• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KASUS 1 CNP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKALAH KASUS 1 CNP"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KASUS 1 Healthy Community

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Community in Nursing Programme

Disusun Oleh :

Heny Junita 220110120011 Neza Nurfitriana 220110120019 Gina Nur Ahdiany 220110120021 Ismail Muhammad Fauzi 220110120037 Astari Saleha Maqbul 220110120038 Nurul Fatimah 220110120075 Nahrullia Endah Rahmawaty 220110120094 Entri Aprilia 220110120096 Sammy Lazuardi Ginanjar 220110120099 Tiara Dwinda Pratiwi 220110120109 Elva Sujana 220110120128 Reggi Prathama 220110120151

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

BAB I PENDAHULUAN...2

1.1 Latar Belakang...2

1.2 Tujuan... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1 PROFIL KESEHATAN INDONESIA...4

2.2 MASALAH KESEHATAN DI INDONESIA...7

2.3 INDIKATOR KESEHATAN MASYARAKAT...9

2.4 PENCAPAIAN MDGs DAN KONSEP SDGs...21

2.5 KOMUNITAS SEHAT DAN KESEHATAN KOMUNITAS...36

BAB III... 47

KESIMPULAN DAN SARAN...47

3.1 Kesimpulan...47

3.2 Saran... 48

DAFTAR PUSTAKA...50

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profil kesehatan di Indonesia belum mencapai target yang diharapkan, karena belum semua indikator kesehatan terpenuhi. Sebelumnya, Indonesia menggalangkan program Indonesia Sehat 2010. Namun, itu semua belum ada keberlanjutannya. Pemerintah sendiri masih menggunakan indikator MDGs untuk mengevaluasi kondisi kesehatan yang terjadi di Indonesia. MDGs akan di evaluasi tahun ini (tahun 2015) dan akan dilanjutkan dengan SDGs tahun 2030.

Setiap negara memiliki indikator kesehatan untuk mengukur derajat kesehatan masyarakatnya. Seperti contoh, Amerika memiliki indikator masyarakat sehat berdasarkan Healthy People 2020.

Indonesia sendiri memiliki gambaran kesehatan yang cukup unik yang terjadi di masyarakat. Masih banyak penyakit infeksi yang menjadi ciri khas penyakit di negara miskin dan berkembang, seperti TBC. Namun, berkembang pula penyakit kronik yang menjadi ciri khas penyakit negara maju, seperti penyakit jantung koroner, diabetes, dan kanker. Ditambah issu terhangat di penghujung tahun 2015 yaitu adanya bencana asap yang melanda wilayah di Sumatra. Bencana ini di kategorikan bukan sebagai bencana nasional, namun memiliki dampak yang cukup fatal baik di negara sendiri maupun negara tetangga. Bencana ini membawa kerugian yang sangat buruk, terutama dalam bidang kesehatan. BMKG menyatakan bahwa sedikitnya telah ada 5 orang yang meninggal akibat bencana asap ini. Indeks udara pun sudah tergolong sangat berbahaya. Keadaan inilah yang akan semakin menyulitkan Indonesia untuk mencapai target Indonesia Sehat dalam MDGs 2015.

(4)

konsep SDGs juga penting untuk diketahui. Dengan harapan, setelah mengetahui itu semua gambaran komunitas sehat dan konsep kesehatan komunitas dapat dipahami dengan baik.

1.2 Tujuan

1. Menjelaskan profil kesehatan di Indonesia 2. Menjelaskan masalah kesehatan di Indonesia 3. Menjelaskan indikator kesehatan masyarakat 4. Pencapaian MDGs dan konsep SDGs

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PROFIL KESEHATAN INDONESIA

Visi dan Misi Visi Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan

Misi

 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani

 Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan

 Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan  Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik

Strategi

 Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global.  Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan

berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.

 Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.

 Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang

merata dan bermutu.

 Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.

 Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan

berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab.

(6)

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi.

2. Inklusif

Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.

3. Responsif

Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penangnganan yang berbeda pula.

4. Efektif

Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat efisien

5. Bersih

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel.

Visi Misi Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat 2013-2018 Visi

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat Masyarakat Jawa Barat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat

Misi

(7)

2. Menjamin Pelayanan Kesehatan yang Prima

3. Mendukung Sumber Daya Pembangunan Kesehatan 4. Regulator Pembangunan Kesehatan di Jawa Barat

Isu Strategis

1. Kejadian beberapa penyakit menular, tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi makin meningkat. Terdapat beban ganda penyakit diluar sasaran MDGs 2015, ancaman munculnya penyakit new emerging & re-emerging serta Kejadian Luar Biasa (KLB) yang diakibatkan perubahan perilaku manusia dan lingkungan;

2. Sistem Kesehatan perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di masa yang akan datang baik dari sisi kuantitas maupun kualitas;

3. Sistem Pelayanan kesehatan belum efektif & efisien, masih berorientasi kepada kuratif daripada promotif & preventif, hal ini terlihat dari proporsi anggaran lebih tinggi untuk kuratif;

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum menjadi bagian dari budaya di masyarakat;

5. Kualitas kesehatan lingkungan masih rendah sebagai akibat dari pembangunan yang tidak berwawasan kesehatan;

6. Sumber Daya Kesehatan belum sesuai dengan standar untuk memenuhi pelayanan kesehatan prima;

7. Regulasi kesehatan perlu dilengkapi dan Sistem Informasi Kesehatan belum terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan.

