• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perawat

2.3. Kompetensi Perawat

Didalam bidang kesehatan kompetensi umumnya menunjukkan profesionalitas dan pencapaian dalam standar yang ditentukan sebagai panduan untuk melakukan tindakan klinis, belajar, mengajar, dengan dasar standar yang berlaku dalam mencapai kinerja pelayanan kesehatan (Sarita 2009).

Kompetensi perawat merupakan kemampuan perawat untuk melakukan tindakan keperawatan terintegrasi antara pengetahuan, keterampilan, sikap dan penilaian berdasarkan pendidikan dasar dan tujuan praktik keperawatan yang terukur sesuai dengan kinerja perawat. Dimana tujuannya adalah untuk tetap menjaga kualitas kesehatan dan keamanan pasien (Bartlett 2010).

Pada umumnya di beberapa rumah sakit tingkatan perawat mulai meniadakan penerimaan tingkat pendidikan dari Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), dan memperbanyak penerimaan tingkat pendidikan diploma, terutama diploma III,

bahkan akhir-akhir ini sudah menerima tingkatan profesi perawat (ners). Didalam buku panduan perawat yang diberlakukan di National Academy (Shalala 2007), pendidikan tambahan untuk perawat program diploma biasanya berdasarkan tempat tugas mereka. Para perawat yang sudah bekerja di rumah sakit harus memenuhi persyaratan minimum pelatihan dan standar kompetensi tertentu yang telah di tentukan oleh pemerintah.

Balke (2006) menyatakan seseorang disebut berpengalaman dan ahli dalam tindakan keperawatan umumnya di dapat terpisah dari pendidikan formal, pada institusi pendidikan. Pengalaman di peroleh ketika suatu keadaan praktik mendalam, membagi ilmu, atau pengetahuan yang didapat diluar teori ilmu yang didapat sewaktu pendidikan. Keahlian merupakan hasil yang didapat seseorang secara berkesinambungan antara ilmu pengetahuan dan kemampuan dari suatu pengalaman (Benner dalam Balke 2006). Oleh karena itu pegawai yang memiliki dasar pendidikan formal yang sama dapat memberikan derajat keahlian yang berbeda beda. Dimana perawat yang baru tamat dengan perawat yang sudah bekerja bertahun tahun adalah sama sama perawat namun dalam hal pengalaman dan keahliannnya mereka berbeda.

Berbagai tingkatan dari keahlian dan kemampuan seorang perawat dapat didentifikasi sesuai dengan jenjang pendidikan dan tempat bertugas, baik didalam maupun diluar dari bidang kesehatan. Menurut Dreyfus dalam Axley (2008) biasanya di kelompokkan dalam pemula, pemula lanjutan, kompeten, mahir dan ahli, dimana pemula ialah perawat yang tidak memiliki pengalaman pada situasi yang harus

mereka laksanakan, pemula lanjutan ialah perawat yang memiliki dasar kinerja sesuai dengan batas pekerjaan yang akan dilaksanakannya, perawat kompeten dimana perawat tersebut sudah melakukan kerja nya selama 2–3 tahun dengan pekerjaan yang sama. Perawat mahir ialah dimana perawat sudah mampu menafsirkan perlakuan/ tindakan secara menyeluruh bukan hanya semata mata melakukan pengamatan terisolasi pada pasien. Sementara perawat ahli ialah dimana perawat yang sudah berdasar pada pengalaman yang banyak dalam berbagai tindakan keperawatan, mampu merancang dan mengambil suatu keputusan dalam tindakan keperawatan (Benner dalam Balke 2006).

Sementara itu menurut Rass (2008) terdapat empat komponen penting dari kompetensi yaitu : komunikasi, pengetahuan, kemampuan individu, dan kemampuan yang dihasilkan. Komunikasi termasuk didalamnya perlakuan perawat sebagai instruksi yang harus diberitahu ke pasien, menggunakan kerjasama tim, dan mendengar keluhan pasien. Pengetahuan adalah kata kunci dari kompetensi untuk merawat sesuai kebutuhan perawatan pasien. Kemampuan individu perawat dalam bekerja akan melibatkan keluarga pasien, petugas kesehatan lain dan rekan kerja.

