• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunitas Etnis Batak Toba di Sumbul Pegagan

MOBILITAS SOSIAL ETNIS BATAK TOBA

4.2. Komunitas Etnis Batak Toba di Sumbul Pegagan

Dalam suatu masyarakat pastinya ada sistem organisasi sosial yang mengatur dan sebagai wadah interaksi sosial di antara anggota masyarakat tersebut. Melalui organisasi sosial /kemasyarakatan banyak manfaat yang diperoleh dan kerjasama antara kesatuan- kesatuan masyarakat yang terbina dengan baik.

Kesatuan sosial yang terkecil dalam suatu masyarakat yaitu keluarga inti yang ada pada mayarakat. Keluarga inti terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak- anaknya yang belum menikah. Pada masyarakat (khususnya Batak Toba) seorang ayah dianggap sebagai pemimpin, dimana ayah merupakan kepala keluarga atau rumah tangga yang bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan terhadap rumah tangga, sementara istri sebagai ibu rumah tangga yang berperan ganda, sebab disamping mendidik anak- anak, seorang istri juga ikut mencari nafkah dengan bekerja di ladang, berjualan, atau bekerja di kantor. Hal ini menunjukkan bahwa wanita Batak Toba itu gigih dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Masyarakat Batak Toba memiliki kelompok kekerabatan yang disebut

marga (klen) yaitu berupa kelompok kekerabatan atas dasar memiliki kakek

bersama. Sistem kekerabatan yang terdapat pada masyarakat Batak Toba di Sumbul Pegagan adalah berdasarkan garis keturunan dari ayah yang lebih dikenal dengan istilah partrilineal. Sebagai contoh bila seseorang yang ayahnya bermarga Situmorang dan ibunya bermarga marbun maka orang tersebut dikatakan bermarga

Situmorang. Hal ini sama halnya dengan beberapa etnis Batak Toba lainnya dalam masyarakat dapat dikatakan bahwa marga sang ayahlah yang menjadi ikutan bagi anak. Dengan demikian masyarakat Batak Toba juga mempunyai suatu sistem sosial yang terdiri dari tiga komponen yang disebut dengan istilah Dalihan Na Tolu, yaitu meliputi Somba marhula- hula, manat mardongan tubu, elek marboru. Dalihan Na Tolu hanya akan terwujud bila adanya perkawinan antara marga yang berbeda atau orang lain, sehingga dengan adanya Dalihan Na Tolu seseorang dapat menentukan tutur dalam keluarga besar. Untuk menentukan status atau kedudukan seseorang dalam kelurga besar, pertama yang ditanyakan adalah marga. Ini sangat menentukan apakah seseorang itu boleh kawin, atau tidak dengan marga lain.

Selain kesatuan kekerabatan seperti yang sudah dijelaskan di atas,organisasi yang dibentuk oleh Batak Toba dalam mempertahankan komunitasnya di Sumbul Pegagan merupakan hal yang penting. Situasi ini dikarenakan etnis Batak Toba di Sumbul Pegagan merupakan etnis yang mayoritas bila dibandingkan dengan etnis lain yang ada di Sumbul Pegagan. Dengan jumlah yang mayoritas tersebut akhirnya mereka telah membentuk Organisasi kesukuan. Keterlibatan dalam organisasi kesukuan menjadi sebuah aspek untuk melihat adaptasi etnis Batak Toba, karena ada asumsi yang mengatakan bahwa etnis Batak Toba yang aktif ataupun ikut anggota suatu organisasi kesukuan akan menunjukkan adaptasi yang

tinggi bila dibandingkan dengan etnis Batak Toba yang tidak aktif dalam organisasi kesukuann di tempat yang baru.38

Dilatarbelakangi pola masyarakat Batak Toba yang sedemikian rupa maka etnis Batak Toba dapat dikatakan sebagai konsep harajaon (kerajaan) yaitu mereka etnis Batak Toba yang membangun suatu kerajaan di tanah rantau sebagai perluasan atau ekspansi wilayah teritorial. Dorongan pindah tersebut bukan sekedar

