• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.2. Kerangka Dasar Penysunan dan Penyajian Laporan Keuangan

2.2.2.2. Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini (PSAK No 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan):

A. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Perusahaan menyajikan asset lancar terpisah dari asset tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dari kewajiban jangka panjang kecuali untuk industry tertentu yagn diatur dalan Standar Akuntansi Keuangan Khusus (PSAK No. 1 Th. 2012 tentang Penyajian Laporan Keuangan). Asset lancar disajikan menurut ukuran likuiditas, sedangkan kewajiban disajikan menurut jatuh temponya.

Perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap asset yang akan diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan sebelum dan sesudah 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca.

Apabila perusahaan menyediakan barang atau jasa dalam siklus operasi perusahaan yang dapat diidentifikasikan dengan jelas, maka klasifikasi asset lancar dan tidak lancar serta kewajiban jangka

pendek dan kewajiban jangka panjang dalam neraca memberikan informasi yang bermanfaat dengan membedakan asset bersih sebagai modal kerja dengan asset yang digunakan untuk operasi jangka panjang. Pengklasifikasian tersebut juga meninjolkan asset yang diharapkan akan direalisasi dalam siklus operasi berjalan dan kewajiban yang akan jatuh tempo pada periode yang sama. Informasi tentang tanggal jatuh tempo asset dan kewajiban bermanfaat dalam menilai likuiditas dan solvabilitas perusahaan.

a) Aset Lancar

Suatu asset diklasifikasikan sebagai asset lancar jika asset tersebut:

a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan, atau

b) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca, atau

c) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.

Sementara asset yang tidak termasuk di dalam kategori tersebut di atas diklasifikasikan sebagai asset tidak lancar.

Siklus operasi perusahaan merupakan rata-rata jangka waktu antara perolehan bahan baku memasuki proses dan realisasinya menjadi kas atau instrument yang siap dijadikan kas.

Asset lancar termasuk persediaan dan piutang yang dijual, dikonsumsi atau direalisasi sebagai bagian dari siklus normal operasi perusahaan walaupun asset tersebut tidak diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. Surat berharga diklasifikasikan sebagai asset lancar apabila surat berharga tersebut diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca dan jika lebih dari 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca diklasifikasikan sebagai asset tidak lancar. Untuk tujuan pengklasifikasian ini, siklus operasi diasumsikan satu tahun kecuali untuk kegiatan atau industry tertentu di mana jangka waktu yang lebih panjang jelas lebih layak. b) Kewajiban Jangka Pendek

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek apabila:

a) Diperkirakan akar diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan; atau

b) Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan.

c) Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk diperdagangkan d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda

penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.

Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

Kewajiban jangka pendek dapat diklasifikasikan dengan cara yang serupa dengan asset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek seperti utang dan biaya pegawai serta biaya operasi lainnya membentuk sebagian modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal perusahaan. Pos-pos seperti tersebut di atas diiklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek walaupun pos-pos tersebut diselesaikan dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca.

Kewajiban jangka pendek lainnya lebih sulit untuk dikaitkan dengan siklus operasi berjalan meskipun akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca. Misalnya, bagian dari kewajiban berbunga (interest bearing liabilities) yang akan jatuh tempo dalam periode berjalan, cerukan, utan deviden, pajak penghasilan, dan utang selain utang dagang. Kewajiban berbunga jangka panjang (interest bearing liabilities) yang digunakan untuk membiayai modal kerja dan tidak jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan merupakan kewajiban jangka panjang.

Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang, walaupun

kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:

a) Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan.

b) Perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan jangka panjang, dan

c) Maksud tersebut pada huruf (b) didukung dengan perjanjian pembiayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.

Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok kewajiban jangka pendek beserta informasi yang mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Terdapat kewajiban yang akan jatuh tempo dalam siklus operasi tahun berikutnya, diharapkan dapat dibiayai kembali atau diperpanjang kembali sehingga tidak diharapkan adanya penggunaan modal kerja lancar. Kewajiban seperit itu merupakan bagian dari pembiayaan jangka panjang perusahaan dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Dalam hal tidak terdapat perjanjian mengenai pembiayaan kembali, maka pembiayaan kembali tidak dapat diasumsikan akan terjadi secara otomatis sehingga kewajiban harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek. Perjanjian kembali harus secara resmi

disepakati sebelum laporan keuangan yang disetujui membuktikan bahwa pada tanggal neraca, substansi kewajiban merupakan kewajiban jangka panjang.