Swansburg (1996) menyarankan bahwa perawat harus mampu menghadapi beberapa sumber konflik yang akan didapat dalam melaksanakan perawatan pasien, antara lain perilaku melawan dari pasien, tingkat stress yang tinggi, otoritas dari dokter, kepercayaan, nilai-nilai dan tujuan yang berbeda dari harapan pasien. Mc Elhaney dalam Morisson (2005) juga menyimpulkan bahwa ruang pribadi seorang perawat terkadang diganggu oleh pegawai lain, dokter dan pasien. Perawat merasa

kurangnya rasa hormat, yang terkadang mengarah ke kemarahan, perasaan penurunan harga diri dan terkadang munculnya konflik. Morisson (2005) mengutip Gradner yang memperkenalkan teori dari multiple intelegensia, yang juga mengenalkan konsep dari emosional tenaga kerja dan emosional dari kerjaan.

Menurut American Nurse association dalam Bartlett (2010) ada tujuh komponen penting keperawatan sesuai dengan makna dari praktik keperawatan yaitu : 1. Memberikan rasa peduli pada saat pelayanan rawatan kesehatan pasien; 2. Memperhatikan pengalaman seseorang terhadap kesehatan dan penyakit, baik dalam lingkungan fisik maupun sosial; 3. Menggabungkan penilaian data dengan pengetahuan, yang di peroleh dari apresisasi pasien atau keluarga; 4. Menerapkan ilmu pengetahuan dalam proses diagnosa keperawatan dan pengobatan dengan menggunakan penilaian dan berfikir kritis; 5. Menambah pengetahuan keperawatan professional melalui pendidikan berkelanjutan; 6. Turut serta dalam menciptakan kenyamanan publik dan sosial dalam hal mewujudkan keadilan sosial; 7. Menjamin rasa aman, kualitas, dan tindakan sesuai dengan keadaannya.

Berdasarkan Kerangka kompetensi yang di tetapkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2011), terdapat 12 kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap perawat Indonesia pada semua jenjang, mencakup;

1) Menerapkan prinsip etika dalam keperawatan.

2) Melakukan komunikasi interpersonal dalam Asuhan keperawatan.

3) Mewujudkan dan memelihara lingkungan keperawatan yang aman melalui jaminan kualitas dan manajemen risiko (patient safety).

4) Menerapkan prinsip pengendalian dan pencegahan infeksi yang diperoleh dari Rumah sakit.

5) Melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada klien. 6) Memfasilitasi kebutuhan oksigen.

7) Memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan cairan. 8) Mengukur tanda-tanda vital.

9) Menganalisis, menginterpertasikan dan mendokumentasikan data secara akurat.

10) Melakukan perawatan luka.

11) Memberikan obat dengan aman dan benar. 12) Mengelola pemberian darah dengan aman.

Sementara itu dalam ranah dan unit kompetensinya perawat dikelompokkan menjadi 3 ranah utama yaitu;

a. Praktik Professional, etis, legal dan peka budaya; 1) Bertanggung gugat terhadap praktik professional.

2) Melaksanakan praktik keperawatan (Etis dan peka budaya). 3) Melaksanakan praktik secara legal.

b. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan.

1) Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan manajemen asuhan keperawatan.

2) Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan. 3) Melakukan pengkajian keperawatan.

4) Menyusun rencana keperawatan.

5) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana. 6) Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan.

7) Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan.

8) Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman.

9) Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan keperawatan/ pelayanan kesehatan.

10) Menggunakan delegasi dan supervisi dalam pelayanan asuhan keperawatan. c. Pengembangan profesi.

1) Melaksanakan peningkatan professional dalam praktik keperawatan.

2) Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan.

3) Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi. 2.3.1. Kompetensi Teknis Perawat

Perawat juga di minta untuk dapat melakukan kemampuan tersendiri di tiap unit kerjanya diantaranya ialah : kompetensi teknis perawat di Unit Gawat Darurat berdasar Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar pelayanan instalasi gawat darurat, untuk Rumah sakit yang bertipe C atau gawat darurat level II maka harus mampu memberikan pelayanan sebagai berikut: 1. Diagnosis & Penanganan Permasalahan pada A,B,C dengan alat yg lebih lengkap termasuk ventilator; 2. Penilaian disability, Penggunaan obat, EKG, defibrilasi 3.

HCU/resusitasi dan 4. Bedah sito, untuk itu maka kemampuan teknis perawat diploma yang berada di UGD juga harus disesuaikan.

Kompetensi teknis pelayanan di ruang ICU berdasar Direktorat Jendral pelayanan medis Departemen Kesehatan RI (2006), terdapat 23 kompetensi teknis dasar di bagian ICU dan 14 kompetensi teknis lanjutan, dimana diantaranya ialah memahami konsep perawatan intensif, terampil dalam pengkajian dan analisa tentang : henti nafas dan jantung, pernafasan, gangguan irama jantung, status hemodinamik dan status kesadaran pasien, terampil menggunakan Endo Tracheal Tube (ETT) guna mempertahankan potensi jalan nafas, mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi mutahir sesuai dengan fasilitas di ruangan ICU, mematuhi isu etik dan hukum pada rawatan intensif, terampil mengidentifikasi dan melaporkan situasi perubahan pasien yang tidak diharapkan, terampil dalam menggunakan alat perekaman EKG.

Untuk kompetensi teknis di ruang operasi berdasar pedoman kerja perawat operasi yang di terbitkan Depkes (1993), bahwa perawat yang ada di ruang operasi harus lah mampu menjadwalkan pasien dengan tepat, memberikan rasa nyaman dalam transport pasien, terampil mengenal dan mempersiapkan alat operasi sesuai tindakan, membuat informed consent, mampu menjaga ketiadaan penyebaran infeksi akibat tindakan dan ruangan.

Berdasar buku panduan perawat di College Nurse of Ontario (2011), kompetensi perawat ialah kemampuan perawat dalam menggabungkan komponen keprofesionalitas perawat yang di perlukan dalam melakukan suatu tindakan sesuai aturan, situasional maupun dalam praktik keperawatan terencana. Komponen itu

umumnya ialah pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sikap, nilai-nilai dan keyakinan.

Banyak penulis yang menyatakan bahwa kompetensi merupakan apa yang dapat dilakukan seseorang, kompetensi merupakan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan menerapkan ilmu pengetahuan dan kapasitas berbagi ilmu pengetahuan serta kemampuan menyesuaikan dalam situasi dan kondisi yang terbaru. Kriteria kinerja dapat di gunakan untuk menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai kompetensi (Barbara 2007).

2.4. Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas 2012). Deskripsi dari kinerja menyangkut 3 komponen penting yaitu : tujuan, ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel. Walaupun demikian, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran apakah seorang personel telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk itu ukuran kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personel memegang peranan penting.

Kinerja para professional yang bisa dinilai menurut Ruky (2002) berdasar konsep “roper man” (result oriented performance management) :

1. Pengelolaan kerja sendiri : Kemampuan perawat dalam mempertimbangkan efektivitas kerjaan dalam mengelola dan melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan skala prioritas, menjaga kualitas pekerjaan, memberikan data yang di butuhkan dan menunjukkan efektifitas kerjaan kelompok.

2. Melakukan tindakan secara mandiri : Mampu melakukan tindakan pelayanan rawatan dengan sedikit atau tanpa pengawasan dan menunjukkan tingkat efektifitas dalam mengambil tindakan secara mandiri.

