PENGARUH KARAKTERISTIK KELUARGA TERHADAP KOMPLIKASI KEHAMILAN DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
PADA IBU HAMIL DI DESA LAUT DENDANG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
TAHUN 2012
TESIS
Oleh
TANI ASTUTI 107032241/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2013
THE INFLUENCE OF FAMILY CHARACTERISTICS ON PREGNANCY COMPLICATIONS IN THE REPRODUCTIVE HEALTH OF PREGNANT
MOTHERS AT LAUT DENDANG VILLAGE, PERCUT SEI TUAN SUBDISTRICT, IN 2012
THESIS
By
TANI ASTUTI 107032241/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
PENGARUH KARAKTERISTIK KELUARGA TERHADAP KOMPLIKASI KEHAMILAN DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
PADA IBU HAMIL DI DESA LAUT DENDANG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
TAHUN 2012
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
TANI ASTUTI 107032241/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2013
Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK KELUARGA TERHADAP ASPEK KEAMANAN DALAM KESEHATAN REPRODUKSI PADA IBU HAMIL DI DESA LAUT DENDANG
KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2012
Nama Mahasiswa : Tani Astuti Nomor Induk Mahasiswa : 107032241
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si) (dr. Muhammad Rusda, SpOG (K) Ketua Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Tanggal Lulus : 21 Maret 2013
Telah diuji
Pada tanggal : 21 Maret 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si Anggota : dr. Muhammad Rusda, SpOG(K)
dr. Yostoto Kaban, SpOG(K) Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si
PERNYATAAN
PENGARUH KARAKTERISTIK KELUARGA TERHADAP KOMPLIKASI KEHAMILAN DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
PADA IBU HAMIL DI DESA LAUT DENDANG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
TAHUN 2012
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, April 2013 Penulis
Tani Astuti 107032241/IKM
ABSTRAK
Kesehatan reproduksi mencakup tiga komponen yaitu kemampuan yang berarti dapat berproduksi, keberhasilan yang berarti dapat menghasilkan anak sehat yang tumbuh dan berkembang dan keamanan yang berarti semua proses reproduksi termasuk hubungan seks, kehamilan, persalinan, kontrasepsi dan abortus bukan merupakan aktifitas yang berbahaya. Aspek keamanan merupakan suatu aspek yang menyatakan kondisi kehamilan yang aman pada ibu hamil, dengan indikator tidak terjadi komplikasi kehamilan. Banyak faktor yang mempengaruhi keamanan kehamilan salah satunya yaitu karakteristik keluarga.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh karakteristik keluarga terhadap komplikasi kehamilan dalam kesehatan reproduksi pada ibu hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012. Jenis penelitian adalah survei dengan metode cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan adalah sebanyak 314 ibu hamil pada bulan September 2012. Sampel berjumlah 92 orang yang diambil dengan teknik acak sederaha. Data diperoleh melalui kuesioner dengan mengukur komplikasi kehamilan adalah aman dan tidak aman. Analisis data dilakukan dengan uji univariat, Chi Square dan regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur, pendidikan ibu, jarak kehamilan, dan pendapatan berpengaruh terhadap komplikasi kehamilan dalam kesehatan reproduksi. Variabel yang paling besar pengaruhnya adalah jarak kehamilan dengan nilai Exp B= 17,436 artinya bahwa jarak kehamilan ibu ≥ 2 tahun akan mempunyai kemungkinan 17 kali lebih besar aman dalam kehamilan (tidak terjadi komplikasi), dibanding dengan jarak kehamilan ibu <2 tahun. Peluang terjadinya komplikasi kehamilan yang aman dipengaruhi oleh umur 20-35 tahun, pendidikan tinggi, jarak kehamilan ≥2 tahun dan pendapatan keluarga tinggi sebesar 91,2%. Dan yang tidak berpengaruh terhadap komplikasi kehamilan adalah beban kerja, besar keluarga dan budaya.
Disarankan kepada ibu hamil agar memperhatikan kesehatan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali. Keluarga memperhatikan usia yang sehat 20-35 thn dan jarak kehamilan ≥2 tahun untuk ibu hamil. Petugas kesehatan lebih meningkatkan pelayanan antenatal care dan memberikan informasi mengenai komplikasi kehamilan.
Kata kunci : Komplikasi Kehamilan, Karateristik Keluarga, Faktor Risiko Kehamilan
ABSTRACT
Reproductive health consists of three components, namely capability which means the capability to produce, success which means the success in yielding a healthy child that can grow and develop, and safety which means that all processes of reproduction, including sex, pregnancy, childbirth, contraception, and abortion, are not dangerous activities. The aspect of safety is an aspect which indicates the safe pregnancy condition for pregnant mothers with the indocator of the absence of complication in pregnancy. There are many factors which can influence the safety of pregnancy; one of them is family characteristics.
The aim of the research was to analyze the influence of family characteristics on the complication in pregnancy in reproduction in pregnant mothers at Laut Dendang Vilage, Percut Sei Tuan Subdistrict, in 2012. The type of the research was a survey with cross sectional method. The population was 314 pregnant mothers at Laut Dendang village, Percut Sei Tuan subdistrict in September, 2012. The samples comprised 92 respondents, using simple random sampling technique. The data were gathered by using questionnaires, considering whether the Complication in Pregnancy was really safe or not. The data were analyzed by using univariate, Chi Square, and multiple logistic regression test.
The result of he research showed that age, education, the interval of pregnancy, and income influenced the complication in pregnancy in reproduction.
The variable which had the most significant influence was the interval of pregnancy with the Exp B value of 17.436 which indicated that the interval of mothers’
pregnancy ≥2 years would probably 17 times safer in pregnancy (no complication) than the interval of pregnancy <2 years. The occurrence of the complication in pregnancy was influenced by the age of 20-35, higher education, the interval of pregnancy ≥2 years, and high family income 0f 91.2%. the variabels which did not influence the complicaton in pregnancy were work load, family size, and culture.
It is recommended that pergnant mothers should take care of their health and use health service by examining their pregnancy at least four times. The families should pay attention to healty age of 20-35 and the interval of pregnancy ≥2 years for pregnant mothers. The health workers should increase the antenatal care and provide information about complication in pregnancy.
Keywords: Complication in Pregnancy, Family Characteristics, Factor of Pregnancy Risk
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah swt atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Pengaruh Karakteristik Keluarga terhadap Komplikasi Kehamilan dalam Kesehatan Reproduksi pada Ibu Hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 “.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc. (CTM), Sp.A(K).
2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs.
Surya Utama, M.S
3. Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si
4. Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si dan Anggota Komisi Pembimbing dr. Muhammad Rusda, SpOG(K) yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.
5. Tim Penguji dr. Yostoto Kaban, SpOG(K) dan Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.
6. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Kepala Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.
8. Pimpinan Poskesdes Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan yang telah membantu dan memberikan izin untuk penelitian.
9. Orang tua tercinta Ngasim Sunarto dan almarhumah Poniyam serta keluarga besar yang telah memberikan do’a, dukungan dan bantuan selama penyelesaian tesis ini.
