• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. KAJIAN PUSTAKA

2.6 Sistem dan sistem dinamik

Teori sistem dipelopori oleh von Bertalanffy pada tahun 1968, yang memperkenalkan suatu kerangka konsep dan teori umum yang dapat diterapkan pada berbagai bidang ilmu. Kerangka tersebut dikenal dengan nama General System Theory (GST) yang didasari oleh perlunya keahlian generalis dan pendekatan lintas disiplin dalam memahami dunia nyata secara efesien.

Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisir untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan (Manetsch dan Park 1979 dalam Eriyatno 2003). Disiplin akademik dan ilmu pengetahuan mempunyai pandangan masing-masing dan tersendiri atas keutuhan alamiah. Bertentangan dengan keutuhan alamiah tersebut, para ilmuwan di masing-masing disiplin mengembangkan beragam model yang seringkali tidak konsisten, parsial, temporal dan bersifat diskrit (tidak berkesinambungan). Kenyataan yang mendasar dari persoalan aktual adalah kompleksitas, dimana unitnya adalah keragaman. Oleh karena keragaman yang begitu besar tidak mungkin dikaji atau dikendalikan oleh satu atau dua metode spesifik saja. Dalam hal ini, teori sistem mempertanyakan bahwa kesisteman adalah suatu meta konsep atau meta disiplin; dimana formalitas dan proses dari keseluruhan disiplin ilmu dan pengetahuan sosial; dapat dipadukan dengan berhasil (Gigh 1993 dan Carnavayal 1992 dalam Kholil 2005). Disebabkan pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan suatu kerangka fikir baru yang terkenal sebagai pendekatan sistem (System Approach). Dalam pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu : 1) mencari semua faktor penting yang dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah, dan 2) dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional. Untuk

dapat bekerja secara sempurna suatu pendekatan sistem mempunyai delapan unsur yang meliputi 1) metodologi untuk perencanaan dan pengelolaan, 2) suatu tim yang multidisipliner, 3) pengorganisasian, 4) disiplin untuk bidang yang non kuantitatif, 5) teknik model matematik, 6) teknik simulasi, 7) teknik optimasi dan 8) aplikasi komputer (Eriyatno 2003).

Perilaku sistem diartikan sebagai status sistem dalam suatu periode waktu tertentu, dimana perubahan status sistem tersebut diamati melalui dinamika outputnya. Status sistem dapat berkeadaantransienyaitu adanya perubahan output di setiap satuan waktu atau berkeadaan berkeseimbangan (steady state) yaitu adanya keseimbangan aliran masuk dan keluar. Status sistem juga berkaitan dengan apakah tertutup (closed system) dimana interaksi dengan lingkungan sangat kecil sehingga bisa diabaikan, dan atau terbuka (open system) dimana paling sedikit satu elemennya berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam kenyataan sistem tertutup tidak pernah ada, hanya ada dalam anggapan dan kajian analisis (Muhamadiet al2001). Berdasarkan sifatnya sistem dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem dinamik dan sistem statis (Djojomartono dan Pramudya 1983 dalamKholil 2005). Sistem dinamik memiliki sifat yang berubah menurut waktu, jadi merupakan fungsi dari waktu. Sistem dinamik ditandai dengan adanya”time delay”yang menggambarkan ketergantunganout putterhadap variabelinputpada periode waktu tertentu. Sedangkan sistem statis adalah sistem yang nilai out putnya tidak tergantung pada nilai inputnya. Secara lengkap karakteristik pendekatan sistem adalah : 1) kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit, 2) dinamis, dalam arti faktor yang ada berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan, dan 3) probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi (Eriyatno 2003, Kholil 2005).

Penyelesaian persoalan melalui pendekatan sistem menekankan pada tiga filosofi dikenal dengan SHE, yaitu Sibernetik (goal oriented), Holistik dan Efektivitas. Sibernetik (goal oriented) artinya dalam penyelesaian permasalahan tidak berorientasi pada problem oriented, tetapi lebih ditekankan pada ”apa tujuan” dari penyelesaian masalah tersebut.Efektivitas maksudnya sebuah sistem yang telah dikembangkan haruslah dapat dioperasikan. Oleh karena itu sistem

haruslah merepresentasikan kondisi nyata yang sebenarnya terjadi, dan holistik mengharuskan merepresentasikan penyelesaian permasalahan secara utuh, menyeluruh dan terpadu.

