• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam hal ini mereka menyatakan bahwa kompensasi di tempat (Compensation in place) merupakan sebuah teknik penerjemahan yang berupaya menampilkan suatu efek yang hilang pada bagian tertentu dalam Tsu dengan cara menciptakan ulang sebuah efek yang sesuai, baik itu terletak pada posisi awal maupun akhir (suatu frasa atau kalimat) dalam Tsa (Hervey dan Higgins, 1992:37).

“Compensation in place consists in making up for the lost of a particular effect found at a given place in the ST by re-creating a corresponding effectat an earlier or later in the TT.”

Contoh dari Compensation in place adalah penerjemahan aliterasi pola bunyi konsonan [v] dalam bahasa Francis menjadi pola bunyi konsonan [n] dalam bahasa Inggris serta asonansi pola bunyi vokal [i] dalam bahasa Francis menjadi pola bunyi diftong [ou] dalam bahasa Inggris sebagaimana dalam contoh berikut:

Tsu (F): Voilà ce que veulent dire less viriles acclamations de nos villes et de nos villages, purgés enfin de l’ennemi.

Tsa (E): This is what the cheering means, resounding through our towns and villages cleansed at last of the enemy.

(c)Kompensasi dengan cara menggabung

Kompensasi dengan cara menggabung (Compensation by merging) adalah teknik penerjemahan dengan cara memadatkan atau meringkas ciri-ciri Tsu dalam bentangan yang relatif panjang (misalnya, sebuah frasa

commit to user

155

komplek) ke dalam sebuah bentangan Tsa yang relatif pendek (misalnya, sebuah kata tunggal atau frasa tunggal) (Hervey dan Higgins, 1992:38).

“The technique of compensation by merging is to condense ST features carried over a relatively long stretch of text (say, a complex phrase) into a relatively short stretch of the TT (say, a simple word or a simple phrase).”

Contoh dari Compensation by merging ini adalah penerjemahan frasa yang relatif panjang yaitu, cette marque infamante qui désigne dengan cara dipadatkan atau diringkas menjadi sebuah frasa yang relatif pendek yaitu brands … as seperti dalam contoh berikut:

Tsu (F): Le péché, cette marque infamante qui désigne la méchante, la damnée.

Tsa (E): Sin, which brands a woman as evil, wicked and damned.

Frasa cette marque infamante qui désigne yang panjang ini bermakna ‘that ignominious stigma/brand which designates’ yang artinya ‘noda/cap jahat itu yang menandakan’ diterjemahkan menjadi sebuah frasa

brands … as yang pendek yang bermakna ‘describe … as’ yang artinya menggambarkan seseorang/sesuatu sebagai.

(d) Kompensasi dengan cara memecah

Kompensasi dengan cara memecah (Compensation by splitting) adalah teknik penerjemahan dengan cara memecah suatu unsur informasi atau efek stilistik tunggal dalam Tsu menjadi dua unsur informasi atau efek stilistik yang mewakili dalam Tsa. Hal tersebut dipilih jika tidak ada kata

commit to user

156

tunggal dalam Tsa yang tidak memiliki cakupan makna dalam Tsu (Hervey dan Higgins, 1992: 39).

“Compensation by spiltting may be resorted to, if the context allows, in cases where there is no single TL word that covers the same range of meaning as a given ST word.”

Contohnya adalah memecah kata benda ’Les papilons’ dalam bahasa Francis (F) menjadi dua kata benda bahasa Inggris (E) yang mewakili yaitu ’Moths and Butterflies’. Contoh lainnya adalah kata benda bahasa Francis ’comble’ yang berarti to fill (a gap/lack) dalam bahasa Inggris dipecah menjadi soothe or heal’(E) dan ‘approfondit’ yang berarti

’to go deeper/further into’ dipecah menjadi ’open and probes’ (E). Tsu (F): La poésie ne comble pas mais au contraire approfondit toujours

davantage le manque et le tourment qui la suscitent.

Tsa (E): Poetry does not soothe or heal the lack and the torment that prompt it, but opens and probes them ever more deeply.

4) Teknik Adaptasi

Adaptasi (adaptation) sebagai metode penerjemahan menurut Newmark (1988), berbeda dengan adaptasi sebagai teknik penerjemahan menurut Molina dan Albir (2002: 509). Adaptasi sebagai metode mengarah kepada penerjemahan yang menghasilkan keseluruhan teks menjadi sebuah saduran, sedangkan adaptasi sebagai teknik lebih cenderung kepada upaya mengganti sebuah unsur kultural dalam Bsu dengan sebuah unsur kultural yang sesuai dengan pengguna Bsa atau unsur budaya sasaran, contohnya mengganti kata bahasa Inggris baseball dengan kata bahasa Spanyol fútbal.

commit to user

157

Konsep adaptasi di atas selaras dengan pendapat Vinay dan Darbelnet (1977) dan Margot (1979). Jadi teknik adaptasi belum tentu mengubah seluruh teks menjadi sebuah saduran, karena teknik ini hanya menerjemahkan unsur-unsur teks saja, kecuali memang semua unsur dalam teks diadaptasi secara keseluruhan. Kalau dalam terjemahan Inggris ke Indonesia kita menjumpai terjemahan frasa Dear sir menjadi ’Yang terhormat’ atau frasa Sincerely yours diterjemahkan menjadi ’Hormat saya’. Teknik penerjemahan ini disesuaikan dengan budaya sasaran dalam bahasa Indonesia.

