• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA BIDAN DESA DALAM PELAYANAN ANC (ANTENATAL CARE)

PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SILIH NARA KABUPATEN ACEH TENGAH

TESIS

Oleh

EKI YOSINA 147032213/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA BIDAN DESA DALAM PELAYANAN ANC (ANTENATAL CARE)

PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SILIH NARA KABUPATEN ACEH TENGAH

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

EKI YOSINA 147032213/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(3)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA BIDAN DESA DALAM PELAYANAN ANC (ANTENATAL CARE) PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SILIH NARA KABUPATEN ACEH TENGAH Nama Mahasiswa : Eki Yosina

Nomor Induk Mahasiswa : 147032213

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita, S.E, M.Kes) (Siti Zahara Nasution, S.Kp, M.N.S) Ketua Anggota

Ketua Program Studi S2 Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Tanggal Lulus : 22 Agustus 2016

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 22 Agustus 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Juanita, S.E, M.Kes

Anggota : 1. Siti Zahara Nasution, S.Kp, M.N.S 2. Dr. Drs. R.Kintoko Rochadi, M.K.M 3. dr. Heldy B.Z, M.P.H

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA BIDAN DESA DALAM PELAYANAN ANC (ANTENATAL CARE)

PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SILIH NARA KABUPATEN ACEH TENGAH

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2016 Peneliti

Eki Yosina 147032213/IKM

(6)

ABSTRAK

Puskesmas Kecamatan Silih Nara memiliki pencapaian cakupan ANC (Antenatal Care) K1 dan K4 belum optimal, cakupan K1 tahun 2015 sebesar 76,2%, sementara target sebesar 95%, cakupan K4, sebesar 69,8%, sementara target sebesar 90%. Jumlah ibu yang meninggal sebanyak 3 orang dan jumlah bayi yang meninggal sebanyak 13 orang. Cakupan pelayanan ANC yang belum mencapai target merupakan salah satu indikator kinerja bidan yang belum optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu dan motivasi terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan ANC pada Era JKN di wilayah kerja Puskesmas Silih Nara, Kabupaten Aceh Tengah. Jenis penelitian survei explanatory. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai dengan Juni 2016.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh bidan desa berjumlah 32 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel. Data diperoleh dengan wawancara dan observasi menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi berganda pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik karakteristik individu (masa kerja, pelatihan, pengetahuan) dan motivasi (kebutuhan fisik, kebutuhan penghargaan, kebutuhan aktualisasi) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bidan desa secara kualitas dan secara kuantitas adalah karakteristik individu (pengetahuan, pelatihan) dan motivasi (kebutuhan fisik, kebutuhan penghargaan). Variabel pelatihan berpengaruh lebih besar terhadap kinerja bidan desa secara kualitas dan kuantitas dalam pelayanan ANC.

Disarankan kepada; Puskesmas Kecamatan Silih Nara dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah untuk: (a) mengupayakan bidan desa mengikuti pendidikan lanjutan dan seminar secara bergantian serta sosialisasi standar pelayanan ANC yang terkini, (b) mengupayakan peningkatan pemberian pelatihan tentang ANC termasuk penanganan gawat darurat pada ibu dan bayi baru lahir, (c) mengupayakan pemberian reward dan bagi bidan desa, (d) mengupayakan mengatasi masalah keterlambatan pemberian premi bidan desa dalam pelayanan ANC pada era JKN.

Kata kunci : Karakteristik Individu, Motivasi, Kinerja Bidan Desa

(7)

ABSTRACT

Puskesmas (Primary Health Care) sub-district of Silih Nara has the achievement of antenatal care K1 and K4 that has not yet optimal in which K1 in 2015 is 76.2% of the target of 95% and K4 is 69.8% of the target of 90%. There were 3 mothers and 13 babies dead. The Antenatal Care has not yet achieved the determined target as one of indicator of the lower performance of midwives.

This research aims to analyze the influence of individual characteristic and motivation on the performance of village midwives in ANC service in JKN period in the working area of Puskesmas Silih Nara, Regency of Aceh Tengah. The research was an explanatory survey. It was conducted from March to June 2016. The population was 32 village midwives and all of them were used as the samples. The data were gathered by conducting interviews and observation with questionnaires and analyzed by using multiple regression analysis at α = 0.05.

The result of the research showed that, statistically the individual characteristic (length of service, training, and knowledge) and motivation (physical need, reward need and actualization need) have a significant influenced the performance of the village midwives qualitatively and quantitatively are individual characteristic (knowledge and training) and motivation (physical need, and reward need). Training variable has a dominant influence to the work performance of the rural village midwives qualitatively and quantitatively in ANC service.

It is suggested to (1) Puskesmas of sub-district of Silih Nara and Health Office of regency of Aceh Tengah to; (a) provide the rural village midwives with opportunity to follow the advanced training, seminar and socialization of the ANC service standard,(b) to provide the training of ANC and the responding of emergency condition for mother and neonate, (c) to provide reward and punishment, (d) to minimize the late of the payment of premium for rural village midwives ANC service in JKN period.

Keywords : Individual Characteristic, Motivation, Village Midwives Performance

(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Pengaruh Karakteristik Individu dan Motivasi terhadap Kinerja Bidan Desa dalam Pelayanan ANC (Antenatal Care) pada Era Jaminan Kesehatan Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas Silih Nara Kabupaten Aceh Tengah ".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

4. Dr. Juanita, S.E, M.Kes selaku ketua komisi pembimbing dan Siti Zahara Nasution, S.Kp, M.N.S, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Dr. Drs. R.Kintoko Rochadi, M.K.M dan dr. Heldy B.Z, M.P.H, selaku komisi penguji tesis yang dengan penuh perhatian, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah, Kepala Puskesmas Kecamatan Silih Nara serta para staf yang telah membantu peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Secara istimewa rasa cinta dan terimakasih tak terhingga penulis persembahkan kepada Ayahanda tercinta Subur Ketaren dan Ibunda Hj.Darna Tisah atas kasih sayang, perhatian, pengertian, pengorbanan, yang telah mengijinkan dan memberi dukungan moril dan materil serta doa yang tulus kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan pendidikan ini.

