• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Komunitas Rumah Merah Putih

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki keterkaitan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, resiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas, yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”.1

Menurut Robbins dan Judge, “Organisasi adalah unit sosial yang secara sadar dikoordinasikan, terdiri dari 2 orang atau lebih yang berfungsi secara relatif berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama atau serangkain tujuan”.2

Dalam buku sosiologi yang ditulis Soejono Soekanto istilah Community di terjemahkan sebagai masyarakat setempat. Istilah nama menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Istilah lainnya yaitu kelompok, itu besar atau kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan hidup yang utama.3

Pada umumnya sebuah komunitas memiliki tujuan visi dan misi yang sama. Antar anggota-anggota di dalam sebuah komunitas saling bekerja sama satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan. Bentuk kerja

       1

Wanger, 2002:4, Pengertian Komunitas. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Komunitas Di akses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 22.43 WIB

2

Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi, (Rajawali Pers: Jakarta, 2014), hal. 1

3

Soejono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2002) hal. 129

sama tersebut seperti, kerja sama dalam hal kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial misalnya, kegiatan untuk menggalang dana, bakti sosial, mengadakan seminar, ataupun kegiatan sosial lainnya yang bersifat positif dan bermanfaat untuk orang lain.

Dalam sebuah komunitas adanya pembagian dan peraturan kerja. Pembagian dan peraturan kerja tersebut berguna untuk para anggota komunitas dalam bekerja sama. Apabila sebuah komunitas tidak adanya pembagian dan peraturan kerja yang jelas, maka dapat dipungkiri komunitas tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.

Stuart-Kotze melihat pentingnya mempelajari perilaku karena berkaitan dengan kinerja sumber daya manusia. Kinerja sumber daya manusia akan dapat meningkat apabila perilakunya sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Oleh karenanya Stuart-Kotze mendukung perlunya Behavior Kinetic yang merupakan pendekatan saintifik pada perubahan perilaku karena dapat menunjukkan empat fungsi penting sain: (1) mendeskripsikan, (2) menjelaskan, (3) memprediksi, dan (4) megontrol.4

Menurut Jeffrey Pfeffer, “Hanya 12% dari organisasi sekarang ini yang mempunyai pendekatan sistematik dan terus menerus dikualifikasi sebagai people-centered organization, karenanya memberikan keunggulan kompetitif.” 5

Tidak dapat dipungkiri dalam sebuah komunitas pasti mempunyai struktur organisasi yang berfungsi untuk mengkoordinasikan pola interaksi para anggota organisasi secara formal. Dalam hal ini struktur organisasi menetapkan pembagian tugas sesuai dengan posisinya masing-masing agar tercapainya visi dan misi yang telah ditetapkan.

       4

Stuart-Kotze. Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006) hal. 13.

5

Kita menetapkan bahwa sebuah struktur organisasi mempunyai tiga komponen: kompleksitas, formalitas, dan sentralisasi.6 Berikut akan dijelaskan definisi dari kompleksitas, formalias, dan sentralisasi menurut Stephen P. Robbins.

Kompleksitas mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi. Termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hierarki organisasi, serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis. Formalisasi adalah tingkat sejauh mana sebuah organisasi menyandarkan dirinya kepada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para pegawainya. Beberapa organisasi beroperasi dengan pedoman yang telah distandarkan secara minimum; yang lainnya, di antaranya organisasi yang berukuran kecil pun mempunyai segala macam peraturan yang memerintahkan kepada pegawainya mengenai apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan. Sentralisasi mempertimbangkan di mana letak dari pusat pengambilan keputusan. Di beberapa organisasi, pengambilan keputusan sangat disentralisasi. Masalah-masalah dialirkan ke atas, dan para eksekutif senior memilih tindakan yang tepat. Pada kasus lainnya, pengambilan keputusan didesentralisasi. Kekuasaan disebar ke bawah di dalam hierarki.7

Dari deifinisi komunitas tersebut maka peneliti dapat menganalisis bahwa suatu komunitas terbentuk karena adanya persatuan, persaudaraan, kumpulan, masyarakat. Dalam penelitian ini komunitas yang dimaksud adalah komunitas sosial.

Komunitas sosial adalah suatu kelompok teritorial yang membina hubungan para anggotanya dengan menggunakan sarana-sarana yang sama untuk mencapai tujuan bersama. Komunitas sosial ini merupakan kelompok sosial yang memiliki ciri tersendiri dalam hal kebersamaannya dan juga merupakan bagian dari masyarakat, tetapi

       6

Stephen P. Robbins, Alih bahasa: Jusuf Udaya, Lic., Ec, TEORI ORGANISASI Struktur, Desain & Aplikasi, (Jakarta: Arcan, 1994), hal. 6.

