• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kompetensi Teknis Perawat Terhadap Kinerja Perawat Dalam Melayani Pasien di RSUD Batubara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kompetensi Teknis Perawat Terhadap Kinerja Perawat Dalam Melayani Pasien di RSUD Batubara"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPETENSI TEKNIS PERAWAT TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN

KEPERAWATAN DI RSUD BATUBARA

TESIS

Oleh

MHD HUSNI TARIGAN 127032063/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH KOMPETENSI TEKNIS PERAWAT TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN

KEPERAWATAN DI RSUD BATUBARA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MHD HUSNI TARIGAN 127032063/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)
(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 03 November 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Setiawan, S.Kep, M.N.S, Ph.D Angoota : 1. dr. Fauzi S.K.M

(5)

SURAT PERNYATAAN

PENGARUH KOMPETENSI TEKNIS PERAWAT TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN

KEPERAWATAN DI RSUD BATUBARA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 03 November 2014

(6)

RIWAYAT HIDUP

Mhd. Husni Tarigan, lahir di Medan pada 19 Agustus 1980, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. H. Mhd. Ilyas Tarigan, Apth dan Hj. Norma Ginting. Saat ini saya tinggal di Komp. Paya Bundung No. 18 Kel. Simpang Selayang, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan.

Pada tahun 1992 bersekolah di SD Negeri 064023 Medan, setelah tamat melanjutkan pendidikan SMP Negeri 08 Medan tamat pada tahun 1995, tahun 1998 melanjutkan sekolah SMA Negeri 18 Medan. Pada tahun 2007 melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Suami dari Hasbina Wildani Pasaribu, drg sudah dikarunia dua orang putri Mayyasah Husna Tarigan dan Muyassarah Husna Tarigan.

Pengalaman Bekerja :

1. Dokter Gigi PTT di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara 2007-2008

2. Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batubara 2008-2012

(7)

ABSTRAK

Rumah Sakit Umum Daerah Batubara merupakan Rumah Sakit yang baru beroperasi, dimana sebagian besar perawat di ambil dari puskesmas yang tersebar di Kabupaten Batubara, sebagian besar perawat merupakan perawat yang baru bertugas dirumah sakit, dimana sebagian besar perawat minim dalam hal pengalaman bekerja di Rumah sakit, terutama di ruang IGD, ICU dan Ruang Operasi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi teknis perawat terhadap kinerja perawat dalam melayani pasien di RSUD Batubara. Jenis penelitian adalah eksplanasi korelatif. Populasi penelitian sebanyak 39 orang. Sampel diambil dengan total sampel sebanyak 39 orang perawat.. Data diperoleh dengan menggunakan intrumen kuesioner kompetensi perawat dan kuesioner kinerja berdasarkan ruang UGD, ICU dan ruang Operasi. Data yang diperoleh kemudian di analisis dengan uji statistik korelasi pearson product moment pada nilai kepercayaan (α) = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan variabel kompetensi teknis perawat di ruang UGD dengan kategori baik sebesar 53,3 %, kompetensi teknis perawat di ruang ICU yang berkategori baik sebesar 53,8 %, kompetensi teknis perawat di ruang Operasi yang berkategori baik sebesar 54,5 %. Untuk variabel kinerja di ruang UGD perawat yang berkinerja baik sebesar 60,0 %, di ruang ICU perawat yang berkinerja baik sebesar 53,8 %, dan perawat yang berkinerja baik di ruang Operasi sebesar 72,7%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Kompetensi Teknis Perawat memiliki hubungan yang positif dan signifikan dalam untuk memengaruhi kinerja perawat di RSUD Batubara dengan nilai r : 0,748. Hal ini menguatkan hipotesa bahwa ada pengaruh kompetensi teknis perawat terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Batubara, perlu melakukan evaluasi dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat secara berkesinambungan. Perlu dilakukan penilaian kinerja perawat dengan format yang sudah dibakukan secara periodik.

(8)

ABSTRACT

Batubara District General Hospital is a newly operated hospital where most of the nurses working there were taken from the many Puskesmas (Community Health Centers) scattered in Batubara District. Most of the nurses are newly assigned to work at a hospital that most of them are not experienced enough especially to work in the Emergency, ICU and Operating Rooms.

The purpose of this correlation explanatory study was to analyze the influence

of nurses’ technical competency on the performance of the nurses in serving the patients at Batubara District General Hospital. The population of this study was 39 nurses and all of them were selected to be the samples for this study through total sampling technique. The data for this study were obtained through distributing

questionnaires about the nurses’ competency and the questionnaires about the nurses’ performance in the Emergency, ICU and Operating Rooms. The data

obtained were statistically analyzed through correlation pearson’s product moment tests at level of confidence (α) = 0.05.

The result of this study showed that the variables of technical competency of the nurses in the Emergency Room was in good category (53.3%), technical competency of the nurses in the ICU Room was in good category (53.8%), and technical competency of the nurses in the Operating Room was in good category (54.5%). The performance of the nurses working in the Emergency Room was in good category (60.0%), the performance of the nurses working in the ICU Room was in good category (53.8%), and the performance of the nurses working in the Operating Room was in good category (72.7%). The result of this study also showed that the technical competency of nurses had a positive and significant influence on the performance of the nurses working for Batubara District General Hospital with r value : 0.748. This finding strengthened the hypotesis stating that the technical competency of nurses had influence on the performance of the nurses in nursing care implementation.

The management of Batubara District General Hospital is suggested to consider the provision of education and training for the nurses which is in accordance with the basic and additional competency related to their working unit in assigning and maintaining their work place and to sustainably evaluate and improve the knowledge and skills of the nurses. The performance of the nurses needs to be periodically evaluated through the established format.

(9)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, atas limpahan nikmat yang diberikannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis yang berjudul Pengaruh Kompetensi Teknis Perawat Terhadap Kinerja Perawat Dalam Melayani Pasien di RSUD Batubara. Terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkankan kepada kedua orang tua, ayah dan ibu mertua serta isteri dan anak penulis yang tetap memberikan dorongan moril dan materil kepada penulis. Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat sekaligus Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Marliana Lubis, MKT, Selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Batubara yang telah memberikan ijin pada penulis untuk melaksanakan penelitian.

4. Setiawan, S.Kep, M.N.S, Ph.D, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu, pemikiran, dan bimbingan kepada penulis.

(10)

6. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku Penguji I yang telah memberikan masukan membangun dalam penyelesaian tesis ini.

7. Siti Saidah Nasution S.Kep, M.Kep, Sp.Mat, yang telah memberikan masukan membangun dalam penyelesaian tesis ini.

8. Bapak Farid Poniman selaku penemu Konsep STIFIn, sehingga penulis menemukan pola belajar terbaik penulis, dan Bapak Jammilazzaini yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi kepada penulis.

9. Rekan rekan di kelas ARS – A, rekan rekan di Family Dental Clinic, rekan-rekan PDGI cabang Medan dan rekan-rekan di STIFin. Yang memberikan semangat rasa persaudaraaan luar biasa sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini.

Kiranya penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membutuhkannya,

Fastabiqulkhairat.