9. Rasa cinta dan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada suami tercinta dr.

Iwan Syuhada putra-putri yang tercinta Wanda Eka Widyatna dan Roofi Wandi Fadlurrahman serata adik-adik yang tercinta yang selalu memberikan motivasi dan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

(10)

10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya minat studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis dalam proses penulisan Tesis ini.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, September 2016 Penulis

Eki Yosina 147032213/IKM

(11)

RIWAYAT HIDUP

Eki Yosina lahir pada tanggal 04 September 1976 di Kutacane, anak kedua dari empat bersaudara, pasangan Ayahanda Subur Ketaren dan Ibunda Hj.Darna Tisah.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Kutacane dan selesai tahun 1988, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Kuta Cane dan selesai tahun 1991, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri Kutacane dan selesai tahun 1994, Fakultas kedokteran UISU Medan dan selesai tahun 2004. Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2014 hingga saat ini.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Kinerja ... 10

2.1.1 Pengertian Kinerja ... 11

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja ... 11

2.1.3 Penilaian Kinerja ... 13

2.2 Karakteristik Individu ... 17

2.2.1. Pengetahuan ... 17

2.2.2. Masa Kerja ... 18

2.2.3. Pelatihan ... 18

2.3 Motivasi ... 19

2.3.1 Pengertian Motivasi ... 19

2.3.2 Teori Motivasi ... 20

2.4 Jaminan Kesehatan Nasional... 22

2.4.1 Pengertian dan Tujuan Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 22

2.4.2 Paket Pelayanan Kesehatan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 24

2.4.3 Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 26

2.4.4 Sistem Pembayaran Klaim Program JKN ... 27

2.5 ANC (Antenatal Care) ... 30

2.5.1 Pengertian ANC ... 30

2.5.2 Tujuan ANC ... 31

2.5.3 Pelayanan ANC ... 31

(13)

2.5.4 Standar Pelayanan Antenatal ... 34

2.6 Bidan ... 41

2.6.1 Pengertian Bidan ... 41

2.6.2 Pengertian Bidan Desa ... 42

2.6.3 Tujuan Penempatan Bidan Desa ... 42

2.6.4 Tugas Pokok dan Fungsi Bidan ... 43

2.6.5 Wewenang Bidan Desa ... 44

2.7 Landasan Teori ... 46

2.8 Kerangka Konsep ... 49

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 50

3.1 Jenis Penelitian ... 50

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

3.3 Populasi dan Sampel ... 50

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 51

3.4.1 Data Primer ... 51

3.4.2 Data Sekunder ... 51

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas ... 51

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 53

3.5.1 Variabel Bebas ... 53

3.5.2 Variabel Terikat ... 54

3.6 Metode Pengukuran ... 54

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 54

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 55

3.7 Metode Analisis Data ... 56

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 57

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 57

4.1.1. Letak dan Geografis ... 57

4.1.2. Sarana Kesehatan ... 57

4.2 Analisis Univariat... 58

4.2.1 Identitas Responden ... 58

4.2.2 Karakteristik Individu ... 58

4.2.3 Motivasi ... 63

4.2.4. Kinerja ... 68

4.3 Analisis Bivariat ... 72

4.3.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kinerja Secara Kualitas ... 72

4.3.2 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Secara Kualitas ... 73

4.3.3. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kinerja Secara Kuantitas ... 75

4.3.4 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Secara Kuantitas ... 75

4.4 Analisis Multivariat ... 77

(14)

4.4.1 Pengaruh Karakteristik Individu dan Motivasi terhadap

Kinerja Secara Kualitas ... 77

4.4.2 Pengaruh Karakteristik Individu dan Faktor Organisasi terhadap Kinerja Secara Kuantitas ... 80

BAB 5. PEMBAHASAN ... 82

5.1 Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Kinerja Bidan Desa Secara Kualitas ... 82

5.1.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kinerja Bidan Desa ... 82

5.1.2 Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Bidan Desa ... 87

5.1.3 Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Bidan Desa ... 89

5.2 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Bidan Desa ... 91

5.2.1 Pengaruh Kebutuhan Fisik terhadap Kinerja Bidan Desa ... 92

5.2.2 Pengaruh Kebutuhan Penghargaan terhadap Kinerja Bidan Desa ... 94

5.2.3 Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi terhadap Kinerja Bidan Desa ... 96

5.3 Pengaruh Karakteristik Individu dan Motivasi terhadap Kinerja Bidan Desa Secara Kuantitas ... 100

5.4 Kinerja Bidan Desa ... 101

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

6.1 Kesimpulan ... 106

6.2 Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

LAMPIRAN ... 113

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Cakupan Pelayanan ANC di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2013-2015 . 5

2.1 Besar Kapitasi Klaim Rawat Jalan Tingkat Pertama ... 29

2.2 Besar Kapitasi Klaim Persalinan atau Maternal dan Neonatal Non Kapitasi di Faskes Tingkat Pertama ... 30

3.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 55

3.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 55

4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas ... 58

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 61

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan ... 62

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 63

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pelatihan ... 63

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kebutuhan Fisik ... 64

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kebutuhan Fisik ... 65

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kebutuhan Penghargaan ... 66

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kebutuhan Penghargaan ... 66

4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kebutuhan Aktualisasi ... 67

4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kebutuhan Aktualisasi ... 68

4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja ... 70

4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kinerja ... 70

4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Capaian Kinerja ... 71

4.15 Hubungan Karakteristik Individu dan Motivasi dengan Kinerja Secara Kualitas ... 74

(16)

4.16 Hubungan Karakteristik Individu dan Motivasi dengan Kinerja Secara

Kuantitas ... 76 4.17 Uji Kelayakan Model ... 77 4.18 Hasil Pengujian Secara Serentak ... 77 4.19 Hasil Uji Regresi Berganda Pengaruh Karakteristik Individu dan

Motivasi terhadap Kinerja Secara Kualitas ... 78 4.20 Hasil Uji Regresi Berganda Pengaruh Karakteristik Individu dan

Motivasi terhadap Kinerja Secara Kuantitas ... 80

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Landasan Teori ... 47 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 49

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 113

2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 117

3 Uji Univariat dan Bivariat ... 120

4 Uji Multivariat ... 136

5 Surat izin penelitian dari Program Studi S2 IKM FKM USU Medan ... 139 6 Surat izin selesai penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah 140

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian pada maternal dan bayi yang tinggi mencerminkan kemampuan negara dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat belum baik, sehingga Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi. Upaya pengendalian dan pencegahan yang paling efektif adalah dengan melakukan usaha pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin, persalinan yang aman, serta perawatan yang baik.

Pelayanan antenatal berperan penting dalam upaya pencegahan (preventif) dan penurunan AKI dan AKB. Pelayanan ini merupakan momentum yang paling tepat dalam mendeteksi secara dini kelainan ataupun penyakit pada ibu maupun janin.

Sasaran program ini adalah ibu hamil, pelaksana program adalah bidan mencakup bidan desa dan bidan puskesmas, dengan bentuk kegiatan sesuai standar pelayanan kebidanan dalam standar pelayanan antenatal.

