• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: ANALISIS DATA Bab keempat ini akan membahas yang meliputi: Pola Komunikasi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan

TINJAUAN TEORITIS

D. Pembinaan Ibadah dan Ruang Lingkupnya

a. Pengertian Pembinaan

Pembinaan asal katanya “bina” yang artinya membangun,

mendirikan. Dalam bahasa arab berasal dari kata “banaa

63

(http:// Stumbleoverclovers.multiply.com/journal/item/9)

64

banaaan” yang berarti membangun, memperbaiki.65 Kata “pembinaan” yaitu kata “bina” yang mendapat awalan – pem dan akhiran –an yang berarti proses, cara, pembuatan membina, pembaharuan, penyempurnaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

“pembinaan” memiliki arti usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.66

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata “pembinaan”

mengandung arti penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan yang dilakukan secara berdayaguna untuk memperoleh hasil yang baik.67

Arti kata pembinaan dari segi terminologi yaitu suatu upaya, usaha kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial masyarakat.68

Dari beberapa pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu kegiatan atau tindakan dengan mengembangkan kemampuan diri yang dilakukan oleh seorang kepada yang lainnya untuk dapat mengubah sikap, tingkah laku

65

Mahmud Yunus, Kamus Arab; Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penafsiran

Al-Qur’an,1973). h.73. 66

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balia Pustaka,2003). h.152.

67

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979). h. 23.

68

Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam Pada Dharmawati, (Jakarta: Penerbit Depag, 1984). h. 126

seseorang lainnya tersebut agar menjadi lebih baik lagi ataupun menjadi sempurna.

b. Pengertian Ibadah

Ibadah mengandung banyak pengertian berdasarkan sudut pandang para ahli dan maksud yang dikehendaki oleh masing-masing ahli. Dalam hal ini penulis melihat pengertian ibadah yang dikemukakan oleh berbagai ahli.

Secara etimologi “kata ibadah” diambil dari bahasa arab -د ا ع د ع

– د ع د عي

- yang berarti beribadah atau menyembah”.69

Yusuf Al-Qardhawi juga menjelaskan bahwa: Kata “Ibadah” diambil dari bahsa arab yang secara etimologi berasal dari akar kata “

د عي -اد ع

-د ا ع -د ع”, yang berarti taat tunduk, patuh, merendahkan diri

dan hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina dihadapan yang disembah, disebut abid (yang beribadah).

Menurut Abu Al-A„la Al-Maududi, kata د ع secara kebahasaan pada mulanya mempunyai pengertian ketundukan seseorang kepada orang laindan orang tersebut menguasainya. Oleh karena itu, ketika disebut kata د علا dan دا علا yang cepat tertangkap dalam pikiran orang

69

Atabik Ali dan Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Indonesia Arab, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, t th). Cet.5, h. 1268.

adalah ketundukan dia, kehinaan budak dihadapan majikan dan mengikuti segala macam perintahnya.70

Adapun pengertian ibadah secara terminologi adalah “Ibadah itu nama yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah dan mengharapkan pahala-Nya.”71

Sedangkan pengertian umum ibadah adalah segala bentuk hukum, baik yang dapat dipahami maknanya (ma’qulat al-ma’na)

seperti hukum yang menyangkut dengan muamalat pada umumnya, maupun yang tidak dipahami maknanya (ghairu ma’qulat al-ma’na),

seperti thaharah (bersuci) dan shalat, baik yang berhubungan dengan anggota badan seperti rukuk, sujud maupun yang berhubungan dengan lidah seperti dzikir dan yang berhubungan dengan hati seperti niat.

Pengertian ibadah menurut Fuqaha

Pengertian menurut Fuqaha, ibadah itu adalah: “Segala taat

yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengaharap pahala-Nya di akhirat”.72

Dalam pengertian ini segala perbuatan yang dilakukan manusia adalah perbuatan baik, karena tujuan yang akan dicapai

70

Yusuf Al-Qardhawi, Ibadah dalam Islam, Terj. Umar Fanani, (Surabaya: PT Biru Ilmu, 1988). h. 37.