c) Informasi yang Disajikan Dalam Laporan Posisi Keuangan

Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca, minimal mencakup pos-pos berikut:

a) Asset berwujud b) Asset tidak berwujud c) Asset keuangan

d) Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas e) Persediaan

f) Piutang usaha dan piutang lainnya g) Kas dan setara kas

h) Utang usaha dan utang lainnya i) Kewajiban yang diestimasi

j) Kewajiban berbunga jangka panjang k) Hak minoritas, dan

l) Modal saham dan pos ekuitas lainnya

Pos, judul, dan subjumlah lain disajikan dalam neraca apabila PSAK atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan secara wajar.

B. Laporan Laba Rugi Komprehensif Selama Periode

Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode:

(a) dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau (b) dalam bentuk dua laporan :

(i)laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah); dan

(ii)laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (laporan dan komprehensif).

Laporan laba rugi komprehensif minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut untuk periode:

(a) pendapatan; (b) biaya keuangan;

(c) bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas;

(d) beban pajak;

(e) suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:

(i) laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan (ii)keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dari

pelepasan aset atau kelompok lepasan dalam rangka operasi yang dihentikan;

(f) laba rugi;

(g) setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam huruf (h));

(h) bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; dan total laba rugi komprehensif.

(i) total laba rugi komprehensif.

Entitas mengungkapkan pos-pos di bawah ini dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai alokasi laba rugi untuk periode:

(a) laba rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada: (i) kepentingan nonpengendali; dan

(ii)pemilik entitas induk.

(b) Total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:

(i) Kepentingan nonpengendali; dan (ii)Pemilik entitas induk.

Entitas dapat menyajikan pos-pos sebagaimana dimaksud di atas dan pengungkapan sebagaimana dimaksud di paragraf berikutnya dalam laporan laba rugi terpisah.

Entitas menyajikan pos-pos tambahan, Judul, dan subtotal dalam laporan laba rugi komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), jika penyajian tersebut relevan untuk pemahaman kinerja keuangan entitas.

Karena dampak dari berbagai kegiatan, transaksi, dan peristiwa lain entitas berbeda dalam frekuensi, potensi keuntungan atau kerugian dan kemampuan untuk dapat diprediksi, maka pengungkapan unsur-unsur keuangan membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami kinerja keuangan yang dicapai dan dalam membuat proyeksi kinerja keuangan masa depan. Entitas memasukkan pos-pos tambahan dalam laporan laba rugi komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), perubahan istilah yang dipakai dan perubahan urutan dari pos-pos jika hal ini diperlukan untuk menjelaskan unsur kinerja keuangan. Entitas mempertimbangkan faktor-faktor termasuk materialitas, sifat, dan fungsi dari berbagai komponen pendapatan dan beban. Misalnya, suatu institusi keuangan dapat mengubah istilah untuk memberikan informasi yang relevan dengan operasinya. Entitas tidak diperkenankan melakukan saling hapus penghasilan dan beban kecuali memenuhi kriteria.

Entitas tidak diperkenankan menyajikan pos-pos penghasilan dan beban sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), atau catatan atas laporan keuangan.

Ketika pos-pos pendapatan atau beban adalah material, maka entitas mengungkapkan sifat dan jumlahnya secara terpisah. Keadaan yang menyebabkan pengungkapan secara terpisah atas pos-pos pendapatan dan beban adalah sebagai berikut:

(a) Penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto atau penurunan nilai aset tetap menjadi jumlah terpulihkan, sebagaimana pembalikan atas penurunan tersebut;

(b) Restrukturisasi aktivitas entitas dan pembalikan provisi biaya restrukturisasi;

(c) Pelepasan aset tetap; (d) Pelepasan investasi; (e) Operasi yang dihentikan;

(f) Penyelesaian tuntutan hukum; dan (g) Pembalikan provisi lain.

Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas, mana yang dapat menyediakan informasi yang andal dan lebih relevan.

Beban disubklasifikasian menjadi komponen utama dari kinerja keuangan yang dapat berbeda dalam frekuensi, potensi keuntungan atau kerugian dan kemampuan untuk dapat memprediksi. Analisis ini diberikan dalam satu dari dua bentuk.