Kesehatan ibu menjadi perhatian besar di Indonesia. Negara Indonesia tidak hanya tertinggal dibelakang dalam perbandingan regional tetapi juga akan kehilangan tujuan pembangunan kesehatan atas kematian Ibu. Meskipun pemanfaatan ibu hamil tinggi atas pelayanan ANC (Antenatal Care), namun Angka Kematian Ibu (AKI) tetap di atas 200 per 100.000 kelahiran hidup dan angka ini merupakan angka tingkat kematian ibu tertinggi di Asia Tenggara.

(20)

Pemerintah secara intern maupun bekerjasama dengan UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund) telah melakukan upaya untuk

menurunkan angka kematian ibu, bentuk upaya tersebut tertuang dalam program Safe Motherhood Initiative. Program ini bertujuan menurunkan angka kematian ibu dan

memastikan bahwa setiap ibu mendapatkan kesempatan untuk melahirkan bayi dalam kondisi yang aman dan sehat. Walaupun upaya telah banyak dilakukan namun AKI selama dua dekade terakhir ini tidak menunjukkan penurunan yang berarti. Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka kesakitan atau morbiditas, demikian pula dengan penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil ketika akan, sedang atau setelah persalinan masih tetap menjadi masalah kesehatan (Depkes RI, 2005)

Menurut Depkes RI (2007), beberapa penyebab kematian ibu adalah (1) pendarahan (42%) akibat atonia uteri; (2) eklamsia dan komplikasi abortus (11%);

(3) infeksi (10%) sebagai akibat pencegahan dan manajemen infeksi yang kurang baik; (4) persalinan lama (9%); (5) faktor lain (28%). Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah: (1) gangguan pernapasan (37%); (2) prematuritas (34%); (3) sepsis (12%). Secara umum kematian ibu dan bayi saat proses persalinan disebabkan oleh 3T berupa: (1) terlambat mengenali bahaya dan memutuskan mencari pertolongan;

(2) terlambat merujuk ke rumah sakit; dan (3) terlambat mendapat pertolongan dan pemberian pelayanan kesehatan.

Salah satu upaya untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah peran tenaga sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu hamil dan bersalin dengan meningkatkan cakupan pelayanan ANC, yaitu pemeriksaan

(21)

kehamilan ibu dan janin secara berkala dengan penempatan bidan di puskesmas, sehingga pemerintah mengeluarkan surat edaran Direktur Jenderal Binkesmas No.429/Binkesmas/DJ/II/89, yang bertujuan agar seluruh desa di Indonesia memiliki bidan desa (Depkes RI, 1999).

Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara lain di Asia, demikian juga dengan AKB. AKI berdasarkan SDKI 2007, adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup dan berdasarkan SDKI 2012, meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013).

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 cakupan pelayanan antenatal bagi ibu hamil semakin meningkat. Cakupan pelayanan antenatal (K1 akses) meningkat dari 92,7% pada tahun 2010 menjadi 95,4% pada tahun 2013. Cakupan pelayanan antenatal sekurang-kurangnya empat kali kunjungan (K4) juga meningkat dari 61,4% pada tahun 2010 menjadi 83,5% pada tahun 2013. Kementerian Kesehatan menetapkan K4 sebagai salah satu indikator ANC. Setiap ibu hamil yang menerima ANC pada trimester 1 (K1 ideal) seharusnya mendapat pelayanan ibu hamil secara berkelanjutan dari trimester 1 hingga trimester 3. Hal ini dapat dilihat dari indikator ANC K4. Cakupan K1 ideal secara nasional adalah 81,6% dan cakupan K4 secara nasional adalah 70,4%. Berdasarkan penjelasan di atas, selisih dari cakupan K1 ideal dan K4 secara nasional terdapat 12% dari ibu yang menerima K1 ideal tidak melanjutkan ANC sesuai standar minimal (K4). Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC (Antenatal Care) adalah bidan (88%) dan tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%) (Kemenkes RI, 2013).

(22)

AKI di Provinsi Aceh tahun 2014 sebesar 192/100.000 kelahiran hidup.

Jumlah kematian ibu hamil pada tahun 2014 sebanyak 149 kasus dan tahun 2015 sebanyak 80 kasus. Jumlah kematian bayi tahun 2014 sebanyak 1.400 kasus dan tahun 2015 sebanyak 592 kasus, kasus ini terbanyak berada di Kabupaten Aceh Tengah dan Aceh Timur. AKB sebesar 47 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian Balita 52 per 1.000 kelahiran hidup. Cakupan kunjungan ibu hamil K1 tahun 2014 sebanyak 90,54% dan cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebanyak 81,83%

(Kemenkes RI, 2015).

Salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh adalah Kabupaten Aceh Tengah. AKI di Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2015 adalah sebesar 137/100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu hamil pada tahun 2015 terdapat sebanyak 6 kasus, jumlah kematian bayi sebanyak 35 kasus. AKB sebesar 59 per 1.000 kelahiran hidup dan jumlah Kematian Anak Balita (AKBAL) sebanyak 13 orang. Cakupan K1 tahun 2015, sebesar 84,9%, sementara target sebesar 95%, cakupan K4, sebesar 79,8%, sementara target sebesar 90% (Dinkes Kabupaten Aceh Tengah, 2016).

Kabupaten Aceh Tengah memiliki 14 kecamatan. Salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah adalah Kecamatan Silih Nara. Kecamatan ini memiliki pencapaian cakupan K1 dan K4 belum optimal. Cakupan K1 tahun 2015 sebesar 76,2%, sementara target sebesar 95%, cakupan K4, sebesar 69,8%, sementara target sebesar 90%. Jumlah ibu yang meninggal sebanyak 3 orang dan jumlah bayi yang meninggal sebanyak 13 orang. Cakupan pelayanan ANC dapat dilihat pada Tabel 1.1.

