TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Aspek Keamanan
2.3.1 Komplikasi Kehamilan
1. Pengertian Komplikasi Kehamilan
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2009). Pada penelitian Julian (2003) menyatakan bahwa sebanyak 45% wanita tidak tahu mengenai jenis komplikasi dalam kehamilan, lebih dari 50% responden tidak tahu mengenai komplikasi dalam masa persalinan dan nifas.
Komplikasi kehamilan sebenarnya dapat dicegah, minimal diperingan walau 15 - 20 % kehamilan normal dapat berubah menjadi komplikasi pada saat persalinan.
Salah satu cara yang efektif adalah dengan cara deteksi dini risiko tinggi kehamilan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur oleh petugas kesehatan.
Hasil penelitian Senewe,dkk (2001) bahwa ada hubungan antara komplikasi kehamilan dengan komplikasi persalinan dengan nilai OR= 2,88.
Jenis komplikasi pada kehamilan adalah:
a. Keguguran
Banyak perempuan mengalami keguguran bukan hanya satu kali, bahkan ada yang bisa lebih dari tiga kali keguguran. Semua perempuan akan mengalami kesedihan hingga trauma karena keguguran, apalagi jika diharuskan di kuret, sakit yang dialami bisa melebihi sakit karena melahirkan. Keguguran merupakan gagalnya kehamilan sebelum memasuki usia ke-20 minggu, biasanya ditandai dengan flek hingga pendarahan.
Faktor yang memicu keguguran, diantaranya :
• Aktivitas berat selama hamil
• Stres
• Virus
• Infeksi
• Rahim lemah
• Dan Lain-Lain
Keguguran terjadi berulang-ulang harus segera ditangani dengan serius agar secepatnya mendapatkan solusi. Itu sebabnya ketika perempuan yang sudah mengalami keguguran ketika akhirnya dia akan hamil kembali harus dalam penanganan dokter agar bisa terus terawasi perkembangan janin di perut dan bisa meminimalisir terjadinya keguguran kembali.
b. Pre-eklamsia
Pre-eklamsia merupakan kehamilan yang disertai dengan naiknya tekanan darah ibu hamil.
Pre-eklamsia biasanya ditandai dengan gejala :
• Pusing atau sakit kepala berlebihan
Sakit kepala yang menunjukkan masalah yang serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat, sakit kepala dapat bertahan lebih dari 2-3 jam. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, penglihatan ibu menjadi kabur dan berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan merupakan gejala dari preeklamsi.
• Tekanan darah naik
Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg dari normal
• Bengkak pada wajah, tangan dan kaki
Hampir dari separuh ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari. Bengkak biasanya hilang setelah beristirahat dan meninggikan kaki. Keadaan ini dapat dikatakan normal, akan tetapi bengkak dapat menunjukkan masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain dan bertahan lebih dari 24 jam. Bila dibiarkan keadaan ini dapat membahayakan ibu dan janin. Odema yang terjadi merupakan akumulasi cairan yang menyeluruh dan berlebihan dalam jaringan terutama pada tangan dan wajah merupakan gejala dari preeklamsi.
Umumnya, kehamilan dengan komplikasi ini akan membuat ibu melahirkan secara Caesar.
c. Kehamilan ektopik
Kehamilan yang terjadi jika janin berkembang di luar rahim. Kondisi ini jarang terjadi namun sangat membahayakan janin jika sampai terjadi karena janin bisa berkembang dengan baik jika berada dalam rahim dengan mendapatkan berbagai nutrisi yang akan membantunya berkembang ketika dia sedang berada aman dalam rahim ibunya. Maka, kehamilan ektopik ini bukan hanya membuat janin tidak tumbuh namun juga membuatnya tidak bisa bertahan lama.
d. Perdarahan
Darah ini bisa dianggap wajar jika tidak terjadi terus menerus, namun akan sangat membahayakan jika darah yang keluar berlebihan, berbau, dan terus menerus muncul. Sebaiknya wanita hamil yang mengalami pendarahan harus waspada sebab perdarahan yang terjadi pada saat kehamilan berlangsung, biasanya akan menyebabkan keguguran. Namun selain itu ibu yang sedang hamil ataupun telah melahirkan juga perlu waspada adanya perdarahan karena bisa jadi merupakan gejala kanker.
e. Plasenta previa
Kondisi yang terjadi pada kehamilan, dimana plasenta berada pada posisi menutup mulut rahim sehingga jika tidak diatasi dengan baik maka akan menyebabkan perdarahan. Jika hal ini terjadi sebaiknya ibu hamil segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang serius.