5) Teknik Deskripsi

Deskripsi adalah teknik penerjemahan dengan cara mengganti sebuah istilah atau ungkapan dengan sebuah deskripsi bentuk dan/atau fungsinya.

“Description is to replace a term or expression with a description of its form or/and function.” (Molina dan Albir, 2002: 510)

Contoh dari deskripsi adalah penerjemahan kata bahasa Italia

Panetto menjadi sebuah deskripsi dalam bahasa Inggris ‘Tradtional Italian cake eaten on New Year’s Eve’. Mengapa demikian? Karena dalam bahasa Inggris tidak dikenal istilah atau jenis makanan Panetto, sehingga dianggap untuk menggantikan kata benda itu dengan sebuah deskripsi yang menggambarkan jenis makanan tersebut.

commit to user

158

Menurut Moentaha (2006: 77-78), penerjemahan deskripsi adalah penyampaian makna dari Tsu ke dalam Tsa dengan menggunakan kombinasi kata-kata bebas, yaitu menjelaskan satuan-satuan leksikal yang mencerminkan realitas spesifik negara yang satu dengan negara lainnya, karena satuan-satuan seperti itu tidak mempunyai ekuivalensi (satuan-satuan leksikal tanpa ekuivalensi). Berikut ini adalah beberapa contoh dari teknik penerjemahan deskripsi:

1) Tsu : ‘cow-creamer’

Tsa : ‘poci yang berbentuk sapi untuk tempat susu’

Frasa cow-creamer dideskripsikan dengan frasa ‘poci yang berbentuk sapi untuk tempat susu’.

2) Tsu : ‘nasi tumpeng’

Tsa : ‘boiled rice, designed in the shape of cone’

Frasa ‘nasi tumpeng’ dideskripsikan dengan frasa boiled rice, designed in the shape of cone.

3. Tsu : ‘celengan’

Tsa : ‘a box made of soil, designed in the form of wild boar for saving money’

Kata ‘celengan’ dideskripsikan dengan a box made of soil, designed in the form of wild boar for saving money’.

4. Tsu : ‘pagar betis’

Tsa : ‘volunteer guard against attact or escape of criminals by blocking way without weapons’ (Echols dan Shadily,2001: 402).

commit to user

159

Frasa ‘pagar betis’ dideskripsikan dengan volunteer guard against attact or escape of criminals by blocking way without weapons.

6) Teknik Kreasi Diskursif

Kreasi diskursif (discursive creation) adalah teknik penerjemahan yang berupaya untuk menentukan atau menciptakan sebuah padanan sementara yang benar-benar di luar konteks yang tak terprediksi.

“To establish a temporary equivalence that is totally unpredictable out of contex.” (Molina dan Albir, 2002: 510)

Contohnya penerjemahan judul film ‘Rumble fish’ dalam bahasa Inggris menjadi ‘La ley de la calle’ dalam bahasa Spanyol. Sebenarnya, frasa “Rumble fish’ itu sendiri tidak memiliki kesinambungan makna dengan frasa ‘La ley de la calle’ = ‘Line of the street’ = ‘jalur/lintasan jalan (yang ramai) sedangkan ‘Rumble fish’ = ‘Ikan gemuruh’.

Di samping itu Delisle dalam Molina dan Albir (2002: 505) menambahkan bahwa:

“Discursive creation is an operation in the cognitive process of translating by which a non-lexical equivalence is established that only works in context.”

Definisi tersebut menjelaskan bahwa kreasi diskursif merupakan sebuah upaya aktivitas dalam proses kognitif penerjemahan yang menentukan atau menciptakan sebuah padanan non-leksikal yang hanya berfungsi dalam konteks. Misalnya kalimat ‘Ideas become cross-fertilized’

commit to user

160

dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi ‘Le choc des idées se révèle fécond’ dalam bahasa Francis.

7) Teknik Kesepadanan Lazim

Kesepadanan lazim (established equivalent) adalah teknik penerjemahan yang berupaya menggunakan sebuah istilah atau ungkapan yang dikenal (dalam kamus atau aturan bahasa sebagaimana mestinya) sebagai sebuah padanan dalam Tsa.

“Established equivalent is to use a term or expression recognized (by dictionary or language in use) as an equivalent in the TL.”

(Molina dan Albir, 2002: 510)

Contoh dari kasus teknik penerjemahan kesepadanan lazim ini adalah penerjemahan ungkapan bahasa Inggris (E) ‘They are as like as two peas’ ke dalam bahasa Spanyol (Sp) menjadi ‘Se parecer como dos gotas de agua’. Teknik ini hampir sama dengan penerjemahan harfiah (literal translation).

Tsu (E) : They are as like as two peas = Mereka sangat mirip

Tsa (Sp): Se parecer como dos gotas de agua = Mereka sama persis seperti dua tetes air.

Jika dianalisis secara literal, kedua kalimat tersebut diterjemahkan secara mantap mengikuti pola struktur kalimatnya.

TSu (E) : They are as like as two peas. S V Complement

commit to user

161