• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNITAS SEHAT DAN KESEHATAN KOMUNITAS

Dalam dokumen MAKALAH KASUS 1 CNP (Halaman 37-48)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 KOMUNITAS SEHAT DAN KESEHATAN KOMUNITAS

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah

melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006). Perlu dibedakan pengertian komunitas dan masyarakat. Masyarakat, dalam bahasa Inggris disebut “society” atau “human society” adalah “A group of people related to each other through persistent relations such as social status, roles and social networks. By extension, society denotes the people of a region or country, sometimes even the world, taken as a whole” – Masyarakat adalah kelompok orang yang terhubungkan satu dengan lainnya melalui relasi terus-menerus seperti status sosial, peran, dan jejaring sosial. Perluasan pengertian masyarakat adalah kumpulan orang- orang di suatu wilayah atau negara, bahkan kadang-kadang secara keseluruhan di seluruh dunia.

Dijelaskan, bahwa yang dimaksud beban ganda dalam pembangunan kesehatan adalah meningkatnya beberapa penyakit menular (re-emerging desease), sementara penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif mulai meningkat. Di samping itu, telah timbul pula berbagai penyakit baru (new-emerging desease)

Ciri-ciri masyarakat

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambilkesimpulan bahwa masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a) Ada interaksi antara sesama anggota masyarakat.

Di dalam masyarakat terjdi interaksi sosial yang merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara perseorangan, antara kelompok- kelompok, maupun antara perseorangan dengan kelompok. Untuk terjadinya interaksi sosial harus ada 2 syarat, yaitu :

Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya, baik dalam ruang lingkup yang kecil (RT/RW), desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan bahkan negara.

c) Saling tergantung satu dengan yang lainnya.

Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan sesuai dengan kemampuan dan profesi masing- masing dan saling melengkapi.

d) Memiliki adat istiadat/budaya tertentu.

Adat istiadat dan budaya diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat yang mencakup bidang yang sangat luas diantara tata cara berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian ataupun sistem kekerabatan dan sebagainya.

e) Memiliki identitas bersama.

Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali oleh anggota masyarakat lainnya. Hal ini penting untuk menopang kehidupan dalam bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok dapat berupa lambang-lambang, bahasa, pakaian, simbol-simbol tertentu dari perumahan, benda-benda tertentu, seperti : alat pertanian, senjata tajam, kepercayaan dsb.

Ciri-ciri masyarakat sehat

a) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

b) Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative terutama untuk ibu dan anak.

c) Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup.

d) Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status social ekonomi.

Indikator masyarakat sehat

Menurut WHO, beberapa indikator masyarakat sehat antara lain : 1) Indikator yang berhubungan dengan Status Kesehatan Masyarakat.

a. Indikator Komprehensif

 Penurunan angka kematian kasar

 Umur Harapan Hidup yang semakin meningkat b. Indikator Spesifik

 Penurunan angka kematian ibu dan anak

 Penurunan angka kematian karena penyakit menular  Penurunan angka kelahiran

2) Indikator Pelayanan Kesehatan.

 Rasio antara jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan yang seimbang.

 Distribusi tenaga kesehatan yang merata.

 Tersedianya informasi yang lengkap tentang sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Indonesia sehat 2010

Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuska oleh Depkes (1999) menyatakan bahwa gambaran masyarakat indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Program Indonesia Sehat 2010, yang telah ditetapkan dalam misi pembangunan kesehatan yaitu: untuk menggerakkan pembangunan nasional

memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (DepKes RI, 1999). Apabila seseorang menderita suatu penyakit yang membuat individu tersebut tidak mandiri atau keadaannya menjadi buruk maka akan dirasa kurang mampu dalam proses pembangunan nasional berwawasan kesehatan.

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan (curative), dan pemulihan (rehabilitative) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambugan (UU RI No.39/2009 Bab V pasal 46 dan 47).

Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Dari visi tersebut ada 3 prakondisi yang perlu dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, yakni : lingkungan sehat, dan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Lingkungan sehat adalah lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat

Dalam dokumen Visi Indonesia Sehat 2010 dijelaskan bahwa misi pembangunan kesehatan adalah:

1. Menggerakkan pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyakat beserta lingkungannya.

Dalam stategi pelaksanaannya, visi 2010 dilaksanakan dengan jenjang ke bawah: provinsi sehat 2008, kabupaten/kota sehat 2006, kecamatan sehat 2004, dan desa sehat 2002.