Program 1. Program promosi kesehatan

2. Program Pengembangan lingkungan sehat 3. Program Pelayanan Kesehatan

4. Program Pengendalian Penyakit Menular dan tidak menular 5. Program Sumber Daya Kesehatan

(8)

2.2 MASALAH KESEHATAN DI INDONESIA

Data dikumpulkan dari sampel yang mewakili Indonesia, meliputi 41.590 kematian sepanjang 2014, dan pada semua kematian itu dilakukan autopsi verbal, sesuai pedoman Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara real time oleh dokter dan petugas terlatih

Dari data itu terlihat bahwa 10 jenis penyakit paling sering menjadi penyebab kematian di Indonesia adalah penyakt :

1. Cerebrovaskular atau pembuluh darah di otak seperti pada pasien stroke. 2. Penyakit jantung iskemik.

3. Diabetes Melitus dengan komplikasi. 4. Tubercolusis pernapasan.

5. Hipertensi atau tekanan darah tinggi dengan komplikasi.

6. Penyakit pernapasan khususnya Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). 7. Penyakit liver atau hati.

8. Akibat kecelakaan lalu lintas. 9. Pneumonia atau radang paru-paru.

10.Diare atau gastro-enteritis yang berasal dari infeksi.

Menurut Tjandra Yoga, data tersebut di atas menunjukkan ada peningkatan peringkat Penyakit Tidak Menular (PTM) atau sering juga disebut sebagai penyakit degeneratif sebagai penyebab kematian di Indonesia.

a. Jenis Masalah

1) Tingginya angka pertumbuhan penduduk. 2) Tingginya angka kematian ibu dan anak

3) Tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit menular 4) Tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit tidak menular 5) Masalah kesehatan lingkungan :

 Keadaan lingkungan fisik dan biologis yang belum memadai.

 Sarana air bersih dan fasilitas kesehatann yang belum merata.

 Pembinaan program peningkatan kesehatan lingkungan belum berjalan seperti yang diharapkan.

b. Penyebab Masalah 1) Faktor sosial ekonomi

(9)

 Tingkat penghasilan yang rendah

 Kurangnya Kesadaran pemeliharaan kesehatan

2) Gaya hidup dan perilaku masyarakat

 Banyak kebiasaan masyarakat yang merugukan kesehatan

 Adat istiadat yang tidak menunjang peningkatan kesehatan

3) Lingkungan masyarakat

 Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.

 Kurangnya tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan.

4) System pelayanan kesehatan

 Cakupan pelayanan kesehatan yang belum menyeluruh

 Upaya pelayanan kesehatan yang sebagaian besar masih berorientasi pada pelayanan kuratif.

Masalah kesehatan di Jawa Barat

1. Masih tingginya AKI dan AKB. Berdasarkan Susenas 2008, AKI Jabar masih berkisar pada 28/100.000 penduduk.

2. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena beberapa penyakit menular maupun tudak menular. Penyakit menular yaitu DBD, diare, TBC, kusta, malaria, filariasis. Jawa Barat sudah harus mulai memberikan perhatian khusus pula terhadap penyakit yang tidak menular karena data 2008 didapatkan beberapa penyakit tidak menular yang mulai meninggi di Jabar seperti penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis, gangguan emosional, gastritis, serta radang gout.

3. Masih ditemukannya masalah kekurangan gizi. Masalah gizi ini hampir menyebar di semua kabupaten/kota. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan keluarga dalam memilih makanan atau ketidakterjangkauan masyarakat untuk mengakses makanan yang seimbang.

(10)

tenaga kesehatan, mulai dari tenaga dokter sampai tenaga kesehatan lainnya.

5. Kurang meratanya sarana dan prasaran pendukung kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, polindes, dll. Padahal aksesibilitas masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi pula oleh ketersediaan sarana kesehatan mulai dari puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, polindes, bahkan rumah sakit swasta atau dokter/bidan praktik swasta. Penyebaran fasilitas kesehatan yang lebih banyak di kota juga berhubungan dengan penyebaran tenaga kesehatan. 6. Pembiayaan kesehatan yang masih rendah. Data menunjukkan besaran

biaya kesehatan yang disediakan pemerintah tidak jauh berkisar di antara 2,5-3,5%.

7. Lemahnya peran serta masyarakat di bidang kesehatan.

2.3 INDIKATOR KESEHATAN MASYARAKAT

Target pencapaian Indonesia Sehat

Mortalitas

 Meminimalkan angka kematian bayi

 Meminimalkan angka kematian ibu yang melahirkan

 Menaikkan harapan hidup waktu lahir

 Meminimalkan angka kematian balita

Morbiditas

 Meminimalkan angka kesakitan akibat DBD (Demam Berdarah Dengue)

 Meminimalkan angka kesakitan (morbiditas) malaria pada penduduk

 Meminimalkan angka prevelensi HIV

 Menaikkan kesembuhan TB Paru BTA+

Status Gizi

 Menaikkan angka bebas rawan gizi buruk

(11)