7

berbeda dengan kolektivitas atau kerumunan. Perbedaan ini dapat dianalisis dari pengertian kerumunan. Kerumunan adalah sekumpulan orang yang berbeda di suatu tempat, akan tetapi diantara mereka tidak berhubungan secara tetap dan tidak memiliki tujuan kebersamaan dan terjadi secara kebetulan beda halnya dengan komunitas yang memiliki tujuan kebersamaan dan terbentuk secara terencana.

b. Sejarah Berdirinya Komunitas Rumah Merah Putih

Komunitas Rumah Merah Putih merupakan komunitas independen gerakan kepemudaan bidang pendidikan bagi anak-anak jalanan kota Bogor yang berfokus pada minat dan bakat. Komunitas ini berdomisili di kota Bogor, Jawa Barat. Rumah Merah Putih didirikan berdasarkan kenyataan mirisnya kehidupan sosial yang menimpa anak-anak jalanan. Anak-anak-anak yang bekerja di jalanan seolah-olah telah kehilangan masa dini meraih impian dan cita-cita mereka.

Rumah Merah Putih didirikan sejak 20 Desember 2012 oleh dua orang wanita yang sangat memikirkan akan pentingnya pendidikan bagi anak jalanan yaitu bernama Aulia Rizqi Nur Abidi, S.Tp dan Indah Khoiriyah, S.Si. Tidak hanya sosok ke dua wanita yang hebat tersebut untuk mengelola komunitas Rumah Merah Putih. Mereka dibantu oleh delapan team yang terdiri dari dua orang laki-laki dan enam orang perempuan. Dari delapan team inilah yang membantu founder Rumah Merah Putih untuk menjadi suatu komunitas yang dapat membantu pendidikan khususnya dibidang minat dan bakat bagi anak-anak jalanan di kota Bogor. Besar harapan mereka untuk menjadikan komunitas Rumah Merah Putih sebagai wadah untuk mengekspresikan kreativitas dalam mewujudkan cita-cita anak-anak jalanan.

Kegiatan rutin yang dilakukan Rumah Merah Putih yaitu kegiatan kelas minat bakat yang diadakan setiap hari kamis dan sabtu

di Kampung Mongol Ciheuleut dan kelas belajar (membaca, menulis, dan berhitung) yang diadakan setiap hari minggu di Warung Jambu.

Kelas minat bakat yang terdapat di Rumah Merah Putih yaitu kelas tari, kelas menyanyi, kelas lukis, kelas keterampilan, dan kelas futsal. Di dalam kelas minat bakat inilah anak-anak asuh komunitas Rumah Merah Putih diajarkan oleh para pengajar atau yang disebut kakak-kakak tentor yang ahli dibidangnya masing-masing. Dengan adanya kakak-kakak tentor ini, anak asuh komunitas Rumah Merah Putih dapat mengembangkan bakatnya yang nantinya diharapkan dapat terwujudnya cita-cita mereka.

Kini, anak-anak asuh yang sudah mengikuti kegiatan rutin setiap minggunya kurang lebih 50 anak asuh dari gabungan anak asuh di Kampung Mongol dan di Warung Jambu dengan komposisi anak asuh berusia dari 4 tahun hingga 15 tahun.

c. Profil Komunitas Rumah Merah Putih

Setiap suatu komunitas pasti memiliki visi dan misi untuk tercapainya tujuan yang diharapkan. Adapun visi dan misi komunitas Rumah Merah Putih sebagai berikut:

Visi

Menjadi komunitas yang peduli terhadap pendidikan anak marjinal berbasis pengembangan karakter

Misi

1) Membangun gerakan peduli pendidikan

2) Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi hak pendidikan anak

3) Mendukung pendidikan formal anak marjinal

4) Menumbuhkan semangat dan motivasi anak dalam belajar 5) Mengembangkan potensi anak didik Rumah Merah Putih

Beberapa program yang telah dilaksanakan oleh Rumah Merah Putih diantaranya :

1) Program Kakak Asuh; merupakan program dimana pengurus Rumah Merah Putih sebagai fasilitator menghimpun dana dari kakak di luar Rumah Merah Putih yang bersedia untuk membiayai sekolah dari anak didik Rumah Merah Putih. Adapun mekanisme dari program ini, yaitu dengan menghubungi salah satu pengurus Rumah Merah Putih yaitu Novita Sari sebagai penanggung jawab program, lalu kami mengadakan kesepakatan dengan pihak kakak asuh. Program ini telah mendapatkan amanah dari 4 orang kakak asuh.

2) Program RMP Peduli Akte; program dimana pengurus Rumah Merah Putih sebagai fasilitator menghimpun kelengkapan berkas anak didik Rumah Merah Putih untuk dibuat akte kelahiran. Program ini telah menghimpun berkas sebanyak 20 anak didik Rumah Merah Putih.

3) Program belajar rutin (Kelas Minat Bakat); program ini dilakukan rutin setiap hari Kamis dan Sabtu di Kampung Mongol Ciheleut. 4) Program Jalanan Berbagi (JalBer); program tahunan dalam rangka

mengisi bulan Ramadhan. Program ini dalam bentuk bakti sosial atau kunjungan ke panti di sekitar Bogor.

Adapun struktur kepengurusan komunitas Rumah Merah Putih sebagai berikut:

Gambar 2.1

Bagan Struktur Kepengurusan Komunitas Rumah Merah Putih

2. Bakat dan Minat

Dokumen terkait