• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

B. KETERLIBATAN PUTRA-PUTRI ALTAR

1. Putra-putri Altar

Putra-putri Altar atau misdinar adalah anak-anak dan remaja yang mau melayani Yesus, dokumen Gereja Redemptionis Sacramentum artikel 40 membenarkan bahwa”mereka (anggota PA) adalah bagian dari umat beriman yang berpartisipasi aktif dalam melayani Tuhan”. Pada saat perayaan Ekaristi, Yesus yang hadir di altar membutuhkan anak dan remaja untuk melayani Yesus dan umat-Nya. Martasudjita (2008: 12) dalam bukunya Panduan Misdinar menuliskan

bahwa kata misdinar berasal dari bahasa Jerman: messdiner artinya pelayan Misa Kudus, dalam bahasa Inggris altar servers berarti pelayan altar.

a. Sejarah Putra-putri Altar

Bila berbicara mengenai sejarah PA tidak terlepas dari santo Pelindung PA yakni santo Tarsisius. Dalam kisah hidupnya memperjuangkan hosti suci inilah yang menjadikan Gereja memiliki komunitas PA dengan semangat pelayanan. Menurut sejarahnya dari buku seri Orang Kudus Setiawati (1989: 7-39) mengkisahkan bahwa pertengahan abad ke-3 di daerah Roma agama Kristiani dilarang di sana, bahkan kaisar Valerianus memerintah polisi Roma untuk mencari orang-orang yang percaya kepada Kristus untuk ditangkap, disiksa dan dibunuh. Meski banyak orang kristiani yang terbunuh, tetapi banyak murid-murid Kristus yang tetap setia tidak mau mempersembahkan korban kepada para berhala Romawi. Dalam situasi semacam itu, orang-orang kristiani hanya berani

berkumpul pada malam hari di “katakomba”(teras kuburan bawah tanah)

bentuknya gang yang panjang dari beberapa kuburan dalam satu gua. Di sanalah orang-orang kristiani biasa melakukan Ekaristi atau Misa.

Pada waktu itu, ada seorang pemuda kristiani yang setiap pagi, sebelum fajar menyingsing dengan riang gembira menuju ke tempat tersebut dengan berjalan kaki melintasi lorong-lorang kota Roma untuk melayani imam merayakan Ekaristi. Tarsisius adalah seorang muda yang penuh semangat untuk melayani Tuhan, memang Tarsisius juga memiliki banyak teman termasuk teman- teman yang bukan Kristiani, Suatu pagi Tarsisius mengikuti perayaan Ekaristi

yang dipimpin sendiri oleh imam sayangnya umat yang hadir hanya sedikit karena sudah ditangkap dan sisanya melarikan diri ke luar kota. Selesai perayaan imam berkeluh kesah tenang orang-orang tawanan roma yang kristiani, mereka ingin menerima Hosti sebelum mereka meninggal, santo Tarsisius dengan senang hati menawarkan dirinya, meskipun ibunya yang adalah seorang janda dan hanya memiliki Tarsisius sebagai satu-satunya teman hidup beliau kurang menyetujui keputusan anaknya, namun Ibu juga seorang katolik yang tidak hanya ingin mementingkan dirinya sendiri maka dengan berat hati ibu Tarsisius mengijinkan anaknya untuk menghantarkan Hosti tersebut dan karena wajah imam tidak asing lagi bagi polisi Romawi, awalnya imam menolak karena terlalu rawan bagi Tarsisius untuk menghantarnya tetapi Tarsisius memiliki alasan dan semangat yang kuat, selain itu karena hari masih pagi dan belum ramai orang maka Tarsisius berani.

Dalam perjalanannya, Ibu Tarsisius memandangi anaknya hingga Tarsisius berjalan jauh dan kemudian Ibu berdoa di taman Zaitun doa yang sama diucapkan Yesus saat menjelang penderitaan-Nya yakni “bukan kehendakku yang terjadi melainkan kehendak-Mu”. Dalam perjalanannya Tarsisius bertemu dengan teman-temannya yang belum mengenal Allah, karena kegigihannya untuk segera samapai di penjara bertemu dengan seorang prajurit (katolik) yang hendak membagikan komuni kepada tawanan maka Tarsisius tidak mengindahkan teman- temannya dan segera bergegas lari, tiba-tiba batu besar dilemparkan oleh Petilius (seorang teman Tarsisius yang belum beriman kepada Kristus) mengenai bahu Tarsisius. Tarsisius tidak mungkin berjalan lagi karena batu besar tersebut

membuat tubuhnya sempoyongan, akhirnya Tarsisius mengingat pesan imam bahwa “jangan sampai Tubuh Tuhan kita dihinakan oleh mereka yang tidak percaya. Kalau terjadi apa-apa sambutlah sendiri” kemudian anak itu menyambutnya sendiri. Melihat hal tersebut salah satu teman Tarsisius mencari bantuan dan bertemu dengan Pak Kuadratus (Prajurit yang menunggu Tarsisius) akhirnya karena tidak kuat Tarsisius meninggal sebagai martir yang memperjuangkan Ekaristi Kudus yang diperingati setiap tahun pada tanggal 15 Agustus.

