• Tidak ada hasil yang ditemukan

Total larva ikan yang tertangkap selama penelitian adalah 5186 ekor yang terdiri dari 21 famili dan 32 genus (Tabel 3). Famili Gobiidae merupakan penyumbang terbesar dari seluruh total tangkapan (66,62%), diikuti oleh famili Engraulidae (10,72%), Clupeidae (9,99%) dan Blennidae (7,60%). Genus yang dominan terdiri dari Tridentiger, Rhinogobius, Sardinella, Omobranchus, Stolephorus, Engraulis dan Herklotsichthys dengan masing-masing kelimpahan berturut-turut adalah 1836, 392,, 316, 301, 266, 159 dan 79 individu per 100 m3.

Tabel 3. Jenis/Genus, kelimpahan dan persentase larva ikan

Famili Genus Kelimpahan Panjang Standar (mm) Keterangan Ind/m3 % Rata-rata Kisaran

Ambassidae Ambassis 21 0,54 5 2,5-6,7 F,Pf

Atherinidae Hypoatherina 5 0,12 3,4 2,5-5,1 Pof Blenniidae Omobranchus 301 7,6 2,4 1,8-4,1 Pf,F

Cynoglossidae Cynoglossus 1 0,02 1,8 1,8 Pf

Carangidae Caranx 10 0,25 2,4 2,0-2,7 Pf

Clupeidae Herklotsichthys 79 2,01 5,8 4,3-11,6 F, Pof Clupeidae Sardinella 316 7,98 5,6 4,0-11,2 F, Pof Engraulidae Engraulis 159 4,01 6,2 2,1-10,5 Pf,F,Pof Engraulidae Stolephorus 266 6,71 10,6 4,0-21,9 Pf,F,Pof

Eleotridae Eleotris 2 0,06 8,6 8,3-8,6 Pof

Gerreidae Gerres 1 0,02 2,5 2,2-3,5 Pf

Gobiidae Gobiidae sp1 285 7,19 2,2 1,8-2,7 Pf Gobiidae Gobiidae sp 2 94 2,37 2,3 1,8-2,8 Pf Gobiidae Glossogobius 24 0,62 4,2 2,3-9,0 F Gobiidae Tridentiger 1836 46,39 7,2 1,8-14,2 Pf, F,Pof Gobiidae Rhinogobius 392 9,91 2,5 1,9-3,3 Pf

Gobiidae Rediogobius 2 0,06 3,1 2,8-3,3 Pf

Gobiidae Acentrogobius 2 0,06 4,4 2,8-7,7 Pf Gobiidae Parachaeturichthys 1 0,02 2,8 2,8 Pf Leioghnatidae Secutor 12 0,31 14,2 12,6-17,8 Pof

Mugilidae Mugil 18 0,44 1,8 1,6-2,5 F

Mugilidae Liza 12 0,31 7,9 6,9-8,8 Pof

Mugiloididae Parapercis 3 0,08 2 1,8-2,5 Pf Mullidae Upeneus 7 0,17 2,5 1,7-2,8 Pf Ostracidae Ostracidae spp 2 0,04 4,0 3,5-5,4 Pf Pomacentridae Pomacentrus 2 0,04 1,7 1,3-2,0 Pf Pomachantidae Pomacentrus 2 0,04 1,7 1,3-2,0 Pf Polynemidae Eleutheronema 2 0,04 4,1 3,8-4,3 F Silaginidae Silago 1 0,02 3,3 3,3 Pf Synghnatidae Parasyngnathus 95 2,41 14,4 7,4-24,8 F Synghnatidae Oostethus 2 0,04 4,4 4,3-4,5 F Tetraodontidae Tetraodontidae spp 4 0,10 2,2 1,5-2,8 Pf

Pf=preflexion; F=flexion; Pof=Postflexion

Larva ikan Gobiidae merupakan larva ikan yang dominan ditemukan selama penelitian ini, seperti halnya pada penelitian Sugiharto (2005) dan Nursid

27 (2002) di estuaria Segara Anakan. Beberapa penelitian lain juga menemukan bahwa larva ikan Gobiidae merupakan penyumbang terbesar dalam komunitas larva di ekosistem estuaria (Sanvicente-Añorve et al.,2003; Bonecker et al.,2009; Ramos et al.,2012). Famili Gobiidae terdiri dari 212 genera dan 1875 spesies (Nelson, 1994). Anggota jenis dari famili Gobiidae hidup di habitat air tawar, estuaria hingga laut. Sebagian besar dari famili Gobiidae hidup di ekosistem estuaria. Gobiidae memiliki toleransi terhadap rentang salinitas yang cukup luas. Beberapa anggota jenis Gobiidae yang hidup di air tawar akan pergi ke perairan estuaria untuk memijah (Miller, 1984). Anggota jenis dari famili Gobiidae yang mendominasi pada penelitian ini adalah genus Tridentiger. Jenis tersebut juga dominan ditemukan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sugiharto (2005).

