• Tidak ada hasil yang ditemukan

4) Indeks dominansi

4.2. Kondisi Ekosistem Mangrove

4.2.1 Komposisi dan kerapatan jenis mangrove

Vegetasi mangrove yang ditemukan terdiri dari 3 (tiga) famili yaitu Avicenniaceae, Rhizophoraceae dan Acanthaceae (Tabel 4). Famili Avicenniaceae yang ditemukan adalah jenis Avicennia marina, sedangkan Famili Rhizophoraceae diantaranya jenis Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata. Kedua Famili ini merupakan jenis mangrove berupa pohon dan termasuk ke dalam kelompok mangrove sejati/utama (mayor). Jenis lain yang ditemukan adalah Acanthus ilicifolius yang memiliki nama lokal jeruju hitam/daruyu/darulu. Jenis ini termasuk Famili Acanthaceae yang berupa mangrove herba rendah dan terjurai di permukaan tanah (Nooret al.2006).

Tabel 4. Sebaran jenis mangrove yang ditemukan di lokasi pengamatan

No. Famili Jenis Stasiun

I II III IV V VI

1. Avicenniaceae Avicennia marina + + - + + +

2.

Rhizophoraceae Rhizophora mucronata + + + - - +

3. Rhizophora apiculata - - - - +

-4. Acanthaceae Acanthus ilicifolius - - - +

Keterangan : (+) = ditemukan; (-) = tidak ditemukan

Secara keseluruhan komunitas mangrove di kawasan ini didominasi oleh jenis Avicennia marina, hal ini terlihat bahwa dari keenam stasiun yang diamati, 5 stasiun diantaranya telah ditemukan jenis ini. Jenis lain sepertiRhizophora mucronatadapat ditemukan di 4 (empat) lokasi. Sebaliknya, Rhizophora apiculata dan Acanthus ilicifolius hanya dapat ditemukan masing-masing di satu lokasi. Tumbuhnya Acanthus ilicifolius merupakan suatu indikasi bahwa suatu ekosistem telah mengalami kerusakan (Bengen 2004).

Keberadaan Rhizhopora spp. di kawasan ini merupakan tidak seluruhnya tumbuh secara alami melainkan ada beberapa lokasi yang sengaja ditanam baik oleh warga setempat maupun institusi terkait dengan tujuan merehabilitasi mangrove, mengingat bahwa kawasan ini telah mengalami degradasi ekosistem, ditandai dengan semakin menyempitnya ruang hidup mangrove seiring meluasnya areal pertambakan.

Kerapatan jenis mangrove dikelompokan ke dalam 3 kategori yaitu pohon, anakan dan semai. Untuk kategori pohon, jenis yang ditemukan adalah Avicennia marinadanRhizophora mucronata (Gambar 20a). Jenis Avicennia marinamemiliki kerapatan tertinggi merata hampir di semua stasiun. Kerapatan tertinggi jenis ini ditemukan di stasiun I mencapai 9 ind/100 m2dan kerapatan terendah di stasiun VI, 1 ind/100 m2. Berbeda halnya denganRhizophora mucronata,di stasiun VI jenis ini memiliki kerapatan tertinggi mencapai 2 ind/100 m2dan terendah 1 ind/100 m2yang ditemukan di stasiun I.

Sebelum kawasan ini terdegradasi, diduga tumbuh berbagai macam vegetasi mangrove alami yang didominasi oleh Avicennia marinasekaligus sebagai vegetasi pionir dalam komunitas mangrove. Hal ini dapat dilihat dari tumbuhnya beberapa vegetasi di sekitar pematang pertambakan dengan ukuran secara visual tergolong tumbuhan dewasa dan tua. Pada saat ini hanya tersisa sejumlah vegetasi yang masih bertahan seiring besarnya tekanan ekologi terhadap ruang hidup mangrove tersebut, seperti yang ditemukan di beberapa stasiun seperti di stasiun I, mangrove di sini

(b) (a)

(c)

Gambar 20. Kerapatan jenis mangrove berdasarkan kategori, (a) pohon;(b) anakan;(c) semai.

khususnya Avicennia marina memiliki diameter pohon rata-rata 11 cm, hal ini sebagai indikasi bahwa komunitas mangrove di lokasi ini termasuk vegetasi yang sudah tua. Berbeda halnya dengan Rhizophora spp. di lokasi yang sama, jenis ini berdiameter rata-rata sekitar 5 cm. Berdasarkan informasi yang diperoleh, di lokasi ini pernah dilakukan rehabilitasi mangrove dari jenis Rhizophora spp., namun pertumbuhan selalu terganggu dengan banyaknya hama kepiting sehingga diduga jenisRhizophoraspp. yang tumbuh dewasa hanya sebagian kecil.