10. Suami tercinta Suwarno, SH, MH dan anak-anakku Muhammad Agung Perdana, Muhammad Yudha Wiratama dan Gendhis Indah Hardanti yang telah memberikan do’a, dukungan dan berkat merekalah saya termotivasi untuk menyelesaikan studi ini.
11. Teman- teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah bersedia menjadi teman diskusi untuk penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sebagai masukan dan perbaikan dengan harapan semoga tesis ini memberikan manfaat dan sumbangsih bagi kemajuan serta peningkatan dalam bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, April 2013
Penulis
Tani Astuti
107032241/IKM
RIWAYAT HIDUP
Tani Astuti, lahir di Simalungun pada tanggal 18 Januari 1968, anak ketiga dari delapan bersaudara.
Pendidikan Dasar penulis di SD Inpres Dusun Bendo Simalungun, tamat tahun 1981, Sekolah menengah Pertama di SMP Yapendak Tinjowan, tamat tahun 1984, Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Perdagangan, tamat tahun 1987. Tahun 1988 melanjutkan perkuliahan di Fakultas Non Gelar Kesehatan Universitas Darma Agung Medan. Tahun 1996 di Universitas Negeri Medan menyelesaikan AKTA III, Tahun 2000 menamatkan jenjang pendidikan S1 di Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Medan, Tahun 2001 melanjutkan ke D4 Perawat Pendidik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai sekarang.
Setelah tamat dari Fakultas Non Gelar Kesehatan tahun 1991 bekerja di Klinik Mama Harfas Medan. Pada tahun 1995 bekerja di Akademi Keperawatan Harapan Mama Deli Serdang sampai sekarang.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Hipotesis ... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Kesehatan Reproduksi ... 9
2.1.1 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi ... 10
2.1.2 Hak-Hak Reproduksi ... 12
2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesehatan Reproduksi . 15 2.1.4 Konsep Pemikiran tentang Kesehatan Reproduksi Perempuan ... 16
2.1.5 Indikator Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita ... 17
2.2 Ibu Hamil ... 19
2.3 Aspek Keamanan ... 21
2.3.1 Komplikasi Kehamilan ... 21
2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aspek Keamanan dalam Kesehatan Reproduksi pada Ibu Hamil ... 33
2.4.1 Karakteristik Keluarga ... 33
2.5 Landasan Teori ... 46
2.6 Kerangka Konsep ... 49
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 50
3.1 Jenis Penelitian ... 50
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51
3.3 Populasi dan Sampel ... 51
3.3.1 Populasi ... 51
3.3.2 Sampel ... 51
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 53
3.4.1 Data Primer ... 53
3.4.2 Data Sekunder ... 54
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 54
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 56
3.5.1 Variabel Dependen ... 56
3.5.2 Variabel Independen ... 57
3.6 Metode Pengukuran ... 59
3.7 Metode analisis Data ... 60
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 61
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 61
4.2 Analisis Univariat ... 63
4.2.1 Aspek Keamanan ... 63
4.2.2 Umur Ibu ... 64
4.2.3 Pendidikan Keluarga (Ibu dan Ayah) ... 64
4.2.4 Beban Kerja ... 65
4.2.5 Jarak Kelahiran ... 66
4.2.6 Pendapatan Keluarga ... 66
4.2.7 Besar Keluarga ... 67
4.2.8 Budaya ... 67
4.3 Analisis Bivariat ... 69
4.3.1 Hubungan Umur Ibu pada Saat Hamil dengan Aspek Keamanan Kehamilan ... 69
4.3.2 Hubungan Pendidikan Ayah dan Ibu dengan Aspek Keamanan Kehamilan ... 70
4.3.3 Hubungan Beban Kerja pada Saat Hamil dengan Aspek Keamanan Kehamilan ... 71
4.3.4 Hubungan Jarak Kehamilan pada Saat Hamil dengan Aspek Keamanan Kehamilan ... 72
4.3.5 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Aspek Keamanan Kehamilan ... 73
4.3.6 Hubungan Besarnya Keluarga dengan Aspek Keamanan Kehamilan ... 74
4.3.7 Hubungan Budaya dengan Aspek Keamanan Kehamilan ... 74
4.4 Analisis Multivariat ... 75
BAB 5 PEMBAHASAN ... 79
5.1 Pengaruh Umur dengan Aspek Keamanan pada Ibu Hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 79
5.2 Pengaruh Pendidikan Ibu dengan Aspek Keamanan pada Ibu Hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan
Tahun 2012 ... 80
5.3 Pengaruh Jarak Kehamilan dengan Aspek Keamanan pada Ibu Hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 82
5.4 Pengaruh Pendapatan Keluarga dengan Aspek Keamanan pada Ibu Hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 84
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86
6.1 Kesimpulan ... 86
6.2 Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1 Pelaksanaan Penelitian ... 51 3.2 Distribusi Perhitungan Besar Sampel Penelitian di Desa Laut
Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan ... 52 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Budaya ... 55 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Aspek
Keamanan ... 56 3.5 Pengukuran Variabel Penelitian ... 59 4.1 Distribusi Frekuensi Aspek Keamanan Ibu Hamil di Desa Laut
Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 64 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Pada Saat Hamil di Desa Laut
Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 64 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah dan Ibu Hamil di Desa Laut
Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 65 4.4 Distribusi Frekuensi Kerja Ibu Hamil di Desa Laut Dendang
Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 65 4.5 Distribusi Frekuensi Jarak Kehamilan pada Ibu Hamil di Desa Laut
Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 66 4.6 Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga Ibu Hamil di Desa Laut
Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 67 4.7 Distribusi Frekuensi Besar Keluarga Ibu Hamil di Desa Laut
Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 67 4.8 Distribusi Frekuensi Budaya Ibu Hamil di Desa Laut Dendang
Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 68 4.9 Hubungan Umur Ibu dengan Aspek Keamanan pada Ibu Hamil di
Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 69
4.10 Hubungan Pendidikan Ayah dan Ibu dengan Aspek Keamanan pada Ibu Hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 70 4.11 Hubungan Beban Kerja dengan Aspek Keamanan pada Ibu Hamil di
Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 71 4.12 Hubungan Jarak Kehamilan dengan Aspek Keamanan pada Ibu
Hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 72 4.13 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Aspek Keamanan pada Ibu
Hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 73 4.14 Hubungan Besar Keluarga dengan Aspek Keamanan pada Ibu Hamil
di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 74 4.15 Hubungan Budaya dengan Aspek Keamanan pada Ibu Hamil di Desa
Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 74 4.16 Pengaruh Karakteristik Keluarga terhadap Aspek Keamanan pada
Ibu Hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 ... 77
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1 Kerangka Teori ... 48 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 49
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian ... 96
2 Master Data Penelitian ... 99
3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 102
4 Hasil Statistik ... 105
5 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 118
8 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 119
DAFTAR ISTILAH / SINGKATAN
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Depkes : Departemen Kesehatan
DJJ : Denyut Jantung Janin ISR : Infeksi Saluran Reproduksi KEK : Kurang Energi Kronis
KB : Keluarga Berencana
K1 :Kunjungan pertama
K2 : Kunjungan kedua
K3 : Kunjungan ketiga
K4 : Kunjungan keempat
MDGs : Millenium Development Goals PAP : Pintu Atas Panggul
PIH : Pregnancy Induced Hipertention Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
PMS : Penyakit Menular Seksual
SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga WHO : Word Health Organization
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan reproduksi sesungguhnya bukan hanya masalah individu yang bersangkutan tetapi menjadi perhatian bersama, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan suatu negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Kesehatan reproduksi menjadi masalah cukup serius sepanjang hidup terutama bagi perempuan (Baso dan Raharjo, 1999). Angka kematian ibu dan perinatal merupakan ukuran penting dalam memiliki keberhasilan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia (Manuaba, 1998).