Medan, Oktober 2014 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Hipothesa ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Pengertian Perawat ... 9

2.2. Teori Kompetensi ... 11

2.2.1. Kompentensi Teknis ... 13

2.3. Kompetensi Perawat ... 15

2.3.1. Kompetensi Teknis Perawat ... 20

2.4. Kinerja ... 21

2.4.1. Kinerja Perawat ... 23

2.4.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja ... 24

2.4.3. Penilaian Kinerja ... 26

2.5. Landasan Teori ... 31

2.6. Kerangka Konsep ... 33

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Jenis Penelitian ... 34

3.2. Lokasidan Waktu Penelitian ... 34

3.3. Populasi dan Sampel... 34

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

3.4.1. Data Primer ... 35

3.4.2. Data Sekunder ... 35

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 40

3.6. Metode Pengukuran ... 41

3.7. Metode Analisis Data ... 42

3.7.1. Analisis Univariat ... 42

(12)

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45

4.2. Analisis Univariat ... 47

4.2.1. Identitas Responden ... 47

4.2.2. Kompetensi Teknis di Ruang UGD ... 49

4.2.3. Kompetensi Teknis di Ruang ICU ... 50

4.2.4. Kompetensi Teknis di RuangOperasi ... 52

4.2.5. Kompetensi Teknis di Ruang UGD, ICU dan Ruang Operasi ... 54

4.2.6. Kinerja di Ruang UGD ... 54

4.2.7. Kinerja di Ruang ICU ... 56

4.2.8. Kinerja di Ruang Operasi ... 58

4.2.9. Kinerja di KeseluruhanRuang UGD, ICU dan Ruang Operasi ... 60

4.3. Analisis Bivariat ... 61

4.3.1. Pengaruh Kompetensi Teknis Terhadap Kinerja Perawat Dalam Melayani Pasien ... 61

BAB 5. PEMBAHASAN ... 62

5.1. Kompetensi Teknis Perawat di Rumah Sakit Umum Batubara... 62

5.1.1. Kompetensi Teknis Perawat di Ruang UGD Rumah Sakit Umum Batubara ... 63

5.1.2. Kompetensi Teknis Perawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Batubara ... 64

5.1.3. Kompetensi Teknis Perawat di Ruang Operasi Rumah Sakit Umum Batubara... 66

5.2. Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Batubara ... 69

5.2.1. Kinerja Perawat di Ruang UGD Rumah Sakit Umum Batubara ... 70

5.2.2. Kinerja Perawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Batubara ... 71

5.2.3. Kinerja Perawat di Ruang Operasi Rumah Sakit Umum Batubara ... 72

5.3. Pengaruh Kompetensi Teknis Terhadap Kinerja Perawat dalam Melayani Pasien... 73

5.4. Keterbatasan Penelitian ... 75

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Saran ... 78

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Data Jumlah Perawat di RSUD Batubara ... 35

3.2. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Kompetensi Teknis Perawat di Ruang UGD ... 37

3.3. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Kompetensi Teknis Perawat di Ruang ICU... 38

3.4. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Kompetensi Teknis Perawat di RuangOperasi ... 38

3.5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja Perawat ... 39

3.6. Metode Pengukuran Masing-masing Variabel ... 42

4.1. Distribusi Identitas Responden... 47

4.2. Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Kompetensi Teknis di Ruang UGD ... 50

4.3. Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Kompetensi Teknis di Ruang ICU ... 52

4.4. Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Kompetensi Teknis di Ruang Operasi ... 54

4.5. Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Kompetensi Teknis di Ruang UGD, ICU dan Ruang Operasi ... 54

4.6. Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Kinerja di Ruang UGD . 56 4.7. Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Kinerja di Ruang ICU ... 59

4.8. Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Kinerja di Ruang Operasi ... 61

4.9. Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Kinerja di Ruang UGD, ICU, dan Ruang Operasi ... 60

(14)

DAFTAR BAGAN

Nomor Judul Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Ijin Penelitian dari Dekan FKM USU

Surat Ijin Penelitian dari Direktur RSUD Batubara Persetujuan Sebagai Responden

Kuesioner Penelitian

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil Penelitian

(16)

ABSTRAK

Rumah Sakit Umum Daerah Batubara merupakan Rumah Sakit yang baru beroperasi, dimana sebagian besar perawat di ambil dari puskesmas yang tersebar di Kabupaten Batubara, sebagian besar perawat merupakan perawat yang baru bertugas dirumah sakit, dimana sebagian besar perawat minim dalam hal pengalaman bekerja di Rumah sakit, terutama di ruang IGD, ICU dan Ruang Operasi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi teknis perawat terhadap kinerja perawat dalam melayani pasien di RSUD Batubara. Jenis penelitian adalah eksplanasi korelatif. Populasi penelitian sebanyak 39 orang. Sampel diambil dengan total sampel sebanyak 39 orang perawat.. Data diperoleh dengan menggunakan intrumen kuesioner kompetensi perawat dan kuesioner kinerja berdasarkan ruang UGD, ICU dan ruang Operasi. Data yang diperoleh kemudian di analisis dengan uji statistik korelasi pearson product moment pada nilai kepercayaan (α) = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan variabel kompetensi teknis perawat di ruang UGD dengan kategori baik sebesar 53,3 %, kompetensi teknis perawat di ruang ICU yang berkategori baik sebesar 53,8 %, kompetensi teknis perawat di ruang Operasi yang berkategori baik sebesar 54,5 %. Untuk variabel kinerja di ruang UGD perawat yang berkinerja baik sebesar 60,0 %, di ruang ICU perawat yang berkinerja baik sebesar 53,8 %, dan perawat yang berkinerja baik di ruang Operasi sebesar 72,7%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Kompetensi Teknis Perawat memiliki hubungan yang positif dan signifikan dalam untuk memengaruhi kinerja perawat di RSUD Batubara dengan nilai r : 0,748. Hal ini menguatkan hipotesa bahwa ada pengaruh kompetensi teknis perawat terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Batubara, perlu melakukan evaluasi dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat secara berkesinambungan. Perlu dilakukan penilaian kinerja perawat dengan format yang sudah dibakukan secara periodik.

(17)

ABSTRACT

Batubara District General Hospital is a newly operated hospital where most of the nurses working there were taken from the many Puskesmas (Community Health Centers) scattered in Batubara District. Most of the nurses are newly assigned to work at a hospital that most of them are not experienced enough especially to work in the Emergency, ICU and Operating Rooms.

The purpose of this correlation explanatory study was to analyze the influence

of nurses’ technical competency on the performance of the nurses in serving the patients at Batubara District General Hospital. The population of this study was 39 nurses and all of them were selected to be the samples for this study through total sampling technique. The data for this study were obtained through distributing

questionnaires about the nurses’ competency and the questionnaires about the nurses’ performance in the Emergency, ICU and Operating Rooms. The data

obtained were statistically analyzed through correlation pearson’s product moment tests at level of confidence (α) = 0.05.

The result of this study showed that the variables of technical competency of the nurses in the Emergency Room was in good category (53.3%), technical competency of the nurses in the ICU Room was in good category (53.8%), and technical competency of the nurses in the Operating Room was in good category (54.5%). The performance of the nurses working in the Emergency Room was in good category (60.0%), the performance of the nurses working in the ICU Room was in good category (53.8%), and the performance of the nurses working in the Operating Room was in good category (72.7%). The result of this study also showed that the technical competency of nurses had a positive and significant influence on the performance of the nurses working for Batubara District General Hospital with r value : 0.748. This finding strengthened the hypotesis stating that the technical competency of nurses had influence on the performance of the nurses in nursing care implementation.

The management of Batubara District General Hospital is suggested to consider the provision of education and training for the nurses which is in accordance with the basic and additional competency related to their working unit in assigning and maintaining their work place and to sustainably evaluate and improve the knowledge and skills of the nurses. The performance of the nurses needs to be periodically evaluated through the established format.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan suatu institusi yang terintegrasi dalam pelayanan medis dan pelayanan sosial, yang berfungsi untuk melayani masyarakat umum dalam pelayanan kesehatan secara menyeluruh baik secara kuratif maupun preventif. Dimana pelayanannya meliputi lingkungan rumah dan keluarga pasien, selain itu rumah sakit juga berfungsi sebagai pusat pelatihan tenaga medis dan juga pusat penelitian biososial. (World Health Organization, WHO) (2008). Menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009 bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat, ruang operasi,.

Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara

paripurna atau bermutu serta aman dipengaruhi banyak faktor, diantaranya manajemen rumah sakit,

sumber daya manusia (SDM), prasarana dan sarana, dan manajemen keuangan. Di sisi lain, rumah

sakit sebagai salah satu bagian dari tatanan pelayanan kesehatan terbesar memiliki tiga

fungsi yaitu fungsi sosial, fungsi profit, dan fungsi pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan

sesuai standar guna memenuhi kebutuhan serta tuntutan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan yang bermutu (Aditama, 2003).

(19)

karakteristik pasien, di samping itu harus mengacu pada Standard Operasional Procedur (SOP) serta pengunaan teknologi. Agar pelayanan keperawatan dapat mengikuti cepatnya perkembangan ilmu dan teknologi yang terjadi pada sistem pelayanan kesehatan, strategi yang dilakukan adalah tetap menjaga kualitas sumber daya manusia.

Salah satu SDM terpenting dalam rumah sakit adalah perawat, karena selain jumlahnya yang

dominan (40% - 50% dari seluruh tenaga yang ada), mereka memberikan pelayanan 24 jam sehari

selama tujuh hari dalam seminggu serta mempunyai kontak dengan pasien (Kemenkes 2011). Dengan

demikian, peran perawat mutlak memengaruhi kinerja mutu pelayanan sebuah rumah sakit. Persepsi

masyarakat perawat sebagai “one of us”, yaitu orang yang berjasa, cekatan, perhatian kepada orang

lain, bekerja dengan hati, dapat dipercaya, bersahabat serta pekerja publik dapat dikatakan sebagai

penghargaan tinggi bagi profesi perawat namun juga menjadi sebuah tanggung jawab besar untuk

menjaga performance-nya dalam memberikan pelayanan kepada pasien secara profesional.

(20)

indikator dari kinerja perawat, dimana untuk mewujudkannya sangat diperlukan dukungan tenaga keperawatan yang berdasarkan kaidah-kaidah profesinya yang berlaku Triwibowo (2013).

Pada buku panduan perawat yang di terbitkan oleh Colleague of Nurse Ontario (2011)

dinyatakan bahwa perawat profesional merupakan profesi yang di fokuskan pada hubungan kolaboratif

demi mencapai hasil yang maksimal untuk pasien. Hubungan bisa bersifat interprofessional yang

melibatkan berbagai profesi kesehatan untuk bekerja sama memberikan perawatan berkualitas baik

dalam dan lintas pengaturan, dan bisa juga hubungan intra profesional yang melibatkan beberapa

profesi lain untuk bekerja sama memberikan perawatan berkualitas baik dalam dan lintas pengaturan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perawat dalam memberikan perawatan yang aman dan

beretika kepada pasien, ialah kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan keterampilan berfikir kritis.

Selain itu, juga memiliki pengetahuan; mengetahui kapan dan bagaimana menerapkan pengetahuan,

dan juga mampu mencari sumber daya lain apabila diperlukan untuk berkonsultasi.

(21)

Piggot (2001) menyatakan beberapa perawat yang baru tidak cukup siap untuk melakukan adaptasi ke lingkungan rumah sakit, dimana terdapat tekanan dalam pengambilan keputusan, dan mengalami adaptasi dalam penggunaan alat-alat baru, kebijakan dan prosedural yang ada di rumah sakit, serta sering mengomentari bahwa harapan dari pasien terlalu tinggi dan juga perawat baru terkadang kurang menunjukkan sikap yang membantu pasien.

Hafizurahman (2012) menyatakan bahwa kemampuan perawat merupakan variabel terbesar yang mempengaruhi kinerja perawat (83,6%) Begitu juga dengan beberapa hasil penelitian di rumah sakit umum Guido Valadarea Timor Leste menunjukkan bahwa kompetensi dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja, bahwa semakin tinggi kompetensi yang dimiliki perawat dan semakin tinggi kompensasi yang diterima perawat maka akan semakin baik kinerja perawat dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan (Bellarmino 2010). Hasil penelitian Lolongan (2013) di rumah sakit umum daerah Lakipadada Toraja menunjukkan bahwa ada hubungan kompetensi dengan kinerja perawat, begitu juga hasil penelitian Wijaya (2010) ternyata ada hubungan yang signifikan antara program orientasi berbasis kompetensi dengan kinerja perawat baru di Rawat Inap Rumah Sakit Husada Jakarta 2010.

(22)

dari sisi pengguna dan pasien yang menyatakan bahwa mayoritas pengguna dan pasien menyatakan saat ini bahwa kompetensi perawat yang dimiliki saat ini belum sesuai dengan kompetensi. Juga terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kondisi saat ini dengan harapan perawat pelaksana terhadap kompetensi perawat yang diinginkan yaitu sebesar 48,02%, dan pada pasien (pengguna) 74,1% berharap perawat memiliki kompetensi yang sesuai.

Rumah Sakit Umum Daerah Batubara merupakan RSUD yang baru di operasionalkan pada tanggal 07 januari 2013 tipe D dengan jumlah tempat tidur 200, dan luas + 3 ha, memiliki tenaga medis yang mayoritas di ambil dari puskesmas se kawasan kabupaten Batubara dan masih membutuhkan tenaga bantuan dengan menerima tenaga honorer. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit satu-satunya yang ada di kabupaten Batubara, merupakan pusat rujukan kabupaten untuk pasien Askes, Jamkesmas dan Jamkesda kabupaten. Dalam hal penempatan sumber daya manusianya masih dalam kewenangan badan kepegawaian daerah, di bantu oleh dinas kesehatan kabupaten. Dikarenakan baru beroperasi banyak pegawai yang belum berpengalaman bekerja di pelayanan rumah sakit, karena mayoritas sumberdaya manusia di ambil dari puskesmas se kabupaten Batubara.

(23)

1.2. Rumusan Masalah

Kompetensi teknis perawat merupakan keterampilan khusus yang dimiliki perawat, dimana suatu tindakan keperawatan jika semakin sering di lakukan maka si perawat akan semakin terampil dalam tindakan tersebut. Perawat di rumah sakit Batubara merupakan perawat yang baru, baik baru bertugas di rumah sakit dan juga baru menyelesaikan pendidikan diplomanya. Kinerja perawat di rumah sakit dipengaruhi oleh kemampuan perawat tersebut dalam melakukan pelayanan sesuai standar asuhan keperawatan, dimana pendidikan, kemampuan dan kebiasaan bekerja terkadang tidak sesuai dengan unit kerja tempat bertugas perawat yang sekarang. Bertolak dari hal tersebut dapat dilihat bahwa peran dan fungsi seorang tenaga perawat sangat strategi dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit. Kinerja perawat perlu dinilai untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit. Penilaian kinerja perawat dapat dilakukan baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja perawat di rumah sakit menentukan penilaian pelayanan rumah sakit secara paripurna.

(24)

1.3. Tujuan Penelitian

- Mengukur kompetensi teknis perawat di Rumah sakit umum daerah Batubara, terutama di Ruang Unit gawat darurat, ICU dan Ruang operasi.

- Tergambarnya kinerja perawat rumah sakit umum daerah Batubara.

- Mengidentifikasi pengaruh kompetensi teknis perawat terhadap kinerja perawat di rumah sakit umum daerah Batubara

1.4. Hipothesa

Adanya pengaruh kompetensi teknis perawat sesuai unit kerja terhadap kinerja perawat.

1.5. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu manajemen rumah sakit dalam hal kompetensi perawat dan kinerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan, manajemen rumah sakit juga dapat melakukan dasar penempatan perawat berdasarkan kompetensi teknis yang dimiliki sesuai dengan ruangan tempat tugas.

