• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. PENDAMPINGAN IMAN ANAK

3. Subyek dalam PIA

a. Anak merupakan subyek utama dalam PIA

Subyek dalam Pendampingan iman anak di Gereja Indonesia adalah anak-anak yang berusia 1-12 tahun merekalah subyek pendampingan iman anak hal ini dibenarkan oleh Arah Dasar Pembinaaan Anak Gereja Katolik Indonesia 2006-2016 dalam Bagiyowinadi (2009: 195) yang menyatakan bahwa anak sebagai pribadi yang berharga dan unik berhak mendapatkan pembinaan dan yang dimaksud dengan anak adalah berusia dini dan usia sekolah dasar (1-12 tahun) selain itu ditegaskan pula dalam CT. (1979: 40) Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa anak-anak yang telah menerima baptisan bayi pun adalah sasaran katekese terlebih untuk melengkapi proses inisiasi dan benih iman dalam pembaptisan itu makin bertumbuh kembang dan berbuah dalam kesaksian hidup

dengan cara pendampingan (art.37), anak dikenalkan dengan kegiatan-kegiatan hidup menggereja sehingga buahnya dapat dilihat dari bentuk pelayanan mereka kepada Tuhan melalui Gereja-Nya, karena anak adalah masa depan Gereja.

Dalam CT art.36 juga dijelaskan bahwa anak-anak wajib diberikan unsur katekese yang pertama dan utama yakni dari orangtua dan lingkungan mereka, orangtua wajib mengenalkan pokok-pokok dasar iman kristiani melalui doa dan membaca sabda Tuhan. Keuskupan Agung Semarang membagi pendampingan tersebut dalam formatio iman berjenjang menjadi 6 tahap (Dewan Karya Pastoral 2014: 41) yakni:

1) Pendampingan Iman Anak Usia Dini (PIUD) anak usia 0-5 tahun 2) Pendampingan Iman Anak (PIA) anak usia 6-10 tahun

3) Pendampingan Iman Remaja (PIR) dengan usia anak remaja 11-14 tahun 4) Pendampingan Iman Orang Muda (PIOM atau OMK) usia 15-35 tahun 5) Pendampingan Iman Orang Dewasa (PIOD) usia 36-60 tahun

6) Pendampingan Iman Usia Lanjut (PIUL) usia 61 tahun ke atas

Dengan demikian anak yang berusia 0-5 tahun diberikan pendampingan khusus dari orangtua mereka atau melalui pendampingan iman di Gereja (jika ada), didukung melalui lingkungan hidup dan bimbingan dari orangtua. Paroki Marganingsih Kalasan merupakan salah satu anggota keuskupan Agung Semarang. Maka usia dalam PIA yang dimaksud oleh penulis di sini adalah anak yang usia 6-10 tahun. Usia 10 tahun adalah usia akhir mereka ingin ikut dan senang bergabung dalam PIA karena saat kelas 4 SD biasanya anak yang berusia 10 tahun ke atas mengikuti pendampingan komuni pertama, hal ini dibenarkan

oleh Bagiyowinadi (2009: 29) “pendampingan iman anak yakni pembinaan iman bagi anak-anak katolik (sampai usia menerima komuni pertama) dalam suasana gembira.

b. Orangtua sebagai Pendidik yang Utama

Orangtua yang memiliki anak dalam usia tesebut (6-10 tahun) juga menjadi sasaran dalam pendampingan, karena orangtua merupakan pendidik yang utama dan pertama maka dibutuhkan peran dari orangtua untuk mengenalkan anak pada kegiatan PIA, menghantar, mengingatkan maupun mendampingi anak-anak selama proses pendampingan. Orangtua juga merupakan pendamping yang pertama dan utama sehingga dibutuhkan perhatian dari orangtua untuk memperkenalkan iman kristiani kepada anak. Orangtua hendaknya menjadi pendukung bukan penghambat dalam pendampingan, maka diperlukan juga pengertian dari orangtua untuk mengikuti pendampingan iman anak.