Famili Engraulidae merupakan penyusun komunitas larva terbesar kedua setelah Gobiidae pada penelitian ini. Hal tersebut serupa dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nursid (2002) di laguna Segara Anakan. Penelitian di estuaria lain yang dilakukan Morais and Morais (1994) serta Barleta–Bergan (2002) juga menemukan bahwa larva ikan Engraulidae merupakan larva ikan yang dominan ditemukan selain Gobiidae. Menurut hasil penelitian Sanchez-Velasco et al. (1996), ikan Gobiidae dan Engraulidae dalam siklus hidupnya memiliki ketergantungan terhadap ekosistem estuaria terutama pada fase larva. Anggota jenis dari Engraulidae dikenal sebagai ikan konsumsi ekonomis penting di berbagai perairan estuaria dan laut. Genus dari famili Engraulidae yang ditemukan selama penelitian ini adalah Stolephorus dan Engraulis dengan kelimpahan Stolephorus lebih tinggi daripada Engraulis.

Larva ikan famili Clupeidae merupakan larva terbanyak setelah Gobiidae dan Engraulidae. Penelitian yang dilakukan Nursid (2002) di perairan Laguna Segara Anakan juga mendapatkan famili tersebut, namun tidak demikian halnya pada penelitian Sugiharto (2005) yang dilakukan di Pelawangan Timur. Larva ikan Clupeidae yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari genus Sardinella dan Herklotsichthys. Habitat Clupeidae adalah perairan laut dan pesisir. Beberapa jenis dari famili tersebut mampu mentolerir salinitas yang lebih rendah dan melakukan migrasi ke daerah muara sungai untuk bertelur. Ikan Clupeidae hidup berkumpul membentuk schooling dan berenang secara bersama-sama di suatu perairan (Carpenter and Niem, 1999).

28 Larva ikan famili Blennidae merupakan larva ikan berikutnya yang cukup banyak dalam komposisi hasil tangkapan di selama penelitian. Famili Blenniidae tersebar di perairan tawar, payau hingga laut, merupakan ikan dasar yang menyukai daerah pasang surut dan berbatu dengan kedalaman lebih kurang 20 m. Beberapa anggota dari famili ini bahkan hidup di aliran sungai. Anggota jenis Bleniidae bukan ikan konsumsi ekonomis penting.

Secara temporal kelimpahan larva ikan paling tinggi terjadi pada bulan Juni dengan komposisi yang dominan adalah famili Gobiidae (Gambar 7). Pada bulan Juli, jumlah kelimpahan menurun demikian juga pada bulan Agustus. Kelimpahan larva ikan pada bulan Juli didominasi oleh famili Clupeidae sedangkan pada bulan Agustus adalah Engraulidae. Larva Gobiidae tertangkap pada setiap bulan pengamatan sedangkan Clupeidae hanya tertangkap pada bulan Juli dan Engraulidae pada bulan Agustus. Tingginya kelimpahan larva ikan pada bulan Juni dapat berkaitan dengan masa pemijahan dari ikan. Beberapa jenis ikan Gobiidae memiliki masa pemijahan sepanjang tahun dengan puncak pemijahan pada waktu tertentu.

Secara spasial kelimpahan larva ikan tertinggi adalah di stasiun III (Cigintung) dan IV Sapuregel (Gambar 8). Larva Gobiidae merupakan larva ikan yang ditemukan di semua stasiun penelitian dengan kelimpahan yang tinggi dibandingkan famili lainnya. Larva Engraulidae tertangkap di stasiun I (Muara Donan), II (Donan), III (Cigintung), IV (Sapuregel) dan VI (kembang Kuning), namun kelimpahan tertinggi hanya ada di stasiun II, sedangkan larva Clupeidae ditemukan melimpah di stasiun I (Muara Donan), walaupun juga terdapat di stasiun lainnya dengan kelimpahan yang rendah dibandingkan di stasiun I. Seperti halnya pada larva Gobiidae, larva ikan Blenniidae juga tertangkap di semua stasiun penelitian namun dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan Gobiidae.

29 Gambar 7. Komposisi famili larva ikan secara temporal

Gambar 8. Komposisi famili larva ikan secara spasial

Berdasarkan bentuk morfologinya larva ikan yang tertangkap terdiri dari stadia preflexion, flexion dan postflexion. Komposisi fase larva tersebut tidak sama pada setiap genus selama periode penelitian. Larva Tridentiger yang tertangkap pada bulan Juni terdiri dari fase preflexion, flexion dan postflexion dengan komposisi dominan adalah fase post flexion sedangkan larva yang tertangkap pada bulan Juli dan Agustus didominasi oleh fase flexion (Gambar 9). Tingginya kelimpahan larva Tridentiger fase postflexion pada bulan Juni diduga merupakan hasil pemijahan pada periode sebelumnya yang sudah berkembang sedangkan larva yang masih tahap preflexion merupakan hasil pemijahan pada periode yang berbeda dari larva postflexion tersebut. Sedangkan larva Rhinogobius lebih banyak ditemukan pada fase preflexion di setiap bulan.