(23)

Tabel 1.1 Cakupan Pelayanan ANC di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2013 -2015

No Puskesmas/

Kecamatan

Tahun

Target (%)

Tahun

Target 2013 2014 2015 2013 2014 2015 (%)

Cakupan K1 (%) Cakupan K4 (%)

1 Linge 77,4 78,7 79,6 95 76,3 79,1 75,1 90 2 Bintang 82,1 80,5 81,7 95 80,2 80,0 80,2 90 3 Lut Tawar 78,9 78,4 77,6 95 77.8 77,4 72,1 90 4 Kebayakan 77,3 77,2 77,7 95 76,6 76.5 78,6 90 5 Pegasing 79,5 80,4 82,8 95 79,0 81,0 77,4 90 6 Bebesen 80,1 81.3 84,6 95 79,7 80,2 82,2 90 7 Kute Panang 87,4 91,6 99,0 95 84,6 89,6 99,0 90 8 Silih Nara 76,4 75,8 76,2 95 75,5 75,0 69,8 90 9 Ketol 79.8 83,6 87,6 95 77,9 81,2 78,3 90 10 Celala 80,4 82,1 84,7 95 80,0 80,4 78,6 90 11 Jagong Jeget 77,9 78,7 79,2 95 76,8 77,8 77,1 90 12 Atu Lintang 80,4 84,2 86,5 95 81,0 83,6 70,2 90

13 Bies 90,1 92,4 96,1 95 90,0 90,0 97,1 90

14 Rusip Antara 88,8 90,1 94,9 95 89,2 88,7 90,4 90

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah, 2016.

Berdasarkan tabel di atas Puskesmas Kecamatan Silih Nara merupakan salah satu puskesmas yang memiliki cakupan ANC terendah pada tahun 2013-2015 dari 14 kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Aceh Tengah dan belum mencapai target cakupan ANC. Hal ini memberikan salah satu gambaran bahwa kinerja bidan desa dalam pelayanan ANC belum optimal.

Bidan desa merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan. Bidan di desa adalah bidan yang ditempatkan dan diwajibkan bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, sehingga bidan desa merupakan salah satu sumber daya manusia yang bernaung dibawah puskesmas (Depkes RI, 2000). Menurut Depkes RI (2010) kinerja utama bidan di desa adalah melaksanakan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam mendukung pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas,

(24)

pelayanan kesehatan bayi dan anak balita, serta pelayanan KB. Secara organisasi kinerja bidan desa berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan masyarakat seperti pelayanan KIA dalam rangka penurunan AKI dan AKB di puskesmas.

Peran bidan desa pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) fokus utamanya pada pelayanan promotif dan preventif, dalam upaya mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Salah satu perbedaan pelayanan ANC sebelum dan setelah era JKN adalah bidan yang dapat memberikan pelayanan antenatal pada pasien JKN adalah bidan yang telah menjalin kerjasama dengan BPJS kesehatan melalui jejaring pelayanan kesehatan tingkat pertama (klinik pratama atau puskesmas) sedangkan sebelum era JKN bidan dapat memberikan pelayanan walaupun belum sepenuhnya menjalin kerjasama dengan BPJS kesehatan. Pelayanan yang diberikan mengacu pada kompetensi dan kewenangan sesuai ketentuan, kecuali dalam kondisi tertentu (Kemenkes RI, 2013).

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah untuk meningkatkan kinerja bidan desa diantaranya melalui peningkatan jenjang pendidikan bidan desa ke jenjang Diploma III Kebidanan. Namun upaya- upaya tersebut belum menghasilkan kinerja bidan desa yang baik.

Kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) berupa produk atau jasa yang dicapai seseorang dalam menjalankan tugasnya baik kualitas maupun kuantitas melalui sumber daya manusia dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung yang diberikan kepadanya (Gomes, 2000). Bidan desa sebagai petugas kesehatan di garis terdepan dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya diharapkan mampu

(25)

meningkatkan cakupan pelayanan ANC. Namun terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja bidan desa tersebut di antaranya adalah faktor individu (internal) terdiri atas: (a) kemampuan, (b) pengalaman, (c) umur, dan secara psikologis, yaitu (a) motivasi, (b) pembelajaran atau pelatihan (Gibson et al, 2003).

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan kinerja bidan di desa seperti penelitian Sakeah et al.(2014) di Ghana, menyimpulkan bahwa pemberian insentif dalam bentuk keuangan dan non keuangan dapat memotivasi bidan desa untuk mencapai kinerja yang optimal dan tantangan utama bagi bidan di desa adalah masalah transportasi yang tidak memadai, dan kelemahan infrastruktur.

Hasil penelitian Achadi et al. (2014) di Kabupaten Garut dan Depok menyimpulkan bahwa keterlibatan provider dalam program Jampersal pada dua kabupaten tersebut rendah karena ketidakpuasan dengan struktur biaya dan penggantian dari pusat pemerintah serta cakupan persalinan institusional masih rendah.

Basri (2008) yang meneliti kinerja bidan desa di Kabupaten Aceh Tenggara juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap kinerja. Hasil penelitian Rostiati (2011) menyimpulkan bahwa beberapa bidan masih belum melakukan secara tepat pelaksanaan pelayanan ANC, sehingga kontinuitas pelatihan perlu ditingkatkan.

Berdasarkan survei pendahuluan di Puskesmas Silih Nara Kabupten Aceh Tengah pada bulan Februari 2016 ditemukan sebagian besar bidan desa tergolong masih muda dari segi usia dan pengalaman kerja (baru menyelesaikan pendidikan), dan sebagian besar belum pernah mengikuti pelatihan tentang ANC. Survei juga

(26)

dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah melalui wawancara dengan Kepala bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PSDMK) ditemukan bahwa sebagian besar bidan desa kurang memahami tupoksinya, termasuk penanganan gawat darurat pada bayi baru lahir dan ibu dan standar operasional prosedur pelayanan ibu hamil, ibu nifas dan perawatan bayi baru lahir (Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah, 2016)

Survei juga dilakukan terhadap 5 orang bidan desa dari 35 desa di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Silih Nara ditemukan bahwa bidan desa kurang termotivasi dalam memberikan pelayanan ANC, menurut mereka selama bekerja sebagai bidan desa belum pernah mendapat penghargaan dan kesempatan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi serta pengklaiman premi layanan ANC tidak sepenuhnya sesuai harapan dan lebih sering terlambat.

Kinerja bidan desa yang belum optimal, diduga pemahaman bidan desa tentang perannya sebagai bidan belum baik dan motivasi rendah dalam pelayanan ANC, sehingga cakupan pelayanan yang ditetapkan belum tercapai dan masih tingginya kematian ibu dan bayi. Berdasarkan fenomena di atas perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik individu dan motivasi terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan ANC pada Era JKN di wilayah kerja Puskesmas Silih Nara, Kabupaten Aceh Tengah.

1.2 Permasalahan

Bagaimana pengaruh karakteristik individu (pengetahuan, masa kerja, pelatihan) dan motivasi (kebutuhan fisik, kebutuhan penghargaan, kebutuhan

(27)

aktualisasi) terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan ANC pada Era JKN di wilayah kerja Puskesmas Silih Nara, Kabupaten Aceh Tengah?