71

Yusuf Al-Qaerdhawi, op.cit., h. 37

72

dari perbuatan tersebut adalah keridhaan dan pahala dari Allah. Jika perbuatan yang dilakukan itu tidak baik, maka tidak akan mungkin memperoleh ridha dan pahala dari Allah.

Dari pengertian ibadah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ibadah adalah melaksanakan segala ketaatan dan perintah Allah yang berkaitan dengan akhlak dan kewajiban sebagai seorang pribadi dan seorang yang bermasyarakat yang sesuai dengan ketentuan Allah walaupun bertentangan dengan keinginan pribadi, melaksanakan syariat dan hukum Allah SWT dengan selalu menganggungkan dan mengesakan-Nya dengan cara menyembah kepada-Nya tanpa menyekutukan dengan sesuatu pun untuk mencapai keridhaan dan mengharap pahala-Nya di akhirat.

Macam-macam ibadah ditinjau dari segi ruang lingkup:

Ditinjau dari ruang lingkupnya, ibadah terbagi menjadi dua macam:

2. Ibadah Khashah, yaitu ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash,

seperti shalat, zakat, puasa,haji dan lain sebagainya.

3. Ibadah „ammah, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah SWT (ikhlas), seperti makan dan minum, bekerja,

amar ma’ruf nahi munkar, berlaku adil,berbuat baik

kepada orang lain dan sebagainya.73

Adapun yang disunatkan dalam shalat seperti adzan, menjawab adzan, iqomat, shalat sunnat rawatib dan membaca kalimat dzikir seperti tasbih dan doa.74

c. Pelaksanaan Ibadah Shalat

Dari segi pelaksanaannya shalat terbagi menjadi dua:

1. Shalat jama‟ah, yaitu shalat yang dilakukan secara bersama-sama

yang terdiri dari imam dan ma’mum, shalat yang dilakukan secara

berjama’ah ini adakalanya shalat wajib seperti shalat lima waktu

dan adakalanya shalat sunnat seperti shalat tarawih.disamping itu

ada pula yang diwajibkan berjama’ah seprti shalat jum’at dan

shalat lima waktu. Adapun keutamaan shalat berjama’ah adalah

sebagai pembinaan pribadi seorang muslim yang memiliki fungsi sosial dan pahalanya dua puluh tujuh derajat dibanding dengan shalat sendirian.

2. Shalat munfarid, yaitu shalat yang dilakukan secara sendirian.

Shalat ini adakalanya memang disunnatkan berjama’ah seperti

shalat sunnat rawatib (shalat sunnat yang mengiringi shalat wajib)

73

Rahman Ritongga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), Cet.Ke-1, h. 10.

74

dan ada kalanya disunnatkan berjama’ah tetapi dilakukan sendirian seperti shalat lima waktu.75

d. Hakikat Ibadah

Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa: Dalam syari’at Islam,

ibadah mempunyai dua unsur, yaitu ketundukan dan kecintaan yang paling dalam kepada Allah. Unsur yang tertinggi adalah ketundukan, sedangkan kecintaan merupakan implementasi dari ibadah tersebut.

Disamping itu, ibadah juga mempunyai unsure kehinaan, yaitu kehinaan yang paling rendah dihadapan Allah. Pada mulanya ibadah merupakan hubngan, karena adanya hubungan hati dengan yang dicintai, menuangkan isi hati, kemudian tenggelam dan merasakan keasyikan, yang akhirnya samapai kepada puncak kecintaan kepada Allah.76

Hasbi Ash-Shiddiqy menyatakan bahwa “hakikat ibadah adlah ketundukan jiwa yang timbul karena hati (jiwa) merasakan cinta akan

tuhan yang ma’bud (disembah) dan merasakan kebenaran-Nya,

lantaran ber’i’tikad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tidak

dapat mengetahui hakikatnya”.77

Orang yang tunduk kepada orang lain serta mempunyai unsure

kebencian tidak dinamakan a’bid (orang yang beribadah), begitu pula

75

Ibid., hal. 114.

76

Yusuf Qarhawi, op.cit., h. 31.

77

orang yang cinta kepada sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya, seperti orang cinta kepada anak atau temannya. Kecintaan yang sejati adalah kecintaan kepada Allah.