World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2005 terdapat
536.000 wanita hamil meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di seluruh dunia. Angka Kematian Ibu (AKI) di Sub-sahara Afrika 270/100.000 kelahiran hidup, di Asia Selatan 188/100.00 kelahiran hidup dan di Asia Tenggara 35/100.000 (WHO, 2007). Indonesia masih tinggi dibandingkan negara tetangga ASEAN yaitu pada tahun 2004 AKI di Vietnam 120 per 100.000, Brunei 60 per 100.000, Malaysia 59 per 100.000, Thailand 50 per 100.000 dan Singapura hanya 10 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2007).
Salah satu ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kesehatan dalam suatu negara atau daerah adalah angka kematian ibu. Hal tersebut dapat tergambar dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2002/2003 AKI 307 per 100.000, tahun 2005 AKI 262 per 100.000 dan tahun 2006 AKI 253 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2007 AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup. Peningkatan pemeliharaan kesehatan bagi ibu hamil akan dapat memengaruhi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Untuk tahun 2015 Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan AKI menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup. Sementara itu penurunan AKI merupakan tujuan utama dari program pelayanan kesehatan ibu dan anak (Kemkes, 2010).
Kematian maternal merupakan suatu fenomena puncak gunung es karena kasusnya cukup banyak namun yang nampak dipermukaan hanya sebagian kecil.
Diperkirakan 50.000.000 wanita setiap tahunnya mengalami masalah kesehatan berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Komplikasi yang ada kaitannya dengan kehamilan berjumlah sekitar 18 persen dari jumlah global penyakit yang diderita wanita pada usia reproduksi. Diperkirakan 40 persen wanita hamil akan mengalami komplikasi yang bisa mengancam jiwanya dan memerlukan perawatan obstetri darurat (Hasnah, 2003).
Komplikasi kehamilan dan persalinan yang terjadi diberbagai negara berkembang menjadi penyebab utama kematian wanita usia reproduksi. Ini berarti lebih dari satu wanita meninggal setiap menit dari penyebab komplikasi atau ini berarti 585.000 wanita meninggal setiap tahun. Kurang dari satu persen kematian ini terjadi di negara maju, ini berarti wanita dapat menghindari kematian tersebut jika sumber daya dan jasa tersedia. Bertambahnya tenaga kesehatan yang melayani wanita hamil dan melahirkan ternyata belum menurunkan angka kematian ibu secara
bermakna. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penyelesaian masalah secara medis teknis bukan merupakan jaminan penyelesaian masalah tingginya mortalitas ibu. Ada faktor lain yang akan menyumbang keberhasilan intervensi medis yaitu dengan ditopang oleh cepatnya pengambilan keputusan ibu atau keluarga untuk mencari pertolongan. Tindakan ini sangat banyak dipengaruhi oleh sikap waspada ibu dan keadaan sosial ekonomi keluarga. Ibu yang telah diberi informasi bahwa kehamilannya mungkin berisiko tinggi biasanya lebih waspada bila menghadapi permasalahan selama kehamilan. Sejauh ini informasi yang diberikan terbatas pada ibu dan bersifat umum sehingga kurang terkait dengan anggota keluarga lain. Pada keadaan kritis atau bahaya bukan hanya ibu yang berperan memutuskan untuk mencari pertolongan tetapi seluruh keluarga. Perawatan selama kehamilan dan persalinan yang telah diperbaiki dapat mengurangi kematian maternal 50 – 80 persen.
Perbaikan aspek sosial, budaya, ekonomi dan pendidikan dapat membantu mengatasi 64 persen penyebab kematian ibu (Hasnah, 2003).
Kesadaran masyarakat akan tanda – tanda bahaya pada kehamilan merupakan upaya meminimalkan kegawatdaruratan obstetri, namun banyak kepercayaan tradisional yang dianut masyarakat tertentu akan memengaruhi pengambilan keputusan oleh suami sebagai kepala rumah tangga atau orang yang memegang peranan penting didalam keluarga. Akibatnya jika terjadi kasus kegawatdaruratan pada ibu hamil harus melibatkan beberapa pihak untuk berembuk,sehingga terjadinya keterlambatan yang mengakibatkan kematian pada ibu (PPMZ, 2003).
Tingginya AKI menunjukkan derajat kesehatan di Indonesia masih rendah.
Tingginya AKI dipengaruhi oleh penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
Penyebab langsung berkaitan dengan dengan tradisional melahirkan seperti perdarahan, hipertensisaat kehamilan (eklamsia), infeksi yang berkurang, partus lama dan komplikasi keguguran. Penyebab langsung ini diperburuk oleh status kesehatan gizi ibu yang kurang baik saat kehamilan (Prawiharjo, 2009). Sementara penyebab tidak langsung kematian ibu ini antara lain anemia, Kurang Energi Kronis (KEK), usia terlalu muda, usia terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak melahirkan (Saifuddin, 2002). Kondisi kesehatan ibu hamil dipengaruhi oleh umur, paritas, penyakit/infeksi, dan riwayat kesehatan kehamilan seperti pernah keguguran dan perdarahan (Depkes, 2001b). Lebih lanjut Samsudin (1998), diacu dalam Hardiansyah (2000) menyatakan bahwa tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, paritas, jarak kehamilan, umur ibu dan riwayat kehamilan mempunyai kaitan erat dengan kejadian KEK.
Secara global 80% kematian ibu tergolong penyebab kematian ibu langsung yaitu perdarahan (25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%) dan sebab lain (7%) (WHO, 2008). Hasil Riset Kesehatan Daerah di Indonesia tahun 2010 persentase ibu hamil yang mengkonsumsi protein dibawah kebutuhan minimal sebesar 49,5%, ibu hamil yang mengkonsumsi energi dibanding kebutuhan minimal sebesar 44,4% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010).
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara penyebab utama kematian ibu di Sumatera Utara belum ada survei khusus, tetapi secara nasional disebabkan karena komplikasi persalinan (45%), retensio plasenta (20%), robekan jalan lahir (19%), partus lama (11%), perdarahan dan eklamsia masing-masing (10%), komplikasi selama nifas (5%), dan demam nifas (4%) (Veronika, 2010).
