• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komponen Lingkungan Geofisik Kimia

Dalam dokumen LAPORAN RINGKASAN (Halaman 32-37)

3 BAB HASIL ANALISIS DATA TEKNIS

3.2. Komponen Lingkungan Geofisik Kimia

Secara geografis DAS Gung terletak antara 109°08'05" — 109009'04" BT dan antara 7°02'47” - 7°14'05" LS. Elevasi di DAS Gung bervariasi dari 135 sampai 1.300 m, sehingga banyak terbentuk saluran-saluran alamiah, yang membuang air ke dataran rendah dan laut di beberapa tempat.

Wilayah studi dapat diklasifikasikan beriklim tropis dengan dua arah angin musiman, secara signifikan sangat berpengaruh terhadap pola kejadian musim hujan di lokasi sebaran daerah pekerjaan. Parameter klimatologi : temperatur udara, kelembaban relatif, lama penyinaran matahari dan kecepatan angin di bagian wilayah Kabupaten Tegal berdasarkan data pos klimatologi.

Berdasarkan siklus hidrologi, temperatur terendah (kelembaban relatif tertinggi) terjadi antara bulan Desember – Februari, dan temperatur tertinggi (kelembaban relatif terendah) terjadi antara bulan Juli – September. Dimana pada bulan-bulan tersebut merupakan puncak musim hujan (bulan basah) dan kemarau (bulan kering), khususnya di bagian wilayah Kabupaten Tegal.

Penyinaran matahari tertinggi terjadi antara bulan Juli – September, dimana pada bulan-bulan tersebut merupakan bulan-bulan kering dengan curah hujan rendah. Kecepatan angin tertinggi, juga terjadi antara bulan Juli – september, dimana pada bulan-bulan tersebut pergerakan arah angin di lokasi daerah pekerjaan lebih didominasi oleh angin musim timur – tenggara.

Pengaruh pergerakan angin musim barat – barat laut yang sering terjadi bersamaan dengan hujan badai (storm rainfall) antara bulan Nopember – Februari umumnya berlansung selama kejadian hujan dan kurang berpengaruh terhadap nilai rata-rata bulanan dibandingkan dengan angin musim timur - tenggara.

3.2.2. Distribusi Pola Curah Hujan Bulanan

Peta isohiet jaringan pos curah hujan Propinsi Jawa Tengah telah disusun dalam Proyek Pembinaan Pengairan Jawa Tengah (P3SU) menggunakan data pencatatan curah hujan periode panjang (long-term) pos BMG. Berdasarkan peta tersebut, rata-rata curah hujan wilayah daerah-daerah aliran sungai (DAS) di daerah proyek berkisar antara 1200 – 1300 mm per tahun.

Pola hujan bulanan di wilayah Kabupaten Tegal bervariasi berdasarkan ruang dan waktu. Pola musim hujan di bagian wilayah pantai utara secara signifikan lebih didominasi oleh pergerakan angin musim barat – barat laut.

Musim hujan di bagian wilayah utara dan selatan Kabupaten Tegal pada umumnya, dan wilayah Sub DAS Gung pada khususnya, masing-masing didominasi oleh pergerakan angin musim barat – barat laut dan angin musim timur – tenggara dengan perbedaan pola hujan musiman: musim hujan dan kemarau jelas.

Berdasarkan fenomena tersebut mengindikasikan bahwa jumlah curah hujan bulanan tinggi (di atas rata-rata) di bagian wilayah tengah Kabupaten Tega; pada umumnya, dan lokasi Sub DAS Gung pada khususnya terjadi antara bulan Nopember – Maret. Sedangkan curah hujan rendah (di bawah rata-rata) terjadi antara bulan April – Oktober, dengan persentase jumlah hujan tahunan masing-masing 64% (Nopember – Maret) dan 36% (April – Oktober).

3.2.3. Distribusi Pola Debit Bulanan

Distribusi debit aliran sungai di beberapa DAS (sub DAS) di wilayah utara dan selatan Kabupaten Tegal secara signifikan mengikuti pola hujan di masing-masing bagian daerah aliran sungai (sub DAS).

3.2.4. Fisiografi dan Geologi

Geologi daerah penyelidikan berdasarkan Peta Geologi Bersistem Indonesia Lembar Kudus (1409-3) skala 1 : 100.000 oleh T. Suwarti dan R. Wikarno, Bandung tahun 1992, Lembar Magelang dan Semarang (1408-5 , 1409-2) skala 1 : 100.000 oleh R.E. Thanden, H.Sumadirdja, P.W. Richards, K.Sutisna dan T.C.Amin, Bandung tahun 1996, Lembar Salatiga I (1408-6) skala 1 : 100.000 oleh Sukardi dan Budhitrisna, Bandung 1992 sebagai berikut :

A.