(25)
(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perawat

Merujuk kepada Keputusan Menteri Kesesehatan Republik Indonesia No. 1239 Tahun 2001, Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik didalam maupun di luar negeri. Peran utama perawat pada dasarnya adalah sebagai perawat pelaksana, perawat pendidik, perawat manajer, perawat peneliti. Sebagian besar perawat bekerja di rumah sakit adalah sebagai perawat pelaksana (Nursalam 2008). Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan pasal 22, dinyatakan bahwa tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum dan kualifikasi minimum tersebut diatur dengan peraturan menteri kesehatan.

Di Indonesia pendikan dasar bagi perawat ada tiga tahapan yaitu : program diploma 3 tahun, sarjana keperawatan dan profesi perawat. Selain dari pendidikan dasar tersebut perawat juga harus lulus dari uji kompetensi yang di keluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), baru bisa bekerja sebagai perawat profesional.

(27)

lebih berpengalaman dalam merawat pasien, dan dapat melakukan asuhan keperawatan dengan sedikit ataupun tidak dipandu oleh perawat yang lebih senior. Sementara tingkat C ialah perawat yang senior, berfungsi sebagai manajer yang dapat menindak lanjuti perawatan pasien, baik dari perencanaan perawatan, sampai dengan tindakan keperawatan secara mandiri.

Sedangkan menurut PPNI tingkatan perawat di Indonesia ialah : Perawat Ahli Madya mampu menguasai ilmu keperawatan dasar; melakukan asuhan keperawatan yang telah direncanakan secara terampil dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual secara holistik dan berdasarkan pada standar asuhan keperawatan, standar prosedur operasional; memperhatikan keselamatan pasien, rasa aman dan nyaman; mampu bekerjasama dengan tim keperawatan.

Ners mampu menguasai sain keperawatan lanjut; mengelola asuhan keperawatan secara terampil dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual secara holistik dan berdasarkan pada standar asuhan keperawatan serta standar prosedur operasional; memperhatikan keselamatan pasien, rasa aman dan nyaman; menggunakan hasil riset; mampu bekerjasama dengan tim keperawatan maupun dengan tim kesehatan lain.

(28)

bio-psiko-sosio-spiritual secara holistik dan berdasarkan pada standar asuhan keperawatan serta standar prosedur operasional; memperhatikan keselamatan pasien, rasa aman dan nyaman; melakukan riset berbasis bukti klinik dalam menjawab permasalahan sains, teknologi dalam bidang spesialisasinya; mampu bekerja sama dengan tim keperawatan lain (Perawat Peneliti/doktoral keperawatan) dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain.

(29)

keperawatan atau spesialis dengan pengalaman kerja 4 tahun, atau pendidikan doktoral keperawatan atau sub spesialis dengan pengalaman kerja 1 tahun.

2.2. Teori Kompetensi

Menurut Locsin dalam Wilkinson (2013) menyatakan ada dua makna dari kompetensi yaitu : 1. Kompetensi hampir sama dengan kinerja, dan 2. Kompetensi dapat dilihat sebagai kualitas seseorang. Sementara itu Woodruffe didalam Wilkinson 2013 mendefinisikan kompetensi sebagai suatu pola perilaku yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan tugas-tugas dan fungsinya sesuai dengan kemampuan/pengetahuan yang diterimanya. Beliau menekankan bahwa kompetensi pada dasarnya berhubungan dengan pola perilaku seseorang, dan tidak selalu terkait dengan pekerjaan. Girot dalam Wilkinson (2013) menyamakan kompetensi, baik secara kemampuan klinis/teknis (kemampuan pelayanan tugas perawatan) dan kemampuan membangun psikologis (kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang terintegrasi).

(30)

keterampilan seseorang yang mempengaruhi sebagian besar pekerjaannya, yang berkorelasi dengan kinerja di tempat kerja dan dapat diukur sesuai standar yang ada.

Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerja tersebut. Kompetensi merupakan beberapa bentuk perubahan konsep dalam pengetahuan, kemampuan klinis, kemampuan pengembangan diri, kemampuan menyelesaikan masalah, keputusan klinis, dan keahlian keterampilan yang sesuai dengan profesinya (Sarita 2009). Menurut Boulter dalam (Mills, et all 2002) level kompetensi adalah sebagai berikut: Skill, Knowledge, Self concept, Self Image, Trait dan Motive. Skill atau keterampilan adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik.

Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang khusus. Social role adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang dan ditonjolkan dalam masyarakat (ekspresi nilai diri). Self image adalah pandangan orang terhadap diri sendiri, merekflesikan identitas. Kompetensi skill dan knowledge cenderung lebih nyata (visible) dan relatif berada paling depan sebagai karakteristik yang dimiliki manusia.

(31)

2.2.1 Kompetensi Teknis

Kompetensi teknis ialah yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk beluk teknis yang berhubungan dengan pekerjaan yang ditekuni. Contoh kompetensi teknis adalah : tenaga kesehatan, electrical engineering, marketing research, financial analysis, manpower planning, dll (Hutapea 2008).

Kompetensi teknis adalah kompetensi yang berfokus pada pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan profesi yang dimiliki. Bila kompetensi teknis ini tidak dimiliki oleh karyawan maka pekerjaan tidak dapat dilakukan secara profesional. Selain kompetensi teknis yang dimiliki maka kompetensi perilaku harus juga dimiliki karyawan. Karena jika seseorang yang memiliki kompetensi pengetahuan dan keterampilan saja maka dia hanya mampu menyelesaikan pekerjaan, namun jika tidak diiringi dengan kompetensi perilaku maka kemampuan tersebut tidak termasuk kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, menerima tantangan kerja dan berperilaku produktif (Hutapea 2008).

(32)

permasalahan pribadi dan lainnya. Dalam kata lain yaitu kemampuan mengelola diri sendiri, kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain, mampu beradaptasi dengan lingkungan, mampu mengelola tingkat stress, dan mampu mengatur mood sesuai dengan yang di butuhkan.

Dapat disimpulkan bahwa penerapan kompetensi tersebut sudah mencakup keseluruhan komponen utama kompetensi sehingga dapat kita simpulkan bahwa kompetensi merupakan suatu pernyataan terhadap apa yang seseorang harus lakukan di tempat kerja untuk menunjukkan pengetahuannya, keterampilannya, dan sikapnya sesuai dengan standar yang di persyaratkan.

2.3. Kompetensi Perawat

Didalam bidang kesehatan kompetensi umumnya menunjukkan profesionalitas dan pencapaian dalam standar yang ditentukan sebagai panduan untuk melakukan tindakan klinis, belajar, mengajar, dengan dasar standar yang berlaku dalam mencapai kinerja pelayanan kesehatan (Sarita 2009).

Kompetensi perawat merupakan kemampuan perawat untuk melakukan tindakan keperawatan terintegrasi antara pengetahuan, keterampilan, sikap dan penilaian berdasarkan pendidikan dasar dan tujuan praktik keperawatan yang terukur sesuai dengan kinerja perawat. Dimana tujuannya adalah untuk tetap menjaga kualitas kesehatan dan keamanan pasien (Bartlett 2010).

(33)

bahkan akhir-akhir ini sudah menerima tingkatan profesi perawat (ners). Didalam buku panduan perawat yang diberlakukan di National Academy (Shalala 2007), pendidikan tambahan untuk perawat program diploma biasanya berdasarkan tempat tugas mereka. Para perawat yang sudah bekerja di rumah sakit harus memenuhi persyaratan minimum pelatihan dan standar kompetensi tertentu yang telah di tentukan oleh pemerintah.