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh karakteristik individu (pengetahuan, masa kerja, pelatihan) dan motivasi (kebutuhan fisik, kebutuhan penghargaan, kebutuhan aktualisasi) terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan ANC pada Era JKN di wilayah kerja Puskesmas Silih Nara, Kabupaten Aceh Tengah.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh karakteristik individu (pengetahuan, masa kerja, pelatihan) dan motivasi (kebutuhan fisik, kebutuhan penghargaan, kebutuhan aktualisasi) terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan ANC pada Era JKN di wilayah kerja Puskesmas Silih Nara, Kabupaten Aceh Tengah.

1.5 Manfaat Penelitian

1) Bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah, penelitian ini diharapkan sebagai masukan untuk menentukan kebijakan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

2) Bagi bidan desa sebagai bahan informasi untuk melakukan langkah-langkah yang strategis mengoptimalkan kinerja dalam pelayanan ANC.

3) Bagi peneliti dapat menambah wawasan, memperkaya konsep dan pemahaman tentang kinerja bidan desa.

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Kinerja (work performance/job performance) merupakan hasil yang dicapai seseorang sesuai ukuran yang berlaku untuk bidang pekerjaannya. Menurut Robbins (2006), kinerja merupakan ukuran hasil kerja yang mana hal ini menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan berusaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Menurut McCormick dan Tiffin (1979), kinerja individu berhubungan dengan individual variable dan situational variable. Perbedaan individu akan menghasilkan kinerja yang berbeda pula. Individual variable adalah variabel yang berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan, misalnya kemampuan, kepentingan, dan kebutuhan-kebutuhan tertentu. Sedangkan situational variable adalah variabel yang bersumber dari situasi pekerjaan yang lebih luas (lingkungan organisasi), misalnya pelaksanaan supervisi, karakteristik pekerjaan, hubungan dengan sekerja dan pemberian imbalan.

Sementara kinerja menurut Mangkunegara (2011), adalah hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Baik tidaknya karyawan dalam menjalankan tugas yang diberikan perusahaan dapat diketahui

(29)

dengan melakukan penilaian terhadap kinerja karyawannya. Penilaian kinerja merupakan alat yang sangat berpengaruh untuk mengevaluasi kerja karyawan bahkan dapat memotivasi dan mengembangkan karyawan.

Berdasarkan pengertian di atas kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam hal ini adalah bidan di desa. Kinerja yang dicapai oleh seorang bidan di desa dapat dinilai berdasarkan kuantitas dan kualitas dalam penyelesaian pekerjaan melalui pengetahuan, kemampuan dan kreativitas yang dimiliki oleh bidan di desa yang dapat dilihat dari pencapaian cakupan ANC.

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja

Mangkunegara (2011), mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).

a. Faktor Kemampuan (ability).

Karyawan yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk jabatnnya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari hari, maka ia lebih mudah untuk mencapai kinerja yang diharapkan.

b. Faktor Motivasi (motivation).

Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang terarah untuk mencapai tujuan kerja atau organisasi.

Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu karyawan dengan karyawan lainnya yang berada dibawah pengawasannya. Secara garis besar, perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor individu

(30)

dan situasi kerja. Menurut Gibson et al. (2003), ada tiga perangkat variabel yang memengaruhi perilaku seseorang dalam bekerja , yaitu:

1 Variabel individual, terdiri dari: (a) kemampuan dan keterampilan, (b) latar belakang (c) demografis.

2. Variabel Organisasional, terdiri dari: (a) sumber daya, (b) kepemimpinan, (c) imbalan, (d) struktur, dan (e) desain pekerjaan.

3. Variabel Psikologis, terdiri dari: (a) persepsi, (b) sikap, (c) kepribadian, (d) belajar, (e) motivasi

Robbins (2006), menambahkan dimensi baru yang menentukan kinerja seseorang, yaitu kesempatan. Menurutnya, meskipun seseorang bersedia (motivasi) dan mampu (kemampuan). Mungkin ada rintangan yang menjadi kendala kinerja seseorang, yaitu kesempatan yang ada, mungkin berupa lingkungan kerja tidak mendukung, peralatan, pasokan bahan, rekan kerja yang tidak mendukung prosedur yang tidak jelas dan sebagainya.

Menurut Timpe (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, seperti ; kemampuan, ketrampilan, sikap, perilaku, tanggung jawab, motivasi karyawan, misalnya kinerja seseorang baik disebabkan karena kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak berusaha untuk memperbaiki kemampuan. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

(31)

seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.

Menurut Mangkuprawira dan Vitayala (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor intrinsik yang meliputi mutu karyawan yang berupa pendidikan, pengalaman, motivasi, kesehatan, usia, ketrampilan emosi, spiritual, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi lingkungan kerja fisik dan non fisik, kepemimpinan, komunikasi vertikal dan horizontal, kompensasi, kontrol berupa penyeliaan, fasilitas, pelatihan, beban kerja, proses kerja, sistem imbalan, dan hukuman.

2.1.3 Penilaian Kinerja

Menurut Rivai (2005), penilaian kinerja merupakan kajian sistematis tentang kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal yang dikaitkan dengan standar kerja yang telah ditentukan perusahaan. Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang, meliputi dimensi kinerja karyawan dan akuntabilitas.

Menurut Rivai (2005) pada dasarnya ada dua model penilaian kinerja : 1. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Lalu

(a) Skala Peringkat (Rating Scale)

Metode ini merupakan metode yang paling tua yang digunakan dalam penilaian prestasi, di mana para penilai diharuskan melakukan suatu penilaian yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam skala-skala tertentu, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.

(32)

(b) Daftar Pertanyaan (Checklist)

Metode ini menggunakan formulir isian yang menjelaskan beraneka macam tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilai hanya perlu kata atau pertanyaan yang mengambarkan karakteristik dan hasil kerja karyawan. Keuntungan dari cheklist adalah biaya yang murah, pengurusannya mudah, penilai hanya membutuhkan pelatihan yang sederhana dan distandarisasi.

(c) Metode dengan Pilihan Terarah

Metode ini dirancang untuk meningkatkan objektivitas dan mengurangi subjektivitas dalam penilaian. Salah satu sasaran dasar pendekatan pilihan ini adalah untuk mengurangi dan menyingkirkan kemungkinan berat sebelah penilaian dengan memaksa suatu pilihan antara pernyataan-pernyataan deskriptif yang kelihatannya mempunyai nilai yang sama.

(d) Metode Peristiwa Kritis (Critical Incident Method)

Metode ini bermanfaat untuk memberi karyawan umpan balik yang terkait langsung dengan pekerjaannya.