f. Diabetes gestasional
Kondisi kehamilan yang dibarengi dengan naiknya gula darah sang ibu sehingga hal ini beresiko menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lebih dan beresiko menderita diabetes. Kondisi ini bisa di minimalisir dengan pola makan yang sesuai anjuran dokter agar gula darah sang ibu bisa menurun bahkan kembali normal.
g. Keluar Cairan per Vagina
Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis, dan warna putih keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban. Jika kehamilan belum cukup bulan, hati-hati akan adanya persalinan preterm dan komplikasi infeksi intrapartum.
h. Gerakan Janin Tidak Terasa
Kesejahteraan janin dapat diketahui dari keaktifan gerakannya, minimal adalah 10 kali dalam 24 jam. Jika kurang dari itu, maka waspada akan adanya gangguan janin dalam rahim. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum yang baik. Jika ibu tidak merasakan gerakan janin selama 12 jam atau sesudah kehamilan 22 minggu, kemungkinan dapat terjadi solusio plasenta, rupture uteri, gawat janin dan kematian janin.jika ditemukan hal ini pada ibu hamil, cepat rujuk ke fasilitas kesehatan (Salmah, 2006).
2. Faktor Risiko Kehamilan
Yang dimaksud risiko kehamilan adalah keadaan menyimpang dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.(Meilani, 2009). Ibu hamil yang berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai
faktor risiko dan risiko tinggi (Depkes RI,2003). Menurut Manuaba (2008) golongan ibu hamil berisiko meliputi :
1. Ibu hamil risiko rendah yaitu ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak memiliki faktor-faktor risiko berdasarkan klasifikasi risiko sedang dan risiko tinggi, baik dirinya maupun janin yang dikandungnya.
Misalnya, ibu hamil primipara tanpa komplikasi,kepala masuk PAP minggu ke-36
2. Ibu hamil risiko sedang yaitu ibu hamil yang memiliki satu atau lebih faktor risiko tingkat sedang. Misalnya ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm. Faktor ini dianggap nantinya akan memengaruhi kondisi ibu dan janin, serta memungkinkan terjadinya penyulit pada waktu persalinan.
3. Ibu hamil risiko tinggi yaitu ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor risiko tinggi, antaralain adanya anemia pada ibu hamil.
3. Faktor Penyebab Kehamilan Risiko
Kehamilan risiko adalah keadaan buruk pada kehamilan yang dapat memengaruhi keadaan ibu maupun janin apabila dilakukan tatalaksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal (Manuaba, 2008). Banyak faktor yang menyebabkan mengapa kehamilan dapat berisiko bagi ibu hamil maupun anak yang dikandungnya. Menurut Manuaba (2008) :
1) Penyebab kehamilan risiko rendah adalah a. Primipara tanpa komplikasi.
Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup (viable). Kehamilan dengan presentase kepala, umur kehamilan 36 minggu dan kepala sudah masuk PAP
b. Multipara tanpa komplikasi adalah wanita yang telah melahirkan 2 janin atau lebih
c. Persalinan spontan dengan kehamilan prematur dan bayi hidup
Persalinan spontan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggi, tetapi berat badan lahir melebihi 2.500 gram.
2) Kehamilan risiko sedang adalah kehamilan yang masuk ke dalam kategori “4 terlalu“
a. Umur ibu terlalu muda (< 20 tahun).
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik dan relatif masih kecil, biologis sudah siap tetapi psikologis belum matang.
b. Umur ibu terlalu tua (> 35 tahun).
Pada usia ini kemungkinan terjadi problem kesehatan seperti hypertensi, diabetes mellitus, anemis, saat persalinan terjadi persalinan lama, perdarahan dan resiko cacat bawaan.
c. Jarak kehamilan terlalu dekat (> 2 tahun).
Bila jarak anak terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama atau perdarahan.
d. Jumlah anak terlalu banyak (> 4 anak).
Ibu yang memiliki anak lebih dari 4, apabila terjadi hamil lagi, perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama, karena semakin banyak anak, rahim ibu makin melemah.
e. Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.
Pada ibu hamil yang memiliki tinggi badan kurang dari 145 cm, dalam keadaan seperti itu perlu diwaspadai adanya panggul sempit karena dapat mengalami kesulitan dalam melahirkan.
f. Kehamilan lebih bulan (serotinus).
Kehamilan yang melewati waktu 42 minggu belum terjadi persalinan.
3) Kehamilan risiko tinggi adalah suatu keadaan dimana kondisi ibu hamil yang bisa menyebabkan janin yang dikandungnya tidak dapat tumbuh dengan sehat bahkan dapat menimbulkan kematian dan janin, seperti anemia, malaria, TBC Paru, riwayat obstetri buruk, penyakit jantung, infeksi menular seksual dan Diabetes Mellitus.