Di Sumbul Pegagan etnis Batak Toba mempunyai organisasi kesukuan yang bertujuan untuk membangkitkan rasa solidaritas antara mereka. Organisasi kesukuan etnis Batak Toba yang ada di Sumbul Pegagan berbentuk seperti Serikat Tolong Menolong (STM), Organisasi perkumpulan marga- marga dohot boru dan bere, dan organisasi perkumpulan sebagai satu jemaat suatu gereja. Pembentukan organisasi kesukuan ini sadar atau tidak sadar akan menimbulkan sentimen kesukuan, sebagai etnis pendatang etnis Batak Toba berusaha untuk mempertahankan kesukuan mereka dengan harapan jangan sampai adat- istiadat mereka hilang di daerah yang baru.Begitu juga dengan etnis pendatang lain seperti Simalungun, Karo, dan etnis lainnya saling berlomba- lomba untuk mengikuti organisasi kesukuan. Serikat Tolong Menolong ini bertujuan untuk saling membantu dalam hal acara pesta dan kemalangan. Dalihan Na Tolu Sebagai suatu organisasi yang mengikat dan mendarah daging dalam masyarakat Batak Toba membentuk satu kelompok masyarakat dengan budaya yang sama.

38

tekanan ekonomi tetapi juga keinginan untuk menaikkan harkat diri. Sebagai penerapan konsep tersebut, etnis Batak Toba berusaha untuk maju dalam kehidupan ekonomi maupun pendidikan di Sumbul Pegagan. Oleh karena itu dalam hal bekerja dan belajar mereka sangat tekun. Ketekunan dan keuletan etnis Batak Toba terlihat dari kehidupannya yang sudah banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan sewaktu berada di tempat asalnya. Selain kemajuan untuk diri sendiri juga diiringi dengan kemajuan untuk memajukan sukunya dalam bentuk gotong- royong dan organisasi kumpulan marga. Melalui kedua organisasi kesukuan ini, etnis Batak Toba yang memiliki kemampuan dalam hal ekonomi dan pendidikan membantu etnis Batak Toba yang kurang mampu dalam bidang tersebut.

Komunitas etnis Batak Toba di Sumbul Pegagan dapat juga dilihat dari pola tinggal menetap. Pola tinggal menetap dapat melihat dan menghitung jumlah etnis Batak Toba. Dilihat dari kondisi Sumbul Pegagan yang lebih banyak di huni oleh etnis Batak Toba bila dibandingkan dengan jumlah etnis menetap (Pakpak). Walaupuan demikian antara etnis Pakpak dan etnis Batak Toba saling berbaur dan menyatu, karena mereka saling berhubungan dalam kehidupan sehari- hari.

Setelah etnis Batak Toba tinggal dan menetap di Sumbul Pegagan, menurut keterangan beberapa informan mengatakan meraka masih mempunyai hubungan keluarga dengan keluaraga di daerah asal. Sebagian besar informan mengatakan

bahwa mereka tidak ingin kembali ke daerah asalnya atau pindah ke tempat lain. Meraka ingin tinggal di Sumbul Pegagan karena terikat keluarga dan pekerjaan.

Selain itu ada hal- hal lain yang mengikat mereka seperti pemilikan rumah, tanah, dan pekarangan yang mereka peroleh setelah lam tinggal menetap di Sumbul Pegagan sehingga semakin memperkuat keterikatan mereka terhadap daerah tersebut. Ikatan kesukuan di daerah yang baru menjadi dasar pertimbangan untuk tidak meninggalkan Sumbul Pegagan, karena jika berkumpul dalam suatu kegiatan di organisasi kesukuan mereka menganggap sudah berada di kampungnya sendiri sehingga kerinduan untuk kembali ke kampung dapat teratasi.