(e) Metode Catatan Prestasi

Metode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatan penyempurnaan, yang banyak digunakan terutama oleh para profesional, misalnya penampilan, kemampuan berbicara, peran kepemimpinan dan aktivitas lain yang berhubungan dengan pekerjaan.

(f) Skala Peringkat dikaitkan dengan Tingkah Laku (Behaviorally Anchored Rating Scale=BARS). Penggunaan metode ini menuntut diambilnya tiga langkah, yaitu:

(33)

1) Menentukan skala peringkat penilaian prestasi kerja 2) Menentukan kategori prestasi kerja dengan skala peringkat

3) Uraian prestasi kerja sedemikian rupa sehingga kecenderungan perilaku karyawan yang dinilai dengan jelas.

(g) Metode Peninjauan Lapangan (Field Review Method)

Di sini penilai turun ke lapangan bersama-sama dengan ahli dari SDM. Spesialis SDM mendapat informasi dari atasan langsung perihal karyawannya, lalu mengevaluasi berdasarkan informasi tersebut.

(h) Tes dan Observasi Prestasi Kerja (Performance Test and Observation)

Karyawan dinilai, diuji kemampuannya, baik melalui ujian tertulis yang menyangkut berbagai hal seperti tingkat pengetahuan tentang prosedur dan mekanisme kerja yang telah ditetapkan dan harus ditaati atau melalui ujian parktik yang langsung diamati oleh penilai.

(i) Pendekatan Evaluasi Komparatif (Comparative Evaluation Approach)

Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi kerja seseorang dengan karyawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis.

2. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Depan a. Penilaian Diri Sendiri (Self Appraisal)

Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiri dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang.

(34)

b. Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management by Objective)

Merupakan suatu bentuk penilaian di mana karyawan dan penyelia bersama- sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja karyawan secara individu di waktu yang akan datang.

c. Penilaian dengan Psikolog

Penilaian ini lazimnya dengan teknik terdiri atas wawancara, tes psikologi, diskusi-diskusi dengan penyelia-penyelia.

3. Penilaian Atasan Langsung

Pada organisasi dengan tingkat manajemen majemuk, personel biasanya dinilai oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi. Penilaian termasuk yang dilakukan oleh penyelia atau atasan langsung kepadanya laporan kerja personel disampaikan.

Penilaian ini dapat juga melibatkan manajer lini unit lain. Sebagai contoh, personel bagian pembelian dapat dinilai oleh manajer produksi sebagai sebagai pemakai barang yang dibeli. Hal ini normal terjadi bila interaksi antara personel dan unit lain cukup tinggi. Sebaiknya penggunaan penilaian atasan dari bagian lain dibatasi, hanya pada situasi kerja kelompok dimana individu sering melakukan interaksi.

Penilaian atasan langsung sangat penting dari seluruh sistem penilaian kinerja.

Hal ini disebabkan karena madah untuk memperoleh hasil penilaian atasan dan dapat diterima oleh akal sehat. Para atasan merupakan orang yang tepat untuk mengamati dan menilai kinerja bawahannya. Oleh sebab itu, seluruh sistem penilaian umumnya sangat tergantung pada evaluasi yang dilakukan o!eh atasan (Rivai, 2005).

(35)

4. Penilaian 3600C

Pengembangan terakhir dari tehnik penilaian sendiri adalah penilaian 3600C.

Tehnik ini akan memberikan data yang lebih baik dan dapat dipercaya karena dilakukan penilaian silang oleh bawahan, mitra, dan atasan langsung.

2.2 Karakteristik Individu

Karakteristik individu adalah perbedaan individu dengan individu lainnya.

Karakteristik manusia sebagai individu yang utuh tidak dapat dibagi (undivided), tidak dapat dipisahkan yang memiliki ciri-ciri yang khas. Karena adanya ciri-ciri yang khas itulah yang menyebabkan manusia satu dengan yang lainnya dikatakan individu yang berbeda (perbedaan individual). Menurut Robbins (2006), karakteristik individu termasuk usia, pendidikan, pengetahuan, pelatihan, status perkawinan, status pekerjaan dan lama kerja. Pada penelitian ini kakakteristik individu yang dapat memengaruhi kinerja adalah sebagai berikut:

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang.

Dalam pengertian lain pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah hasil „tahu‟, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra

(36)

manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2012), menyimpulkan bahwa perubahan perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.

2.2.2. Masa Kerja

Masa kerja seorang pekerja cenderung menggambarkan rasa betah bekerja terhadap suatu organisasi, hal ini disebabkan salah satu karena telah beradaptasi dengan lingkungan yang cukup lama sehingga seorang pekerja akan merasa nyaman dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan dari instansi atau perusahan mengenai jaminan hidup dihari tua (Kreiner dan Kinicki, 2003).

2.2.3. Pelatihan

Pelatihan adalah proses belajar untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, atau merubah sikap pekerja sesuai kebutuhan. Menurut Nawawi (2005), pelatihan adalah program-program untuk memperbaiki kemampuan melaksanakan secara individual, kelompok dan atau berdasarkan jenjang dalam organisasi perusahaan atau instansi. Notoadmodjo (2012), pelatihan merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok. Berdasarkan definisi tersebut, pelatihan merupakan alat bantu pekerja dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya,

(37)

guna meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan sesorang dalam usaha mencapai tujuan.

2.3. Motivasi

2.3.1 Pengertian Motivasi

Luthans (2011) menyatakan motivasi adalah proses psikologis dimana tindakan dimulai-kebutuhan atau dorongan, perangsang-untuk melakukan aktivitas atau mencapai tujuan. Gibson et al. (2003) menyatakan motivasi sebagai konsep yang digunakan untuk menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul pada seorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku.

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia akibat interaksi individu dengan situasi. Umumnya orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang tidak melakukan. Kata motivasi berasal dari kata motivation, yang dapat diartikan sebagai dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertingkah laku mencapai suatu tujuan tertentu (Rivai, 2011). Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang ditentukan (Siagian, 2008). Sedangkan Gerungan (2004), menyatakan bahwa motivasi adalah penggerak,

(38)

alasan-alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dirinya melakukan suatu tindakan/bertingkah laku.

Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan, baik kebutuhan psikologis maupun kebutuhan fisiologis.

2.3.2 Teori Motivasi

Teori motivasi merupakan teori-teori yang membicarakan bagaimana motivasi manusia di dalam melaksanakan pekerjaan dan mencapi tujuan, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor pembentuk terciptanya motivasi. Menurut Gibson et al. (2003), secara umum mengacu pada 2 (dua) kategori :

1. Teori kepuasan (Content Theory), yang memusatkan perhatian kepada faktor dalam diri orang yang menguatkan (energize), mengarahkan (direct), mendukung (sustain) dan menghentikan (stop) perilaku petugas.