Kesehatan reproduksi mencakup tiga komponen salah satunya adalah aspek keamanan. Komponen keamanan berarti semua proses reproduksi termasuk hubungan seks, kehamilan, persalinan, kontrasepsi, dan abortus (Rusdianto, 2009). Aspek keamanan pada kehamilan bisa dilihat dari terjadinya komplikasi kehamilan atau tidak. Keamanan kehamilan sangat mempengaruhi keamanan persalinan, dapat dilihat bahwa perdarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu yang disebabkan oleh anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) pada masa kehamilan (PP dan KPA, 2010).
Komplikasi kehamilan antara lain abortus, hiperemis, kehamilan ektopik , hipertensi kehamilan, perdarahan pada masa kehamilan, pertumbuhan janin terhambat, dan anemia. Prevalensi anemia di Indonesia berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2001 sebesar 40,1% (Saifudin, 2008). Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 di dapatkan angka prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil sebesar 63,5%. Oleh karena itu untuk mengurangi resiko komplikasi kehamilan yang bisa menyebabkan kematian ibu, maka perlu dilakukan peningkatan keamanan kehamilan salah satunya dengan cara pemeriksaan kehamilan antenatal care.
Banyak faktor yang mempengaruhi keamanan kehamilan salah satunya yaitu karakteristik keluarga. Karakteristik tersebut diantaranya adalah umur ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan, jarak kelahiran, tingkat ekonomi dan tipe keluarga. Tingkat pendidikan yang dijalani memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dimana seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mengambil keputusan yang lebih rasional. Dalam hal ini umumnya lebih terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah (Depkes, 2001a).
Tingkat pendidikan mempunyai dampak yang cukup besar terhadap penurunan resiko ibu hamil untuk menderita KEK. Berpendidikan lulus SLTA menurunkan resiko untuk menjadi KEK sebesar 21, 3% dibanding dengan yang tidak sekolah dan tidak lulus sekolah dasar (Depkes, 2003a).
Menurut Sayogyo, dkk (1994) rintangan yang menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang cukup adalah pendapatan yang rendah.
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi. Lebih lanjut Depkes (2003a) menyatakan bahwa setiap keluarga mempunyai masalah gizi yang berbeda-beda tergantung pada tingkat sosial ekonominya. Pada kelu\arga yang kaya dan tinggal di perkotaan cenderung memiliki masalah gizi lebih sedangkan keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah atau miskin sering menghadapi masalah gizi kurang.
Komplikasi obstetrik sangat berpengaruh terhadap kematian maternal.
Masalah kematian maternal merupakan masalah yang kompleks karena menyangkut banyak hal, yakni derajat kesehatan termasuk kesehatan reproduksi dan status gizi sebelum dan selama kehamilan. Kejadian komplikasi obstetrik terdapat pada sekitar 20% dari seluruh ibu hamil, namun kasus komplikasi obstetrik yang tertangani masih kurang dari 10% dari semua ibu hamil. Target penanganan kasus komplikasi yang ditetapkan untuk tahun 2005 adalah minimal 12% dari semua ibu hamil (60% dari total kasus komplikasi obstetrik).
Menurut Sungkar (2012) bahwa dari 100% kehamilan, 20% akan mengalami komplikasi pada kehamilannya. Dari hasil wawancara pada studi awal dengan bidan di Poskesdes Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan pada bulan April 2012 terdapat 314 ibu hamil dan 10% diantaranya ibu hamil mengalami komplikasi pada kehamilannya. Walaupun masih dibawah 20%, hal ini harus sedini mungkin ditangani agar tidak menambah angka kematian ibu. Berdasarkan beberapa masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik Keluarga Terhadap Komplikasi Kehamilan dalam Kesehatan Reproduksi pada Ibu Hamil”.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih terdapat ibu hamil yang berisiko mengalami komplikasi terhadap kehamilannya di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga (umur, tingkat pendidikan, beban kerja, jarak kehamilan, pendapatan keluarga, budaya dan besar keluarga) terhadap Komplikasi Kehamilan dalam kesehatan reproduksi pada ibu hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan dalam merumuskan strategi program kesehatan reproduksi, khususnya upaya peningkatan keamanan dalam kesehatan reproduksi pada ibu hamil.
1.4.2 Bagi masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan sebagai bahan masukan tentang pentingnya keamanan dalam kesehatan reproduksi pada ibu hamil.
1.4.3 Bagi kalangan akademik, penelitian ini tentunya berkontribusi untuk memperkaya khasanah keilmuan dan bahan bacaan tentang Aspek Keamanan dalam kesehatan reproduksi pada ibu hamil.
1.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah ada pengaruh karakteristik keluarga (umur, tingkat pendidikan, beban kerja, jarak kehamilan, pendapatan keluarga, budaya dan besar keluarga) terhadap Komplikasi Kehamilan dalam kesehatan reproduksi pada ibu hamil di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Widyastuti, 2009). Kesehatan reproduksi adalah kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan (Kusmiran, 2011). Kesehatan Reproduksi menurut Depkes RI, 1998 adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi, dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.
Implikasi dari definisi kesehatan reproduksi berarti bahwa setiap orang mampu memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu menurunkan serta memenuhi keinginanannya tanpa ada hambatan apapun, kapan, dan seberapa sering untuk memiliki keturunan ( Kusmiran, 2011).
Kesehatan reproduksi mencakup tiga komponen yaitu : kemampuan (ability), keberhasilan (success), dan keamanan (safety). Kemampuan berarti dapat berproduksi. Keberhasilan berarti dapat menghasilkan anak sehat yang tumbuh dan berkembang. Keamanan berarti semua proses reproduksi termasuk hubungan seks, kehamilan, persalinan, kontrasepsi dan abortus seyogyanya bukan merupakan aktifitas yang berbahaya (Myntti, 1998). Indikator keamanan pada kehamilan adalah komplikasi kehamilan.
Berdasarkan Konferensi Wanita sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995 dan Koperensi Kependudukan dan Pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hak-hak reproduksi tersebut. Dalam hal ini (Cholil, 1996) menyimpulkan bahwa terkandung empat hal pokok dalam reproduksi wanita yaitu : 1. Kesehatan reproduksi dan seksual (reproductive and sexual health), 2. Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproductive decision making), 3. Kesetaraan pria dan wanita (equality and equity for men and women), 4. Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and reproductive security)
2.1.1 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya sangat luas, sesuai dengan defenisi yang tertera diatas, karena mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Untuk kepentingan Indonesia saat ini, secara nasional telah disepakati ada empat komponen prioritas kesehatan reproduksi menurut Widyastuti (2009), yaitu :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Kehamilan dan persalinan merupakan penyebab kematian penyakit, dan kecacatan pada perempuan usia reproduksi di Indonesia, Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, melaporkan angka kematian ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
2. Keluarga Berencana
Ketersediaan dan akses terhadap informasi dan pelayanan KB, dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Jika semua perempuan mempunyai akses terhadap kontrasepsi yang aman dan efektif, diperkirakan kematian ibu 50%, termasuk menurunya risiko kesehatan reproduksi yang terkait dengan kehamilan, persalinan dan aborsi tidak aman.
