• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Migrasi Terhadap Kehidupan Masyarakat

MOBILITAS SOSIAL ETNIS BATAK TOBA

4.1. Pengaruh Migrasi Terhadap Kehidupan Masyarakat

Migrasi merupakan proses dinamika sosial dan senantiasa akan memberikan pengaruh terhadap daerah penyebarannya. Migrasi memiliki pengaruh secara langsung terhadap kelompok masyarakat pada daerah sasaran migrasi maka gejala umum yang akan muncul adalah terjadinya perubahan- perubahan dalam masyarakat setelah bermigrasi ke suatu daerah, para migran akan menyesuaikan diri terhadap daerah yang didatangi.

Latuihamallo dalam bukunya Migrasi orang Bugis, dalam Jurnal Penelitian Sosial mengatakan “Dalam proses penyesuaian antara imigran dengan penduduk setempat, masing- masing sistem masyarakat tuan rumah lebih dominan, maka ada kecenderungan sistem sosial masyarakat tuan rumah, pertemuan antara kedua sistem juga bisa mengarah kepada satu bentuk baru, dimana terjadi perbauran antara kedua sistem sosial yang ada dengan demikian dalam proses penyesuaian individu mengalami proses melepaskan kebiasaan- kebiasaan dan nilai- nilai kebersamaan,dan kebersamaan itu pula mempelajari kembali kebiasaan- kebiasaan dan nilai- nilai masyarakat baru”.31

Dalam kesempatan lain Soerjono Soekanto mengungkapkan tentang sebab- sebab perubahan dalam masyarakat yaitu penduduk yang heterogen. Adapun yang dikatakannya adalah sebagai berikut:” Masyarakat yang terdiri dari kelompok sosial yang mempunyai latar belakang berbeda, idiologi yang berbeda, ras yang berbeda dan seterusnya. Mempermudah terjadinya pertentangan yang mengundang

31

Mancel Latuihalmallo. Migrasi Orang Bugis, dalam Jurnal Penelitian Sosial. Bandung: FIS UI, 1981. Hlm. 96.

keguncangan- keguncangan keadaan demikian menjadi pendorong bagi terjadinya perubahan.32

32

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafido Persada. 2001. Hlm. 364.

Terjadinya perubahan dalam masyarakat menurut Soerjono Soekanto, karena adanya penduduk yang heterogen. Heterogenitas penduduk suatu daerah penyebab utamanya adalah merupakan sebuah fenomena yang senantiasa berlangsung dalam suatu masyarakat dimanapun berada.

Migrasi etnis Batak Toba ke Sumbul Pegagan juga membawa banyak perubahan kepada masyarakat asli (pakpak) dan juga masyarakat pendatang. Perubahan itu terjadi dalam bidang bahasa, ekonomi, dan budaya. Perubahan ini terjadi dengan cepat karena melihat jumlah etnis Batak Toba yang mayoritas bila dibandingkan dengan penduduk asli walaupun etnis Batak Toba di daerah ini hanya sebagai pendatang sama seperti etnis batak simalungun, karo, dan lainnya.

4.1.1. Pengaruh Dalam Bahasa

Bahasa merupakan salah satu kebudayaan dan merupakan alat komunikasi terpenting dalam kehidupan sehari- hari baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Sebagai alat komunikasi, bahasa seringkali mendapat pengaruh dari unsur- unsur budaya lain yang mengakibatkan beberapa kata dalam bahasa itu berubah namun kecenderungan untuk mempertahankan bahasa sendiri tetap kuat.