2. Teori proses (Process Theory) menguraikan dan menganalisa bagaimana perilaku itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan.

a. Teori Hirarki Kebutuhan dari Abraham Maslow

Menurut Maslow 1954 (dalam Robbins, 2006), hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas manusia bekerja adalah karena adanya kebutuhan yang relatif tidak terpenuhi disebabkan adanya faktor keterbatasan manusia itu sendiri, untuk memenuhi kebutuhannya sewaktu bekerja sama dengan orang lain dalam

(39)

memasuki suatu organisasi. Hal ini yang menjadi dasar bagi Maslow dengan mengemukakan teori hirarki kebutuhan sebagai salah satu sebab timbulnya motivasi seseorang dalam kehidupannya. Maslow mengemukan bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada didalam hidupnya, diantaranya :

1). Kebutuhan faali (fisiologis), antara lain : rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian, perumahan), seks dan kebutuhan ragawi lainnya (disebut kebutuhan paling dasar) 2). Kebutuhan keamanan, keselamatan, perlindungan, jaminan pensiun, asuransi

kecelakaan, dan asuransi kesehatan.

3). Kebutuhan sosial, kasih sayang, rasa memiliki, diterima dengan baik, persahabatan.

4). Kebutuhan penghargaan, status, titel, simbol-simbol, promosi.

5). Kebutuhan aktualisasi diri, menggunakan kemampuan, skill, dan potensi.

Pada dasarnya manusia tidak pernah puas pada tingkat kebutuhan manapun, tetapi untuk memunculkan kebutuhan yang lebih tinggi perlu memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih rendah terlebih dahulu. Dalam usaha untuk memenuhi segala kebutuhannya tersebut seseorang akan berperilaku yang dipengaruhi atau ditentukan oleh pemenuhan kebutuhannya (Mangkunegara, 2011).

Teori motivasi dalam penelitian ini digunakan teori motivasi yang dikemukakan Maslow. Adapun pertimbangan peneliti karena teori yang dikembangkan Maslow berlaku untuk menengah ke bawah, yaitu untuk karyawan yang terkait dengan kebutuhan dan performa pekerjaan.

(40)

2.4 Jaminan Kesehatan Nasional

2.4.1 Pengertian dan Tujuan Program Jaminan Kesehatan Nasional

Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional.

Seluruh rakyat wajib menjadi peserta tanpa kecuali. Program jaminan sosial yang diprioritaskan untuk mencakup seluruh penduduk terlebih dahulu adalah program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Program Jaminan Kesehatan Nasional merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yaitu suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program Negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Implementasi program ini diharapkan bahwa seluruh rakyat Indonesia dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menerita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau pensiun. SJSN diselenggarakan dengan prinsip kegotong-royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas dan portabilitas dengan kepesertaan bersifat wajib, dana amal dan hasil pengelolaan jaminan social dipergunakan seluruhnya

(41)

untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta jaminan.

Adapun penyelenggara program Jaminan Kesehatan Nasional adalah Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS). Pembentukan BPJS menurut Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Undang-Undang ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan transformasi kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN (Persero) dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban. Undnag-Undang ini membentuk 2 (dua) BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Terbentuknya dua BPJS ini diharapkan secara bertahap akan memperluas jangkauan kepesertaan progam jaminan sosial. BPJS mempunyai tugas sesuai undang-undang yaitu:

a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta

b. Memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja c. Menerima bantuan Iuran dari Pemerintah

d. Mengelola dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta

(42)

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program Jaminan Sosial

f. Membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program Jaminan Sosial

g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan Program Jaminan Sosial kepada peserta dan masyarakat

2.4.2 Paket Pelayanan Kesehatan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Program Jaminan Kesehatan Nasional mempunyai 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta Jaminan Kesehatan Nasional, yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan (Kemenkes RI, 2013).

1. Prosedur Pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Bila Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis (Kemenkes RI, 2013).

2. Kompensasi Pelayanan

Bila di suatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan fasilitas kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai

(43)

hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi (Kemenkes RI, 2013).

3. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan

Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan rekredensialing (Kemenkes RI, 2013).

Adapun manfaat program Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:

a) Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.

b) Imunisasi dasar, meliputi BCG (Baccile Calmett Guerin), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis B (DPTHB), Polio, dan Campak.

c) Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.

(44)

d) Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.

e) Meskipun manfaat yang dijamin dalam Jaminan Kesehatan Nasional bersifat komprehensif, masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi: a. Tidak sesuai prosedur; b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS; c. Pelayanan bertujuan kosmetik; d. General checkup, pengobatan alternatif; e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi; f.

Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan g. Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba (Kemenkes RI, 2013).

2.4.3 Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Nasional

Peserta Jaminan Kesehatan Nasional adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Pekerja adalah adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya (Kemenkes RI, 2013).

Adapun hak dan kewajiban peserta program Jaminan Kesehatan Nasional berhak mendapatkan a) identitas peserta dan b) manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berkewajiban untuk: (a) membayar iuran dan (b)

(45)

melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan menunjukkan identitas Peserta pada saat pindah domisili dan atau pindah kerja. Sedangkan masa berlaku kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang bersangkutan membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta, dan status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau meninggal dunia (Kemenkes RI, 2013).

Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap, yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit meliputi: PBI Jaminan Kesehatan; Anggota TNI/PNS dilingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya; Anggota Polri/PNS dilingkungan Polri dan anggota keluarganya; peserta asuransi kesehatan PT Askes (Persero) beserta anggota keluarganya, serta peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan anggota keluarganya. Selanjutnya tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019 (Kemenkes RI, 2013).

2.4.4 Sistem Pembayaran Klaim Program JKN

Berdasarkan Paduan Praktis Administrasi Klaim Faskes BPJS Kesehatan (2014), bahwa fasilitas Kesehatan mengajukan klaim setiap bulan secara reguler paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, kecuali kapitasi, tidak perlu diajukan klaim oleh Fasilitas Kesehatan. BPJS Kesehatan wajib membayar Fasiltas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen klaim diterima lengkap di Kantor Cabang/Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan.