Langkah yang dilakukan untuk mencapai target

Lingkungan

 Menaikkan presentase jumlah rumah sehat

 Menaikkan presentase jumlah tempat dan fasilitas umum sehat

Perilaku Hidup Masyarakat

 Menaikkan presentase jumlah keberadaan Posyandu sehat dan mandiri

 Menaikkan presentase jumlah rumah tangga dengan perilaku sehat

Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

 Menaikkan presentase jumlah penduduk yang memanfaatkan Puskesmas

 Menaikkan presentase jumlah penduduk yang memanfaatkan Rumah Sakit

 Menaikkan presentase jumlah sarana kesehatan

 Menaikkan presentase jumlah obat generik berlogo dalam persediaan obat

Indikator Proses yang hendak dicapai

Pelayanan Kesehatan

 Menaikkan presentase jumlah persalinan oleh tenaga medis

 Menaikkan presentase jumlah desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI)

 Mengurangi presentase jumlah desa yang terkena KLB dan penanganannya <24 jam

 Menaikkan presentase jumlah ibu hamil yang menerima tablet Fe

 Menaikkan presentase jumlah bayi yang menerima ASI ekslusif

 Menaikkan presentase jumlah murid SD yang menerima pemeriksaan mulut dan gigi

 Menaikkan presentase jumlah pekerja yang mendapat pelayanan kesehatan

kerja

 Menaikkan presentase jumlah pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin

(12)

 Menaikkan rasio dokter

 Menaikkan rasio dokter spesialis

 Menaikkan rasio dokter keluarga

 Menaikkan rasio dokter gigi

 Menaikkan rasio apoteker

 Menaikkan rasio bidan

 Menaikkan rasio perawat

 Menaikkan rasio ahli gizi

 Menaikkan rasio ahli sanitasi

 Menaikkan rasio ahli kesehatan masyarakat

 Penduduk wajib diberikan dan mendapat jaminan pelayanan kesehatan

Manajemen Kesehatan

 Kabupaten/Kota harus atau wajib memiliki dokumen sistem kesehatan

 Kabupaten/Kota harus atau wajib memiliki Contingency Plan untuk masalah kesehatan akibat bencana

 Menaikkan presentase jumlah Kabupaten/Kota yang membuat profil kesehatan

 Menaikkan presentase jumlah Propinsi yang memiliki Provincial Health Account

Kontribusi Sektor Terkait

 Menaikkan presentase jumlah keluarga yang memiliki akses air bersih

 Menaikkan presentase jumlah pasangan subur yang menjadi akseptor KB

 Meminimalkan angka kecelakaan lalu lintas

 Meminimalkan angka penduduk tuna aksara

Indikator Kesehatan Menurut WHO

Secara umum, WHO menetapkan standar kesehatan Global yang dinilai dari indikator sebgai berikut:

(13)

2. Cause-Specific mortalitas dan morbiditas 3. Data penyakit infeksius

4. Pelayanan kesehatan yang memadai 5. Faktor resiko penyebab penyakit

6. Petugas kesehatan, infrastruktur, dan pengobatan yang diperlukan 7. Pengeluaran dalam bidang kesehatan

8. Ketidakadilan hukum yang berlaku dalam bidang kesehatan 9. Statistic demografi dan sosial ekonomi

10. Sistem informasi kesehatan dan ketersediaannya data yang menunjang

Indikator Kesehatan menurut WHO yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat, terdiri dari indicator komprehensif dan indicator spesifik,

diantaranya:

1. Indikator komprehensif

- Angka kematian kasar menurun

- Rasio angka moralitas proporsional rendah - Umur harapan hidup meningkat

2. Indikator spesifik

- Angka kematian ibu dan anak menurun

- Angka kematian karena penyakit menular menurun - Angka kelahiran menurun

Indikator Pencapaian Kesehatan Tingkat Nasional

Target kinerja merupakan penilaian dari pencapaian program yang diukur secara berkala dan dievaluasi pada akhir tahun 2019. Sasaran kinerja dihitung secara kumulatif selama lima tahun dan berakhir pada tahun 2019.

1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

(14)

dukungan manajemen Kementerian Kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah:

a. Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan sebanyak 15 kebijakan.

b. Persentase harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya sebesar 98%.

Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:

 Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan

 Pembinaan Administrasi Kepegawaian

 Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara

 Perumusan Peraturan Perundang-Undangan dan Organisasi

 Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan, dan Gaji

 Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan

 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

 Penanggulangan Krisis Kesehatan

 Pengelolaan Komunikasi Publik

 Peningkatan Intelegensia Kesehatan

 Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji

 Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri

 Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia

2. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

(15)

a. Jumlah dokumen hasil studi/monitoring dan evaluasi pelaksanaan JKN/KIS sebanyak 52 dokumen.

b. Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan sebanyak 16 dokumen.

c. Jumlah dokumen kebijakan realisasi iuran peserta Penerima Bantuan Iuran JKN/KIS sebanyak 14 dokumen.

3. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan

Sasaran program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur adalah meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya reformasi birokrasi. Indikator tercapainya sasaran adalah persentase satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara <1% sebesar 100%. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:

 Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat I

 Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat II

 Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat III

 Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat IV

 Peningkatan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Kesehatan

 Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan

4. Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

(16)

a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 85%. b. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik sebesar 18,2%.

Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:

 Pembinaan Perbaikan Gizi Masyarakat

 Pembinaan Kesehatan Bayi, Anak dan Remaja

 Pembinaan Kesehatan Ibu dan Reproduksi

 Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

 Pembinaan Kesehatan Tradisional dan Komplementer

 Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Dan Anak

5. Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Sasaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan adalah menurunnya penyakit menular, penyakit tidak menular, dan peningkatan kualitas lingkungan. Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

a. Persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan sebesar 40%.

b. Persentase penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu sebesar 40%.

c. Persentase kabupaten/kota yang mempunyai Kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar 100%.

d. Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%.

Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:

 Pembinaan Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra

(17)

 Pengendalian Penyakit Menular Langsung

 Pengendalian Penyakit Tidak Menular

 Penyehatan Lingkungan

 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 6. Program Pembinaan Upaya Kesehatan

Sasaran program pembinaan upaya kesehatan adalah meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat. Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yan.g tersertifikasi terakreditasi sebanyak 5.600 kecamatan.

b. Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional sebanyak 481 kabupaten/kota. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:

 Pembinaan Upaya Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan

 Pembinaan Pelayanan Keperawatan dan Ketekhnisian Medik

 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar

 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan

 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Jiwa

 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Pembinaan Upaya Kesehatan

7. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT). Indikator tercapainya sasaran adalah:

a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%.

(18)

c. Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 83%.

Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:

 Peningkatan Pelayanan Kefarmasian

 Peningkatan Ketersediaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan

 Peningkatan Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan

 Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

8. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sasaran program pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan adalah kegiatan ini adalah meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah:

a. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan sebanyak 5.600 Puskesmas.

b. Persentase RS kabupaten/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang sebesar 60%. c. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya

sebanyak 56.910 orang.

Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:

 Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan bagi SDM Kesehatan

 Pendidikan Tinggi dan Peningkatan Mutu SDM Kesehatan

 Pendidikan dan Pelatihan Aparatur

 Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

(19)

 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

 Perencanaan SDM Kesehatan

 Pelaksanaan Internship Tenaga Kesehatan

 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan

 Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi

9. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Sasaran program penelitian dan pengembangan kesehatan adalah meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah:

a. Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI sebanyak 35 dokumen.

b. Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan sebanyak 120 rekomendasi.

c. Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat sebanyak 5 dokumen.

Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:

 Penelitian dan Pengembangan Bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

 Penelitian dan Pengembangan Humaniora, Kebijakan Kesehatan

dan Pemberdayaan Masyarakat

 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

(20)
(21)

2.4 PENCAPAIAN MDGs DAN KONSEP SDGs Delapan Tujuan MDGs :

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan 2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua

3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan 4. Menurunkan angka kematian anak

5. Meningkatkan kesehatan ibu

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya 7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

TUJUAN TARGET PENCAPAIAN

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

1. Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya dibawah $1 PPP per hari menjadi setengah antara 1990-2015.

2. Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990-2015.

(22)

pada tahun 2015. 2. Pendidikan dasar

untuk semua

3. Memastikan pada 2015 semua anak-anak dimanapun laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar.

Upaya tentang pendidikan dasar dan melek huruf sudah menuju pada pencapaian target 2015 (on-track). Bahkan Indonesia menetapkan pendidikan dasar melebihi target MDGs dengan menambahkan SMP sebagai sasaran pendidikan dasar universal. Pada tahun 2008/2009 angka partisipasi kasar (APK) SD/MI termasuk paket A telah mencapai 116,77% dan angka kepastian murni (APM) sekitar 95,23%. Pada tingkat sekolah dasar acara umum disparitas partisipasi pendidikan antar provinsi semakin menyempit dengan APM di hampir semua provinsi telah mencapai >90,0%.

3. Mendorong

kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

4. Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005 dan disemua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.

(23)

sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 diperkirakan dapat tercapai. Target kematian anak diperkirakan akan dapat tercapai.

5. Meningkatkan kesehatan ibu

6. Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990-2015.

Angka kematian ibu melahirkan menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut. Upaya menurunkan angka kematian ibu didukung pula dengan meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan menurunkan unmet need yang dilakukan melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. 6. Memerangi

HIV/AIDS malaria, dan penyakit menular lainnya

7. Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunkannya jumlah kasus baru pada 2015.

8. Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada 2015.

Tingkat prevalensi HIV/AIDS cenderung meningkat di Indonesia, terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu pengguna narkoba suntik dan pekerja seks. Jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia meningkat dua kali lipat antara 2004 dan 2005. Angka kejadian malaria per-1000 penduduk menurun dari 4,68 pada tahun 1990 menjadi 1,85 pada tahun 2009. Sementara itu, pengendalian penyakit tuberkulosis yang meliputi penemuan kasus dan pengobatan telah mencapai target.

7. Memastikan keberlanjutan

9. Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program

(24)

10. Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015.

11. Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020.

20 tahun kedepan telah dilakukan.