0 500 1000 1500 2000 2500

juni juli agsts

in d /100 m 3 Syngnathidae Gobiidae Engraulidae Clupeidae Blenniidae 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 I II III IV V VI in d /100 m 3 stasiun Syngnathidae Gobiidae: Engraulidae: Clupeidae Blenniidae:

30 Larva Sardinella yang tertangkap pada bulan Juli terdiri dari fase preflexion dan sebagian kecil flexion sedangkan Herklotsichthys terdiri dari fase flexion dan post flexion (Gambar 9 C dan D). Hal tersebut mengindikasikan bahwa larva Sardinella yang ditemukan pada bulan Juli tersebut merupakan larva yang baru berkembang setelah menetas sedangkan larva Herklotsichtys sudah mengalami tahap perkembangan yang lebih dulu dibanding Sardinella.

Larva Stolephorus pada bulan Juni ditemukan pada fase flexion dan postflexion sedangkan pada bulan Agustus terdiri dari fase preflexion dan flexion. Jika dilihat dari bentuk perkembangannya maka larva Stolephorus yang ditemukan pada bulan Juni tersebut sudah mengalami perkembangan lebih lanjut setelah menetas, sedangkan larva yang ditemukan pada bulan Agustus sebagian merupakan larva yang mengalami perkembangan awal setelah menetas. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa larva Stolephorus yang masuk ke pearian estuaria Pelawangan Timur masih dalam tahap perkembangan setelah menetas.

Larva Engraulidae lainnya yakni Engraulis yang tertangkap pada bulan Juni merupakan fase flexion sedangkan pada bulan Agustus terdiri dari fase preflexion, flexion dan postflexion dengan komposisi terbesar adalah fase flexion (Gambar 9 F) Larva yang tertangkap pada bulan Juni dan Agustus merupakan larva yang telah mengalami perkembangan lanjut setelah menetas .

Komposisi larva ikan secara temporal menunjukkan bahwa beberapa famili larva ikan seperti Clupeidae dan Engraulidae berada di perairan pada waktu tertentu dengan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemijahan terjadi pada waktu tertentu yang diperkuat oleh bentuk morfologi larva (Gambar 9). Larva ikan yang masih dalam fase preflexion adalah larva yang baru mengalami tahap perkembangan setelah cadangan makanannya (kuning telur) habis, kemudian selama kurun waktu tertentu berkembang menjadi fase flexion, postflexion dan juvenil. Tahapan morfologi larva ikan tersebut dapat dijadikan dasar untuk menduga waktu pemijahan dan penetasan dari larva ikan pada suatu peraira. Bulan Juli diduga merupakan waktu pemijahan serta penetasan Sardinella dan Herklotsichthys, sedangkan pada bulan Agustus adalah waktu pemijahan dan penetasan larva Stolephorus dan Engraulis.

31

A.Tridentiger B. Rhinogobius C Sardinella

D. Herklotsichthys E. Stolephorus

F. Engraulis : preflexion; : flexion : post flexion

Gambar 9. Komposisi morfologi larva ikan secara temporal

Nilai indeks keanekaragaman Shanon (H’) di lokasi penelitian berkisar antara 1,08-1,98 (Gambar 10). Stasiun VI (Kembang Kuning) memiliki nilai

indeks H’ yang tertinggi (1,98) sedangan stasiun III (Cigintung ) memilki indeks H’

terendah (1,08). Kisaran indeks tersebut menunjukkan keanekaragaman yang sedang. Indeks keseragaman di lokasi penelitian berkisar antara 0,45-0,68. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sebaran individu antar jenis masih cukup merata. Hal tersebut terlihat dari ditemukannya berbagai genus larva ikan di seluruh lokasi penelitian. Nilai dominasi di stasiun pengamatan berkisar antara 0,21-0,50, artinya bahwa belum terlihat adanya dominasi genus yang sangat kuat di komunitas larva tersebut. Walaupun secara umum terlihat genus dari Gobiidae (Tridentiger) mendominasi hasil tangkapan di setiap lokasi penelitian namun pada waktu tertentu ditemukan pula larva ikan selain Gobiidae yang di lokasi penelitian dengan demikian belum terlihat adanya dominasi genus yang sangat kuat di komunitas larva tersebut.

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Jun Jul Agst

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Jun Jul Agst

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Jun Jul Agst

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Jun Jul Ags

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Jun Jul Agst

0% 20% 40% 60% 80% 100%

32 Gambar 10. Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi di lokasi

penelitian

Dokumen terkait