Kehidupan sosial masyarakat pakpak di Sumbul Pegagan mempunyai banyak persamaan dengan etnis Batak Toba lainnya yang ada di Sumatera Utara, seperti Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, dan lain sebagainya. Pola kehidupan sehari- hari masyarakat pakpak yang hidup berdampingan tanpa adanya konflik dengan masyarakat Batak Toba terdapat kejanggalan terhadap masyarakat pakpak itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari- hari. Masyarakat pakpak sendiri lebih sering menggunakan bahasa Batak Toba dalam komunikasi sehari- hari terhadap etnisnya sendiri dan Batak Toba lainnya, tidak adanya perbauran antara etnis Pakpak dengan etnis Batak Toba di daerah Sumbul Pegagan, sehingga kalau diamati seolah- olah Sumbul Pegagan adalah kampung Batak Toba.33

33

Wawancara dengan Julius Gurning, Pegagan Julu II, tanggal 15 Nopember 2007.

Sejak kedatangan etnis Batak Toba ke Sumbul Pegagan, mereka memang mencoba untuk beradaptasi dengan bahasa pakpak. Etnis Batak Toba mencoba untuk berkomunikasi dalam bahasa pakpak, tapi dalam prosesnya etnis Batak Toba cenderung memakai bahasanya dan kurang memperhatikan bahasa pakpak. Etnis pakpak sendiri juga memberikan peluang dan mau belajar bahasa Batak Toba, sehingga tanpa disadari etnis pakpak telah paham dan mengerti bahasa Batak Toba. Sedangkan Bahasa Indonesia hanya dipergunakan pada kesempatan formal seperti pada saat proses belajar- mengajar, di kantor- kantor.

Hasil wawancara kepada penduduk mengenai gejala berkurangnya pengetahuan anak- anak pakpak dalam bahasa pakpak , dianggap suatu kekurangan karena di daerah sendiripun mereka sudah tidak dapat mempertahankan bahasa yang berarti mereka tidak dapat mempertahankan budaya yang melekat pada setiap etnis. Hal ini disebabkan karena Batak Toba lebih unggul dari masyarakat Pakpak dalam bidang pendidikan. Dilihat dari bidang pendidikan etnis Pakpak masih jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan etnis Batak Toba. Keterbelakangan dalam bidang pendidikan pada masyarakat Pakpak disebabkan rendahnya minat ddan kurangnya sarana pendidikan gedung sekolah yang ada di Sumbul Pegagan.Sedangkan etnis Batak Toba jauh lebih maju dalam bidang pendidikan sehingga memudahkan bagi etnis Batak Toba untuk menguasai etnis Pakpak di Dairi. Bahasa merupakan unsur dari kebudayaan yang paling cepat terpengaruh, bila tidak bisa dipertahankan maka unsur- unsur budaya lainnya akan hilang. Dengan demikian pengaruh bahasa Batak Toba membawa perubahan di Sumbul Pegagan, dengan kata lain etnis Batak Toba dapat mempertahankan bahasa sendiri di daerah migran yang merupakan hal yang paling sulit dan sebaliknya penduduk asli tidak dapat mempertahankan bahasa mereka sendiri. Dalam kehidupan sehari- hari sebenarnya etnis Batak Toba menyadari telah memberikan kesempatan bagi etnis Pakpak untuk memakai bahasa mereka, karena etnis Batak Toba sebagai etnis Pendatang harus menghargai etnis pakpak, dengan harapan etnis pakpak mampu

belajar dan mempertahankan bahasa sendiri, dimulai dari percakapan di kalangan keluarga dan percakapan sehari- hari.

Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa pengaruh bahasa Batak Toba itu sangat kuat pada masyarakat (generasi muda) pakpak. Keluarga Pakpak yang tinggal di Sidikalang dan sekitarnya hampir- hampir tidak mengetahui domain(unsur- unsur) tertentu dalam berbahasa, termasuk domain bahasa dalam keluarga. Sementara domain- domain bahasa lain yang menyangkut pendidikan, teman sebaya, atau teman bermain seluruhnya itu sudah dikuasai Batak Toba. 34

Sebuah bahasa akan bertahan dan berkembang jika ditentukan oleh jumlah penutur (Penatua/nenekmoyang) serta keterlibatan penutur bahasa yang terdidik, dengan penutur bahasa yang terdidik itu akan menentukan mutu sebuah bahasanya karena upaya dirinya untuk menggunakan bahasa itu secara teratur sesuai dengan sikap keterdidikannya. Namun hal yang terjadi pada bahasa Pakpak adalah sebaliknya, para penutur bahasa yang terdidik ramai- ramai meninggalkan bahasanya mengakibatkan bahasa Pakpak tersebut menjadi bahasa yang dikenang tanpa mengerti dan menggunakannya dalam kehidupan sehari- hari.

