• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. KAJIAN PUSTAKA

2.4 Komponen yang berperan penting dalam kehidupan terumbu

Terumbu karang hidup pada kondisi karakteristik lingkungan perairan tertentu, dalam pertumbuhannya terumbu karang dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan perairan yang berperan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang. Terumbu karang pada umumnya terbatas pada suhu perairan antara 18-360C, nilai optimal antara 26-280C. Hal ini selanjutnya akan di ekspresikan dalam pola distribusi dan keragaman terumbu karang secara latitudinal (Hubbard, 1990). Sensivitas terumbu karang terhadap suhu dibuktikan dengan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan suhu akibat pemanasan global yang melanda perairan indonesia pada tahun 1998, yaitu terjadinya pemutihan karang yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Suharsono (1999) telah mencatat selama peristiwa pemutihan karang tersebut, suhu rata-rata permukaan air sekitar gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu berkisar 2-30C diatas suhu normal. Perkembangan mengenai pengaruh suhu terhadap terumbu karang, lebih lanjut dilaporkan bahwa suhu yang mematikan binatang karang bukan suhu yang ekstrim, namun lebih karena perbedaan perubahan suhu secara mendadak dari suhu alami/normal. Menurut Neudecker (2001), perubahan suhu secara mendadak sekitar 4-60C di bawah atau di atas ambient level dapat mengurangi pertumbuhan karang bahkan mematikannya.

Hewan-hewan karang membangun terumbu karang dengan cara memanfaatkan energi cahaya matahari yang menjadi kunci eksistensi pangadangan teori terumbu karang yang modern dan juga bisa jadi untuk semua terumbu karang dalam skala waktu geologi. Cahaya secara ekologi merupakan pembatas dibandingkan semua parameter fisika lingkungan lainnya, oleh sebab itu cahaya dapat menyebabkan adanya pembatasan secara fisik terhadap biogeografi karang secara horisontal. Kepentingan cahaya dari kajian biogeografi dan evolusi

adalah terkait dengan evolusi dan proses simbiosis karang dengan zooxanthellae yang berperan dalam pembangunan terumbu karang yang melampaui waktu evolusi itu sendiri. Terkait dengan hal terebut dan dalam peranan cahaya bagi karang, hal ini sinergis dengan faktor sedimentasi yang pengaruhnya dapat menyebabkan rendahnya diversitas karang (Veron, 1995).

Mengingat binatang karang (hermatypic ataureef-building corals) hidupnya bersimbiose dengan ganggang (zooxanthellae) yang melakukan proses fotosintesa, maka pengaruh cahaya (illumination) adalah penting sekali. Menurut Kanwisher dan Wainwright (1997) titik kompensasi binatang karang terhadap cahaya adalah pada intensitas cahaya antara 200-700 fluks (umumnya terletak antara 300-500 fluks). Intensitas cahaya secara umum di permukaan laut 2500-5000 fluks. Mengingat kebutuhan tersebut maka binatang karang (coral reefs) umumnya tersebar di daerah tropis. Berkaitan dengan pengaruh cahaya tersebut terhadap pertumbuhan terumbu karang, maka faktor kedalaman juga membatasi kehidupan binatang karang. Pada perairan yang jernih memungkinkan penetrasi cahaya bisa sampai pada lapisan yang sangat dalam, sehingga binatang karang juga dapat hidup pada perairan yang cukup dalam.

Sedimentasi merupakan masalah yang umum di daerah tropis, pengembangan di daerah pantai dan aktifitas-aktifitas manusia lainnya, seperti pengerukan, pertambangan, pengeboran minyak, pembukaan hutan dan aktifitas pertanian, yang dapat membebaskan sedimen (terrigenoua sediments) ke perairan pantai atau ke daerah terumbu karang. Sedimentasi juga dapat disebabkan oleh carbonate sedimen, yiatu sedimen yang berasal dari erosi karang-karang, baik secara fisik ataupun biologis (bioerosion). Bioerosi biasanya dilakukan oleh hewan-hewan laut, seperti bulu babi, ikan, bintang laut, dan sebagainya.

Pengaruh sedimen terhadap pertumbuhan binatang karang dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Sedimen dapat langsung mematikan binatang karang, yaitu apabila sedimen tersebut ukurannya cukup besar atau banyak sehingga menutuputi polip (mulut) karang. Pengaruh tidak langsumg adalah melalui penetrasi cahaya dan banyaknya energi yang dikeluarkan oleh binatang karang untuk menghalau sedimen tersebut, yang berakibat turunnya laju pertumbuhan karang (Pastorok dan Bilyard 1985, Supriharyono 2000). Lebih

lanjut dilaporkan oleh Pastorok dan Bilyard (1985) bahwa beberapa jenis karang, seperti Montastrea cavemosa, Siderastrea radians, S. siderea, dan Diphria strigosa, cenderung paling tahan terhadap kekeruhan, demikian pula terumbu karang di Teluk Fouha Cfan Ylig Guam, ada korelasi antara sedimentasi dengan keanekaragaman dan tutupan karang hidup. Pengaruh sedimentasi terhadap kehidupan karang yang diakibatkan oleh aktifitas pengerukan telah banyak dilaporkan oleh para peneliti. Chansanget al (2001) melaporkan kematian karang di Ko Phuket Thailand, akibat karang menerima sedimen yang cukup tinggi dari perusahaan pengerukan dan pemisahan timah. Lebih lanjut dikatakan di perairan sebelah utara Teluk Bang Tao (pantai barat Ko Phuket) tutupan karang hidup di dekat pantai (reef flat) yang menampung banyak sedimen presentasenya sangat rendah yaitu 3-6%, dibandingkan dengan di daerah tubir (reef edge) 27-34% atau di daerah tubir (reef slope) 26-34%.

Demikian pula Brown (1987), yang melakukan penelitian di Semenanjung Laem Pan Wah Ko Phuket, memperoleh keanekaragaman karang yang umumnya rendah di daerah intertidal, dengan tutupan karang hidup sekitar 13-48%. Jenis karang yang dominan di daerah tersebut adalahPorites, Montipora, Acropora, dan Platygyra. Supriharyono (2000) juga melaporkan bahwa di perairan karang Bandengan Jepara Jawa Tengah, yang menerima sedimentasi yang tinggi dari aktifitas pertanian dan aktifitas lainnya di daerah atas terutama pada musim penghujan, tutupan karang di perairan tersebut tercatat relatif rendah di daerah reef flat yaitu sekitar 21-37% dan relatif tinggi di daerah dekat reef edge 50-80% yang letaknya relatif jauh dari garis pantai (150-250 m). Demikian pula dengan jenis-jenis yang dapat bertahan di kedua zona tersebut juga berbeda, yaitu hanya 1-5 spesies di reef flat dan lebih dari 20 spesies di daerah reef edge. Jenis-jenis karang yang dominan adalah Porites lutes, Montipora digitata, Acropora aspera, Acropora pulchra, dan Platygyra spp. Pada umumnya karang yang hidup di daerah yang keruh atau sedimentasinya tinggi menampakan tanda-tanda stress, seperti hilangnya warna, tertutup oleh silt, polyp yang baru mati atau lendir yang berlebihan. Pengaruh sedimentasi terhadap terumbu karang oleh Loya dan Rinkevich (2000) yaitu : (1) menghambat pertumbuhan karang, (2) menghambat planula karang untuk menempelkan diri dan berkembang pada substrat, (3)

menghambat persen fotosintesis zooxanthellae, (4) menyebabkan kematian karang apabila menutupi permukaan karang, dan (5) meningkatkan kemampuan adaptasi karang terhadap sedimen.

Dokumen terkait