Sejarah putra-putri altar tidak lepas dari semangat santo Tarsisius yang dengan setia melayani Tuhan dan sesama bahkan melayani Tuhan dengan senang hati hingga Tarsisius menghembuskan nafas terakhirnya, semangat inilah yang menjadi semangat pelayanan bagi putra-putri altar. Setelah mengetahui sejarah santo Tarsisius baik untuk kita mengetahui perkembangan putra-putri altar, pada zaman dahulu sebelum Konsili Vatikan II nama misdinar adalah akolit dan tugas akolit dalam Martasudjita (2008: 13-14) termasuk dalam tugas pelayanan yang diterimakan dengan tahbisan, tetapi namanya tahbisan rendah. Paus Paulus VI meniadakan tahbisan rendah bagi para calon imam, namun diganti dengan pelantikan. Frater-frater yang dilantik menjadi akolit itulah para misdinar atau putra altar yang boleh melayani Paus dalam Ekaristi, tetapi karena jumlah frater- frater akolit itu tidak banyak sementara kebutuhan pelayanan tersebar di berbagai tempat, maka anak dan remaja diperkenankan menjadi putra-putri altar hingga saat ini.

b. Tugas Putra-Putri Altar

Putra-putri Altar termasuk dalam anggota umat beriman pilihan Allah. Dalam PUMR (2002: 63) art.95 “tugas umat beriman yang merayakan Misa merupakan umat kudus, yang dipilih Allah dan dianugerahi martabat imam, nabi dan raja. Mereka berkumpul untuk mengucap syukur dan mempersembahkan kurban murni kepada Allah tidak hanya melalui perantaraan tangan imam, melainkan bersama dengan imam mereka belajar mempersembahkan diri”. Maka hendaknya, mereka menjauhkan segala sikap mementingkan diri sendiri dan menghindarkan perpecahan.

Dalam liturgi Gereja yang didapatkan dari pendampingan iman anak, kita mengenal macam-macam pelayan khusus. Ada pelayan yang menjalankan tugasnya berdasarkan tahbisan seperti diakon, imam, uskup, paus. Tetapi ada juga pelayan tak tertahbis. Pelayan tak tertahbis mengemban tugas khusus berdasarkan imamat rajawi yang mereka terima pada saat pembaptisan. Pelayan tak tertahbis itu antara lain pemimpin koor, pembawa bahan persembahan, PA dan lektor.

Dalam PUMR (2002: 63) art. 98 menyebutkan PA dilantik untuk melayani altar dan membantu imam serta diakon. Tugas utama ialah menyiapkan altar dan bejana-bejana kudus. Kalau diperlukan, komuni kepada umat sebagai pelayanan tak lazim. Dalam PUMR (2002: 87-88) artikel 187-193 dijelaskan beragam tugas PA yang dapat terjadi dilaksanakan dalam waktu yang sama maka

dibutuhkan pembagian tugas antar anggota PA. Tugas putra-putri altar dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 1: Tugas Putra-putri Altar

Urutan Ekaristi Makna Tugas Putra-putri Altar Ritus pembuka Tuhan hadir di

tengah-tengah umat (bdk. Mat. 18:20)

Tugas PA di sini adalah berjalan bersama imam dan petugas lain dalam perarakan, membawa serta peralatan liturgis. Sesampainya di depan mezbah PA juga berlutut atau hormat di hadapan Tuhan, sebagai tanda penghormatan kepada Tuhan. Liturgi Sabda Tuhan hadir

melalui sabda-Nya

Pada saat petugas Mazmur menyanyikan mazmur, putra altar petugas pembawa wiruk dan lilin menuju ke sangkristi untuk mengambil wiruk yang berfungsi untuk pendupaan mimbar dan Injil sedang petugas pembawa lilin bertugas mengiringi imam membaca bacaan injil di mimbar sabda.

PA memiliki tugas aktif yakni mendengarkan sabda Tuhan dan ikut mendaraskan mazmur, karena PA menjadi teladan bagi umat. Liturgi Ekaristi Tuhan hadir secara

sakramental melalui roti dan anggur

PA bertugas menjemput persembahan, sedang pada saat perayaan Ekaristi khusus atau hari raya tertentu petugas wiruk tidak ikut menjemput

menghantarkan persembahan kepada imam Setelah menghantar petugas persembahan ke depan altar, PA meletakkan bahan-bahan persembahan pada tempatnya dan petugas yang bertugas melayani imam untuk mencuci tangan imam dan pendupaan siap di dekat altar untuk melayani imam, dalam PUMR artikel 190 “menyatakan bahwa kalau diadakan pendupaan, PA membuka pendupaan bagi imam dan mendampingi imam ketika mendupai bahan persembahan, salib dan altar kemudian PA mendupai imam dan umat”.

Dalam Doa Syukur Agung PA bertugas untuk mendupai (bila diadakan pendupaan) dan bertugas membunyikan lonceng saat

konsekrasi, pada saat doa Bapa Kami, petugas pembawa wiruk

mengembalikan wiruk ke sangkristi kemudian kembali ke altar.

Pada saat komuni, biasanya PA mendampingi imam atau prodiakon petugas pembagi komuni kepada umat dengan membawa membawa lilin pada saat hari raya atau saat khusus. Ritus penutup Tuhan mengutus Pada saat ritus penutup PA

umat-Nya dan menyertainya hingga akhir zaman (bdk.Mat. 28:20 )

memberikan penghormatan di altar bersama dengan petugas Ekaristi yang lain dan imam kemudian berjalan beriringan mengantar imam kembali ke sangkristi. PUMR artikel 193 menyebutkan bahwa “sesudah Misa selesai, PA dan para pelayan lain kembali ke sangkristi dan berarak seperti pada urutan saat masuk”.

Dokumen terkait