4. Pencegahan Komplikasi Kehamilan
Pencegahan komplikasi pada kehamilan dapat dicegah melalui pelayanan asuhan antenatal. Adapun pelayanan kesehatan selama masa kehamilan seorang ibu yang diberikan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan (Mandriwati, 2008).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun
janin. Pelayanan antenatal merupakan upaya kesehatan perorangan yang memperhatikan precisi dan kualitas pelayanan medis yang diberikan. Agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal. Keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya.
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera setelah seorang wanita merasa dirinya hamil. Dalam pemeriksaan antenatal selain kuantitas (jumlah kunjungan), perlu diperhatikan pula kualitas pemeriksaannya. Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali selama kehamilan, minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama = K1, 1 (satu) kali pada trimester kedua = K2, 2 (dua) kali pada trimester ketiga = K3 & K4.
Pelayanan antenatal selengkapnya mencakup banyak hal meliputi antara lain:
a. Anamnesis yaitu pencarian riwayat kehamilan terdahulu seperti gangguan kehamilan
b. Pengukuran tinggi badan yang dilakukan satu kali dan penimbangan berat badan yang dilakukan setiap ibu hamil memerikasakan kehamilannya.
c. Pengukuran tinggi fundus uteri untuk menaksir usia kehamilan, dilakukan dengan perabaan perut (Leopold I-IV)
d. Pemeriksaan panggul, dilakukan dengan maksud :
1) Memeriksa ada tidaknya kelainan atau penyakit pada jalan lahir 2) Mengadakan pemerikasaan untuk membuktikan bahwa ibu hamil
3) Untuk mengetahui apakah ibu panggul sempit.
e. Penghitungan denyut jantung janin (DJJ)
f. Pemeriksaan kesehatan secara umum, meliputi pengukuran tekanan darah dan denyut jantung ibu, dan pemeriksaan faal tubuh.
g. Pemerikasaan Hb dengan menggunakan metode sahli
Antenatal Care selain memberikan pelayanan juga merupakan suatu media
komunikasi untuk mempromosikan perilaku hidup sehat, gizi yang baik selama hamil, membantu pengambilan keputusan persalinan dan mengidentifikasi ibu hamil resiko tinggi termasuk ibu hamil dengan KEK (Depkes, 2001b).
Menurut Depkes (2004) ada sedikit penurunan persentase pemeriksaan kehamilan menurut data SKRT 1992, SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 yaitu masing-masing 78,7%, 77,9% dan 76,3%. Rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor demografi, budaya dan sosial ekonomi.
5. Penanganan Komplikasi Kehamilan
a. Penanganan Perdarahan (PUSDIKNAKES RI, 2003).
1. Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil),
2. Periksa konsistensi uterus, yang merupakan langkah pertama, karena 80-90% perdarahan postpartum berhubungan dengan atonia uteri,
3. Jika kontraksi bersifat atonik, masase untuk menstimulasi kontraksi,
4. Jika uterus gagal berkontaksi segera setelah masase lakukan kompresi bimanual sebagai tambahan stimulasi kontraksi uterus,
5. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk),
6. Penilaian medik untuk menetukan tindakan di fasilitas kesehatan setempat atau rujuk ke rumah sakit. Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat, segera atasi komplikasi tersebut dengan pemasangan infus dan pemberian oksigen,
7. Gunakan jarum infus besar (16 gauge atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan fisiologis atau riger laktat,
8. Kemungkinan hamil ektopik pada pasien hamil muda dengan syok berat, 9. Bila terdapat tanda-tanda sepsis, berikan antibiotika yang sesuai,
10. Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan,
11. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pascatindakan dan perkembangan selanjutnya.
b. Penanganan Pre- eklamsi
1. Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan,
2. Pantau tekanan darah, proteinuria, dan kondisi janin setiap minggu,
3. Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat dan teminasi kehamilan,
4. Jika tekanan dastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg. ,
5. Pasang infus ringer laktat dengan jarum besar,
6. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi Overload,
7. Kateterisasi urin untuk mengukur volume pengeluaran dan proteinuria, 8. Jika jumlah urin < 30 ml per jam infus cairan pertahankan dan pantau
kemunkinan odem paru,
9. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Karena kejang dan aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin,
10. Obsevasi tanda-tanda vital, denyut jantung janin setiap jam.
c. Penanganan Infeksi
1. Rawat jalan bila tanpa komplikasi, rawat inap bila disetai komplikasi, 2. Upaya pencegahan merupakan cara paling menguntungkan,
3. Kenali tanda dan gejala dan jenis pemeriksaan spesifik, 4. Tegakkan diagnosis sedini mungkin,
5. Tirah baring,
6. Pemberian antibiotika,
7. Pemeliharaan personal higyene
2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aspek Keamanan dalam Kesehatan