34

Bangun Payung, Tradisi dan Perubahan: Konteks Masyarakat Pakpak Dairi, Medan: Monora, 1997, hlm. 12.

4.1.2. Pengaruh dalam Ekonomi

Awal kedatangan etnis Batak Toba ke Sumbul Pegagan dimulai dengan pemberian tanah oleh Raja Tano (etnis Pakpak yang bermarga Lingga) secara cuma- cuma ke etnis Batak Toba. Seiring dengan berjalannya waktu, keadaan tersebut tidak berlangsung lagi, karena semakin banyaknya etnis Batak Toba yang datang ke Sumbul Pegagan sehingga pemberian tanah secara cuma- cuma tidak memungkinkan lagi dan diganti dengan pembelian tanah oleh etnis Batak Toba ke Raja Tano. Harga 1-2 hektar tanah dibebani dengan harga lima ratus rupiah sampai tujuh ratus rupiah pada tahun 1928- 1940. Sedangkan sebagian etnis Batak Toba yang datang ke Sumbul Pegagan ada yang ikut bekerja di lahan pertanian penduduk asli atau etnis Batak Toba yang telah lebih dulu sampai di daerah ini yang lebih dikenal sebagai marsiadapari.35

35

Wawancara dengan Jahilim Simbolon, Pegagan Julu I, tanggal 23 Nopember 2007.

Selain bekerja di lahan pertanian pakpak, etnis Batak Toba juga membuka lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Tanaman yang ditanam adalah kopi, padi, sayuran seperti kentang, wortel, kol, cabe, tomat,dll. Pada waktu panen, hasilnya tidak menentu,kadangkala baik dan kadangkala tidak, hal ini disebabkan pengaruh cuaca can sistem penggunaan pupuk. Namun dari hasil panen rata- rata yang diperoleh penduduk dapat disimpulkan hasilnya sangat memuaskan. Dengan demikian pertanian di Sumbul Pegagan mempermudah etnis Btak Toba dalam bertani karena didukung oleh tanahnya yang subur sehingga meningkatkan pendapatan mereka. Situasi ini

tentunay membawa pengaruh bagi penduduk setempat untuk memacu lebih giat lagidalam bertani. Karena sebelum kedatangan etnis Batak Toba ke Sumbul Pegagan lahan pertanian banyak yang tidak dimanfaatkan. Hasil yang di dapat dari pertanian dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Banyak dari petani etnis Batak Toba yang telah memiliki rumah yang lumayan bagus dan berkecukupan, karena menurut etnis Batak Toba hidup hari esok harus lebih baik dari pada hidup hari ini.

Banyak etnis Batak Toba telah memiliki tanah dan rumah di Sumbul Pegagan, karena mereka telah lama tinggal di Sumbul Pegagan. Mereka telah hidup layak setelah kira- kira 10-35 tahun tinggal di Sumbul Pegagan. Pemberian tanah dari Raja Tano secara cuma- cuma dan membeli tanah dari Raja Tano itu menjadi modal bagi etnis Batak Toba untuk memulai kehidupannya di daerah yang baru, sehingga dari tanah tersebuat etnis Batak Toba dapat memenuhi kebutuhan hidupnya bahkan membangun tempat tinggalnya. Walaupun demikian keadaannya tidak berpengaruh terhadap budaya dan adat yang selalu melekat pada diri mereka. Seperti adanya sistem kekerabatan etnis Batak Toba masih tetap terjalin dengan baik. Dalam hal ini mereka masih saling mendukung dan saling membantu dalam bidang ekonomi, seperti peminjaman modal usaha, pembelian pupuk untuk pertanian, sedangkan untuk pembayaran utang harus sesuai dengan kesepakatan yang telah di buat kedua belah pihak.