Bentuk pertama analisis ini adalah metode “sifat beban”. Entitas menggabungakn beban dalam laba rugi berdasarkan sifatnya (misalnya, Penyusunan, pembelian bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja, dan biaya iklan), dan tidak merealokasikan menurut berbagai fungsi dalam entitas. Metode ini mudah diterapkan karena tidak memerlukan adanya alokasi beban menurut klasifikasi fungsional. Contoh dari klasifikasi dengan menggunakan metode sifat beban adalah sebagai berikut:

Pendapatan xxx

Pendapatan lain xxx

Perhubungan atas persediaan barang jadi dan barang dalam proses xxx Bahan baku imbalan kerja xxx Beban Penyusunan dan amortisasi xxx

Bahan lain xxx

Total beban (xxx)

Laba sebelum pajak xxx

Bentuk kedua analisis ini adalah metode “fungsi beban” atau “Biaya penjualan” dan mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsinya sebagai dari biaya penjualan atau, misalnya, biaya aktivitas distribusi atau administratif. Sekurang-kurangnya entitas

mengungkapkan biaya penjualan berdasarkan metode in secara terpisah dari beban lain. Metode ini dapat memberikan informasi yang lebih relevan kepada pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan metode klasifikasi beban berdasarkan sifat, namun pengalukasian biaya berdasarkan fungsi mungkin membutuhkan pengalokasian secara arbiter dan pertimbangan yang matang. Contoh klasifikasi berdasarkan metode fungsi beban adalah sebagai berikut:.

Pendapatan xxx Beban penjualan (xxx) Laba bruto xxx Pendapatan lain xxx Beban distribusi (xxx) Beban administratif (xxx) Beban lain (xxx) Laba sebelum pajak xxx

Entitas yang mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsi mengungkapkan informasi tambahan tentang sifat beban, termasuk beban penyusutan dan amortisasi, dan beban imbalan kerja.

Pemilihan antara metode fungsi beban dan sifat beban bergantung pada faktor historis dan industri serta entitas. Kedua metode tersebut memberikan indikasi tentang biaya-biaya yang

mungkin berbeda, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tingkat penjualan atau produksi entitas. Karena setiap metode penyajian memiliki manfaat untuk jenis entitas yang berbeda, pernyataan ini mensyaratkan manajemen untuk memilih penyajian yang andal dan lebih relevan. Namun demikian, karena informasi atas sifat beban bermanfaat dalam memprediksi arus kas masa depan, maka pengungkapan tambahan diperlukan Ketika metode fungsi beban digunakan.

C. Laporan Perubahan Ekuitas Selama Periode

Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:

(a) total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepda kepentingan nonpengendali;

(b) untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat dan awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:

(i) laba rugi;

(ii) masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan (iii) transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik, yang menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pihak dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak

kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian.

Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau catatan atas laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian per saham.

Perubahan ekuitas entitas antara awal dan periode pelaporan mencerminkan naik turunnya aset neto entitas selama periode. Kecuali untuk perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (seperti kontribusi modal, perolehan kembali instrument ekuitas entitas dan dividen) dan biaya transaksi yang secara langsung berkaitan dengan transaksi tersebut, perubahan keseluruhan atas ekuitas selama periode yang menggambarkan jumlah total penghasilan dan beban (termasuk keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas entitas selama periode tersebut.

D. Laporan Arus Kas Selama Periode

Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan (PSAK No 2 Tentang Laporan Arus Kas).

Entitas menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnisnya. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan entitas serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut.

Suatu transaksi tunggal dapat meliputi beberapa arus kas yang diklasifikasikan ke dalam lebih dari satu aktivitas. Misalnya, jika pelunasan pinjaman bank meliputi pokok pinjaman dan bunga, maka unsur bunga dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi dan unsur pokok pinjaman diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.

D.1. Aktivitas Operasi

Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi barn tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar (PSAK No 2 Tentang Laporan Arus Kas). Informasi tentang unsur tertentu arus kas historis, bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.

Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas (PSAK No 2 Tentang

Laporan Arus Kas). Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba rugi. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: (a) penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa; (b) penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain; (c) pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;

(d) pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan;

(e) penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, - anuitas, dan manfaat polis lain;

(f) pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; dan

(g) penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan.

Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laba rugi (PSAK No 2 Tentang Laporan Arus Kas). Arus kas yang terkait dengan transaksi tersebut merupakan arus kas dari ;aktivitas investasi. Akan tetapi, pembayaran kas untuk pabrikasi atau memperoleh aset yang dimiliki untuk direntalkan kepada pihak lain dan selanjutnya dimiliki untuk dijual sebagaimana yang dijelaskan dalam PSAK 16: Aset Tetap paragraf 69 adalah arus kas dari aktivitas operasi.