Balke (2006) menyatakan seseorang disebut berpengalaman dan ahli dalam tindakan keperawatan umumnya di dapat terpisah dari pendidikan formal, pada institusi pendidikan. Pengalaman di peroleh ketika suatu keadaan praktik mendalam, membagi ilmu, atau pengetahuan yang didapat diluar teori ilmu yang didapat sewaktu pendidikan. Keahlian merupakan hasil yang didapat seseorang secara berkesinambungan antara ilmu pengetahuan dan kemampuan dari suatu pengalaman (Benner dalam Balke 2006). Oleh karena itu pegawai yang memiliki dasar pendidikan formal yang sama dapat memberikan derajat keahlian yang berbeda beda. Dimana perawat yang baru tamat dengan perawat yang sudah bekerja bertahun tahun adalah sama sama perawat namun dalam hal pengalaman dan keahliannnya mereka berbeda.

(34)

mereka laksanakan, pemula lanjutan ialah perawat yang memiliki dasar kinerja sesuai dengan batas pekerjaan yang akan dilaksanakannya, perawat kompeten dimana perawat tersebut sudah melakukan kerja nya selama 2–3 tahun dengan pekerjaan yang sama. Perawat mahir ialah dimana perawat sudah mampu menafsirkan perlakuan/ tindakan secara menyeluruh bukan hanya semata mata melakukan pengamatan terisolasi pada pasien. Sementara perawat ahli ialah dimana perawat yang sudah berdasar pada pengalaman yang banyak dalam berbagai tindakan keperawatan, mampu merancang dan mengambil suatu keputusan dalam tindakan keperawatan (Benner dalam Balke 2006).

Sementara itu menurut Rass (2008) terdapat empat komponen penting dari kompetensi yaitu : komunikasi, pengetahuan, kemampuan individu, dan kemampuan yang dihasilkan. Komunikasi termasuk didalamnya perlakuan perawat sebagai instruksi yang harus diberitahu ke pasien, menggunakan kerjasama tim, dan mendengar keluhan pasien. Pengetahuan adalah kata kunci dari kompetensi untuk merawat sesuai kebutuhan perawatan pasien. Kemampuan individu perawat dalam bekerja akan melibatkan keluarga pasien, petugas kesehatan lain dan rekan kerja.

(35)

kurangnya rasa hormat, yang terkadang mengarah ke kemarahan, perasaan penurunan harga diri dan terkadang munculnya konflik. Morisson (2005) mengutip Gradner yang memperkenalkan teori dari multiple intelegensia, yang juga mengenalkan konsep dari emosional tenaga kerja dan emosional dari kerjaan.

Menurut American Nurse association dalam Bartlett (2010) ada tujuh komponen penting keperawatan sesuai dengan makna dari praktik keperawatan yaitu : 1. Memberikan rasa peduli pada saat pelayanan rawatan kesehatan pasien; 2. Memperhatikan pengalaman seseorang terhadap kesehatan dan penyakit, baik dalam lingkungan fisik maupun sosial; 3. Menggabungkan penilaian data dengan pengetahuan, yang di peroleh dari apresisasi pasien atau keluarga; 4. Menerapkan ilmu pengetahuan dalam proses diagnosa keperawatan dan pengobatan dengan menggunakan penilaian dan berfikir kritis; 5. Menambah pengetahuan keperawatan professional melalui pendidikan berkelanjutan; 6. Turut serta dalam menciptakan kenyamanan publik dan sosial dalam hal mewujudkan keadilan sosial; 7. Menjamin rasa aman, kualitas, dan tindakan sesuai dengan keadaannya.

Berdasarkan Kerangka kompetensi yang di tetapkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2011), terdapat 12 kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap perawat Indonesia pada semua jenjang, mencakup;

1) Menerapkan prinsip etika dalam keperawatan.

2) Melakukan komunikasi interpersonal dalam Asuhan keperawatan.

(36)

4) Menerapkan prinsip pengendalian dan pencegahan infeksi yang diperoleh dari Rumah sakit.

5) Melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada klien. 6) Memfasilitasi kebutuhan oksigen.

7) Memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan cairan. 8) Mengukur tanda-tanda vital.

9) Menganalisis, menginterpertasikan dan mendokumentasikan data secara akurat.

10) Melakukan perawatan luka.

11) Memberikan obat dengan aman dan benar. 12) Mengelola pemberian darah dengan aman.

Sementara itu dalam ranah dan unit kompetensinya perawat dikelompokkan menjadi 3 ranah utama yaitu;

a. Praktik Professional, etis, legal dan peka budaya; 1) Bertanggung gugat terhadap praktik professional.

2) Melaksanakan praktik keperawatan (Etis dan peka budaya). 3) Melaksanakan praktik secara legal.

b. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan.

1) Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan manajemen asuhan keperawatan.

(37)

4) Menyusun rencana keperawatan.

5) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana. 6) Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan.

7) Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan.

8) Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman.

9) Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan keperawatan/ pelayanan kesehatan.

10) Menggunakan delegasi dan supervisi dalam pelayanan asuhan keperawatan. c. Pengembangan profesi.

1) Melaksanakan peningkatan professional dalam praktik keperawatan.

2) Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan.

3) Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi. 2.3.1. Kompetensi Teknis Perawat

(38)

HCU/resusitasi dan 4. Bedah sito, untuk itu maka kemampuan teknis perawat diploma yang berada di UGD juga harus disesuaikan.

Kompetensi teknis pelayanan di ruang ICU berdasar Direktorat Jendral pelayanan medis Departemen Kesehatan RI (2006), terdapat 23 kompetensi teknis dasar di bagian ICU dan 14 kompetensi teknis lanjutan, dimana diantaranya ialah memahami konsep perawatan intensif, terampil dalam pengkajian dan analisa tentang : henti nafas dan jantung, pernafasan, gangguan irama jantung, status hemodinamik dan status kesadaran pasien, terampil menggunakan Endo Tracheal Tube (ETT) guna mempertahankan potensi jalan nafas, mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi mutahir sesuai dengan fasilitas di ruangan ICU, mematuhi isu etik dan hukum pada rawatan intensif, terampil mengidentifikasi dan melaporkan situasi perubahan pasien yang tidak diharapkan, terampil dalam menggunakan alat perekaman EKG.

Untuk kompetensi teknis di ruang operasi berdasar pedoman kerja perawat operasi yang di terbitkan Depkes (1993), bahwa perawat yang ada di ruang operasi harus lah mampu menjadwalkan pasien dengan tepat, memberikan rasa nyaman dalam transport pasien, terampil mengenal dan mempersiapkan alat operasi sesuai tindakan, membuat informed consent, mampu menjaga ketiadaan penyebaran infeksi akibat tindakan dan ruangan.

(39)

umumnya ialah pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sikap, nilai-nilai dan keyakinan.

Banyak penulis yang menyatakan bahwa kompetensi merupakan apa yang dapat dilakukan seseorang, kompetensi merupakan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan menerapkan ilmu pengetahuan dan kapasitas berbagi ilmu pengetahuan serta kemampuan menyesuaikan dalam situasi dan kondisi yang terbaru. Kriteria kinerja dapat di gunakan untuk menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai kompetensi (Barbara 2007).

2.4. Kinerja

(40)

Kinerja para professional yang bisa dinilai menurut Ruky (2002) berdasar konsep “roper man” (result oriented performance management) :

1. Pengelolaan kerja sendiri : Kemampuan perawat dalam mempertimbangkan efektivitas kerjaan dalam mengelola dan melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan skala prioritas, menjaga kualitas pekerjaan, memberikan data yang di butuhkan dan menunjukkan efektifitas kerjaan kelompok.

2. Melakukan tindakan secara mandiri : Mampu melakukan tindakan pelayanan rawatan dengan sedikit atau tanpa pengawasan dan menunjukkan tingkat efektifitas dalam mengambil tindakan secara mandiri.

3. Berfikir kritis : Mampu menggunakan kreatifitas dan wawasan berfikir dalam menganalisa dan merencanakan tindakan.

4. Komunikasi : Mampu menyampaikan secara lisan dan tulisan ide-ide dan tindakan yang akan dilakukan.

5. Adaptasi berbeda budaya : Kemampuan dalam beradaptasi dalam perbedaan budaya baik dengan rekan kerja maupun dengan pelanggan.

