• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi

2.2 Komunikasi Formal

2. Masalah Dalam Menyampaikan Pesan

Komunikasi juga dapat terganggu karena munculnya masalah penyampaian pesan dari pengirim ke penerima. Jika sedang menyampaikan presentasi sebaiknya memilih tempat yang memungkinkan audiens dapat melihat dan mendengar dengan jelas apa yang disampaikan, jangan sampai terhalang oleh sesuatu sepeti tubuh sendiri.

3. Masalah Dalam Menerima Pesan

Masalah yang muncul dalam penerimaan suatu pesan anatara lain adanya persaingan antara pengliatan dan suara, kursi yang tidak nyaman, lampu yang kurang terang, dan kondisi lain yang dapat mengganggu konsentrasi penerima. 4. Masalah Dalam Menafsirkan Pesan

Meskipun suatu pesan mungkin hilang selama proses penyampaian pesan, masalah terbesar terdapat pada mata rantai terakhir, saat suatu pesan ditafsirkan oleh penerima pesan. Perbedaan latar belakang, perbendaharaan bahasa, pernyataan emosional, dapat menimbulkan munculnya kesalahpahaman atara pemberi dan penerima pesan.

2.2 Komunikasi Formal

Semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak dalam tujuan, perlu diketahui bahwa pendekatan yang dipakai antara satu mencapai organisasi dengan organisasi lain dapat bervariasi atau berbeda-beda. Bagi perusahaan berskala kecil yang hanya memiliki beberapa karyawan, penyampaian informasi dapat dilakukan secara langsung kepada karyawannya. Lain halnya dengan perusahaan besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan

karyawan, penampaian informasi kepada mereka merupakan suatu pekerjaan yang cukup rumit.

Didalam perusahaan pola komunikasi yang digunakan adalah saluran komunikasi formal (formal communication channel) yaitu pola transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi vertikal dari atas ke bawah (top down atau downward communication), dan komunikasi verikal dari bawah ke atas (buttom-up atau upward communication), komunikasi horizontal (horizontal communication), dan komunikasi diagonal (diagonal communication) (Purwanto, 2013:49).

2.2.1 Komunikasi Vertikal

Komunikasi dari atas ke bawah adalah transformasi informasi dari manajer dalam semua level ke bawahan. Aliran komunikasi dari manajer ke bawahan tersebut, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengoordinasikan, memotivasi, memimpin, dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah.

Kemudian yang tidak kalah penting yaitu komunikasi dari bawah ke atas (buttom-up atau upward communication) berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah (karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan yang ingin disampaikan mula-mula berasal dari para karyawan selanjutnya disampaikan ke jalur yang lebih tinggi. Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para manajer harus percaya penuh kepada bawahannya. Kalau tidak,

informasi apa pun dapat dari bawahan tidak akan bermanfaat karena yang muncul hanyalah rasa curiga dan ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut.

2.2.2 Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal (horizontal communication), atau sering disebut juga dengan istilah komunikasi lateral (lateral communication), adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang mmiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain utuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan informasi kepada bagian yang sejajar.

Di dalam praktiknya, terdapat kecenderungan bahwa dalam melaksanakan pekerjaannya manajer suka melakukan tukar menukar informasi denggan rekan kerjanya didepartemen atau divisi yang berbeda, terutama apabila muncul masalah-masalah khusus dalam suatu organisasi perusahaan. Perusahaan horizontal bersifat kordinatif di antara mereka yang memiliki posisi sederajat.

2.2.3 Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal memang agak lain dari beberapa bentuk komunikasi sebelumnya. Komunikasi diagonal (diagonal communication) melibatkan komunikasi antara dua tingkat level yang berbeda. Contohnya adalah komunikasi formal antara manajer pemasaran dengan bagian pabrik, antara manajer produksi dengan bagian promosi ataupun antara manajer keuangan dengan bagian penelitian.

Namun komunikasi diagonal juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah bahwa komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Disamping itu komunikasi diagonal dalam suatu organisasi besar juga sulit dikendalikan secara efektif.

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap

Sikap pada dasarnya merupakan prinsip yang diambil individu berdasarkan kepribadian, keyakinan, dan prasaannya menyangkut suatu gagasan, situasi atau lingkungan yang dihadapinya (Sulle et al, 2005:223). Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Perilaku organisasi memfokuskan diri pada sikap yang beraitan dengan pekerjaan. Menurut Robbins dan Judge (2014:92) Sikap merupakan pernyatan evaluatif baik yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa dan sikap merupakan tanggung jawab dengan pekerjaan dan juga komitmen didalam berorganisasi.

2.3.2 Komponen Sikap

Faktor-faktor dalam penilaian sikap, memiliki tiga komponen (Robbins dan Judge, 2014:93) yaitu:

a. Komponen afektif

Komponen ini menyangkut perasaan yang dirasakan oleh seseorang mengenai gagasan, situasi maupun lingkungan yang dihadapinya. Komponen ini beraitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut, benci, sedih, dan kebanggaan hingga muak atau bosan akan sesuatu, sebagai akibat setelah merasakannya.

b. Komponen kognitif

Komponen ini menyangkut pengetahuan seseorang mengenai sesuatu yang terkait dengan gagasan, situasi maupun lingkungannya yang dihadapinya. Komponen ini berkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya. c. Komponen Perilaku

Dari sebuah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atas sesuatu. Jadi untuk mencapai tujuan tertentu diperlukan penyesuaian sikap individu yang mampu mendorong individu lain dalam hal kepedulian individu terhadap tugas yang diberikan.

2.3.3 Sikap Kerja

Sikap yang berhubungan dengan pekerjaan merupakan sikap yang mempengaruhi bagaimana karyawan melakukan pekerjaann dengan baik. Adapun yang termasuk sikap kerja yang utama (Robbins dan Judge, 2014 :99) adalah : 1. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Kepuasan kerja mengacu pada sikap individu secara umum terhadap pekerjaaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap yang positif terhadap pekerjaannya dan seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaan tersebut

2. Keterlibatan kerja

Keterlibatan kerja adalah tingkat sejauh mana seseorang berkecimpung dalam pekerjaannya dan secara aktif berpartisipasi didalamnya. Keterlibatan kerja merupakan tambahan yang terbaru dalam literatur perilaku organisasi. Seseorang dengan keteribatan pekerjaan yang tinggi dengan kuat memihak pada jenis kerja yang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis kerja itu. Tingkat keterlibatan yang tinggi telah ditemukan berkaitan dengan kemangkiran yang lebiih rendah dan tingkat permohonan berhenti yang lebih rendah.

3. Komitmen organisasi

Komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya dalam organisasi itu. Jadi keterlibatan kerja yang tinggi berarti pemihakan seseorang pada pekerjaannya yang khusus, dan komitmen pada organisasi yang tinggi berarti pemihakan kepada organisasi yang mempekerjakannya. Komitmen organisasi merupakan peramal yang lebih baik karena merupakan respon yang lebih global dan bertahap organisasi sebagai suatu keseluruhan dari kepuasan kerja. Beberapa dimensi terpisah dalam komitmen organisasional (Robbins dan Judge, 2014:101) adalah :

a. Komponen afektif

Perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya. b. Komponen berkelanjutan

Nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersebut.

c. Komponen normatif

Kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral atau etis.

d. Dukungan organisasi

Dukungan organisasi yang dirasakan adalah tingkat sampai mana karyawan yakin organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli dengan kesejahteraan mereka. Sikap ini menunjukkan bahwa individu merasa organisasi mereka bersikap suportif ketika penghargaan dipertimbangkan dengan adil, dan pengawas mereka dianggap suportif.

e. Keterlibatan karyawan

Keterlibatan karyawan adalah keterlibatan, kepuasan, dan antusiasme individual dengan kerja yang mereka lakukan. Tingkat keterlibatan rata-rata tinggi mempunyai tingkat kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, serta tingkat perputaran karyawan dan kecelakaan menjadi lebih rendah.

2.3.4 Teori Sikap

Adapun teori-teori yang terdapat dalam sikap (Robbins dan Judge, 2014:95) adalah:

a. Teori ketidaksesuaian kognitif

Teori ketidaksesuaian kognitif (dikemukakan oleh Leon Festinger tahun 1950-an), berusaha menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Ketidaksesuaian berarti suatu ketidakkonsistenan. Ketidaksesuaian kognitif

merujuk pada setiap ketidaksesuaian yang dirasakan individu. Oleh karena itu individu akan mencari keadaan yang stabil, dimana hanya ada sedikit ketidaksesuaian.

b. Teori persepsi diri

Teori persepsi diri membuktikan bahwa sikap digunakan, setelah melakukan sesuatu, untuk memahami suatu tindakan yang telah terjadi. Daripada sebagai alat yang mendahulu dan memandu tindakan. Berlawanan dengan teori ketidaksesuaian kognitif, sikap hanyalah pernyataan verbal yang sederhana. Ketika individu ditanyai tentang sikap mereka dan mereka tidak mempunyai pendirian atau perasaan yang kuat, teori persepsi diri mengatakan bahwa mereka cenderung membuat jawaban yang masuk akal.

2.4 Kinerja

2.4.1 Pengertian Kinerja Guru

Menurut A. Tabrani Rusyan dkk (2000:17) Kinerja guru adalah melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas maupun diluar kelas di samping mengerjakan kegiatan-kegiatan lainnya. Kinerja seorang guru merupakan usaha yang ditunjukkan sehingga dapat dinilai dari hasil kerjanya. Kinerja dalam hal ini merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekerjaannya sehingga terlihat prestasi kerjanya dalam usaha penerapan ide dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Didalam suatu organisasi lembaga pendidikan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki setiap guru dalam bidangnya merupakan sesuatu yang sangat diharapkan.

Di dalam tenaga pendidikan, satu diantaranya adalah guru mempunyai kewajiban bukan hanya mengajar tetapi juga melatih serta memberikan pelatihan serta dalam bentuk bidang pendidikan. Suatu profesi yang bersifat profesional maka akan dituntut profesionalisme yang paling menonjol dari keprofesionalan suatu jabatan atau pekerjaan adalah kompetensi, keterampilan dan kemampuan seseorang untuk menjalankan segala tugas yang diemban profesinya. Guru sebagai bagian dari profesi maka dituntut kemampuan, keterampilan dan kompetensi keguruannya. Tetapi sebelum kita beranjak jauh mengenai kompetensi atau kemampuan guru dalam menjalankan tugas profesinya, terlebih dahulu mengenai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh setup guru, mengingat suatu profesi, jabatan, atau pekerjaan seseorang pastilah nanti akan dipintakan pertanggungjawabannya, baik itu kepada masyarakat karena guru teladan bagi murid-muridnya dan guru dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap berhasil tidaknya pendidikan.

2.4.2 Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Tugas dan tanggung jawab guru terdiri dari 5 (lima) unsur yaitu (A. Tabrani dkk, 2000:18) :

a) Tanggung jawab moral, guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila.

b) Tanggung jawab dan proses pembelajaran di sekolah yaitu setiap guru harus menguasai cara pembelajaran yang efektif.

c) Tanggung jawab guru dibidang kemasyarakatan yaitu turut mensukseskan pembangunan masyarakat.

d) Tanggung jawab guru di bidang keilmuan yaitu guru turut serta memajukan ilmu dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.

e) Optimalisasi kelompok kerja guru.

Dokumen terkait