Fisiografi dan Morfologi

Secara fisiografi, daerah kajian termasuk dalam wilayah perbukitan di bagian hullu dan dataran rendah pantai utara Jawa. Dilihat dari bentang alamnya, morfologi daerah ini adalah bervariasi mulai satuan perbukitan dan satuan dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 40 m dari muka laut. Untuk satuan dataran rendah dicirikan oleh pola aliran sungai dan saluran pembuang irigasi yang sejajar, hampir sejajar dan Anastomatik. Daerah dataran rendah ini termasuk persawahan, rawa dan pertambakan. Dataran rendah ini dikenal sebagai dataran rendah Kalibeng. Pada lembar ini dilalui oleh sungai-sungai yang semuanya bermuara ke Laut Jawa.

B.

Stratigrafi

Satuan yang tersingkap di lokasi studi adalah formasi Kalibeng yang secara tak selaras tertindih oleh endapan permukaan yang berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Endapan permukaan ini terdiri dari Endapan Pantai (Qa).

Stratigrafi batuan di lokasi pekerjaan terdiri atas :

I. Endapan Permukaan

1. Endapan Pantai (Qa)

Terdiri dari kerikil, pasir, lempung, sisa tumbuhan dan bongkah batuan gunungapi. Endapan ini tersebar di sepanjang pantai utara dan dicirikan oleh rawa-rawa, persawahan dengan muara berhutan bakau.

II. Batuan Sedimen

1. Formasi Kalibeng (Tmpk)

Napal pejal di bagian atas, setempat berkarbon, napal bersisipan batupasir tufan dan bintal batugamping, bergaris tengah 3 - 200 cm. Fosil yang dijumpai menunjukkan Miosen Akhir – Pliosen (Zona 16-21).

2. Anggota Formasi Kalibeng (Tmkb)

Perselingan Batu pasir tufan, kelabu, berkarbon, pelapukannya mengulit bawang, batu lanau gampingan, batu pair berstruktur silangsiur dan konvolut; dan batu pasir krikilan berstruktur arian dan perlapisan bersusun. Fosil yang dijumpai menunjukkan umur Miosen Akhir.

3. Formasi Kerek (Tmk)

Perselingan batu lempung, napal, batupasir tufan, konglomerat, breksi vulkanik dan batu gamping. Batu lempung, kelabu muda – tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir; setempat mengandung fosil forom, moluska, dan koral-koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung di K.Kripik dan di batupasir. Batu gamping umumnya berlapis, kristalin dan pasiran mempunyai ketebalan total lebih dari 400 meter. Umur satuan ini berumur Miosen Tengah.

C.

Sumber Daya Mineral

Sumber daya mineral yang terdapat di lokasi studi adalah bahan galian berupa sirtu terdiri dari pasir, kerikil dan kerakal, sirtu ini terdapat di sepanjang sungai dan digunakan sebagai bahan bangunan dan pondasi jalan raya. Disamping itu, penduduk setempat memanfaatkan endapan lempung yang tersebar luas di daerah ini untuk dibuat bata merah dan genteng. Sirtu terutama terdapat pada endapan saluran pembuang tua. Sumberdaya energi berupa gas alam juga telah ditemukan oleh Pertamina.

3.2.5. Hidrologi dan Kualitas Air 3.2.5.1. Iklim

Dari aspek klimatologi, Kali Gung dipengaruhi angin muson barat dan timur. Udara basah dengan kelembaban 80-84% disertai hujan tiba Nopember-April dari barat. Udara kering dengan kelembaban 82-84% sebaliknya bertiup antara Mei-Oktober ketika muson timur datang. Kecepatan angin di DAS Gung, diketahui berkisar 1-13 km/jam. (Sumber Laporan Utama Study dan Basic Desain Rencana Pengelolaan SDA Sub DAS Gung, Departemen PU Dirjen SDA BBWS Pemali Juwana).

3.2.5.2. Hujan

Sumber data yang digunakan untuk referensi stasiun pencatat hujan adalah stasiunstasiun yang ada di dalam koordinasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Dalam wilayah studi terdapat 12 stasiun pencatat hujan. Berikut ini ditampilkan lokasi dari masing-masing stasiun (Tabel 3-4).

Tabel 3.4. Stasiun Hujan di Sub DAS Gung

No StasiunNama Kode Lokasi Lokal Koordinat

Desa Kecamatan Kabupaten LS BT

1 Kemaron 61a Tuwel Bojong Tegal 7011’13” 109009’36”

2 Bojong 60 Bojong Bojong Tegal 7007’58” 109008’47”

3 Cawitali 53 Cawitali Margasari Tegal 7007’37” 109005’34”

4 Bumijawa 61 Bumijawa Bumijawa Tegal 7010’00” 109007’41”

5 Kalibakung 50 Kalibakung Balapulang Tegal 7005’47” 109005’29” 6 Danawarih 50a Danawarih Balapulang Tegal 7004’48” 109007’57”

Sumber : Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah

U

S

B T

3.3. Hasil Penyelidikan Geologi

Dalam dokumen LAPORAN RINGKASAN (Halaman 32-37)

Dokumen terkait