3. Kesehatan reproduksi remaja
Angka pernikahan dini (menikah sebelum berusia 16 tahun) hampir dijumpai di seluruh propinsi di Indonesia. Sekitar 10% remaja puteri melahirkan anak pertamanya pada usia 15-19 tahun. Kehamilan remaja yang meningkatkan resiko kematian dua hingga empat kali lebih tinggi dibandingkan perempuan yang hamil pada perempuan yang hamil pada usia lebih dari 20 tahun.
4. Pencegahan dan penanganan penyakit Menular Seksual, termasuk HIV/AIDS.
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin (Widyastuti, 2009).
Perempuan lebih mudah terkena ISR dibandingkan laki-laki, karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus dan saluran kencing. Pada perempuan ISR
data menyebabkan kehamilan di luar kandungan, kemandulan, kanker leher rahim, kelainan pada janin/ bayi, misalnya BBLR, infeksi bawaan, sejak lahir, bayi lahir mati, dan bayi lahir belum cukup umur.
2.1.2 Hak – Hak Reproduksi
Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap metode keluarga berencana yang mereka pilih, aman, efektif, terjangkau serta metode-metode pengendalian kelahiran lainnya yang mereka pilih dan tidak bertentangan dengan hukum serta perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak reproduksi meliputi hal-hal berikut (Kusmiran, 2012) :
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
Setiap wanita berhak mendapatkan informasi dan pendidikan yang jelas dan benar tentang berbagai aspek terkait dengan masalah kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
Setiap wanita memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dan perlindungan kehidupan reproduksinya termasuk perlindungan dari resiko kematian akibat proses reproduksi.
3. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.
Setiap wanita berhak untuk berpikir atau mengungkapkan pikirannya tentang kehidupan yang diyakininya. Perbedaan yang ada harus diakui dan tidak boleh menyebabkan terjadinya kerugian atas diri yang bersangkutan. Orang lain dapat saja berupaya merubah pikiran atau keyakinan tersebut namun tidak dengan
pemaksaan akan tetapi dengan melakukan upaya advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
Setiap perempuan yang hamil dan akan melahirkan berhak untuk mendapatkan perlindungan dalam arti mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik sehingga terhindar dari kemungkinan kematian dalam proses kehamilan dan melahirkan tersebut.
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
Setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimilikinya serta jarak kelahiran yang diinginkan.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
Hak ini terkait dengan adanya kebebasan berpikir dan menentukan sendiri kehidupan reproduksi yang dimiliki oleh seseorang.
7. Hak untuk bebas dari penganianyaan dan perlakuan buruk termasuk perlinungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual.
Wanita berhak mendapatkan perlindungan dari kemungkinan berbagai perlakuan buruk di atas karena akan sangat berpengaruh pada kehidupan reproduksi.
Penganiayaan atau tindakan kekekerasan lainnya dapat berdampak pada trauma fisik maupun psikis yang kemudian dapat saja berpengaruh pada kehidupan reproduksinya.
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya.
Setiap wanita berhak mendapatkan manfaat dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi, serta mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya dan kemudahan akses untuk mendapatkan pelayanan informasi tentang Kesehatan Reproduksi Wanita
9. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
Setiap individu harus dijamin kerahasiaan kehidupan kesehatan reproduksinya terkait dengan informasi pendidikan dan pelayanan misalnya informasi tentang kehidupan seksual, masa menstruasi dan lain sebagainya.
10. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
Setiap individu dijamin haknya : kapan, dimana, dengan siapa, serta bagaimana ia akan membangun keluarganya. Tentu saja kesemuanya ini tidak terlepas dari norma agama, sosial dan budaya yang berlaku (ingat tentang adanya kewajiban yang menyertai adanya hak reproduksi).
11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya.
Setiap orang tidak boleh mendapatkan perlakuan diskriminatif berkaitan dengan kesehatan reproduksi karena ras, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi, keyakinan/agamanya dan kebangsaannya.
2.1.3 Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Kesehatan Reproduksi
Menurut Nugroho, dkk (2010) secara garis besar dapat dikelompokkan empat faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi :
1. Faktor sosial ekonomi dan demografi (terutama kemiskinana, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain).
3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasannya secara materi).
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosiodemografi (penghasilan dan tempat pelayanan), pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan reproduksi perempuan, dan sikap keluarga tentang masalah kesehatan reproduksi perempuan, merupakan faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam KB (Widodo, 2002).
2.1.4 Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Perempuan
Menurut Depkes (2007) pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :
1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya
2.
.
3.
Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan.
4.
Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk.
Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan di Beijing dan Kairo.
Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya dimana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri. Jadi perempuan adalah makhluk yang unik.
2.1.5 Indikator Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita
1.
Dalam pengertian kesehatan reproduksi secara lebih mendalam,bukan semata- mata sebagai pengertian klinis (kedokteran) saja tetapi juga mencakup pengertian sosial (masyarakat). Intinya goal kesehatan secara menyeluruh bahwa kualitas hidupnya sangat baik. Namun, kondisi sosial dan ekonomi terutama di negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan memburuk, secara tidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita. Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia antara lain:
Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang sejak dahulu membelenggu sebagian masyarakat / keluarga di Indonesia. Adanya krisis ekonomi, maka jumlah penduduk miskin makin bertambah terutama di pedesaan yang umumnya bersumber dari sektor pertanian yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, serta tingkat pendidikan kepala rumah tangga yang rendah. Secara umum misalnya, penyebab kemiskinan mencakup ketiga faktor kultural, struktural, dan faktor natural. Salah satu penyebab kemiskinan kultural, khususnya di daerah terkebelakang di mana penghasilan lebih kecil dari pendapatan (Meity, 2005).
Kemiskinan
2. Pendidikan yang rendah.
Menurut Sumadi (1998) proses pendidikan yaitu proses dimana pendidik dengan sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruh kepada anak didik, demi kebahagiaan anak didik. Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi tingkat
kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari uang, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
Rukmini dan Wiludjeng (2005) meneliti tentang gambaran penyebab kematian ibu di beberapa Rumah sakit menyimpulkan bahwa kematian ibu paling banyak terjadi diusia reproduktif yaitu 20-30 tahun dan dengan bertambahnya paritas, ibu yang mengalami kematian mempunyai status ekonomi yang rendah. Pendidikan ibu yang diteliti kebanyakan sampai SD bahkan ada yang tidak bersekolah.
3. Budaya kawin muda
Karena tidak mempunyai latar pendidikan yang bagus atau putus sekolah, maka kebanyakan orang tua menikahkan anaknya di usia dini. Jadi masih banyak sekali masyarakat awam yang belum tau, pada umur berapakah yang paling bagus untuk perempuan dan laki – laki menikah. Hal ini dimaksudkan agar mentalnya dan organ reproduksi sudah matang dan nantinya mampu menghasilkan keturunan yang bagus, serta menuju kea rah kesejahteraan keluarga
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Idealnya, penurunan proporsi penduduk muda mengurangi biaya untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumber daya dapat dialihkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Meity, 2005).