Melihat jumlahnya etnis Batak Toba mayoritas, bila dibandingkan dengan etnis menetap(Pakpak) maka situasi ini mempengaruhi etnis Pakpak karena secara lambat laun budaya mereka luntur seperti yang telah dijelaskan di atas. Keterbukaan Pakpak dalam menerima etnis Batak Toba tidak menimbulkan konflik dan dengan adanya adaptasi, maka semakin mempermudah bagi etnis Batak Toba untuk mempertahankan budayanya di Sumbul Pegagan.

Pola tempat tinggal yang menetap etnis Batak Toba sudah menunjukkan adanya adaptasi yang maksimal, dengan yang mayoritas dan dapat memperluas daerah tempat tinggal mereka diiringi pula dengan keterbukaan etnis Pakpak maka mendukung etnis Batak Toba untuk berbaur dengan penduduk setempat. Faktor lain yang mendukung etnis Batak Toba dalam adaptasinya adalah faktor agama

yang sama-sama menganut agama kristen, motivasi migrasi, dan faktor lamanya mereka tinggal menetap.

Berbaurnya etnis Batak Toba di tempat yang baru dipengaruhi oleh unsur kebiasaan Batak Toba yang masih memegang erat adat-istiadatnya dimanapun berada. Semakin mereka mengetahui seluk beluk oranisasi dan keuntungannya maka etnis Batak Toba akan terus belajar dan aktif dalam organisasi tersebut.

Bahkan mereka akan saling berlomba untuk mendapatkan kedudukan dalam pengurus tetap organisasi tersebut. Keterlibatan etnis Batak Toba dalam organisasi kesukuan akan sangat berpengaruh dilihat dari kecakapan dalam menyelesaikan masalah dan mengungkapkan pendapat. Semakin tinggi pola pikir dan pendidikan Batak Toba akan semakin meningkatkan kesadaran dalam berorganisasi, namun tak dapat dipungkiri bahwa ada juga etnis Batak Toba yang kurang memiliki kemampuan tapi punya semangat untuk ikut aktif dalam organisasi.

Adaptasi yang dilakukan oleh etnis Batak Toba pada pola tempat tinggal menetap dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan etnis Batak Toba, mereka semakin menjauh dari pola tinggal menetap yang hidup mengelompok. Kebanyakan dari anak muda yang telah selesai menamatkan sekolahnya, mereka keluar dari Sumbul dan pergi merantau ke tempat lain khususnya ke kota besar. Dengan demikian faktor pendidikan sangat mempengaruhi adaptasi yang dilakukan etnis Batak Toba di Sumbul Pegagan. Dalam kasus ini Muchtar Naim berpendapat bahwa etnis Batak Toba yang

mempunyai status sosial ekonomi baik dan berpendidikan cenderung beradaptasi lebih baik, dibandingkan etnis Batak Toba yang status sosial ekonominya lebih rendah.39

Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adanya kontak- kontak antar individu, kelompok dengan kelompok masyarakat lain, maupun individu dengan kelompok masyarakat. Sehingga menyebabkan seseorang mengadaptasikan pola kebudayaannya dan juga tindakannya terhadap unsur- unsur yang ada di dalam lingkungannya. Namun karena berbagai kebutuhan dan keinginan manusia yang belum ada, sebagai konsekuensinya dari keadaan ini menyebabkan terjadinya perubahan- perubahan

Motivasi migrasi adalah dorongan untuk bermigrasi yang dirasakan oleh etnis Batak Toba sehingga mereka memutuskan untuk bermigrasi. Setelah diadakan wawancara secara mendalam ternyata motivasi etnis Batak Toba yang utama adalah faktor ekonomi. Pada saat pertama kali sampai di Sumbul Pegagan mereka memusatkan pikiran pada masalah peningkatan ekonomi, sehingga mereka cenderung menguasai daerah yang baru mereka tempati.