3. Berfikir kritis : Mampu menggunakan kreatifitas dan wawasan berfikir dalam menganalisa dan merencanakan tindakan.

4. Komunikasi : Mampu menyampaikan secara lisan dan tulisan ide-ide dan tindakan yang akan dilakukan.

5. Adaptasi berbeda budaya : Kemampuan dalam beradaptasi dalam perbedaan budaya baik dengan rekan kerja maupun dengan pelanggan.

6. Belajar hal-hal yang baru : Kemauan untuk terus memperbaharui ilmu dan keterampilan, baik yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun yang akan datang.

7. Pemberdayaan orang lain : Kemampuan untuk melibatkan rekan kerja, pelanggan dalam hal efektifitas dalam melakukan pelayanan.

8. Hubungan Kerja : Kemampuan dalam hal bekerja sama dengan atasan, rekan kerja, rekan di luar tim, dll.

Aspek ketiga dari definisi kinerja adalah penilaian. Penilaian kinerja secara regular yang dikaitkan dengan proses pencapaian kinerja setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dengan arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian jelaslah bahwa pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan, ukuran operasional dan penilaian regular mempunyai peran penting dalam merawat dan meningkatkan motivasi personel.

2.4.1. Kinerja Perawat

Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan sebaik-baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi (Faizin 2008). Proses keperawatan merupakan suatu siklus yang terus berlanjut, proses keperawatan diawali dengan kegiatan pengkajian saat pasien masuk rumah sakit. Pengkajian bertujuan untuk menggali informasi yang penting dan akan digunakan untuk menyusun diagnosis keperawatan setelah melalui analisis data. Setelah tersusun diagnosis, maka disusun suatu rencana tindakan keperawatan sesuai kebutuhan pasien dan prioritas masalah yang ada. Implementasi adalah langkah nyata dari perencanaan tindakan yang dilanjutkan dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan efektif atau tidak dalam mengatasi masalah pasien. (Triyana 2013)

Bartlett (2010) mengutip American Nurse Asociation yang menyatakan bahwa kinerja dari perawat yang sesuai dengan kompetensi utamanya ialah tindakan

keperawatan berikut : 1. Melakukan rawatan yang berpusat pada pasien. 2.Mampu bekerja sama dengan tim dalam melakukan tindakan perawatan, 3.Menggunakan praktik berdasar kompetensi, 4. Meningkatkan kualitas kemampuan diri, 5. Memanfaatkan teknologi informasi.

Sementara itu komponen inti dalam melayani pasien yang sesuai dari suatu pelayanan perawat menurut Canadian nurse association (Carna 2003) antara lain 1. Tanggung jawab profesional, 2. Tindakan sesuai dengan ilmu pengetahuan, 3. Tindakan yang etis, 4. Penyediaan layanan pada masyarakat. Dan menurut Nursalam (2008) menyatakan beberapa aspek yang perlu dievaluasi terhadap perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien di rumah sakit dapat dibedakan menjadi 4 intervensi keperawatan, yaitu: DETR (1) Diagnostik; (2) Edukatif, (3) Terapeutik, dan (4) Referal/mengambil keputusan untuk merujuk atau berkolaborasi dengan petugas kesehatan lain.

2.4.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja

Menurut Gibson dalam Ilyas (2012), terdapat tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu variable individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Variabel individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis. Variabel organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Sub variabel imbalan menurut Kopelman di dalam Ilyas (2012) memiliki pengaruh dalam meningkatkan motivasi kerja yang nantinya akan meningkatkan kinerja individu. Variabel psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel

Variabel Psikologis - Persepsi - Sikap - Keperibadian - Belajar - Motivasi Variabel Individu Kemampuan dan Keterampilan : - Mental - Fisik Latar Belakang : - Keluarga - Tingkat Sosial - Pengalaman Demografis : - Umur - Etnis - Jenis Kelamin Variabel Organisasi : - Sumber Daya - Kepemimpinan - Imbalan - Struktur - Disain Pekerjaan - Supervisi - Kontrol PERILAKU INDIVIDU (Apa yang dikerjakan)

Dokumen terkait