.
4. Kekurangan gizi dan kesehatan yang buruk
Selain kawin muda, hal yang juga perlu diperhatikan adalah masalah gizi dalam keluarga setelah menikah. Jika pendidikan seorang wanita, atau wawasannya luas, maka seorang perempuan akan mampu memilah dan memilih makanan apa yang baik dan sehat untuk dirinya dan untuk kelurganya.
Hak reproduksi perempuan berkaitan dengan kemiskinan, hal ini dapat dilihat dari jumlah perempuan yang hidup dalam kemiskinan lebih banyak dari pada laki- laki. Karena terbatasnya akses perempuan terhadap sumber-sumber ekonomi.
Rendahnya pendapatan mengakibatkan perempuan tidak memeriksakan kehamilannya.Keluarga juga tidak dapat membeli makanan yang dibutuhkan ibu hamil. Karena anggapan bahwa kehamilan merupakan peristiwa alamiah sehingga harus ditanggung resikonya oleh perempuan (Hidayat,2005).
Bila asupan gizi / energi yg dibutuhkan ibu tidak mencukupi dari makanan yang dikonsumsi, kehamilan atau kesehatan reproduksi tersebut riskan turun. Dampak dari ketimpangan ini antara lain adalah ibu mengalami anemia.
2.2 Ibu Hamil
Ibu hamil adalah seseorang yang mengalami perubahan terutama pada alat kandungan dan juga organ lainnya (Manuaba, 1998). Untuk memahami kembalinya kemampuan hamil pada seorang wanita yang pernah menggunakan alat kontrasepsi maka pertama kali harus dipahami dahulu adalah kehamilan alamiah manusia.
Kehamilan adalah suatu keadaan istimewa bagi seorang wanita sebagai calon ibu,
karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang memengaruhi kehidupannnya (Kristiyanasari, 2010). Kehamilan juga merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik (Depkes, 2001a). Masa kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (9 bulan 7 hari, atau 40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Masa kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu:
1) Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (pertambahan berat badan sangat lambat yakni sekitar 1,5 kg).
2) Triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (penambahan berat badan 4 ons per minggu).
3) Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (penambahan berat badan keseluruhan 12 kg) (Waryono, 2010).
Pada trimester pertama ibu hamil sering merasakan ngantuk, sering kencing, payudara dan perut mulai membesar, mulai merasakan mual dan muntah serta mulai ngidam. Memasuki trimester kedua rasa mual dan muntah biasanya telah hilang nafsu makan nulai membaik, payudara membesar dengan cepat dan gerakan bayi mulai terasa. Pada trimester ketiga ibu hamil kadang-kadang merasa sedikit sesak bila bernafas, karena bayi menekan paru-paru ibu. Ibu hamil sering merasakan kepanasan dan berkeringat, sering kencing karena kepala bayi mulai masuk ke rongga panggul dan sering merasa sakit pinggang dan cepat lelah (Depkes, 1996). Terjadinya
kehamilan dapat dilihat dari tanda-tanda sebagai berikut telat haid lebih dari 7 hari, perut membesar, mual dan payudara tegang (Depkes, 2001b).
2.3 Aspek Keamanan
Aspek keamanan merupakan suatu aspek yang menyatakan kondisi kehamilan yang aman pada ibu hamil, dengan indikator tidak terjadi komplikasi kehamilan.
2.3.1 Komplikasi Kehamilan
1. Pengertian Komplikasi Kehamilan
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2009). Pada penelitian Julian (2003) menyatakan bahwa sebanyak 45% wanita tidak tahu mengenai jenis komplikasi dalam kehamilan, lebih dari 50% responden tidak tahu mengenai komplikasi dalam masa persalinan dan nifas.
Komplikasi kehamilan sebenarnya dapat dicegah, minimal diperingan walau 15 - 20 % kehamilan normal dapat berubah menjadi komplikasi pada saat persalinan.
Salah satu cara yang efektif adalah dengan cara deteksi dini risiko tinggi kehamilan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur oleh petugas kesehatan.
Hasil penelitian Senewe,dkk (2001) bahwa ada hubungan antara komplikasi kehamilan dengan komplikasi persalinan dengan nilai OR= 2,88.
Jenis komplikasi pada kehamilan adalah:
a. Keguguran
Banyak perempuan mengalami keguguran bukan hanya satu kali, bahkan ada yang bisa lebih dari tiga kali keguguran. Semua perempuan akan mengalami kesedihan hingga trauma karena keguguran, apalagi jika diharuskan di kuret, sakit yang dialami bisa melebihi sakit karena melahirkan. Keguguran merupakan gagalnya kehamilan sebelum memasuki usia ke-20 minggu, biasanya ditandai dengan flek hingga pendarahan.
Faktor yang memicu keguguran, diantaranya :
• Aktivitas berat selama hamil
• Stres
• Virus
• Infeksi
• Rahim lemah
• Dan Lain-Lain
Keguguran terjadi berulang-ulang harus segera ditangani dengan serius agar secepatnya mendapatkan solusi. Itu sebabnya ketika perempuan yang sudah mengalami keguguran ketika akhirnya dia akan hamil kembali harus dalam penanganan dokter agar bisa terus terawasi perkembangan janin di perut dan bisa meminimalisir terjadinya keguguran kembali.
b. Pre-eklamsia
Pre-eklamsia merupakan kehamilan yang disertai dengan naiknya tekanan darah ibu hamil.
Pre-eklamsia biasanya ditandai dengan gejala :
• Pusing atau sakit kepala berlebihan
Sakit kepala yang menunjukkan masalah yang serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat, sakit kepala dapat bertahan lebih dari 2-3 jam. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, penglihatan ibu menjadi kabur dan berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan merupakan gejala dari preeklamsi.
• Tekanan darah naik
Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg dari normal
• Bengkak pada wajah, tangan dan kaki
Hampir dari separuh ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari. Bengkak biasanya hilang setelah beristirahat dan meninggikan kaki. Keadaan ini dapat dikatakan normal, akan tetapi bengkak dapat menunjukkan masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain dan bertahan lebih dari 24 jam. Bila dibiarkan keadaan ini dapat membahayakan ibu dan janin. Odema yang terjadi merupakan akumulasi cairan yang menyeluruh dan berlebihan dalam jaringan terutama pada tangan dan wajah merupakan gejala dari preeklamsi.