Proporsi rumah tangga dengan akses air minum layak meningkat dari 37,73% pada tahun 1993 menjadi 47,71% pada tahun 2009. Sementara itu, proporsi rumah tangga dengan akses sanitasi layak mingkat dari 24,81% (1993) menjadi 51,19% (2009). Untuk mengakselerasi pencapaian target air minum dan sanitasi yang layak terus dilakukan melalui investasi penyediaan air minum dan sanitasi yang layak terus di lakukan melalui investigasi penyediaan air minum dan sanitasi, terutama untuk melayani jumlah penduduk perkotaan yang terus meningkat. Untuk daerah pedesaan, penyediaan air minum dan sanutasi dilakukan melalui upaya pemberdayaan masyarakat agar memiliki tanggungjawab dalam pengelolaan infrastruktur dan pembangunan sarana.

8. Membangun

kemitraan global untuk pembangunan

12. Melakukan pembangunan lebih lanjut sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif.

13. Penanggulangan masalah pinjaman luar negeri

(25)

yang berkesinambungan dalam jangka panjang. 14. Bekerja sama dengan negara-negara

berkembang dalam mengembangkan dan menerapkan strategi untuk menciptakan lapangan kerja yang layak dan produktif bagi penduduk usia muda.

15. Bekerja sama dengan sektor swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.

(26)

Tujuan 1 (Target 1A) : Penurunan tingkat kemiskinan yang diukur terhadap garis kemiskinan nasional dari 13,3% (2010) menjadi 7,5% (2015)

(27)

Tujuan 2 :Mencapai pendidikan dasar untuk semua

Tujuan 3 : Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

Angka melek huruf kelompok perempuan usia 15-24 tahun telah mencapai 99,40%, sementara itu pada laki-laki mencapai 99,55%.

(28)

Angka kematian anak balita menurun dari 97 (1991) menjadi 44 per 1.000 kelahiran (2007) dan diperkirakan target 32 per 1.000 kelahiran pada tahun 2015 dapat tercapai.

Tujuan 5 : Meningkatkan kesehatan ibu

AKI menurun dari 390 (1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (2007). Perlu upaya keras untuk mencapai target tahun 2015: 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Tujuan 6 :

(29)

Jumlah penderita HIV / AIDS meningkat, khususnya di antara kelompok risiko tinggi pengguna narkoba suntik dan pekerja seks. Tingkat kenaikan sangat tinggi di beberapa daerah di mana pengetahuan dan kesadaran tentang penyakit ini rendah.

(30)

Angka kesakitan malaria cenderung menurun dari 4,68 (1990) menjadi 18,5 per 1.000 penduduk pada tahun 2009.

Prevalensi malaria secara nasional berdasarkan diagnosis klinis adalah 2,89%.Disparitas angka prevalensi antarwilayah berkisar antara 0,2% dan 2,61%. c. Tuberkulosis

Terjadi peningkatan penemuan kasus tuberkulosis dari 20,0 % (2000) menjadi 73,1 % (2009) dari target 70,0 % (2015)

Penurunan prevalensi tuberkulosis dari 443 kasus pada 1990 menjadi 244 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2009

(31)

a.

Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinam-bungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang

Rehabilitasi 2jt hektar hutan pada tahun 2003 dan 2007 melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, telah meningkatkan tutupan lahan yang cukup signifikan. Namun, untuk mengejar angka baseline 1990 dibutuhkan upaya reboisasi, penghijauan, dan pencegahan pembalakan yang lebih intensif.

(32)

Akses terhadap air minum layak Akses terhadap sanitasi layak c. Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di

(33)

Estimasi kondisi permukiman kumuh di Indonesia didekati dengan menghitung proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan telah menurun 8,63% sejak 1993 perlu perhatian khusus untuk mencapai target 6% pada 2020

Tujuan 8 : Membangun kemitraan global untuk pembangunan

Penurunan rasio utang luar negeri terhadap GDP dari 24,59 % (1996) menjadi 10,89 % (2009). Rasio utang juga telah dikurangi dari 51 % (1996) menjadi 22 % (2009)

EVALUASI MDGs

1. Target MDGs yang telah dicapai

(34)

Tingkat kemiskinan ekstrim, yaitu proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan per kapita <1 USD per hari, telah menurun dari 20,6% (1990) menjadi 5,9% (2008).

b. Tujuan 3 : Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan  Target untuk kesetaraan gender dalam semua jenis dan pendidikan

diperkirakan akan tercapai

 Rasio APM perempuan terhadap laki-laki di SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B berturut-turut sebesar 99,73% dan 101,99% (2009)

 Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun telah mencapai 99,85%

c. Tujuan 6 (Target 6C) : Mengendalikan penyakit TB

 Terjadi peningkatan penemuan kasus tuberkulosis dari 20,0% (2000) menjadi 73,1% (2009) dari target 70,0% (2015)

 Penurunan prevalensi tuberkulosis dari 443 kasus (1990) menjadi 244 kasus per 100.000 penduduk (2009)

2. Target MDGs yang telah menunjukkan kemajuan signifikan

a. Tujuan 1 (Target 1C) : Menurunkan separuh proporsi penduduk yang menderita kelaparan

 Terjadi peningkatan penemuan kasus tuberkulosis dari 20,0% (2000) menjadi 73,1% (2009) dari target 70,0% (2015)

 Penurunan prevalensi tuberkulosis dari 443 kasus (1990) menjadi 244 kasus per 100.000 penduduk (2009)

b. Tujuan 2 : Mencapai pendidikan dasar untuk semua

 Angka partisipasi murni untuk pendidikan dasar mendekati 100%

 Tingkat melek huruf penduduk mencapai 99,47 % (2009)

c. Tujuan 3 : Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan  Rasio APM perempuan terhadap laki-laki di SM/MA/Paket C dan