Penerimaan kas dari rental dan penjualan aset tersebut diakui sebagai arus kas dari aktivitas operasi.

Entitas dapat memiliki efek dan pinjaman yang diberikan (securities and loans) untuk tujuan diperdagangkan atau diperjual-belikan, yang dalam hal ini dapat dipersamakan dengan persediaan yang khusus dibeli untuk dijual kembali (PSAK No 2 Tentang Laporan Arus Kas). Oleh karena itu, arus kas yang berasal dari pembelian dan penjualan dalam transaksi efek yang diperjualbelikan atau diperdagangkan tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Sama halnya dengan pemberian kredit oleh lembaga keuangan, pada umumnya diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, karena berkaitan dengan aktivitas penghasil utama pendapatan lembaga keuangan tersebut.

Arus kas yang berasal dari aktivitas lembaga keuangan berikut ini dapat dilaporkan dengan dasar arus kas neto (PSAK No 2 Tentang Laporan Arus Kas):

(a) penerimaan dan pembayaran kas sehubungan dengan penerimaan dan pembayaran kembali deposito berjangka dengan jatuh tempo yang tetap;

(b) penempatan dan penarikan deposifo pada dan dari lembaga keungan lain; dan

(c) pemberian dan pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada nasabah.

D.2. Aktivitas Investasi

Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan (PSAK No 2 Tentang Laporan Arus Kas). Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:

(a) pembayaran kas untuk membeli aset tetap, asset tidak berwujud, dan asset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan asset tetap yang dibangun sendiri;

(b) penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan, peralatan, serta asset tidak berwujud dan asset jangka panjang lain;

(c) perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan lain;

(d) uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakuka oleh lembaga keuangan); (e) pembayaran kas sehubungan dengan futures contract, forward

contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan, atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. D.3. Aktivitas Pendanaan

Pengungkapan terpisah yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan

(PSAK No 2 Tentang Laporan Arus Kas). Beberapa contoh arus kas yang berasa dari aktivitas pendanaan adalah:

(a) penerimaan kas dari emisi saham atau instrument modal lainnya; (b) pembayaran kas kepada pemegang saham untuk menarik atau

menebus saham perusahaan

(c) penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman lainnya;

(d) pelunasan pinjaman;

(e) pembayaran kas oleh penyewa untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.

E. Catatan Atas Laporan Keuangan

Entitas menyajikan catatan atas laporan keuangan yang menyajikan:

(a) informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan;

(b) mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan di bagain mana pun dalam laporan keuangan; dan

(c) memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.

Entitas, sepanjang praktis, menyajikan catatan atas laporan keuangan secara sistematis. Entitas membuat referensi silang atas setiap pos dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi

komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk informasi yang berhubungan dalam catatan atas laporan keuangan.

Entitas biasanya menyajikan catatan atas laporan keuangan dengan urutan sebagai berikut, untuk membantu pengguna memahami dan membandingkan dengan laporan keuangan entitas lainnya:

(a) pernyataan kepatuhan terhadap SAK;

(b) ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan;

(c) informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan perubahan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, sesuai dengan urutan penyajian laporan dan penyajian masing-masing pos; dan

(d) pengungkapan lainnya, termasuk:

(i) liabilitas kontinjensi (PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi) dan komitmen kontraktual yang belum diakui; dan

(ii)pengungkapan informasi nonkeuangan, misalnya tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangan (PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan).

Dalam beberapa keadaan, mungkin dibutuhkan atau dikehendaki untuk membedakan urutan pos-pos tertentu dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya, entitas dapat menggabungkan

informasi perubahan nilai wajar yang diakui dalam laba rugi dengan informasi tentang jatuh tempo instrumen keuangan, meskipun pengungkapan pertama berhubungan dengan laporan laba rugi komprehensif atau laporan laba rugi terpisah (jika disajikan) dan yang kedua berhubungan dengan laporan posisi keuanan. Namun demikian, entitas tetap mengaja struktur yang sistematis untuk catatan atas laporan keuangan sepanjang dapat diterapkan.

Entitas dapat menyajikan catatan atas laporan keuangan yang memberikan informasi tentang dasar Penyusunan laporan keuangan dank kebijakan akuntansi tertentu sebagai bagian yang terpisah dalam laporan keuangan.

Dokumen terkait