Komunitas mangrove berdasarkan kategori anakan terdiri dari 3 (tiga) jenis diantaranya Avicennia marina, Rhizophora muronata dan Rhizophora apiculata. Ketiga jenis ini memiliki kerapatan anakan yang berbeda-beda bahkan di beberapa lokasi tidak ditemukan (Gambar 20b). Jenis Avicennia marina memiliki kerapatan tertinggi pada stasiun IV mencapai 9 ind/25 m2. Untuk Rhizophora mucronata kerapatan tertinggi ditemukan pada stasiun VI sebanyak 4 ind/25 m2, sedangkan Rizophora apiculata hanya ditemukan di stasiun V sebanyak 1 ind/ 25 m2.

Komunitas mangrove berdasarkan kategori semai terdiri dari dua jenis, yaitu Avicennia marina dan Rhizophora mucronata. Kerapatan tertinggi dimiliki oleh Rhizophora mucronata di stasiun III sebanyak 3 ind/m2, sedangkan kerapatan Avicennia marinalebih rendah berkisar antara 1-2 ind/m2 yang menyebar di stasiun II, V, dan VI (Gambar 20c).

Berdasarkan kriteria baku yang telah ditetapkan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No.201/MNLH/I/2004 maka vegetasi mangrove di lokasi penelitian termasuk kategori buruk/jarang, karena memiliki kerapatan <10 ind/100 m2. Vegetasi mangrove yang telah teridentifikasi ini diduga mampu tumbuh pada jarak 100-200 meter dari garis pantai. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi ini salah satunya adalah ketersediaan lahan yang semakin berkurang akibat pembukaan lahan mangrove untuk keperluan pertambakan.

Komposisi mangrove berdasarkan kategori pohon, anakan dan semai (Gambar 21) dapat diinterpretasikan bahwa komposisi pohon terbesar ditemukan pada stasiun I mencapai 100%, sedangkan yang terkecil terdapat pada stasiun IV sebanyak 10% dan tidak ditemukan di stasiun III. Komposisi anakan terbesar pada stasiun IV mencapai 90% dan terkecil pada stasiun V sebesar 12%. Komposisi semai terbesar pada stasiun III mencapai 100% dan terkecil pada stasiun VI sebesar 10%.

Menurut Samingan (1975) mengungkapkan bahwa jika suatu komunitas mangrove yang mempunyai anakan dan semai lebih dari 50% dikategorikan dalam kondisi muda begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa komunitas mangrove di stasiun I, II dan V tergolong dalam kondisi tua, diindikasikan dengan komposisi pohonnya lebih dari 50% ,sementara stasiun III, IV dan VI memiliki jumlah komposisi anakan dan semai lebih dari 50% sehingga komunitas ini tergolong kondisi muda. Adanya anakan dan semai yang melimpah memungkinkan komunitas ini bersuksesi sendiri.

Umur merupakan salah satu yang mempengaruhi produktivitas serasah. Mangrove dengan tegakan yang lebih tua akan menghasilkan serasah yang lebih banyak. Sediadi dan Pramudji (1987), mengungkapkan bahwa pada tegakan Rhizophora spp., jumlah jatuhan serasah meningkat secara nyata sesuai dengan pertambahan umur dan jumlah maksimum diperoleh pada umur 10 tahun.

Di kawasan ini jenis Rhizophora spp. yang ditemukan merupakan jenis yang tumbuh di zona belakang mangrove seperti yang ditemukan di stasiun VI. Jenis ini ditemukan melimpah diantara batas areal mangrove dan pertambakan. Menurut Soemodihardjo (1979), terdapat korelasi antara jenis tegakan dengan tinggi pasang dan lamanya genangan. Semakin ke arah daratan arus pasang surut semakin kecil dan kandungan lumpur juga bahan organik semakin tinggi sehinggaRhizophoraspp. dan ikutannya tumbuh dengan baik. Berbeda halnya dengan stasiun I dan V, Rhizophora spp. yang ditemukan tumbuh tidak beraturan dan menempati areal mangrove yang kosong, hal ini mengindikasikan bahwa telah dilakukan penanaman mangrove sebagai upaya untuk rehabilitasi.

Ekosistem mangrove di kawasan ini mengalami ketidaknormalan pertumbuhan. Hal ini dapat diindikasikan dengan tingkat kerapatan vegetasi yang kurang, adanya dominasi strata tegakan di beberapa lokasi seperti; melimpahnya pohon, anakan, dan semai, atau pengurangan sejumlah zona hingga tersisa satu. Ketidaksempurnaan zonasi ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ketidaksempurnaan penggenangan ataupun pasang surut, adanya penebangan liar untuk keperluan kayu bakar dan bangunan, meluasnya alih fungsi lahan mangrove menjadi pertambakan dan tingginya pencemaran berupa sampah-sampah plastik yang ditemukan menutupi akar-akar mangrove.

4

5

Dokumen terkait