Sejak dicanangkan visi Indonesia sehat pada tahun 2010 telah banyak usahausaha yang dilakukan oleh pemerintah guna mensukseskan visi tersebut.akan tetapi usaha-usaha serta kemajuan yang diraih masih jauh dari target yang ingin dicapai. Hal ini dikarenakan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat serta tingkat partisipasi masyarakat dalam menaikkan derajat kesehatan yang sangat rendah, sehingga menyebabkan kasus-kasus kesehatan seperti angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) pada masyarakatpun semakin meningkat.

Dalam KEPMENKES No : 564/Menkes/SK/VII/2006 mengatakan, kendala- kendala yang dialami dalam partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan yakni kendala geografis yaitu keberadaan sarana kesehatan yang jauh atau kurang lengkap, sosiologis yaitu kondisi sosial yang seakan-akan tidak memperdulikan keadaan ibu yang sedang hamil , ekonomi yang rendah dan budaya kesadaran kembali ke pusat layanan kesehatan yang sangat rendah, masih merupakan masalah utama dalam peningkatan derajat kesehatan di Indonesia yang terimplementasi melalui menurunnya angka kematian ibu dan bayi.

Konsep Dasar Keperawatan Komunitas Definisi

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :

1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok. Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut; 3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;

4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).

Fungsi keperawatan komunitas

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

a. Proses kelompok (Group Process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan- pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.

b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

Peran perawat komunitas sebagai pelaksana kesehatan komunitas

1. Peran pelaksana yaitu perawat memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok / masyarakat berupa asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi pemberian asuhan pencegahan pada tingkat 1, ke 2 maupun yang ketiga, baik direct/indirect.

2. Peran educator, perawat memberikan pembelajaran merupakan dasar dari semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan, perawat mengajarkan tindakan penkes, pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, dan menyusun program health education, memberikan info yang tepat tentang kesehatan.

3. Sebagai pengamat kesehatan perawat melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

4. Role model, perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan, panutan ini digunakan pada semua tingkat pencegahan terutama PHBS, dan menampilkan profesionalisme dalam bekerja.

5. Peran koordinator pelayanan kesehatan, perawat mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lain sehingga pelayanan yang diberikan merupakan kegiatan yang menyeluruh. 6. Peran Koordinator, perawat melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan

kesehatan yang diterima oleh keluarga, dan bekerja sama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan lain, dalam menjalankan supervisi terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan anggota tim.

7. Peran pembaharu, perawat berperan sebagai inovator terhadap inidividu, keluarga dan masyarakat dalam merubah perilaku dan pola hidup yang berkaitan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

8. Peran pengorganisir pelayanan kes, perawat memberikan motivasi untuk mengikutsertakan individu, keluarga dan kelompok dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksnakan di masyarakat, posyandu, dan dana sehat.

9. Peran fasilitator, perawat merupakan tempat bertanya bagi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan, perawat dapat memberikan solusi mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

Peran perawat komunitas dalam pencapaian target MDGs tahun 2015

Peran perawat komunitas dalam pencapaian target MDGs tahun 2015, yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention). Perawat dalam melaksanakan praktik kelapangan melaksanakan atau memberikan asuhan keperawatan di komunitas atau masyarakat pertama, berbasis institusi pendidikan ketika sedang menempuh program diploma, pada saat menempuh program sarjana (tahap akademik dan profesi), pada tahap menempuh pascasarjana baik aplikasi maupun spesialis, dan ketika berada di tatanan tempat kerja yaitu didinkes dan puskesmas.

Orientasi praktik perawat komunitas tidak hanya kepada masalah sakit saja tetapi juga kepada masalah sehat, dimana perawat komunitas mengajarkan kepada masyarakat bagaimana mengatasi sakit supaya tidak terjadi keparahan dan menjadi sehat sehat, dan bagi yang sehat bagaimana menjaga kesehatannya dan meningkatkan kesehatannya. Juga menjadikan masyarakat dari yang tidak tau menjadi tahu, dari yang tidak mau menjadi mau dan dari yang tidak mampu menjadi mampu.

Smith, et.all (1995) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat adalah:

1. Menyediakan pelayanan bagi orang sakit atau orang cacat di rumah mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya,

4. Pencegahan, penyakit dan injuri.

5. Identifikasi standar kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri.

6. Melakukan rujukan.

7. Mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau penyalahgunaan (neglect & abuse).

8. Memberikan pembelaan untuk mendapatkan kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai standart.

9. Kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan adekuat

10. Melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan profesional,

11. Menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan 12. Melaksanakan riset keperawatan

Dalam dokumen MAKALAH KASUS 1 CNP (Halaman 37-48)

Dokumen terkait