(46)

1. Administrasi Klaim Program JKN

Sesuai panduan praktis administrasi klaim faskes BPJS Kesehatan (2014), adapun kelengkapan administrasi klaim umum

a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

1) Formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap 3 (tiga)

2) Softcopy data pelayanan bagi Fasilitas Kesehatan yang telah menggunakan aplikasi P-Care/aplikasi BPJS Kesehatan lain (untuk PMI/UTD) atau rekapitulasi pelayanan secara manual untuk Fasilitas Kesehatan yang belum menggunakan aplikasi P-Care.

3) Kuitansi asli bermaterai cukup

4) Bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh peserta atau anggota keluarga.

5) Kelengkapan lain yang dipersyaratkan oleh masing-masing tagihan klaim b. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan

1) Formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap 3 (tiga), 2) Softcopy luaran aplikasi

3) Kuitansi asli bermaterai cukup

4) Bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh peserta atau anggota keluarga.

(47)

2. Klaim Program JKN

a. Klaim Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)

Biaya pelayanan RJTP dibayar dengan kapitasi, yaitu berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar di Fasilitas Kesehatan tersebut tanpa pengenaan iur biaya kepada peserta. Besaran kapitasi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Besar Kapitasi Klaim Rawat Jalan Tingkat Pertama

No Fasilitas Kesehatan Tarif

1 Puskesmas/fasilitas kesehatan yang setara Rp.3.000-Rp.6.000,- 2 RS Pratama, Klinik Pratama, Praktek Dokter atau

Fasilitas Kesehatan yang setara Rp.8.000-Rp.10.000,- 3 Praktek Dokter Gigi di luar Fasilitas Kesehatan

No 1 atau 2 Rp.2.000,-

Sumber: Kemenkes RI, 2013

b. Klaim Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)

Biaya pelayanan RITP dibayar dengan paket per hari rawat dengan besaran Rp100.000,00 per hari. Pasien tidak boleh ditarik iur biaya. Pengajuan klaim RITP atas pelayanan yang sudah diberikan kepada peserta pada bulan sebelumnya diajukan secara kolektif setiap bulan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama kepada Kantor Cabang/Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan, dengan menyampaikan kelengkapan administrasi umum.

3. Persalinan atau Maternal dan Neonatal Non Kapitasi di Faskes Tingkat Pertama

Biaya pelayanan persalinan/maternal dan neonatal non kapitasi adalah tarif tanpa pengenaan iur biaya kepada peserta, sebagai berikut:

(48)

Tabel 2.2. Besar Kapitasi Klaim Persalinan atau Maternal dan Neonatal Non Kapitasi di Faskes Tingkat Pertama

No Jenis Pelayanan Tarif

1 Pemeriksaan ANC Rp. 25.000,-

2 Persalinan Pervaginam Normal Rp. 600.000,-

3 Penanganan Perdarahan Pasca Keguguran, persalinan

pervaginam dengan tindakan emergency Rp. 750.000,-

4 Pemeriksaan PNC/Neonatus Rp. 25.000,-

5 Pelayanan Tindakan Pasca Persalinan Rp. 175.000,- 6 Pelayanan Pra Rujukan pada komplikasi kebidanan dan

Neonatal Rp. 125.000,-

7

Pelayanan KB:

a.IUD/Implant b.Suntik

Rp. 100.000,- Rp. 15.000,- 8 Penanganan Komplikasi KB Pasca Persalinan Rp.125.000,- Sumber: Kemenkes RI, 2013

2.5 ANC (Antenatal Care) 2.5.1 Pengertian ANC

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) (Depkes RI, 2010). Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik kehamilan, untuk menghadapi persalinan. Dengan pengawasan dapat diketahui berbagai komplikasi yang dialami ibu hamil yang dapat memengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga segera dapat diatasi (Manuaba,1999).

(49)

2.5.2 Tujuan ANC

Menurut Depkes RI (2002) tujuan pelayanan antenatal adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.

3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

2.5.3 Pelayanan ANC

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional di institusi pemerintah yaitu puskesmas yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Pelayanan ANC merupakan salah satu kebijakan departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe

(50)

Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga Berencana, Antenatal Care, Persalinan Bersih

dan Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial. Batasan tugas pokok dan fungsi bidan desa terkait dengan pelayanan ANC dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut:

1.Pelayanan antenatal yang ditetapkan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan, dengan frekuensi kunjungan 4 kali selama kehamilannya, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ke tiga. Selanjutnya penerapan secara operasional di kenal standar minimal “10 T” yaitu: (a) timbang berat badan, (b) mengukur lingkar lengan atas (LiLA) (c) mengukur tekanan darah (d) mengukur tinggi fundus uteri (e) menghitung denyut jantung janin (DJJ) dan menentukan presentasi janin (f) memberi imunisasi Tetanus Toksoid (TT) (g) memberi tablet tambah darah (tablet besi) (h) pemeriksaan laboratorium HB (i) Tatalaksana/penanganan kasus (j) Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) efektif : gizi, gangguan kehamilan, pemeliharaan kehamilan, tanda- tanda persalinan dan KB.

2.Pelayanan antenatal di tingkat pelayanan dasar sebagaimana tertuang dalam pedoman pelayanan kebidanan dasar meliputi tiga aspek pokok yaitu, aspek medik, aspek penyuluhan, komunikasi dan motivasi dan aspek rujukan (intervensi).

Pemeriksaan medik dalam pelayanan antenatal meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik diagnosa, pemeriksaan obstertik dan pemeriksaan diagnosa penunjang (laboratorium) (Depkes RI, 2002).

Gambar

Gambar 2.1 Landasan Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sirup ekstrak daun Sidaguri dengan konsentrasi 10% dan 20% memenuhi persyaratan sirup yaitu untuk

Ketika seorang calon legislator (caleg) gagal, ia akan merasa sedih, marah, dan bahkan depresi. Dalam keadaan seperti itu, besar kemungkinan ia akan

Kecamatan Wadaslintang, Sapuran, Leksono, Selomerto, Kalikajar, Kertek, Wonosobo, Watumalang, Mojotengah, Garung dan Kejajar merupakan daerah yang ditunjuk sebagai sentra

kesehatan reproduksi remaja terhadap kesiapan menghadapi pubertas pada siswa. kelas VII di SMP Muhammadiyah 2

white shrimp ( Litopenaeus vannamei) diets can significantly improve growth performance and could 10. protect the shrimp from bacterial infection by presumably enhancing

[r]

Bila ada dua orang atau kelompok yang berbeda pendapat, maka dibutuhkan seorang mediator yang baik agar masalah terselesaikan. Di sinilah setiap pribadi di butuhkan

Dalam penelitian ini telah ditentukaa titik lebur bell an baku matampiron dengan alat ^Electrothermal Helt- icg Point Apparatus1* • Dari basil percobaan didapat data (tabel