2.6.2. Sistem Dinamik

Sistem dinamik (dynamic system) merupakan salah satu teknik HSM yang dapat digunakan dalam rancang bangun sistem (Eriyatno dan Sofyar 2007). Metodologi sistem dinamik dibangun atas dasar tiga latar belakang disiplin yaitu manajemen tradisional, teori umpan balik atau cybernetic, dan simulasi komputer. Prinsip dan konsep dari ketiga disiplin ini dipadukan dalam sebuah metodologi untuk memecahkan permasalahan manajerial secara holistik, menghilangkan kelemahan dari masing–masing disiplin, dan menggunakan kekuatan setiap disiplin untuk membentuk sinergi (Muhamadiet al2001).

Validasi model sistem dinamik pada dasarnya adalah suatu proses membangun kepercayaan pada kegunaan model sebagai alat bantu analisis dan perancangan kebijakan. Dalam proses validasi ini, sebuah model tidak akan dapat dinyatakan valid secara absolut, jika tidak terdapat bukti bahwa model dapat merepresentasikan suatu realita dengan benar-benar mirip secara absolut, sehingga dengan melakukan proses pengujian model sistem dinamik terhadap bukti-bukti empiris akan meningkatkan kepercayaan seseorang terhadap model. Pengujian terhadap model sistem dinamik secara umum dapat dibagi menjadi tiga katagori utama sebagai berikut:

 Validasi struktur, yaitu pengujian relasi antar variabel yang ada di dalam model, dan disesuaikan dengan keadaan pada sistem yang sebenarnya.

 Validasi perilaku, yaitu pengujian terhadap kecukupan struktur model dengan melakukan penilaian terhadap perilaku yang dihasilkan model;

 Validasi implikasi kebijakan, yaitu pengujian terhadap perilaku model terhadap berbagai rekomendasi kebijakan.

2.7. Pendekatan Sistem Dinamik Resiliensi Eko-Sosio Terumbu Karang

Masalah pengelolaan ekosistem terumbu karang di Teluk Kotania dengan pendekatan Resiliensi Ekologi-Sosial (RES) bersifat kompleks karena melibatkan banyak indikator variabel resiliensi ekologi dan sosial seperti karakteristik

lingkungan perairan dengan berbagai parameter pembatas, kondisi terumbu karang dan berbagai jenis biota yang berasosiasi dengan terumbu karang, mata pencaharian, struktur sosial-budaya masyarakat, partisipasi masyarakat, regulasi kebijakan, pemanfaatan ekosistem terumbu karang, tingkat pendapatan masyarakat, tingkat ketergantungan, kelembagaan, dan faktor eko-sosio lainnya. Hal ini menyebabkan upaya pengelolaan terumbu karang di Teluk Kotania menjadi semakin kompleks. Oleh karena itu dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Teluk Kotania perlu pendekatan sistem dengan memperhatikan keterpaduan dan keberlanjutan.

Pendekatan kesisteman dengan multidisiplin ilmu merupakan alternatif terbaik bagi penyelesaian masalah pengelolaan terumbu karang yang kompleks tersebut. Hal ini karena melalui pendekatan kesisteman ini akan dapat diidentifikasi kebutuhan para stakeholders, sehingga dapat dicari satu penyelesaian holistik dan terpadu yang dapat memberikan hasil lebih efektif. Dengan mengacu pada tahapan pendekatan sistem (Eriyatno, 2003; Hartisari, 2007), maka secara diagramatis desain tahapan pendekatan sistem dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 5.

Pelaksanaan semua tahapan tersebut dalam satu ketentuan kerja merupakan analisis sistem ( Eriyatno 2003 dan Hartisari 2007).

Sistem model dinamik merupakan salah satu pendekatan kesisteman yang memiliki beberapa keunggulan antara lain : 1) dapat menyederhanakan model masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana, dan 2) adanya umpan balik (feed back) dalam model (Kholil 2005). Dalam pengembangan model dinamik, penggunaan perangkat lunak (software tool)computer sangat diperlukan. Melalui perangkat lunak kita dapat melakukan simulasi terhadap model yang telah dikembangkan untuk melihat trend (pola) sistem pada masa yang akan datang seiring perubahan waktu. Sehingga perubahan (perbaikan) yang diperlukan untuk mendapatkan sistem model yang diinginkan dapat dilakukan. Ada dua jenis perbaikan yang dapat dilakukan : a) perbaikan struktural, yakni dengan melakukan penyempurnaan model (menambah/mengurangi), dan b) perbaikan fungsional, yakni dengan melakukan penyempurnaan unsur-unsur sistem.

Dokumen terkait