang banyak menyedot banyak massa, karena disebabkan oleh sifat pemanfaatan laut yang open access. Konflik terjadi biasanya antar nelayan, maupun dengan usaha lain

yang mengambil tempat dekat dengan tempat penangkapan, seperti pengambilan pasir liar. Masalah ini penting untuk ditangani, karena jika dibiarkan akan semakin mengancam ketetraman dan kesejahteraan nelayan.

T4) Persaingan Pasar dengan Daerah lain

Persaingan pasar Kabupaten Sukabumi terjadi pada komoditas perikanan maupun budidaya yang juga diproduksi di daerah lain. Jika suatu komoditas juga diproduksi di daerah, maka akan terjadi persaingan dalam penjualan komoditas, hal ini akan menyebabkan turunnya nilai jual komoditas tersebut, dan akan menjadi ancaman pada perkembangan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi.

5.6.2 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Setelah melakukan pengamatan terhadap lingkungan internal dan

mengidentifikasi faktor-faktor strategi tersebut diringkaskan dalam sebuah matriks. Matriks ini disebut matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Matriks IFE juga dikenal dengan istilah IFAS (Internal Strategic Analysis Summary).

Matriks IFE merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai fungsional dari suatu wilayah. Matriks IFE Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 41.

Berdasarkan matriks tersebut diperoleh faktor strategi internal yang memiliki skor tertinggi adalah faktor adanya komoditas perikanan memiliki prospek unggulan dengan skor 0,29 poin. Untuk faktor dengan nilai terendah adalah faktor adanya kebijakan pembangunan sektor perikanan yang tercantum dalam rencana strategis pembangunan dan faktor potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar dengan total skor 0,13 poin. Nilai rata-rata skor yang didapat adalah 2,45 poin, hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sukabumi berada di bawah rata-rata untuk menggunakan kekuatan internalnya dan kurang mampu menangani kelemahan yang terjadi di dalam Kabupaten Sukabumi, sehingga perlu adanya perbaikan

Dokumen terkait