Umumnya, kehamilan dengan komplikasi ini akan membuat ibu melahirkan secara Caesar.
c. Kehamilan ektopik
Kehamilan yang terjadi jika janin berkembang di luar rahim. Kondisi ini jarang terjadi namun sangat membahayakan janin jika sampai terjadi karena janin bisa berkembang dengan baik jika berada dalam rahim dengan mendapatkan berbagai nutrisi yang akan membantunya berkembang ketika dia sedang berada aman dalam rahim ibunya. Maka, kehamilan ektopik ini bukan hanya membuat janin tidak tumbuh namun juga membuatnya tidak bisa bertahan lama.
d. Perdarahan
Darah ini bisa dianggap wajar jika tidak terjadi terus menerus, namun akan sangat membahayakan jika darah yang keluar berlebihan, berbau, dan terus menerus muncul. Sebaiknya wanita hamil yang mengalami pendarahan harus waspada sebab perdarahan yang terjadi pada saat kehamilan berlangsung, biasanya akan menyebabkan keguguran. Namun selain itu ibu yang sedang hamil ataupun telah melahirkan juga perlu waspada adanya perdarahan karena bisa jadi merupakan gejala kanker.
e. Plasenta previa
Kondisi yang terjadi pada kehamilan, dimana plasenta berada pada posisi menutup mulut rahim sehingga jika tidak diatasi dengan baik maka akan menyebabkan perdarahan. Jika hal ini terjadi sebaiknya ibu hamil segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang serius.
f. Diabetes gestasional
Kondisi kehamilan yang dibarengi dengan naiknya gula darah sang ibu sehingga hal ini beresiko menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lebih dan beresiko menderita diabetes. Kondisi ini bisa di minimalisir dengan pola makan yang sesuai anjuran dokter agar gula darah sang ibu bisa menurun bahkan kembali normal.
g. Keluar Cairan per Vagina
Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis, dan warna putih keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban. Jika kehamilan belum cukup bulan, hati-hati akan adanya persalinan preterm dan komplikasi infeksi intrapartum.
h. Gerakan Janin Tidak Terasa
Kesejahteraan janin dapat diketahui dari keaktifan gerakannya, minimal adalah 10 kali dalam 24 jam. Jika kurang dari itu, maka waspada akan adanya gangguan janin dalam rahim. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum yang baik. Jika ibu tidak merasakan gerakan janin selama 12 jam atau sesudah kehamilan 22 minggu, kemungkinan dapat terjadi solusio plasenta, rupture uteri, gawat janin dan kematian janin.jika ditemukan hal ini pada ibu hamil, cepat rujuk ke fasilitas kesehatan (Salmah, 2006).
2. Faktor Risiko Kehamilan
Yang dimaksud risiko kehamilan adalah keadaan menyimpang dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.(Meilani, 2009). Ibu hamil yang berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai
faktor risiko dan risiko tinggi (Depkes RI,2003). Menurut Manuaba (2008) golongan ibu hamil berisiko meliputi :
1. Ibu hamil risiko rendah yaitu ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak memiliki faktor-faktor risiko berdasarkan klasifikasi risiko sedang dan risiko tinggi, baik dirinya maupun janin yang dikandungnya.
Misalnya, ibu hamil primipara tanpa komplikasi,kepala masuk PAP minggu ke-36
2. Ibu hamil risiko sedang yaitu ibu hamil yang memiliki satu atau lebih faktor risiko tingkat sedang. Misalnya ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm. Faktor ini dianggap nantinya akan memengaruhi kondisi ibu dan janin, serta memungkinkan terjadinya penyulit pada waktu persalinan.
3. Ibu hamil risiko tinggi yaitu ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor risiko tinggi, antaralain adanya anemia pada ibu hamil.
3. Faktor Penyebab Kehamilan Risiko
Kehamilan risiko adalah keadaan buruk pada kehamilan yang dapat memengaruhi keadaan ibu maupun janin apabila dilakukan tatalaksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal (Manuaba, 2008). Banyak faktor yang menyebabkan mengapa kehamilan dapat berisiko bagi ibu hamil maupun anak yang dikandungnya. Menurut Manuaba (2008) :
1) Penyebab kehamilan risiko rendah adalah a. Primipara tanpa komplikasi.
Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup (viable). Kehamilan dengan presentase kepala, umur kehamilan 36 minggu dan kepala sudah masuk PAP
b. Multipara tanpa komplikasi adalah wanita yang telah melahirkan 2 janin atau lebih
c. Persalinan spontan dengan kehamilan prematur dan bayi hidup
Persalinan spontan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggi, tetapi berat badan lahir melebihi 2.500 gram.
2) Kehamilan risiko sedang adalah kehamilan yang masuk ke dalam kategori “4 terlalu“
a. Umur ibu terlalu muda (< 20 tahun).
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik dan relatif masih kecil, biologis sudah siap tetapi psikologis belum matang.
b. Umur ibu terlalu tua (> 35 tahun).
Pada usia ini kemungkinan terjadi problem kesehatan seperti hypertensi, diabetes mellitus, anemis, saat persalinan terjadi persalinan lama, perdarahan dan resiko cacat bawaan.
c. Jarak kehamilan terlalu dekat (> 2 tahun).
Bila jarak anak terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama atau perdarahan.
d. Jumlah anak terlalu banyak (> 4 anak).
Ibu yang memiliki anak lebih dari 4, apabila terjadi hamil lagi, perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama, karena semakin banyak anak, rahim ibu makin melemah.
e. Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.
Pada ibu hamil yang memiliki tinggi badan kurang dari 145 cm, dalam keadaan seperti itu perlu diwaspadai adanya panggul sempit karena dapat mengalami kesulitan dalam melahirkan.
f. Kehamilan lebih bulan (serotinus).
Kehamilan yang melewati waktu 42 minggu belum terjadi persalinan.
3) Kehamilan risiko tinggi adalah suatu keadaan dimana kondisi ibu hamil yang bisa menyebabkan janin yang dikandungnya tidak dapat tumbuh dengan sehat bahkan dapat menimbulkan kematian dan janin, seperti anemia, malaria, TBC Paru, riwayat obstetri buruk, penyakit jantung, infeksi menular seksual dan Diabetes Mellitus.
4. Pencegahan Komplikasi Kehamilan
Pencegahan komplikasi pada kehamilan dapat dicegah melalui pelayanan asuhan antenatal. Adapun pelayanan kesehatan selama masa kehamilan seorang ibu yang diberikan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan (Mandriwati, 2008).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun
janin. Pelayanan antenatal merupakan upaya kesehatan perorangan yang memperhatikan precisi dan kualitas pelayanan medis yang diberikan. Agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal. Keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya.
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera setelah seorang wanita merasa dirinya hamil. Dalam pemeriksaan antenatal selain kuantitas (jumlah kunjungan), perlu diperhatikan pula kualitas pemeriksaannya. Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali selama kehamilan, minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama = K1, 1 (satu) kali pada trimester kedua = K2, 2 (dua) kali pada trimester ketiga = K3 & K4.
