• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi persuasif merupakan salah satu metode komunikator dalam menyampaikan pesan, Winston Brembeck dan William Howell (Malik, 1994: v) mendefenisikan persuasi sebagai usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif-motif orang ke arah tujuan yang ditetapkan, sedangkan komunikasi persuasif adalah komunikasi yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pilihan orang lain.

Mengajar merupakan salah satu contoh komunikasi persuasif yang dilakukan oleh guru kepada para muridnya, mengajar merupakan suatu bentuk pengaruh interpersonal yang dimaksudkan untuk mengubah perilaku potensial orang lain (Malik, 1994: 166). Setiap perilaku seorang guru yang diperlihatkan memiliki tujuan (disadari atau tidak disadari) yang mungkin efektif guna mencapai tujuan tersebut, baik dalam derajat yang tinggi maupun rendah.

Prilaku seorang guru pada umumnya menciptakan pola yang diikuti oleh siswanya (Malik, 1994: 166) misalnya seorang guru yang bersikap menguasai dan otoriter akan mendorong siswa berprilaku lebih integratif mampu memiliki siswa yang penampilannya lebih spontan, berinisiatif, secara sukarela memberikan kesimpulan.

Sedangkan guru yang berprilaku lebih dominatif cenderung mempunyai siswa yang patuh kepada pengaruh guru, dan juga siswa yang menolak pengaruh tersebut.

II.6. Sosialisasi

Keseluruhan kebiasaan yang dipunyai manusia di bidang ekonomi, kekeluargaan, pendidikan, agama politik dan sebagainya dan harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu masyarakat melalui suatu proses dinamakan sosialisasi (socialization) (Kamanto, 2004: 23).

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. (http://id.wikipedia.org).

Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “ a process by which a child learns to be a participant member of society” proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Kamanto, 2004: 23).

Sejumlah tokoh sosiologi mengatakan teori sosialisasi merupakan teori mengenai peran (role theory). Menurut Mead (Kamanto, 2004: 24) salah satu teori peran yang dikaitkan dengan sosialisasi ialah George Herbert Mead. Dalam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society, Mead menguraikan tahap pengembangan diri (self) manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain.

Menurut Mead setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari peran-peran yang ada dalam masyarakat, suatu proses yang dinamakannya pengambilan peran (role taking). Dalam proses ini seseorang belajar untuk mengetahui peran yang harus dijalankannya serta peran peran yang harus dijalankan orang lain. Melalui penguasaan peran yang ada dalam masyarakat ini seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain.

Charles H. Cooley menekankan bahwa proses sosialisasi terletak pada peran interaksi. Konsep diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain, pembentukan diri seseorang dengan perilaku orang yang sedang bercermin; kalau cermin memantulkan apa yang terdapat di depannya maka seseorangpun memantulkan apa yang dirasakannya sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya.

Agen Sosialisasi

Menurut Charles H. Cooley (Sunarto, 2004:26) agen sosialisasi adalah pihak- pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Menurut Fuller dan Jacobs (Sunarto, 2004: 26-29) ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.

1. Keluarga (kinship)

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar

anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

2. Teman pergaulan

Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.

Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

3. Lembaga pendidikan formal (sekolah)

Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan- aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan

dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

4. Media massa

Media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh, yang termasuk kelompok media massa disini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

Bentuk-Bentuk Sosialisasi

Light et al (Kamanto, 2004: 31) mengemukakan mengenai bentuk bentuk sosialisasi ada dua yaitu:

1. Sosialisai primer atau disebut juga sosialisasi dini yaitu sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat

2. Sosialisai sekunder adalah suatu proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi kedalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya . Salah satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat ialah apa yang dinamakan proses resosialisasi yang didahului dengan proses desosialisasi. Dalam proses desosialisasi seorang mengalami ”pencabutan” diri yang dimilikinya, sedangkan dalam proses resosialisasi seseorang diberi suatu diri yang baru.

Dokumen terkait