Dalam dokumen tentang pendidikan kristen, GE (art.3) menuliskan bahwa orangtua terikat kewajiban untuk mendidik anak-anak mereka karena orangtua merupakan pendidik yang pertama dan utama maka bentuk kerjasama yang dapat ditawarkan adalah dengan cara memotivasi anak-anak dalam pendampingan iman anak, mengadakan pertemuan dengan orangtua anak-anak untuk mendengarkan masukkan mereka dan menyampaikan kebutuhan dalam pendampingan, mengajak orangtua juga ikut melibatkan diri dalam pelayanan ini (Bagiyowinadi 2009: 179-180). Orangtua tetap menjadi panutan bagi anak- anaknya terlebih untuk anak-anak di jaman sekarang, mereka membutuhkan teladan daripada kata-kata. Maka keteladanan orangtua terlibat dalam hidup

menggereja membuat anak semakin mengenal Gereja dan ingin ikut serta pula dalam kegiatan Gereja terlebih dalam bidang liturgi. Anak belajar dari melihat dan meniru maka penting memperkenalkan hidup menggereja dengan bimbingan orangtua. Dalam KHK kanon 1055 alinea pertama menyebutkan bahwa:

Perjanjian perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan seluruh hidup yang menuntut ciri kodratnya terarah pada kesejahteraan suami istri serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus diangkat ke martabat sakramen.

Dari pernyataan tersebut nampak jelas bahwa orangtua bertanggungjawab dalam urusan pendewasaan iman anak. Anak merupakan karunia yang diberikan kepada sepasang suami-istri untuk menyadari tugas mereka sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak. Boli Kotan dalam Praedicamus (2010: 52) memberi ketegasan yang perlu disadari oleh orangtua bahwa iman anak pertama-tama berkembang dalam keluarga melalui pengajaran dan teladan dari orangtua dan anggota keluarganya.

c. Pendamping sebagai Mitra Kerja

Pendamping yang menjadi sasaran di sini tentu pendamping yang mampu mensyukuri anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepadanya, tentunya mereka yang bersedia mengenali, mengakuinya kemudian mengembangkannya. Dalam Injil Mat. 25: 29 “Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.” Tampak bahwa barangsiapa

mempunyai kemauan memanfaatkan potensi yang diberikan Tuhan maka Tuhan akan menambahkan berbagai hal kepadanya (Bagiyowinadi 2009: 83).

Tugas pendamping yakni mendampingi anak-anak dalam tim, karena dalam Luk. 10:1 Yesus menunjuk tujuh puluh murid untuk pergi berdua-dua. “Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.” Mengapa berdua-dua? Bagiyowinadi (2009: 162) menuliskan bahwa bila seseorang bekerja seorang diri apabila berhasil akan cenderung menjadi sombong, bila gagal akan mudah putus asa. Justru dengan adanya rekan dapat saling melengkapi, meneguhkan, menghibur dan menguatkan dalam pelayanan. Setiap anggota tim kerja mempunyai peran dan berharga di mata Tuhan. Dalam Yoh. 15:16a “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Tuhan sendirilah yang memilih saya dan Anda untuk menjadi pelayan Tuhan dalam mendampingi anak-anak, sebagai rekan kerja-Nya untuk mengenalkan dan mendekatkan anak-anak kepada Tuhan hal ini dapat terwujud bila pendamping juga mengalami cinta kasih Tuhan sendiri, sehingga tidak hanya mewartakan apa yang tidak diketahui melainkan menjadi milik dan dapat mengkomunikasikannya kepada anak-anak.

Pendamping hendaknya mampu mendukung kegiatan PIA, melaksanakan kegiatan PIA dan mampu mendampingi calon pendamping PIA sebagai regenerasi. Pendamping PIA juga sedapat mungkin terlibat dalam kegiatan hidup menggereja dan ikut serta dalam kegiatan menggereja sehingga tidak hanya mewartakaan apa yang tidak di ketahui tetapi mengalami Tuhan melalui kegiatan

hidup menggereja, hal ini dapat menjadi panutan bagi anak-anak untuk terlibat juga dalam kegiatan menggereja, sehingga mereka mempunyai impian untuk melayani Tuhan.

Dokumen terkait