Selain sebagai petani, etnis Batak Toba banyak pula yang beternak. Ternak yang diusahakan adalah babi dan ayam, hampir setiap desa memelihara ternak babi. Peternakan ini sangat membantu etnis Batak Toba yang ada di Sumbul Pegagan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Bila telah tiba saatnya babi- babi tersebut ada yang di jual ke pasar atau kepada pembeli yang langsung datang ke rumah. Namun ada pula babi- babi ini di olah sesuai dengan caranya sendiri sehingga menjadi makanan pada saat pesta, ada pula dijadikan makanan khas dengan nama saksang dan dapat dinikmati pada saat minum tuak di lapo tuak. Etnis Batak Toba banyak pula yang membuka usaha tambahan sebagai pedagang tuak. Umumnya etnis Batak Toba tidak akan pernah lepas dari kebiasaan minum tuak yang telah mendarah daging bagi mereka dan bahkan menjadi tradisi turun- temurun dan ada kalanya sampai memabukkan.

Banyak juga etnis Batak yang melanjutkan hidupnya sebagai pedagang di pasar. Di dalam usaha berdagang ini etnis Batak Toba ada yang membuka usaha dagangannya dengan mempergunakan modal sendiri dan ada juga dengan modal pinjaman. Pada tahun 1975, telah banyak etnis Batak Toba yang pindah ke Sumbul Pegagan sebagai pegawai pemerintahan seperti tenaga pendidik, ahli kesehatan. Tapi mereka tidak menggantungkan hidupnya dari penghasilan gaji mereka saja, melainkan mereka melibatkan diri sebagai petani dan pedagang. Hal ini dapat di lihat dari banyaknya yang telah berhasil sebagai pengusaha kilang, dan pedagang alat- alat bangunan (Panglong).

Pandangan etnis Batak Toba yang selalu bertanggung jawab dalam bekerja yang di kenal dengan istilah nunut. Dari istilah ini etnis Batak Toba selalu melakukan pekerjaan dengan tidak membedakan jenis pekerjaan. Etnis Batak Toba selalu giat bekerja tanpa memandang jenis pekerjaan yang penting dapat menghasilkan uang dan halal, sehingga di Sumbul Pegagan sering ditemui etnis tersebut bekerja sebagai buruh, supir, dan pekerjaan sederhana lainnya.Etnis Batak Toba percaya jika dikerjakan dengan keyakinan dan ketekunan maka akan mendapatkan hasil yang memuaskan karena Nenek moyang Batak Toba selalu memberkati.Tapi seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pulalah perubahan antara nilai budaya dan perkembangan zaman tersebut sehingga kepercayaan itu mulai bergeser. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya ilmu yang dimiliki oleh etnis Batak Toba. Anak cucu mereka mulai tidak mempercayai berkat dari nenek moyang maereka karena mereka beranggapan bahwa dengan ilmu yang telah mereka dapatkan akan mampu meningkatkan taraf hidup mereka.

Dari keuletan dan kemauan etnis Batak Toba yang mau bekerja keras tanpa memilih- milih pekerjaan memberi dampak yang positif bagi etnis Batak Toba. Hal ini dapat dilihat dari segi ekonomi bahwa setelah mereka bertani dan melakukan pekerjaan lainnya, ekonomi rumah tangga mereka meningkat sehingga mampu membangun rumah yang permanen,mempunyai peralatan rumah tangga yang memadai, bahkan mampu menyekolahkan anak- anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi.