6. Belajar hal-hal yang baru : Kemauan untuk terus memperbaharui ilmu dan keterampilan, baik yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun yang akan datang.

7. Pemberdayaan orang lain : Kemampuan untuk melibatkan rekan kerja, pelanggan dalam hal efektifitas dalam melakukan pelayanan.

(41)

Aspek ketiga dari definisi kinerja adalah penilaian. Penilaian kinerja secara regular yang dikaitkan dengan proses pencapaian kinerja setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dengan arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian jelaslah bahwa pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan, ukuran operasional dan penilaian regular mempunyai peran penting dalam merawat dan meningkatkan motivasi personel.

2.4.1. Kinerja Perawat

Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan sebaik-baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi (Faizin 2008). Proses keperawatan merupakan suatu siklus yang terus berlanjut, proses keperawatan diawali dengan kegiatan pengkajian saat pasien masuk rumah sakit. Pengkajian bertujuan untuk menggali informasi yang penting dan akan digunakan untuk menyusun diagnosis keperawatan setelah melalui analisis data. Setelah tersusun diagnosis, maka disusun suatu rencana tindakan keperawatan sesuai kebutuhan pasien dan prioritas masalah yang ada. Implementasi adalah langkah nyata dari perencanaan tindakan yang dilanjutkan dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan efektif atau tidak dalam mengatasi masalah pasien. (Triyana 2013)

(42)

keperawatan berikut : 1. Melakukan rawatan yang berpusat pada pasien. 2.Mampu bekerja sama dengan tim dalam melakukan tindakan perawatan, 3.Menggunakan praktik berdasar kompetensi, 4. Meningkatkan kualitas kemampuan diri, 5. Memanfaatkan teknologi informasi.

Sementara itu komponen inti dalam melayani pasien yang sesuai dari suatu pelayanan perawat menurut Canadian nurse association (Carna 2003) antara lain 1. Tanggung jawab profesional, 2. Tindakan sesuai dengan ilmu pengetahuan, 3. Tindakan yang etis, 4. Penyediaan layanan pada masyarakat. Dan menurut Nursalam (2008) menyatakan beberapa aspek yang perlu dievaluasi terhadap perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien di rumah sakit dapat dibedakan menjadi 4 intervensi keperawatan, yaitu: DETR (1) Diagnostik; (2) Edukatif, (3) Terapeutik, dan (4) Referal/mengambil keputusan untuk merujuk atau berkolaborasi dengan petugas kesehatan lain.

2.4.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja

(43)

Variabel Psikologis

- Persepsi - Sikap - Keperibadian - Belajar - Motivasi Variabel Individu

Kemampuan dan Keterampilan :

- Mental - Fisik

Latar Belakang :

- Keluarga - Tingkat Sosial - Pengalaman Demografis : - Umur - Etnis - Jenis Kelamin

Variabel Organisasi :

- Sumber Daya - Kepemimpinan - Imbalan - Struktur

- Disain Pekerjaan - Supervisi - Kontrol

PERILAKU INDIVIDU

(Apa yang dikerjakan)

Kinerja (Hasil yang di kerjakan)

psikologis banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis (Gibson dalam Ilyas, 2012).

Variabel psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian, dan belajar merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur. Variabel tersebut juga sukar untuk mencapai kesepakatan tentang pengertiannya karena seorang individu masuk dan bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya, dan keterampilan berbeda satu dengan lainnya. Ilyas (2012) menambahkan adanya sub variabel kontrol dan supervisi pada kelompok variabel organisasi. Berikut diagram skematis variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja menurut ilyas (2012) :

(44)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai juga dijelaskan oleh Ilyas (2012) yaitu karakteristik pribadi (usia, jenis kelamin, pengalaman, orientasi dan gaya komunikasi), motivasi, pendapatan dan gaji, keluarga, organisasi, supervisi dan pengembangan karir.

2.4.3. Penilaian Kinerja

Penilaian Kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kerja (Ilyas, 2012). Penilaian kemampuan personel merupakan tujuan yang mendasar dalam rangka penilaian personel secara individual yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian efektifitas manajemen sumber daya manusia. Moeheriono (2009) menyatakan secara umum evaluasi kinerja dan pengukuran kinerja dianggap mempunyai kesamaan, dan mempunyai arti dan definisi yang sama, namun dalam hal maknanya sangat berbeda dimana evaluasi ialah kegiatan memantau, mencatat, dan menganalisa kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah di tetapkan, sementara proses penilaian ialah membandingkan hasil kegiatan yang telah dilakukan dengan hasil yang seharusnya dicapai sesuai standar yang telah ditetapkan.

(45)

Penilaian kinerja adalah suatu deskripsi sistematis mengenai kekuatan dan kelemahan perawat, dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian efektif manajemen sumber daya manusia dengan melihat kemampuan personil dan pengambilan keputusan dalam pengembangan personalia. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya sebagai kontrol sumber daya manusia dan produktifitasnya (Triwibowo 2013).

Menurut Coates (1996) Penilaian kinerja memiliki empat strategi yang penting : 1. Menciptakan visi dan tujuan bersama dalam organisasi, kadang-kadang

melalui pernyataan misi yang disampaikan secara lisan kepada seluruh pegawai.

2. Menetapkan target kinerja individu yang berkaitan dengan target unit operasi dalam organisasi secara keseluruhan

3. Penilaian umum untuk melihat kemajuan suatu target organisasi, dan atau juga sebagai identifikasi kebutuhan pelatihan pada pegawai.

4. Penilaian berkesinambungan dari sistem penilaian kinerja untuk mengevaluasi efektifitas kinerja organisasi secara keseluruhan, suatu masukan utnuk meningkatkan kualitas dari pekerjaan.

(46)

Triwibowo (2013) menyatakan bahwa kinerja perawat dapat dilihat dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang baku. Indikator standar asuhan keperawatan tersebut adalah pemberdayaan proses keperawatan meliputi standar :

1) Pengkajian perawatan: data-data di anamnesa berfungsi untuk menegakkan diagnosa keperawatan,

2) Diagnosa keperawatan: respon pasien yang dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,

3) Perencanaan keperawatan: disusun sebelum melaksanakan tindakan,

4) Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan : ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien dipenuhi secara maksimal,

5) Evaluasi Perawat : dilakukan secara periodik dari semua tindakan dan rencana tindakan yang tidak terlaksana.

1. Pengkajian

(47)

Dari kelima area pengkajian tersebut sangat diperlukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan klien serta dalam membantu klien mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Perawat harus mempunyai kemampuan dalam komunikasi efektif, observasi yang sistematik, pemeriksaan fisik, interpretasi masing masing gejala identifikasi pola interaksi untuk dapat melakukan pengkajian yang akurat.

2. Diagnosa keperawatan.

Setelah melakukan pengkajian langkah selanjutnya adalah penegakan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang telah didapatkan. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan menjelaskan status kesehatan atau masalah yang ada pada pasien baik aktual, resiko tinggi dan potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintetis data klinis dan menentukan tindakan keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya.

3. Perencanaan tindakan keperawatan

Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, maka tindakan dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang terdiri dari:

(48)

d. Merumuskan tindakan dan aktivitas keperawatan.

Tindakan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien. Pendekatan dalam penyusunan dan tindakan keperawatan berorientasi pada tujuan, rencana tindakan dan rasional.

4. Implementasi/pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah aplikasi dari rencana tindakan keperawatan yang disusun oleh perawat dan dilakukan pada klien, yang menjadi petunjuk pada pelaksanaan, dimana tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis dilindungi, dokumentasi tindakan dan respon klien.

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah seluruh tindakan keperawatan yang telah disusun pada perencanaan telah dilakukan pada pasien. Untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan apakah berhasil atau tidak terhadap status kesehatan pasien maka dapat dinilai melalui proses perawatan dengan metode evaluasi. Evaluasi adalah penilaian atau pengukuran tentang status kesehatan pasien setelah tindakan perawatan dilaksanakan. Pendekatan evaluasi proses perawatan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu :

(49)

2). Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat proses keperawatan telah selesai semua dilakukan artinya seluruh tindakan yang ada telah dilakukan terhadap pasien kemudian dilaksanakan evaluasi.

Teknik pelaksanaan evaluasi beriorentasi kepada data subjektif, data objektif, analisa dan perencanaan/tindak lanjut. Dengan demikian secara teknis yang dituliskan pada pendokumentasian proses perawatan pada tahap evaluasi adalah semua data subjektif, data objektif, analisa (kesimpulan dari data subjektif dan objektif) serta perencanaan berdasarkan hasil analisa (Triyana, 2013).

2.4. Landasan Teori

Banyak faktor atau variabel yang akan memengaruhi kinerja sesorang, salah satunya ialah variabel individu, dimana didalam variabel individu ada pengetahuan dan keterampilan, disini penulis mengelompokkan keterampilan ke dalam kompetensi teknis. Seluruh perawat di rumah sakit umum daerah Batubara berlatar pendidikan diploma III, dan memiliki pengalaman didalam rawatan puskesmas yang pada umumnya merupakan rawat jalan. Dengan berpindah tugas ke rumah sakit maka para perawat tersebut membutuhkan keterampilan dan kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan unit kerja masing-masing. Kompetensi teknis para perawat diploma III pada umumnya sudah tertuang didalam kurikulum pendidikan program diploma III, namun untuk lebih mahir di dalam unit kerja tertentu perawat sebaiknya menambah keterampilan teknis sesuai dengan unit kerja tersebut.

(50)

sesuai dengan kebutuhan di tiap unit kerja (Unit Gawat Darurat (UGD), Unit Rawatan Khusus (ICU), Unit Ruang Operasi).

Kompetensi teknis diatas dikaitkan dengan implementasi dari perawat dalam suatu asuhan keperawatan sebagai kinerja perawat. Dimana pada tahap ini lebih ditekankan penguasaan sikap dan keterampilan dalam bidang keprofesian dengan landasan pengetahuan yang memadai sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien dengan berpedoman pada etika keperawatan.

Dengan terciptanya pengaruh profesional perawat-pasien, maka perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan atau praktisi keperawatan akan mendapat suatu kepercayaan (professional trust), dengan adanya kepercayaan tersebut perawat telah menunjukkan kompetensinya kepada klien berupa kemampuan intelektual, keterampilan teknis dan sikap yang dilandasi etika profesi sehingga mampu membuat keputusan (judgement) secara profesional.

(51)

pelaksana dapat dilihat dari hasil kerjanya, yang menjadi tugas pelaksana perawat yaitu melakukan asuhan keperawatan (PPNI 2011).

Kompetensi teknis perawat di masing-masing ruang kerja dalam melayani pasien mempunyai pengaruh dalam peningkatan kinerja perawat pelaksana. Adapun kompetensi perawat yang dilakukan yaitu tindakan-tindakan teknis sesuai panduan PPNI dan SOP di masing-masing ruangan, sementara itu kinerja perawat yang dilihat adalah asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi dari tindakan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, kompetensi perawat terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan diduga dapat memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada saat memberikan pelayanan di rumah sakit.

2.5. Kerangka Konsep

Bagan 2.2. Kerangka Konsep Sumber : Kompetensi Teknis (Kemenkes, PPNI, AIPNI AIPDiKI, Hidayati 2014), Kinerja (PPNI, Triwibowo 2013, Triyana 2013)

Kompetensi Teknis Perawat di Rumah Sakit.

(Unit Gawat darurat, ICU,

dan Ruang Operasi)

Kinerja Perawat Asuhan Keperawatan (PPNI)

(52)

Untuk menghindari persepsi yang berbeda-beda terhadap beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu pembatasan variabel yaitu :

(53)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian Eksplanasi Asosiatif, dimana dilakukan penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan dan hubungan kompetensi perawat dengan kinerja perawat di tiap unit kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Batubara (Sugiyono 2008). Metode pengambilan sampel dengan metode

cross sectional, dimana penelitian dilakukan secara bersamaan tetapi dengan subjek yang berbeda beda (Arikunto 2010)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Batubara dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang baru beroperasional, dan belum pernah dilaksanakan penelitian yang serupa. Penelitian ini dilakukan survey awal sampai seminar hasil, yang direncanakan berlangsung selama 3 bulan.

3.3 Populasi dan Sampel

(54)

sampel, yaitu seluruh perawat yang bertugas di unit gawat darurat, ruang ICU, dan ruang operasi.

Tabel 3.1 Data Jumlah Perawat di RSUD Batubara No Unit Kerja Perawat PNS Perawat Non

PNS Jumlah

1 UGD 2 13 15

2 ICU 4 9 13

3 Ruang Operasi 2 9 11

Jumlah 8 31 39

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui angket kuesioner yang disisi responden telah dipersiapkan terlebih dahulu, dengan penjelasan kuesioner secara lengkap terhadap perawat pelaksana di RSU Batubara. Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, peneliti akan menjelaskan tata cara pengisian kuesioner, dan peneliti akan mendampingi para responden selama pengisian kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pengamatan dan pengambilan data di Rumah Sakit Umum Daerah Batubara dengan data jumlah perawat di tiap bagian unit kerja, sistem asuhan keperawatan.

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas

(55)

perawat dan kinerja perawat. untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur terhadap kuesioner yang mewakili variabel terikat dan variabel bebas pada suatu penelitian, kuesioner tersebut kemudian di uji dengan menggunakan metode korelasi pearson, (r), dengan rumus :

r =

r = korelasi pearson x = skor tiap variabel

y = skor total tiap responden N = jumlah responden,

Uji realibilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat di andalkan, bila digunkan dua kali atau lebih. Menggunakan metode cronbach alpha dengan rumus

r = ( r = reliabilitas

k = banyaknya pernyataan ∑σb2

= jumlah varians pernyataan σ²t = varian total

Apabila nilai r ≥ r tabel maka instrumen tersebut reliabel, begitu juga sebaliknya jika r ≤ r tabel maka instrument tersebut dikatakan tidak reliabel.

Sebelum di uji validitas dan reliabilitas, item pernyataan kuesioner dilakukan

(56)

yaitu dari tenaga akademis dan praktisi dengan nilai CVI (content validity index) : kuesioner konpetensi teknis di UGD; 0,889, ICU; 0,876 Ruang Operasi : 0,878 kuesioner kinerja 0,778. Uji coba dilakukan terhadap perawat di Rumah Sakit Sinar Husni sebanyak 20 orang perawat guna memperoleh validitas dan reliabilitas kuesioner.

