• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

Ikan yang tertangkap selama penelitian di bulan Januari dan Maret 2012 berjumlah 69 ekor yang terdiri dari 12 spesies (10 famili). Frekuensi tertinggi hasil tangkapan terdapat pada bulan Maret 2012 yaitu berjumlah 41 ekor yang terdiri dari 11 spesies (9 famili) jika dibandingkan dengan hasil tangkapan pada bulan Januari 2012 dengan jumlah 28 ekor yang terdiri dari 8 spesies (10 famili). Berat total hasil tangkapan mencapai 15413 gr atau 15,413 kg. Perbandingan frekuensi hasil tangkapan ini dapat dilihat pada histogram berikut (Gambar 12).

Gambar 12 Jumlah hasil tangkapan pada bulan Januari dan bulan Maret 2012

Hasil tangkapan pada bulan Maret 2012 lebih banyak daripada bulan Januari 2012 karena berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, bulan Januari-Februari adalah musim paceklik dan bulan Maret adalah musim biasa dimana pasang lebih tinggi, sehingga ikan lebih banyak tertangkap. Hal ini dihubungkan dengan pendapat Elliott dan Hemingway (2002) yang menyatakan bahwa tingginya pasang surut memengaruhi ukuran populasi ikan. Data hasil tangkapan diuji dengan metode statistik non parametrik menggunakan Uji Mann-Whitney U test dan hasilnya menunjukkan bahwa nilai asymp. Sig/asymptotic significance yaitu

0,276 atau probabilitas di atas 0,05 (0,276 > 0,05) maka berdasarkan hipotesis, dapat disebutkan bahwa distribusi hasil tangkapan menyebar normal. Analisis data dengan metode parametrik menggunakan Uji-F (ANOVA) juga digunakan untuk mengetahui perbandingan hasil tangkapan setiap bulan dan hasilnya menunjukkan nilai P-value yaitu 0,427 atau lebih besar di atas 0,05 (0,427 > 0,05). Jadi, dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk jumlah hasil tangkapan pada bulan Januari dan bulan Maret 2012.

Hasil wawancara dengan nelayan menjelaskan bahwa 61 % responden menyebutkan hasil tangkapan utama di padang lamun yaitu ikan baronang dari famili Siganidae; kemudian 23 % responden menyebutkan ikan lingkis yang masih satu famili dengan ikan baronang sebagai hasil tangkapan utama. Sisanya yaitu ikan cendro dari famili Belonidae. Menurut data statistik perikanan Provinsi DKI Jakarta tahun 2010, jenis ikan yang terhitung nilai produksinya di Kepulauan Seribu dan juga terdapat di padang lamun adalah ikan cendro (Belonidae), lencam (Lethrinidae), kerapu lumpur/sunu (Serranidae) dan baronang (Siganidae). Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa famili Holocentridae dan Belonidae merupakan hasil tangkapan utama. Perbedaan ini disebabkan oleh waktu dan metode penangkapan ikan yang berbeda.

Tabel 14 Komposisi hasil tangkapan nelayan pada habitat padang lamun di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu

No. Nama Umum Spesies Famili Jumlah (ekor)

Panjang Total ± SD (cm)

Berat ± SD (gr) 1 Baronang Siganus guttatus Siganidae 1 18,0 109 2 Belanak Mugil cephalus Mugilidae 1 28,5 232 3 Cendro Tylosurus strongylura Belonidae 18 65,9 ± 21,7 584 ± 245 4 Jarang gigi Choerodon anchorago Labridae 5 16,9 ± 4,6 106 ± 78 5 Kalam pute Leiognathus nuchalis Leiognathidae 1 14,1 37 6 Kerapu koko Epinephelus quoyanus Serranidae 2 20,9 ± 3,3 147 ± 76 7 Lencam Lethrinus reticulatus Lethrinidae 4 17,8 ± 0,6 71 ± 29 8 Lingkis Siganus canaliculatus Siganidae 5 18,1 ± 0,8 81 ± 19 9 Pasir Pentapodus trivittatus Nemipteridae 1 18,1 73 10 Serak Scolopsis lineata Nemipteridae 10 17,4 ± 1,4 77 ± 19 11 Swanggi Sargocentron rubrum Holocentridae 18 16,5 ± 1,6 87 ± 30 12 Tanda-tanda Lutjanus ehrenbergii Lutjanidae 3 24,3 ± 1,4 103 ± 30

Tabel 14 menunjukkan komposisi hasil tangkapan secara detail. Spesies dominan yang tertangkap adalah ikan swanggi (Sargocentron rubrum) dengan jumlah 18 ekor atau setara dengan 1,574 kg. Selain ikan swanggi, hasil tangkapan

dengan jumlah dan proporsi yang sama dari total hasil tangkapan, yaitu cendro (Tylosurus strongylura). Jumlah cendro yang tertangkap setara dengan 10,507 kg, merupakan penyumbang terbesar bagi berat total hasil tangkapan. Hasil tangkapan dominan berikutnya adalah ikan serak (Scolopsis lineata). Ikan serak berjumlah 10 ekor yang setara dengan 0,770 kg.