Keaktifan pada organisasi kesukuan mengakibatkan ikatan dalam organisasi itu menjadi sebuah kekuasaan yang lambat laun mengabaikan etnis menetap (pakpak) sebagai etnis yang harus dihormati. Pada organisasi kesukuan, kesamaan agama menjadikan etnis Batak Toba semakin aktif dalam organisasi kesukuan.

39

Muchtar Naim, Merantau Pola Migrasi Minangkabau, Yogyakarta: UGM-Press,1984, hlm. 195- 199.

yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perubahan ini bisa terjadi berupa sosial maupun perubahan aspek budaya.

Salah satu cara yang bisa dipakai untuk menjelaskan sikap dan interaksi sosial antara penduduk setempat dengan etnis Batak Toba adalah dengan jalan membatasi ruang lingkup permasalahan terdapat lingkaran- lingkaran hubungan sosial tertentu.40

Pola interaksi antara etnis Batak Toba dengan masyarakat setempat memiliki latar belakang sosial yang berbeda dapat dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah faktor sikap. Faktor sikap merupakan salah satu diantara Hubungan sosial yang lazimnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah hubungan sosial yang mementingkan kebutuhan hidup kekerabatan, dan hubungan sosial yang mementingkan kebutuhan hidup setempat. Dalam hal ini ada dua kepentingan kebutuhan yang harus dipenuhi.

Melalui hubungan- hubungan sosial demikian akan terlihat kecenderungan masing- masing pihak untuk saling menerima pihak lainnya, baik sebagai anggota keluarga, teman sekerja atau tetangga kecenderungan terdiri dari sifat- sifat dipandang terpuji, sifat- sifat yang tercela, dan sejauh mana pola interaksi yang lazim terjadi dalam hubungan sosial. Kehidupan etnis Batak Toba di Sumbul Pegagan bukanlah merupakan kehidupan sebagai etnis pendatang mau berhubungan dengan masyarakat setempat dan di antara mereka terjadi interaksi.

40

Adhan Abdullah, Transmigrasi dan Penduduk Setempat di Aceh Suatu Studi Mengenai Hubungan Diantara Mereka, Darussalam: Proyek Receach Depdikbud, 1976, Hlm. 20.

sekian banyak faktor yang mempergaruhi tiap individu untuk berinteraksi terhadap lingkungannya. Sikap individu yang ditentukan oleh unsur- unsur fisiknya, keadaan jiwa, dan norma- norma dapat mempengaruhi tindakan- tindakannya di dalam kehidupannya. Melalui sikap dan interaksi dapat menggambarkan hubungan antara etnis Batak Toba dengan masyarakat setempat atau pola sikap dan interaksi dapat menunjukkan pengaruh kebudayaan etnis Batak Toba terhadap kebudayaan setempat atau sebaliknya.

Sikap etnis Batak Toba dengan penduduk menetap (pakpak) saling menerima, hal ini dapat dilihat dari perkawinan silang yang terjadi di antara keduanya. Hal ini di sebabkan mereka saling menerima dan menghargai adat masing- masing. Kebudayaan masyarakat yang didukung oleh hubungan yang sangat kuat antara mayarakat pendukung budaya tersebut mempermudah banyak perubahan terjadi di Sumbul Pegagan. Penduduk menetap dengan etnis menetap saling menyesuaikan dalam berbagai keadaan sehingga mengubah kehidupan di daerah tersebut. Penduduk Pakpak (asli) menganggap bahwa adat istiadat yang berasal dari etnis Batak Toba ada kalanya baik diserap oleh penduduk asli, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 41

41

Wawancara dengan Jahilim Simbolon S, Pegagan Julu I, tanggal 23 agustus 2007.

Hubungan yang tejalin antara etnis Batak Toba dengan etnis Pakpak sudah berjalan baik dapat dilihat dari bantuan yang diberikan etnis Batak Toba ke penduduk asli seperti bantuan pada saat kemalangan, kesulitan uang, dan pesta perkawinan.

BAB V

Dokumen terkait