(35)

d. Tujuan 4 : Menurunkan angka kematian anak

 Angka kematian balita menurun dari 97 (1991) menjadi 44 per 1.000 kelahiran (2007)

 Diperkirakan target 32 per 1.000 kelahiran pada tahun 2015 dapat tercapai

e. Tujuan 8 : Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

 Indonesia telah berhasil mengembangkan perdagangan serta sistem keuangan yang terbuka, berdasarkan aturan, bisa diprediksi dan non-diskriminatif - terbukti dengan adanya kecenderungan positif dalam indikator yang berhubungan dengan perdagangan dan sistem perbankan nasional

 Kemajuan signifikan telah dicapai dalam mengurangi rasio utang LN terhadap PDB dari 24,6% (1996) menjadi 10,9% (2009)

 Rasio utang pemerintah (Debt Service Ratio) telah dikurangi dari 51% (1996) menjadi 22% (2009)

3. Target MDGs yang memerlukan kerja keras

a. Tujuan 1 : Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

Indonesia telah menaikkan ukuran target pengurangan kemiskinan dan akan memberikan perhatian khusus untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang diukur terhadap garis kemiskinan nasional dari 13,33% (2010) menjadi 8-10% pada 2014.

b. Tujuan 5 (Target 5A) : Meningkatkan kesehatan ibu

 Angka kematian ibu menurun dari 390 (1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (2007)

 Diperlukan upaya keras untuk mencapai target pada tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.

c. Tujuan 6 (Target 6A) : Mengendalikan HIV/AIDS

 Jumlah penderita HIV / AIDS meningkat, khususnya di antara

(36)

 Tingkat kenaikan juga sangat tinggi di beberapa daerah di mana kesadaran tentang penyakit ini rendah.

d. Tujuan 7 : Menjamin kelestarian lingkungan hidup

 Indonesia memiliki tingkat emisi gas rumah kaca yang tinggi, namun tetap berkomitmen untuk meningkatkan tutupan hutan, menghilangkan pembalakan liar dan mengimplementasikan kerangka kerja kebijakan untuk mengurangi emisi karbon dioksida paling sedikit 26 % selama 20 tahun ke depan.

 Saat ini hanya 47,73 % rumah tangga yang memiliki akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan 51,19 % yang memiliki akses sanitasi yang layak.

 Diperlukan perhatian khusus, untuk mencapai target MDG pada tahun 2015

TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SDGs :

1. Mengahapus kemiskinan dalam segala bentuknya di mana pun

2. Mengakhiri kelaparan, mencapai keamanan pangan dan perbaikan gizi, dan memajukan pertanian berkelanjutan

3. Memastikan hidup yang sehat dan memajukan kesejahteraan bagi semua orang di semua usia

4. Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan adil serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua

5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi bagi yang berkelanjutan bagi semua

(37)

8. Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan inklusif, kesempatan kerja yang penuh dan produktif serta pekerjaan yang layak bagi semua

9. Membangun infrastruktur yang tangguh, menggalakkan industrialisasi yang berkelanjutan dan inklusif dan mengembangkan inovasi

10. Mengurangi ketimpangan di dalam dan diantara Negara-negara

11. Membuat kota dan permukiman manusia menjadi inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan

12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan

13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan ikllim dan dampak-dampaknya

14. Menghemat dan menjaga kesinambungan dalam menggunakan samudera, laut dan sumber daya untuk pembangunan yang berkelanjutan

15. Melindungi, memulihkan dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi desertifikasi, dan menghentikan degradasi tanah cadangan serta menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati

16. Mendorong kehidupan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua, dan membangun institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua tingkatan

17. Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan

2.5 KOMUNITAS SEHAT DAN KESEHATAN KOMUNITAS

Definisi

(38)

melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006). Perlu dibedakan pengertian komunitas dan masyarakat. Masyarakat, dalam bahasa Inggris disebut “society” atau “human society” adalah “A group of people related to each other through persistent relations such as social status, roles and social networks. By extension, society denotes the people of a region or country, sometimes even the world, taken as a whole” – Masyarakat adalah kelompok orang yang terhubungkan satu dengan lainnya melalui relasi terus-menerus seperti status sosial, peran, dan jejaring sosial. Perluasan pengertian masyarakat adalah kumpulan orang-orang di suatu wilayah atau negara, bahkan kadang-kadang secara keseluruhan di seluruh dunia.

Dijelaskan, bahwa yang dimaksud beban ganda dalam pembangunan kesehatan adalah meningkatnya beberapa penyakit menular (re-emerging desease), sementara penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif mulai meningkat. Di samping itu, telah timbul pula berbagai penyakit baru (new-emerging desease)

Ciri-ciri masyarakat

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambilkesimpulan bahwa masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a) Ada interaksi antara sesama anggota masyarakat.

Di dalam masyarakat terjdi interaksi sosial yang merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara perseorangan, antara kelompok-kelompok, maupun antara perseorangan dengan kelompok. Untuk terjadinya interaksi sosial harus ada 2 syarat, yaitu :

(39)

Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya, baik dalam ruang lingkup yang kecil (RT/RW), desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan bahkan negara.

c) Saling tergantung satu dengan yang lainnya.

Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing dan saling melengkapi.

d) Memiliki adat istiadat/budaya tertentu.

Adat istiadat dan budaya diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat yang mencakup bidang yang sangat luas diantara tata cara berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian ataupun sistem kekerabatan dan sebagainya.

e) Memiliki identitas bersama.

Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali oleh anggota masyarakat lainnya. Hal ini penting untuk menopang kehidupan dalam bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok dapat berupa lambang-lambang, bahasa, pakaian, simbol-simbol tertentu dari perumahan, benda-benda tertentu, seperti : alat pertanian, senjata tajam, kepercayaan dsb.

Ciri-ciri masyarakat sehat

a) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

b) Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative terutama untuk ibu dan anak.

c) Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup.

(40)

Indikator masyarakat sehat

Menurut WHO, beberapa indikator masyarakat sehat antara lain : 1) Indikator yang berhubungan dengan Status Kesehatan Masyarakat.

a. Indikator Komprehensif

 Penurunan angka kematian kasar

 Umur Harapan Hidup yang semakin meningkat

b. Indikator Spesifik

 Penurunan angka kematian ibu dan anak

 Penurunan angka kematian karena penyakit menular

 Penurunan angka kelahiran

2) Indikator Pelayanan Kesehatan.

 Rasio antara jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan yang seimbang.

 Distribusi tenaga kesehatan yang merata.

 Tersedianya informasi yang lengkap tentang sarana dan fasilitas

pelayanan kesehatan.

Indonesia sehat 2010

Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuska oleh Depkes (1999) menyatakan bahwa gambaran masyarakat indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.

(41)

memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (DepKes RI, 1999). Apabila seseorang menderita suatu penyakit yang membuat individu tersebut tidak mandiri atau keadaannya menjadi buruk maka akan dirasa kurang mampu dalam proses pembangunan nasional berwawasan kesehatan.

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan (curative), dan pemulihan (rehabilitative) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambugan (UU RI No.39/2009 Bab V pasal 46 dan 47).

Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dari visi tersebut ada 3 prakondisi yang perlu dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, yakni : lingkungan sehat, dan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Lingkungan sehat adalah lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat

Dalam dokumen Visi Indonesia Sehat 2010 dijelaskan bahwa misi pembangunan kesehatan adalah:

1. Menggerakkan pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau

(42)

Dalam stategi pelaksanaannya, visi 2010 dilaksanakan dengan jenjang ke bawah: provinsi sehat 2008, kabupaten/kota sehat 2006, kecamatan sehat 2004, dan desa sehat 2002.

Sejak dicanangkan visi Indonesia sehat pada tahun 2010 telah banyak usahausaha yang dilakukan oleh pemerintah guna mensukseskan visi tersebut.akan tetapi usaha-usaha serta kemajuan yang diraih masih jauh dari target yang ingin dicapai. Hal ini dikarenakan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat serta tingkat partisipasi masyarakat dalam menaikkan derajat kesehatan yang sangat rendah, sehingga menyebabkan kasus-kasus kesehatan seperti angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) pada masyarakatpun semakin meningkat.

Dalam KEPMENKES No : 564/Menkes/SK/VII/2006 mengatakan, kendala-kendala yang dialami dalam partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan yakni kendala geografis yaitu keberadaan sarana kesehatan yang jauh atau kurang lengkap, sosiologis yaitu kondisi sosial yang seakan-akan tidak memperdulikan keadaan ibu yang sedang hamil , ekonomi yang rendah dan budaya kesadaran kembali ke pusat layanan kesehatan yang sangat rendah, masih merupakan masalah utama dalam peningkatan derajat kesehatan di Indonesia yang terimplementasi melalui menurunnya angka kematian ibu dan bayi.

Konsep Dasar Keperawatan Komunitas Definisi

(43)

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :

1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok. Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut; 3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;

4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).

Fungsi keperawatan komunitas

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.

(44)

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

a. Proses kelompok (Group Process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.

b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

(45)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

Peran perawat komunitas sebagai pelaksana kesehatan komunitas

1. Peran pelaksana yaitu perawat memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok / masyarakat berupa asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi pemberian asuhan pencegahan pada tingkat 1, ke 2 maupun yang ketiga, baik direct/indirect.

2. Peran educator, perawat memberikan pembelajaran merupakan dasar dari semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan, perawat mengajarkan tindakan penkes, pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, dan menyusun program health education, memberikan info yang tepat tentang kesehatan.

3. Sebagai pengamat kesehatan perawat melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

4. Role model, perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan, panutan ini digunakan pada semua tingkat pencegahan terutama PHBS, dan menampilkan profesionalisme dalam bekerja.

5. Peran koordinator pelayanan kesehatan, perawat mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lain sehingga pelayanan yang diberikan merupakan kegiatan yang menyeluruh. 6. Peran Koordinator, perawat melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan

(46)

7. Peran pembaharu, perawat berperan sebagai inovator terhadap inidividu, keluarga dan masyarakat dalam merubah perilaku dan pola hidup yang berkaitan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

8. Peran pengorganisir pelayanan kes, perawat memberikan motivasi untuk mengikutsertakan individu, keluarga dan kelompok dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksnakan di masyarakat, posyandu, dan dana sehat.