Apabila makna ibadah yang diberikan oleh masing-masing ahli ilmu diperhatikan baik-baik, nyatalah bahwa pengertian yang diberikan oleh satu golongan menyempurnakan pengertian yang diberikan oleh golongan lain. Dengan kata lain, masing-masing pengertian saling melengkapi dan menyempurnakan.

Oleh karena itu, tidaklah dipandang telah beribadah (sempurna ibadahnya) seorang mukallaf kalau hanya mengerjakan ibadah-ibadah dalam pengertian fuqoha atau ahli ushul saja, melainkan disamping ia beribadah dengan ibadah dalam pengertian fuqoha tersebut, ia juga melakukan ibadah dengan ibadah yang dimaksudkan oleh ahli tauhid, ahli ibadh, ahli tafsir serta ahli akhlak. Maka apabila telah terkumpul pengertian-pengertian tersebut, barulah terdapat padanya hakikat ibadah.78

e. Perintah Melaksanakan Ibadah

Didalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan perintah kepada hamba Allah untuk melaksanakan ibadah. Ibadah dalam hal Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif,

78

melainkan sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah atas hamba-hamba-Nya.

Adapun ayat-ayat yang menyatakan perintah untuk melaksankan ibadah tersebut diantaranya sebagai berikut:

Firman Allah dalam surat Al- Anbiya: 25, berbunyi:

































“Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Q.S Al-Anbiya: 25)

Dan Firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 92, berbunyi:



















“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku”.

Dari ayat-ayat yang dikemukakan diatas, tampaak jelas bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk senatiasa beribadah

kepada-Nya, diutusnya para Rasul untuk menyampaikan syari’at yang telah

ditetapkan oleh Allah kepada umat manusia mengetahui kewajiban-kkewajiban apa saja yang harus dilaksanakan dalam rangka mensyukuri nikmat yang telah Allah anugrahkan kepadanya.

Motivasi merupakan penggerak untama dalam suatu pekerjaan. Karena itu besar kecilnya motivasi untuk mengerjakan suatu pekerjaan tergantung pada besar kecilnya motivasi terhadap pekerjaan tersebut.suatu pekerjaan jika dikerjakan dengan gairah yang besar maka besar pula keberhasilannya, begitu pula sebaliknya gairah yang kecil akan kecil pula keberhasilannya.

Dengan demikian, apabila orang-orang mukmin menginginkan ibadah mereka berhasil dengan baik, maka mereka harus mempunyai motivasi yang besar bagi ibadahnya tersebut. Dalam buku

“Problematika Ibadah dalam Kehidupan Manusia”, diungkapkan beberapa motivasi beribadah, yaitu:

1.) Karena tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah.

2.) Karena manusia sudah berjanji untuk taat kepada Allah.

3.) Karena bahagia yang di inginkan.karena manusia harus kembali kenegeri asalnya.79

Motivasi yang pertama adalah suatu keharusan, jika sesuatu itu berlaku atau dipakai sesuai dengan tujuan penciptaannya. Manusia, karena tujuan penciptaannya adalah beribadah kepada Allah, maka ia harus memenuhi seluruh pribadi dan kemampuannya untuk taat kepada Allah.

79

Motivasi yang kedua adalah bahwa sewaktu manusia di alam arwah dahulu sudah mengadakan perjanjian dengan-Nya denagn cara berdialog. Allah bertanya kepada roh-roh manusia: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi”.

Maka konsekuensi dari perjanjian tersebut adalah manusia harus mentaati Allah, yaitu melakukam perintah Allah untuk beribadah karena beribadah karena bagi manusia adalah untuk memenuhi janjinya sendiri kepada Allah. Apabila tidak beribadah kepada Allah, maka mereka disebut pengkhianat.

Motivasi yang ketiga adalah setiap amnesia mengingnkan kebahagiaan yakni bahagi untuk pribadi dan keluarga. Jika cinta akan bahagia, maka manusia harus bahagiakan pula saudara-saudara lainnya., saling menguatkan bagaikan satu tubuh yang apabila satu anggota tubuhnya sakit, maka anggota tubuh lainnya merasakan sakit pula. Bahagia itu akan dicapai dengan jalan berkorban dan beribadah, maka dari itu, apabila mereka ingin bahagia maka mereka harus beribadah.80

80

64

Dokumen terkait