Famili Holocentridae dengan proporsi 26 % dari total hasil tangkapan merupakan hasil tangkapan dominan. Selain Holocentridae, hasil tangkapan dengan proporsi yang sama dari total hasil tangkapan yaitu famili Belonidae. Hasil tangkapan dominan berikutnya adalah famili Nemipteridae dengan proporsi 15,9 % dari total hasil tangkapan yang terdiri dari 2 spesies, yaitu ikan pasir (Pentapodus trivittatus) dan ikan serak (Scolopsis lineata). Bentuk grafik proporsi spesies yang tertangkap dikelompokkan dalam kategori famili dan ditampilkan secara detail pada Gambar 13.

Gambar 13 Persentase hasil tangkapan total selama penelitian

Menurut Tomascik et al. (1997), ikan yang banyak ditemukan di padang lamun Indonesia adalah dari famili Siganidae, Lethrinidae dan Labridae. Ketiga spesies ini termasuk dalam komunitas lamun yang terbentuk pada habitat padang lamun yang berdekatan dengan terumbu karang atau terkadang bersatu dengan terumbu karang. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies terbanyak

yang tertangkap berasal dari famili Holocentridae dan Belonidae. Hal ini disebabkan Holocentridae menggunakan padang lamun sebagai tempat untuk mencari makan, sehingga Holocentridae termasuk penghuni berkala yang menggunakan padang lamun sebagai tempat untuk mencari makan (occasional residents) berdasarkan pengelompokan Tomascik et al. (1997). Metadata FishBase (Froese dan Pauly 2012) mendukung pendapat ini dengan mengemukakan bahwa habitat Holocentridae adalah di padang lamun. Pernyataan Setipermana (1996) vide Andriana et al. (2011) yang menyebutkan bahwa Holocentridae termasuk ikan nokturnal (aktif pada malam hari) juga dapat dijadikan penyebab banyaknya Holocentridae yang tertangkap karena alat tangkap nelayan (set gillnet) dioperasikan dari pukul 14.00-06.00 WIB.

Famili Belonidae juga banyak tertangkap karena menggunakan padang lamun sebagai tempat pengasuhan (nursery grounds). Banyak ditemukan juvenil Belonidae di daerah lamun yang berdekatan dengan mangrove. Hal ini juga didukung oleh ditemukannya telur-telur Belonidae pada waktu ikan tersebut dibedah. Jumlah Belonidae yang tertangkap adalah 18 ekor, namun 12 lambung diantaranya ditemukan dalam keadaan kosong. Hal ini berarti Belonidae ke daerah lamun memang bukan untuk mencari makan. Selanjutnya, famili Nemipteridae yang bersifat diurnal dan pada malam hari beristirahat di antara karang (Andriana et al. 2011) banyak tertangkap di padang lamun karena sedang mencari makan.

Famili Siganidae, Labridae dan Lethrinidae yang tertangkap merupakan spesies lamun yang termasuk penghuni yang ada di padang lamun hanya selama tahapan juvenilnya (Tomascik et al. 1997), terutama Siganidae yang dijelaskan oleh Kuncoro (2008) yaitu bersifat herbivora (memakan tumbuhan laut), sehingga sering terdapat di daerah padang lamun maupun tempat yang banyak ditumbuhi rumput lautnya. Namun, ketiga spesies ini tertangkap dalam jumlah yang sedikit. Effendie (1997) menjelaskan alasan yang dapat menjawab hal ini, yaitu mengenai besarnya populasi ikan dalam suatu perairan itu antara lain ditentukan oleh jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, mudahnya tersedia makanan dan lama masa pengambilan makanan ikan. Khusus untuk jenis ikan yang berasosiasi dengan padang lamun, Lestari (2010) mengungkapkan bahwa keanekaragaman dan

kelimpahan kumpulan ikan berubah sesuai dengan perubahan kondisi struktur lamun, sebab perubahan dalam indeks luas daun akan mengubah laju pemangsaan yang memengaruhi kelimpahan juvenil ikan dan distribusi ikan predator besar.

Dokumen terkait