Sedangkan penduduk asli Sumbul Pegagan mengalami perubahan sejak kedatangan etnis Batak Toba ke Sumbul Pegagan, yakni pendapatan mereka semakin meningkat. Hal ini diakibatkan karena masyarakat Pakpak juga mengikuti semangat kerja etnis Batak Toba dan juga mengikuti cara kerja masyarakat Batak Toba. Melihat dari faktor ekonomi maka dapat diambil kesimpulan bahwa antara etnis Batak Toba dan Pakpak saling membantu dan bergotong royong dalam usaha pertanian sehingga hasil dari pertanian tersebut sangat membantu ekonomi kedua etnis. Hal ini dilatarbelakangi oleh jiwa kedua etnis tersebut yang sama- sama bertani.Dari keberhasilan etnis Batak Toba di Sumbul Pegagan menyebabkan sebagian dari mereka tidak ingin pulang ke daerah asalnya karena telah memperoleh apa yang dicita- citakannya sewaktu datang ke Sumbul Pegagan

4.1.3. Pengaruh dalam bidang budaya

Menurut Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Jadi secara ringkasnya kebudayaan adalah merupakan segala sesuatu yang berupa hasil dari cipta karsa dan rasa. Kebudayaan itu mengandung unsur- unsur yang universal yang sekalian merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia yaitu sistem religi atau upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem

pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup,dan sistem teknologi dan peralatan.

Kebudayaan itu mempunyai tiga wujud yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komfleks dari ide- ide, gagasan, nilai, dan norma. Wujud kebudayaan sebagai suatu komleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud kebudayaan sebagai benda- benda hasil karya manusia. Setiap kebudayaan lambat laun pasti akan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat pendukungnya. Perubahan ini tidak terjadi begitu saja sebagai suatu perubahan yang menyeluruh, namun perubahan itu terjadi secara bertahap dengan melalui suatu tahapan- tahapan yang mengikutinya, karena setiap perubahan itu mempunyai dinamika masing- masing.

Masyarakat di dalam menjalani kehidupannya sudah barang tentu selalu mengalami perubahan, tidak ada suatu masyarakat yang tidak mengalami perubahan. Hanya saja perubahan yang dialami tidak sama pada setiap masyarakat, ada yang lambat prosesnya dan ada pula yang cepat prosesnya dalam menerima pengaruh perubahan tersebut. Begitu juga yang terjadi di Sumbul Pegagan bahwa proses perubahannya sangat cepat karena pengaruh dari etnis Batak Toba yang datang ke daerah ini. Seiring dengan harmonisnya hubungan antara etnis Batak Toba dengan etnis asli (pakpak) tanpa disadari membawa dampak terhadap hilangnya budaya etnis pakpak.

Pada masyarakat Pakpak pengaruh kebudayaan etnis Batak Toba sangat besar. Hal ini mengakibatkan unsur- unsur kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Pakpak mengalami ketimpangan budaya (culture lag), sehingga unsur- unsur budaya yang ada pada masyarakat Pakpak lebih didominasi oleh budaya Batak Toba karena kurangnya pengembangan nilai- nilai kultur budaya dari masyarakat Pakpak mengakibatkan banyak masyarakat Pakpak yang tidak paham dengan kebudayaan (adat istiadat) Pakpak itu sendiri. Masyarakat Pakpak mau menerima dan melaksanakan adat istiadat Batak toba dengan lambat- laun. Hal ini dapat dilihat pada upacara perkawinan, upacara meninggal, dan pesta- pesta kecil lainnya. Seperti yang dikatakan informan:

“… pada upacara perkawinan, yaitu apabila laki- laki dari masyarakat Pakpak kawin dengan perempuan etnis Batak Toba atau sebaliknya maka adat yang dijalankan adalah adat istiadat dari etnis Batak Toba.”36

Dalam proses perkawinan yang terjadi di Sumbul Pegagan terjadi hubungan yang saling toleransi antar kedua belah pihak yang sedang melaksanakan pesta tanpa ada konflik sehingga pesta adat tersebut dapat berjalan dengan baik. Berikut ini penjelasan dari proses adat perkawinan tersebut.

37

36

Wawancara dengan Gibson Samosir (Tokoh adat Pakpak), Pegagan Julu III, tanggal 24 Agustus 2007.

37

Dokumen terkait