[image:56.612.117.535.370.597.2]

Setelah dilakukan ujicoba kuesioner diketahui bahwa item-item pertanyaan pada variabel kompetensi teknis dan kinerja perawat valid dan reliabel untuk digunakan pada penelitian ini, hasil perhitungan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi Teknis Perawat di Ruang UGD

Pertanyaan Rhitung Cronbach α Keterangan

1 0,977

0,771 Reliabel

2 0,976

3 0,976

4 0,976

5 0,977

6 0,977

7 0,976

8 0,976

9 0,977

10 0,976

11 0,977

12 0,977

13 0,977

14 0,977

(57)
[image:57.612.120.521.137.362.2]

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi Teknis Perawat di Ruang ICU

Pertanyaan Rhitung Cronbach α Keterangan

1 0,998

0,763 Reliabel

2 0,998

3 0,998

4 0,998

5 0,998

6 0,998

7 0,998

8 0,998

9 0,998

10 0,998

11 0,998

12 0,926

13 0,906

14 0,998

15 0,998

Tabel 3.4 Hasil Reliabilitas Variabel Kompetensi Teknis Perawat di Ruang Operasi

Pertanyaan Rhitung Cronbach α Keterangan

1 0,990

0,782 Reliabel

2 0,922

3 0,990

4 0,922

5 0,990

6 0,990

7 0,990

8 0,990

9 0,990

10 0,990

11 0,990

12 0,990

13 0,922

14 0,990

[image:57.612.120.522.447.687.2]
(58)
[image:58.612.112.528.232.546.2]

Berdasarkan tabel di atas seluruh (15) pertanyaan tentang kompetensi teknis memiliki r hitung lebih besar dari r tabel (0,514), dan nila dari α cronbach diatas dari nilai tabel, sehingga dapat di nyatakan seluruh pertanyaan di kuesioner kompetensi teknis valid dan reliabel.

Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Variabel Kinerja Perawat Pertanyaan Rhitung Cronbach α Keterangan

1 0,913

0,768 Reliabel

2 0,908

3 0,945

4 0,596

5 0,945

6 0,964

7 0,849

8 0,958

9 0,883

10 0,883

11 0,894

12 0,843

13 0,956

14 0,803

15 0,986

16 0,853

17 0,810

18 0,878

19 0,769

20 0,606

21 0,903

22 0,986

(59)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel independen, yaitu kompetensi teknis perawat baik yang bertugas di ruang gawat darurat, ruang ICU dan ruang operasi. Dimana kompetensi teknis di UGD ialah Kemampuan yang dimiliki perawat pelaksana di Unit Gawat darurat yang di dapat dari kurikulum pendidikan semasa pendidikan dan sesuai dengan peraturan menteri kesehatan no 856/2009, Kompetensi teknis di ruang ICU ialah kemampuan perawat untuk melakukan tindakan sesuai dengan kurikulum pendidikan perawat serta ketentuan Depkes (2006). Dan kemampuan teknis di ruang operasi ialah kemampuan perawat di ruang operasi secara teknis sesuai dengan pedoman cara pelayanan keperawatan di ruang operasi yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan tahun 1993. keterampilan melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan dasar kurikulum keperawatan diploma III dan sesuai dengan standard operasional prosedur (sop) di tiap ruangan. Serta kemampuan dalam melaksanakan tindakan keperawatan dengan sikap profesionalisme, sehingga meningkatkan produktifitas kerja perawat yang optimal.

Variabel dependen yaitu Kinerja perawat yaitu Penampilan hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh perawat dalam melaksanakan suatu asuhan keperawatan dengan sub variabel

(60)

2. Diagnosa Keperawatan yaitu Suatu proses yang menjelaskan respon manusia dari individu dimana perawat secara akuntabilitas dapat memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan pasien.

3. Perencanaan; merupakan rencana tindak lanjut keperawatan dengan tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan.

4. Implementasi ; merupakan pelaksanaan dari rencana keperawatan keperawatan dengan tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan akan diselesaikan.

5. Evaluasi ; merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan berupa perbandingan yang sistematis dan terencana dari hasil yang diamati dengan tujuan dan keriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

3.6. Metode Pengukuran

(61)
[image:61.612.118.524.113.504.2]

Tabel 3.4 Tabel Metode Pengukuran Masing-masing Variabel Variabel Sub variabel Pernya-

taan Alternatif jawaban Bobot Nilai Total

Nilai Kategori

Skala Ukur Kompetensi Perawat Kemampuan Teknis Kemampuan teknis di UGD

15

1. Tidak Pernah 2. Jarang 3. Selalu

1 2 3 15-24 25-34 35-45 Kurang Sedang Baik Ordinal Kemampuan teknis di ICU

15 1.Tidak Pernah 2.Jarang 3.Selalu 1 2 3 15-24 25-34 35-45 Kurang Sedang Baik Ordinal Kemampuan teknis di ruang

operasi 15

1.Tidak Pernah 2.Jarang 3.Selalu 1 2 3 15-24 25-34 35-45 Kurang Sedang Baik Ordinal Kinerja Perawat 22

1. Tidak Pernah

2. Jarang

3. Selalu

1 2 3 22-36 37-51 52-66 Kurang Sedang Baik Ordinal

Pengkajian 6

Diagnosa

Keperawatan 3

Perencanaan 5

Implementasi 5

Evaluasi 3

3.7. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data dalam penelitian ini mengunakan tiga tahap yaitu : 3.7.1. Analisis Univariat

(62)

3.7.2. Analisis Bivariat

(63)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah sakit umum daerah batubara merupakan rumah sakit yang didirikan pada tanggal 22 desember 2012 sebagai salah satu syarat berdirinya suatu kabupaten sesuai dengan undang undang otonomi yang baru. Rumah sakit ini didirikan di ibu kota kabupaten Batubara, tepatnya didesa kuala gunung kecamatan Limapuluh, terdiri dari ruang administrasi, ruang poliklinik, ruang unit gawat darurat (UGD), ruang apotek, ruang operasi, ruang rawatan khusus (ICU), ruang gizi, ruang rawat inap.

Rumah Sakit Umum Daerah Batubara merupakan RSUD yang baru di operasionalkan pada tanggal 07 januari 2013, sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan nomor : HK.02.03./I/0153/2013 berdiri diatas tanah seluas + 3 ha, Memiliki SDM tenaga PNS 82 orang dimana di bidang struktural 6 orang dan 76 orang di bidang fungsional dan dibantu oleh tenaga honorer perawat 56 orang. Di bidang fungsional; tenaga perawat 34 orang, kebidanan 17 orang, gizi 5 orang, perawat gigi 2 orang, farmasi 4 orang, analis 2 orang , fisioterapis 2 orang, elektro medis 2 orang, dokter gigi 3 orang, dokter umum 5 orang. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit satu-satunya yang ada di kabupaten Batubara, merupakan pusat rujukan kabupaten untuk pasien jaminan kesehatan nasional (JKN).

(64)

berkualitas, Cepat,Tepat, Tanggap, Profesional dan Memuaskan.Un

Gambar

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi Teknis
Tabel 3.3  Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi Teknis
Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Variabel Kinerja Perawat
Tabel 3.4 Tabel Metode Pengukuran Masing-masing Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kinerja perawat dalam keperawatan terhadap tingkat kepuasan pasien khususnya di puskesmas yang menjadi unit

Hasil penelitian tentang variabel kompetensi mengenai kesiapsiagaan triase dan kegawatdaruratan pada korban bencana massal terhadap kinerja perawat di Puskesmas Langsa

terhadap kinerja klinis perawat di RSUD Kabupaten Karanganyar. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap kinerja klinis. perawat di RSUD Kabupaten Karanganyar. Untuk

Hasil pengujian variabel insentif memiliki pengaruh yang terhadap kinerja perawat di RSUD Pambalah Batung Amuntai Kalimantan Selatan, hal ini dapat dibuktikan dari signifikansi

Kompetensi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Syafira Pekanbaru memiliki nilai rata-rata berkategorikan cukup, namun ada beberapa tanggapan

Pengaruh Motivasi Intrinsik Sub Variabel Pengakuan/Penghargaan terhadap Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Keperawatan Pada hasil tabulasi silang diketahui bahwa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel peran ganda dan stres kerja mempengaruhi kinerja wanita perawat dan untuk mengetahui indikator variabel peran ganda

Cross- sectional Study Menganalisis faktor yang mempengaruhi kinerja perawat yang bekerja di Rumah Sakit 200 Perawat Factor yang berhubungan dengan kinerja perawat adalah