Pelayanan antenatal selengkapnya mencakup banyak hal meliputi antara lain:
a. Anamnesis yaitu pencarian riwayat kehamilan terdahulu seperti gangguan kehamilan
b. Pengukuran tinggi badan yang dilakukan satu kali dan penimbangan berat badan yang dilakukan setiap ibu hamil memerikasakan kehamilannya.
c. Pengukuran tinggi fundus uteri untuk menaksir usia kehamilan, dilakukan dengan perabaan perut (Leopold I-IV)
d. Pemeriksaan panggul, dilakukan dengan maksud :
1) Memeriksa ada tidaknya kelainan atau penyakit pada jalan lahir 2) Mengadakan pemerikasaan untuk membuktikan bahwa ibu hamil
3) Untuk mengetahui apakah ibu panggul sempit.
e. Penghitungan denyut jantung janin (DJJ)
f. Pemeriksaan kesehatan secara umum, meliputi pengukuran tekanan darah dan denyut jantung ibu, dan pemeriksaan faal tubuh.
g. Pemerikasaan Hb dengan menggunakan metode sahli
Antenatal Care selain memberikan pelayanan juga merupakan suatu media
komunikasi untuk mempromosikan perilaku hidup sehat, gizi yang baik selama hamil, membantu pengambilan keputusan persalinan dan mengidentifikasi ibu hamil resiko tinggi termasuk ibu hamil dengan KEK (Depkes, 2001b).
Menurut Depkes (2004) ada sedikit penurunan persentase pemeriksaan kehamilan menurut data SKRT 1992, SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 yaitu masing- masing 78,7%, 77,9% dan 76,3%. Rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor demografi, budaya dan sosial ekonomi.
5. Penanganan Komplikasi Kehamilan
a. Penanganan Perdarahan (PUSDIKNAKES RI, 2003).
1. Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil),
2. Periksa konsistensi uterus, yang merupakan langkah pertama, karena 80- 90% perdarahan postpartum berhubungan dengan atonia uteri,
3. Jika kontraksi bersifat atonik, masase untuk menstimulasi kontraksi,
4. Jika uterus gagal berkontaksi segera setelah masase lakukan kompresi bimanual sebagai tambahan stimulasi kontraksi uterus,
5. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk),
6. Penilaian medik untuk menetukan tindakan di fasilitas kesehatan setempat atau rujuk ke rumah sakit. Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat, segera atasi komplikasi tersebut dengan pemasangan infus dan pemberian oksigen,
7. Gunakan jarum infus besar (16 gauge atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan fisiologis atau riger laktat,
8. Kemungkinan hamil ektopik pada pasien hamil muda dengan syok berat, 9. Bila terdapat tanda-tanda sepsis, berikan antibiotika yang sesuai,
10. Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan,
11. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pascatindakan dan perkembangan selanjutnya.
b. Penanganan Pre- eklamsi
1. Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan,
2. Pantau tekanan darah, proteinuria, dan kondisi janin setiap minggu,
3. Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat dan teminasi kehamilan,
4. Jika tekanan dastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg. ,
5. Pasang infus ringer laktat dengan jarum besar,
6. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi Overload,
7. Kateterisasi urin untuk mengukur volume pengeluaran dan proteinuria, 8. Jika jumlah urin < 30 ml per jam infus cairan pertahankan dan pantau
kemunkinan odem paru,
9. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Karena kejang dan aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin,
10. Obsevasi tanda-tanda vital, denyut jantung janin setiap jam.
c. Penanganan Infeksi
1. Rawat jalan bila tanpa komplikasi, rawat inap bila disetai komplikasi, 2. Upaya pencegahan merupakan cara paling menguntungkan,
3. Kenali tanda dan gejala dan jenis pemeriksaan spesifik, 4. Tegakkan diagnosis sedini mungkin,
5. Tirah baring,
6. Pemberian antibiotika,
7. Pemeliharaan personal higyene
2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aspek Keamanan dalam Kesehatan Reproduksi pada Ibu Hamil
2.4.1 Karakteristik Keluarga
Beberapa ahli mempunyai kesamaan dalam mengemukakan pendapatnya tentang pengertian keluarga. Bailon dan Maglaya (1976) mendefinisikan keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Apabila kesehatan reproduksi seseorang terganggu, misalnya suami atau istri menderita kemandulan, tentu akan mempengaruhi bentuk keluarga. Keluarga yang terbentuk dari pasangan suami istri yang mandul tersebut adalah keluarga inti tanpa anak.12 Selain itu, besarnya keluarga juga berpengaruh. Di dalam keluarga yang besar dan miskin, anak-anak dapat menderita karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang. Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesakdesakan di dalam rumah yang luasnya terbatas sehingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya. Karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga dengan jumlah besar, maka mungkin pula mereka tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia, dan sebagainya.
Pengaruh kesehatan terhadap fungsi keluarga banyak macamnya. Apabila kesehatan kepala keluarga terganggu dapat mengancam terganggunya berbagai fungsi keluarga terutama fungsi ekonomi. Sedangkan apabila kesehatan ibu rumah tangga yang terganggu dapat mengganggu fungsi afektif dan sosialisasi.
1. Umur
Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki resiko sedang yang kemungkinan akan memberikan ancaman kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang selama kehamilan, persalinan dan nifas. (Manuaba, 2008)
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro, 2005).
Hasil penelitian Supriatiningsih (2009) ada hubungan antara usia ibu dengan komplikasi kehamilan. Berdasarkan penelitian Senewe, dkk (2001) proporsi ibu yang mengalami komplikasi saat persalinan pada kelompok umur kurang 20 dan 35 tahun keatas adalah 28%, lebih besar daripada proporsi untuk yang berumur 21-34 tahun sebesar 22%.
Menurut BKKBN (2007) bahwa jika ingin memiliki kesehatan reproduksi yang prima seyogyanya harus menghindari “4 terlalu” dimana dua diantaranya adalah menyangkut dengan usia ibu. T yang pertama yaitu terlalu muda artinya hamil pada
usia terlalu muda adalah wanita yang hamil usianya kurang dari 20 tahun yang dapat berisiko keguguran, preeklamsia (tekanan darah tinggi, oedema, proteinuria), eklampsia (keracunan kehamilan), timbulnya kesulitan persalinan, bayi lahir sebelum waktunya, berat bayi lahir rendah, merembesnya air seni ke vagina, keluar gas dan veses/tinja kevagina, kanker leher rahim dan risiko ini. T yang kedua adalah terlalu tua adalah yang kehamilannya diatas usia 35 tahun dengan risiko keguguran, preeklamsia, eklamsia, timbulnya kesulitan kehamilan, berat bayi lahir rendah dan cacat bawaan (Suryani, 2008).
Ibu yang melahirkan anak pada usia remaja akan memiliki beberapa risiko kesehatan seperti keguguran, eklampsia, anemia, kematian janin, dan bayi baru lahir (Gueye, 1990), sedangkan ibu yang melahirkan pada usia tua memiliki cenderung melahirkan dengan jarak interval yang dekat (Nath, et al., 1999).
Penelitian di Purworejo menyatakan bahwa umur ibu hamil mempunyai hubungan yang bermakna terhadap perawatan kehamilannya (Dasuki, et al., 1997).
Menurut penelitian Najah (2004), bahwa ada pengaruh umur ibu terhadap komplikasi kehamilan yaitu perdarahan postpartum.
2 Pendidikan Ibu
Menurut Depkes RI (2002), pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dimana seseorang yang berpengetahuan tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasionil umumnya terbuka menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah.