• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: ANALISIS DATA Bab keempat ini akan membahas yang meliputi: Pola Komunikasi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan

ANALISIS DATA POLA KOMUNIKASI GURU AGAMA TERHADAP SISWA DALAM PEMBINAAN IBADAH DI SMP ISLAM AL SYUKRO

B. Komunikasi Kelompok

1) Dalam Pengarahan Pengetahuan Shalat

Pelaksanaan pembinaan ibadah yang diterapkan oleh SMP Islam Al Syukro juga menggunakan pola komunikasi kelompok. pelaksanaanya dalam

16

Wawancara pribadi dengan Fahmi siswa kelas 2 SMP Islam Al Syukro Ciputat, 18 April 2011.

89

bentuk guru agama mengumpulkan semua siswa diruang mushallla ba’da asar

untuk diberikan arahan, bimbingan dan motivasi melalui metode demonstrasi cerita dan ceramah.

Hal ini berdasarkan hasil observasi, bentuknya penjelasan dan tanya jawab oleh siswa bilamana materi yang disampaikan oleh guru agama tidak dapat dipahami boleh ditanyakan langsung. Hal ini sesuai dengan wawancara kepada guru agama, bahwa dalam komunikasi kelompok ini guru agama menerapkan metode diskusi pada pembahasan kultum yang setiap hari dilakukan oleh siswa secara bergilir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Para siswa senang mendengarkan isi demonstrasi, cerita, diskusi dan ceramah ketika guru agama menyampaikan didepan baik itu pengarahan ataupun pengumuman yang bersifat pelaksaan ibadah dan kultum.17

Hal ini ditunjang berdasarkan wawancara dengan siswa bahwa dengan komunikasi kelompok siswa dapat bertukar pendapat secara terbuka bersama-sama, mendengarkan pesan dari guru agama secara bersama-sama dan dibenarkan secara bersama-sama dengan diarahkan dan di ceramahi.18

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menafsirkan bahwa komunikasi kelompok dengan menggunakan metode demonstrasi adalah tepat, intensif dan lebih efisien digunakan dalam satu kumpulan ataupun

17

Wawancara pribadi dengan Amalia Zulfa, Nurul dan Fahmi siswa kelas 2 SMP Islam Al Syukro Ciputat, 18 April 2011.

18

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011.

90

kelompok kecil, karena dari segi waktu singkat yakni dengan bersama-sama memberikan pesan didepan seluruh siswa mendengarkan dan memahaminya, dan siswa mendapatkan feedback langsung dan bisa tanya jawab ketika ada yang belum jelas. Sehingga pembinaan ibadah secara komunikasi kelompok dapat dikatakan efisien dan intensif dalam penerapannya.

Adapun pengarahan dan bimbingan dalam kelompok ini terkait dengan bimbingan langsung secara bersama-sama seperti menghafal bacaan-bacaan shalat, juz amma’ dan surat serta ayat-ayat pilihan sebelum melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah. Hal ini seperti yang penulis temui semua siswa

dibimbing dan di instruksikan untuk membaca juz amma’ mulai dari surat At

-Tin hingga Annas secara berjama’ah, maka secara serempak semua siswa

melakukan apa yang diperintahkan oleh guru agama. Hal ini ditunjang dengan wawancara guru agama bahwa komunikasi kelompok guru agama menggunakan metode ceramah, demontrasi untuk lebih mengena ke siswa dalam hal penyampaian materi ibadah ataupun kultum.19

Maka berdasarkan teori yang ada, pembinaan ibadah yang terjadi berjalan dengan efisien dan efektif. Hal ini dapat diketahui melalui pembinaan ibadah yang dilakukan secara kelompok dapat menghemat waktu dengan siswa mendengarkan secara keseluruhan atas yang disamapaikan oleh guru agama.

19

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011.

91

2) Dalam Mengintruksikan Shalat Sunnah Rawatib

Adapun ketika siswa dibimbing secara kelompok guru agama menginstruksikan kepada semua siswa untuk shalat sunnah qobliah-ba’diah, menjawab adzan secara berjama’ah, surat pilihan seperti menghafal Al-Qur’an

seperti ayat 20 surat Al-Baqoroh dan juzz amma’ yang dibaca secara bersama -sama. Maka siswa secara serempak mengikuti atas apa yang diperintahkan oleh guru agama.20 Hal ini ditunjang berdasarkan wawancara dengan guru agama bahwa dalam komunikasi kelompok siswa dibiasakan untuk mengikuti

sunah Nabi yaitu menjalankan shalat rawatib qobliyah dan ba’diyah.

Kemudian berdasarkan wawancara dengan siswa, bahwa dengan shalat sunah

rawatib qabliyah dan ba’diyah, kita belajar menjalankan sunah Nabi.21

Berdasarkan penjelasan diatas, sesuai dengan teori yang ada yakni komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki.22

Hal ini juga terlihat ketika guru agama mengamati dan mengarahkan semua siswa untuk segera berwudhu ketempat wudhu dan ke musholah segera, hal ini berjalan cukup baik karena didukung oleh sarana dan prasarana

20

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi, Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat, 15 April 2011.

21

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011.

21

Wawancara dengan Bapak Dian Tri Mulyawan Koordinator Keagamaan SMP Islam Al Syukro Ciputat , 15 April 2011.

92

yang mendukung keefektifan dan keintensifan pembinaan ibadah oleh guru agama terhadap siswa dalam beribadah seperti jumlah keran sebanyak 7 sehingga memungkinkan siswa menjadi cepat secara bergantian untuk berwudhu, mimbar untuk siswa kultum di depan, pengeras suara (mikrofon atau toa) alat untuk menyampaikan pesan oleh guru agama tentang materi kultum dan ibadah kepada siswa dan digunakan siswa untuk menyampaikan kultumnya, pembinaan ibadah tersebut mulai dari adzan, wudhu, shalat sunnah qobliah-ba’diah, iqomat, menjawab adzan berjama’ah, hafalan juzz amma’ dan surat pilihan, berjama’ah, pemimpin dzikir, pemimpin do’a)

hingga Kultum.

3) Dalam Pelatihan Kultum

Pembinaan ibadah yang dilaksanakan oleh guru agama terhadap siswa yaitu dengan menggunakan komunikasi kelompok yaitu dengan breafing

yakni dengan cara guru agama mengumpulkan semua siswa di ruang mushola kemudian siswa diarahkan, dikontrol, dimonitoring dan dibimbing tentang materi ibadah dan kultum apa saja yang harus diperhatikan, hal tersebut intens dilaksanakan setiap hari. Hal tersebut menjadikan kebiasaan bagi siswa untuk dapat mempraktikan ibadah secara kesadaran sendiri bahwa ibadah merupakan satu kewajiban yang harus diperhatikan ditekankan bagi setiap individu.23

23

Wawancara pribadi dengan Bapak Dian Tri Mulyawan Koordinator Keagamaan SMP Islam Al Syukro Ciputat , 15 April 2011.

93

Komunikasi kelompok juga terjadi usai salah satu siswa membawakan kultum, yang kemudian diulas kembali oleh guru agama secara bersama-sama dibahas dan terjadi komunikasi antar siswa, guru agama dengan siswa tentang materi yang dibahas. Kemudian ditegaskan oleh guru agama bahwa Selain itu diakhir guru agama memberikan motivasi dan ceramah dihadapan semua siswa secara langsung untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan.24 Dan ditunjang oleh pernyataan siswa bahwa komunikasi kelompok digunakan denagn metode ceramah setelah maju kultum untuk dibahas kembali sehingga siswa menjadi paham dan tidak ada kekeliruan bilamana teman yang membawakan kultum belum benar menyampaikannya.25

4) Dalam Memonitoring Buku Kultum

Ada pula komunikasi kelompok yang diterapkan guru agama dalam pembinaan ibadah adalah memonitoring buku penghubung, yakni mengumpulkan buku penghubung semua siswa didepan. Kemudian diperiksa satu persatu dan apabila ada siswa yang masih belum dilengkapi oleh siswa, siswa tersebut diberikan teguran dan peringatan kemudian diumumkan di depan dan dipecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa, jika bermasalah dengan materi kultumnya.26 Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh guru agama, komunikasi kelompok yang digunakan dalam pembinaan ibadah

24

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi, Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat, 15 April 2011.

25

Wawancara pribadi dengan Amalia Zulfa dan Nurul siswa kelas 2 SMP Islam Al Syukro Ciputat, 18 April 2011.

26

Wawancara pribadi dengan Ibu Heriyah Bidang Kesiswaan SMP Islam Al Syukro Ciputat , 14 April 2011.

94

kerap kali menggunakan metode demonstrasi untuk memecahkan suatu permasalahan yang ada pada siswa.27

Berdasarkan penjelasan diatas terkait dengan pola komunikasi kelompok sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Michael Burgon dan Michael Ruffner bahwa komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga semua semua anggota dapat menimbulkan karakteristik

anggota lainnya dengan akurat”.28

5) Dalam Pengarahan Hafalan Juz Amma’ dan Surat Pilihan

Adapun halnya komunikasi kelompok yang dilakukan oleh guru agama yakni ketika menginstrusikan, membimbing dan mengarahkan siswa dalam menjawab adzan, iqomat, hafalan juzz amma’ dan surat pilihan yang dibaca secara berjama’ah. Maka siswa dengan tertib langsung meresponnya dan mengucapkannya secara bersama-sama. menjawab adzan bersama-sama. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh guru agama bahwa komunikasi kelompok ini diterapkan ketika semua berkumpul di mushalla untuk menjawab adzan secara berjama’ah.

Begitu pula dalam merapatkan barisan ketika akan melaksanakan

shalat dzuhur berjama’ah, guru agama dan imam shalat selalu mengingatkan

27

Wawancara pribadi dengan Bapak Humaidi, Guru Agama SMP Islam Al Syukro Ciputat, 15 April 2011.

28

Nusurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005). Cet.Ke-2, h. 33-34.

95

semua siswa untuk merapatkan barisan yang masih belum terisi karena merupakan bagian dari kesempurnaan shalat. Maka siswa yang belum merapatkan barisan dan masih bercanda segera melaksanakan apa yang diperintahkan oleh guru agama. Adapun siswa yang belum rapi hanya diinstruksikan untuk bergeser dengan bahasa nonverbal saja. Hal ini terbukti bahwa pembinaan ibadah lebih efisien ketika dalam shaf barisan secara keseluruhan harus dirapikan agar terlihat tertib.

Begitu pula siswa dalam merespon pola komunikasi yang diterapkan oleh sekolah menjadikan suatu kebaikan secara bersama-sama dan dapat ditanyakan langsung bilamana beberapa diantara siswa tidak ataupun belum paham atas materi yang disampaikan oleh guru agama.29 Hal ini berarti terdapat kesepahaman antara siswa dengan guru agama dalam memberikan materi ibadah dan keagamaan. Dan segala sesuatunya dapat diselesaikan secara langsung dengan diskusi. Begitu pula dengan halnya tanya jawab tentang kultum siswa yang maju kedepan, jika ada salah satu siswa yang membawakan kultum salah dalam menjelaskan atau tidak bisa menjelaskan, maka guru agama langsung memperbaikinya dan menjelaskannya kembali agar siswa menjadi paham.30

Berdasarkan penjelasan diatas terkait dengan pola komunikasi kelompok sesuai dengan teori yang ada sejumlah orang yang terlibat dalam

29

Wawancara pribadi dengan Zulfa siswa SMP Islam Al Syukro, 18 April 2011.

30

Wawancara pribadi dengan Zulfa, Nurul dan Fahmi siswa kelas 2 SMP Islam Al Syukro Ciputat, 18 April 2011.

96

interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to face meeting) setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup kentara sehingga ketika timbul pertanyaan dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perseorangan.31 Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi kelompok yang berlangsung secara intens melahirkan efesiensi dalam pembinaan ibadah

31

97 A. Kesimpulan

Dari seluruh uraian yang terdapat dalam skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Komunikasi Antarpribadi yang diterapkan guru agama dan siswa dalam pelaksanaan pembinaan ibadah berjalan dengan efektif dan intensif. Hal ini terbukti pesan yang selalu intens dilakukan setiap hari disampaikan oleh guru agama (komunikator) terhadap siswanya (komunikan) secara individu dengan cara dipanggil secara pribadi yang kemudian menghasilkan feedbeck langsung baik itu berupa tindakan atupun siswa aktif memberikan tanggapan secara langsung terhadap materi ibadah yang diberikan oleh guru agama dan menimbulkan kesamaan makna. Sehingga menghasilkan ketaatan beribadah pada masing-masing siswa. Sehingga komunikasi antarpribadi yang diterapkan dalam pembinaan ibadah oleh guru agama yakni melahirkan efektifitas.

2. Komunikasi Kelompok dilaksanakan guru agama terhadap siswa yakni dengan cara breafing yakni mengumpulkan semua siswa ba’da asar

untuk diberikan pengarahan dan bimbingan dan motivasi secara bersama-sama dengan metode ceramah, demonstrasi, cerita, diskusi (tanya jawab) dan monitoring. Sehingga efisien karena semuanya langsung mendengarkan dan memperhatikan. Yang kemudian siswa (komunikan) mendapatkan feedbeck langsung berupa tanggapan

98

ataupun tindakan dari apa yang disampaikan oleh guru agama (komunikator). Sehingga komunikasi Kelompok yang diterapkan dalam pembinaan ibadah oleh guru agama yakni melahirkan efesiensi.

B.Saran-saran

Dalam hal penelitian ini penulis merasa perlu memberikan saran agar ke depan pembinaan ibadah di SMP Islam Al Syukro dapat lebih baik lagi.

1. Kepada lembaga yang terkait agar lebih intens berkomunikasi dengan siswa agar siswa secara keseluruhan merasa dibimbing dan diarahkan secara pribadi dan diupayakan guru agama untuk dapat menguasai cara komunikasi antarpribadi dan kelompok yang baik sehingga siswa dapat terkontrol.

2. Agar komunikasi antarpribadi antara siswa dan guru agama dapat berjalan lebih efektif dan intensif, pada pelaksanaanya pembinaan ibadah memerlukan banyak tenaga untuk menangani siswa, maka diperlukan bantuan dari guru lainnya untuk pengontrolan, tidak hanya guru agama, koordinator keagamaan dan bidang kesiswaan saja akan tetapi bantuan dari guru-guru lain untuk bergantian mengarahkan, membimbing, mengontrol semua siswa sehingga menjadi tanggung jawab bersama dan memberikan teladan.

3. Perlu ditekankan kembali pada saat breafing dan diluar breafing dan guru agama diupayakan untuk berusaha secara intens selalu membimbing siswa dalam materi kultum dan penytoran kultum agar semakin kedepan terus ada perbaikan dilakukan secara bersama-sama sudah maksimal.

99 Multi KaryaGrafika, t th,. 1268.

Brannen, Julia, MemanduMetodePenelitianKualitatifdanKuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002.

Cangara, Hafied, PengantarIlmuKomunikasi, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2007.

DepartemenPendidikandanKebudayaan, KamusBesarBahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,2003.

Devito, Joseph A, KomunikasiAntarManusia: KuliahDasarJakarta: Professional Books, 1997.

Effendy, OnongUchjana, DinamikaKomunikasiBandung: RemajaRosdakarya, 2000.

---,IlmuKomunikasidanPraktek,Bandung: PT Rosdakarya, 1992.

---,Ilmu, TeoridanFilsafatKomunikasi, Bandung: PT Citra AdityaBakti 2003.

---, KepemimpinandanKomunikasi, Bandung: CV, MandarMaju, 1998.

---, SpektrumKomunikasi, Bandung; BinaCipta, 1998. Gunadi, HimpunanIstilahKomunikasi, Jakarta: GramediaWidiasarana Indonesia,

1998.

100

Moleong,Lexy J,MetodePenelitianKualitatif,Bandung: PT Rosdakarya, 2007.Muis. A, Komunikasi Islam, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2001.

Muhamad, Arni, KomunikasiOrganisasi, Jakarta: BumiAksara, 2001.

Nurudin, SistemKomunikasi Indonesia, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2005. Partanto, Puis. A,Al-Barry, dan M. Dahlan, KamusIlmiahPopuler, Surabaya:

Arkola, 1994.

Poerwadarminta, W.J.S, KamusUmumBahasa Indonesia, Jakarta: BulanBintang, 1979.

ProyekPeneranganBimbinganDakwah Agama, PembinaanRohani Islam PadaDharmawati, Jakarta: PenerbitDepag, 1984.

Qardhawi-Al, Yusuf, Ibadahdalam Islam, Terjemah. Umar Fanani, Surabaya: PT BiruIlmu, 1988.

RahmanRitonggadanZainuddin, FiqhIbadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Rakhmat, Jalaludin, PsikologiKomunikasi, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2000.

Robbins, James G,Komunikasi yang Efektif, Jakarta: PedomanIlmu Jaya, 1995. Salam, Syamsir, Metodelogipenelitiansosial, Jakarta:UIN Press,2006.

Ash-Shidiqy, Hasbi, KuliahIbadah: Ibadah di tinjaudariSegiHukumdanHikmah, Jakarta:BulanBintang, 1994.

Sugiyono, MetodePenelitianAdministrasi, Bandung: CV Alfabeta, 2000. Widjaja, IlmuKomunikasiPengantarStudi, Jakarta: PT RinekaCipta, 2000.

Widjaja, H .A. W, KomunikasidanHubunganMasyarakat, Jakarta: BumiAksara, 2002.

101

Wiryanto,PengantarIlmuKomunikasi, (Jakarta: GramediaWidiasavina: 2004). Al-Qardhawi, Yusuf, Ibadahdalam Islam, Terjemah. Umar Fanani, Surabaya: PT BiruIlmu, 1988.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab; Indonesia, Jakarta: YayasanPenafsiran

Al-Qur’an,1973.

Zaini, Syahminan, ProblematikaIbadahDalamKehidupanManusia, Jakarta: KalamMulia, 1989.

LiteraturLainnya

http://alsyukro-yada’i.com/index.php

http:// Stumbleoverclovers.multiply.com/journal/item/9

Arsip SMP Islam Al Syukro: Data JumlahSiswadaritahunketahun, nama-namapendidik, tenagakependidikandansarana-prasarana

Pe bi aa ibadah, breafi g ba’da asar pe garaha kepada siswa dilakuka oleh

Koordinator Keagamaan Bapak Dian Tri Mulyawan S.Pd.I

Pembinaan ibadah, oleh Bidang Kesiswaan Ibu Heriyah MA siswa membimbing siswa ketika hafalan juzz amma’ da surat Al-Baqoroh ayat 30 dalam kelompok kecil

Pembinaan ibadah, Kultum maju kedepan oleh siswa laki-laki dan langsung di bimbing dan di arahkan oleh Guru Agama Bapak Humaidi dan teman-teman yang lain memperhatikan

Pembinaan ibadah Pembinaan ibadah, Kultum maju kedepan oleh siswi perempuan dan langsung di bimbing dan di arahkan oleh Guru Agama Bapak Humaidi dan teman-teman

Pembinaan ibadah, mengumandangkan adzan Dzuhur oleh siswa laki-laki, di pantau langsung di depan oleh Koordinator Keagamaan Bapak Dian Tri Mulyawan S.Pd.I

Pembinaan ibadah, membaca do’a-do’a shalat yang dipandu oleh siswa,jeda waktu sebelum akhirnya melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah yang di bimbing oleh Guru

Pembinaan ibadah, secara kelompok. Ketika membaca juz amma’ bersam-sama, ada yang tidak membaca, maka dihukum maju kedepan untuk mengulanginya sendiri

Dokumen terkait