• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

B. KETERLIBATAN PUTRA-PUTRI ALTAR

2. Komunitas Putra-putri Altar

a. Pengertian Tentang Komunitas

Dalam konteksnya, komunitas di sini berarti komunitas gerejawi yang mempunyai peran dalam hidup menggereja, Bernard (2012: 4) memberikan penjelasan bahwa komunitas dalam arti gerejawi adalah paguyuban, organisasi dan perkumpulan yang didasarkan dari communio. Communio sendiri dipandang dari sudut gerejawi berarti ikatan dari persaudaraan manusia karena menjadi bagian dari keluarga Allah. Allah sendiri yang berinisiatif mempersatukan umat- Nya dalam persekutuan dengan-Nya. Sebuah organisasi dinyatakan sebagai komunitas bila memiliki empat karakteristik communio yakni: bertekun dalam pengajaran para rasul, hidup dalam persaudaraan, memecahkan Roti dan bertekun dalam doa (Balun 2012: 44-47).

b. Kegiatan Putra-Putri Altar dalam komunitas

Dalam bentuk keterlibatannya sebagai anggota Gereja, PA sebagai bagian dalam umat Allah memiliki peranan yang khas dalam hidup menggereja maka dibutuhkan komunitas PA sebagai organisasi berdasarkan ikatan persaudaraan di dalam Kristus. Adapun kegiatan-kegiatan dalam komunitas PA antara lain:

1) Berkumpul bersama:

Keteladanan yang diberikan oleh para rasul kepada umat Allah adalah berkumpul bersama dan saling membantu, komunitas PA memiliki waktu untuk berkumpul bersama, “mereka disatukan oleh kemauan dan keterbukaan untuk mendengarkan injil sebab injil kekuatan Allah bagi keselamatan umat beriman” (Balun 2012: 45), sehingga injil menjadi dasar semangat pelayanan mereka. 2) Hidup bersaudara:

Dalam komunitas dibutuhkan hidup bersaudara antara anggota yang satu dengan anggota yang lain, sharing iman dalam pengalaman iman Kristiani didasarkan tentang hidup, misi, kematian dan kebangkitan Yesus yang mempersatukan umat kristiani, intinya mereka saling berbagi (Balun 2012: 45), dalam komunitas PA anggota PA saling berbagi dan saling menguatkan dalam duka dan suka, jatuh - bangun mengikuti Yesus. Hidup bersama dinyatakan dalam cinta kasih, keadilan dan komitmen bersama (Balun 2012: 46) dan hal inilah yang menguatkan komunitas PA.

3) Mengikuti Ibadat atau perayaan Ekaristi bersama:

Sebagai pelayan Tuhan, PA memiliki tugas dan kegiatan bersama pada saat perayaan Ekaristi dan anggota saling membantu dalam suasana kekeluargaan demi tercapainya perayaan yang hikmat dan kelancaran dalam bertugas, maka anggota komunitas PA saling mengisi dan melengkapi dalam tugas dan ibadat mereka, baik tugas di Gereja maupun saat retret bersama anggota PA. Dalam kegiatan PA biasanya dibuka dengan ibadat bersama dan saat momen tertentu mengadakan perayaan Ekaristi bersama.

4) Bertekun dalam doa :

Dalam komunitas PA, semua kegiatan diawali dan diakhiri dengan doa, dengan Tujuan supaya Tuhan selalu menyertai dan hadir dalam kegiatan komunitas PA, semangat berdoa inilah yang menjadikan masing-masing anggota PA melaksanakan tugas mereka dengan percaya dan rendah hati. Dalam Kis. 2: 42 berbunyi: “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” maka hidup doa ini menjadi salah satu ciri komunitas jemaat perdana yang dilanjutkan dalam komunitas PA.

c. Struktur kepengurusan dalam komunitasPutra-putri Altar

PA membutuhkan organisasi untuk para anggotanya berkumpul, belajar dan saling melengkapi satu sama lain. Sebagai mahluk sosial khususnya anak dan remaja, mereka memerlukan wadah untuk berkumpul dengan teman-teman sesama PA sehingga terjalin kebersamaan dan kekompakan dalam komunitas

tersebut. Dalam organisasi tentu ada pengurusnya untuk mempermudah pembagian tugas dalam PA. Selain pengurus, PA juga membutuhkan pendamping adapun peran mereka tampak sebagai berikut:

1) Koordinator atau Ketua:

Prasetya (2008: 20) yang menyatakan bahwa dalam tim kerja misdinar dibutuhkan koordiantor atau ketua maka Gabriel (1997: 20) melengkapi peran ketua atau koordinator tersebut yakni: bertanggungjawab atas nama organisasi baik ke dalam maupun ke luar, mengkoordinasi kelancaran tugas, memimpin rapat dan mengusahakan keharmonisan dan kekompakan semua anggota PA. Maka dapat diketahui tugas koordinator sangat penting peranannya sehingga sangat dibutuhkan bukan hanya yang pandai namun juga mampu bertanggungjawab karena sadar dan aktif bahwa yang dilayani bukan hanya anggota PA melainkan Tuhan sendiri.

2) Wakil Koordinator atau Wakil Ketua:

Peran wakil di sini juga sangat penting untuk membantu peran koordinator, tentunya koordinator tidak dapat berjalan sendiri tanpa peran wakil dan seksi-seksi yang lain.

3) Sekretaris:

Menjadi sekretaris berarti harus sadar akan tugasnya yakni mencatat dan melaporkan notulis, hasil pleno dan mengurusi administrasi misalnya undangan, absen anggota, jadwal tugas dengan sepengetahuan koordinator maka dibutuhkan keaktifan sekretaris dalam organisasi dan pertemuan- pertemuan PA.

4) Bendahara:

Bendahara bertugas untuk mencatat uang masuk maupun keluar, bertanggungjawab dan mengusahakan sumber dana untuk organisasi PA dengan kegiatan - kegiatan kebersamaan yang dilakukan dengan aktif dan sadar, misalnya dengan parkir, menjual koran bekas dan sebagainya.

5) Koordinator tugas:

Gabriel (1997: 21) menyebutnya dengan koordinator tugas di sini penulis lebih ingin menyebutnya dengan sie liturgi atau seksi liturgi yakni mereka yang bertanggungjawab untuk melatih anggota PA, memperkenalkan anggota PA dengan liturgi dan bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan PA. Hal ini sesuai dengan yang digagas oleh Prasetya (2009: 20) tim kerja yang membatu koordinator dalam meringankan tugasnya.

6) Pembantu Umum:

Pembantu umum di sini adalah mereka yang karena kecintaannya dengan PA biasanya kakak - kakak pengurus yang telah senior atau purna tugas mereka mau membantu dan mau mendampingi pengurus yang baru untuk membantu semua pekerjaan PA sehingga baik pengurus baru maupun lama dapat sama-sama belajar saling mengevaluasi dan bertanggungjawab atas tugas bersama. Hal ini juga didukung oleh Gabriel (1997: 21) yang menyebutnya sebagai pembantu umum.

Anggota PA di sini harus mempunyai kesadaran, aktif dan penuh dalam kegiatan-kegiatan yang ditawarkan karena sadar bahwa Tuhan sendiri yang telah memilih mereka sehingga mereka dengan keaktifan mereka melayani Tuham sebagai wujud ungkapan terimakasih kepada Tuhan.

Tim kerja PA sebaiknya ada dalam koordinasi tim Liturgi, dibawah sepengetahuan pastor paroki sehingga PA memiliki pendamping, baik dari tim liturgi sendiri maupun dari para biarawan/biarawati yang mampu bertugas mendampingi mereka adapun peran mereka adalah mengarahkan dan membimbing organisasi atau yang disebut oleh Gabriel (1997: 22) mereka adalah semacam wali kelas pengurus, yang menyertai dalam pertemuan-pertemuan, membantu bila ada kesulitan dan sebagai pengarah dalam memutuskan pertimbangan-pertimbangan penting.

Setelah mengetahui susunan pengurus lalu bagaimana sebaiknya pengurus dibentuk, Prasetya (2009: 21) memberikan gagasan secara eksplisit bahwa hendaknya pengurus itu dipilih oleh anggota PA atau pengurus PA lama, dan Pastor paroki atau Dewan Paroki yang tahu persis membutuhkan sosok seperti apa? Hendaknya dipilih yang terbaik bagi paroki dan sesuai dengan kebutuhan PA.

Dokumen terkait