9. Peran fasilitator, perawat merupakan tempat bertanya bagi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan, perawat dapat memberikan solusi mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

Peran perawat komunitas dalam pencapaian target MDGs tahun 2015

Peran perawat komunitas dalam pencapaian target MDGs tahun 2015, yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention). Perawat dalam melaksanakan praktik kelapangan melaksanakan atau memberikan asuhan keperawatan di komunitas atau masyarakat pertama, berbasis institusi pendidikan ketika sedang menempuh program diploma, pada saat menempuh program sarjana (tahap akademik dan profesi), pada tahap menempuh pascasarjana baik aplikasi maupun spesialis, dan ketika berada di tatanan tempat kerja yaitu didinkes dan puskesmas.

Orientasi praktik perawat komunitas tidak hanya kepada masalah sakit saja tetapi juga kepada masalah sehat, dimana perawat komunitas mengajarkan kepada masyarakat bagaimana mengatasi sakit supaya tidak terjadi keparahan dan menjadi sehat sehat, dan bagi yang sehat bagaimana menjaga kesehatannya dan meningkatkan kesehatannya. Juga menjadikan masyarakat dari yang tidak tau menjadi tahu, dari yang tidak mau menjadi mau dan dari yang tidak mampu menjadi mampu.

Smith, et.all (1995) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat adalah:

1. Menyediakan pelayanan bagi orang sakit atau orang cacat di rumah mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya,

(47)

4. Pencegahan, penyakit dan injuri.

5. Identifikasi standar kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri.

6. Melakukan rujukan.

7. Mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau penyalahgunaan (neglect & abuse).

8. Memberikan pembelaan untuk mendapatkan kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai standart.

9. Kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan adekuat

10. Melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan profesional,

(48)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1Kesimpulan

(49)

pada masyarakat miskin, rentan dan berisiko tinggi serta penanganan masalah kesehatan akibat bencana masih belum memadai. Sistem perencanaan dan penganggaran Departemen Kesehatan belum optimal, yang salah satu penyebabnya adalah kurangnya dukungan informasi kesehatan yang memadai, sistem pengendalian, pengawasan dan pertanggungjawaban kinerja Departemen Kesehatan belum berjalan lancar karena belum jelasnya dukungan dan kepastian hukum. Demikian pula halnya standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan dirasakan masih kurang memadai, baik jumlah maupun kualitasnya. Penelitian dan pengembangan kesehatan belum optimal termasuk pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta pengembangan sumber daya kesehatan masih belum merata dan belum sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Masalah lain yang tidak kalah pentingnya menjadi kendala dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah kebijakan pembangunan kesehatan yang bersifat monokultur, yang berorientasi pada proses pembangunan model Barat yaitu pembangunan kesehatan yang dilakukan dengan mengedepankan rasionalitas tujuan, dengan mengarahkan pembangunan dalam terminologi construction, terfokus pada pembangunan fisik dan kuantitatif.

3.2Saran

2. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dengan sasaran seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar gizi.

(50)

4. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan dengan sasaran setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat kepada kepada kepala desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat, setiap kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan masyarakat, semua ketersediaan farmasi, makanan dan pembekalan kesehatan memenuhi syarat, terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan serta berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh Indonesia.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2015). Indikator Indonesia Sehat 2015. http://sehat.link/1434.info. Bandung, D. K. (2012). Indikator Kinerja Utama. 1-7.

CNN. (2015). 10 Penyakit Paling Mematikan di Indonesia.

Dian. (2010). Masalah Kesehatan di Indonesia. http://merahsatu.com/masalah-kesehatan-di-indonesia-saat-ini/.

http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150513163407-255-53129/10-penyakit-paling-mematikan-di-indonesia/.

http://www.depkes.go.id/article/view/13010100001/profil-visi-dan-misi.html. Indonesia, K. K. (2015). Rencana Strategis Kemetrian Kesehatan Tahun 2015-2019.

Jaji. (2012). Peran Keperawatan Komunitas dalam Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat Menuju MDGs 2015. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Kemenkes. (2014). Visi Misi Kesehatan di Indonesia. Keputusan Mentri Kesehatan republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 , 66-94.

(52)

LAMPIRAN

Lampiran SGD step 1-5 Step 1.

1. Sammy MDGs

Nurul Millenium Developmental Goals (capaian negara yang memiliki 8 goals, 4 goals dalam bidang kesehatan)

2. Tiara  SDGs

Entri  Suistainable Developmental Goals (keberlanjutan dari MDGs. Terdapat 17 goals, 8 goals turunan dari MDGs)

Heni untuk menghapuskan kemiskinan, kelaparan, meningkatkan pendidikan dan kesehatan, perang melawan iklim, dsb

Step 2.

1. Astari : Tindakan apa yang harus pemerintah lakukan untuk mengurangi bencana asap ?

2. Tiara : Apa penyebab indikator masyarakat sehat tidak terpenuhi ? 3. Nurul : Indikator Indonesia Sehat ?

4. Ismail : Program Pemerintah ketika MDGs dan SDGs ?

5. Nahe : Mengapa dibandingkan dengan healthy people di Amerika ?

6. Sammy : Masalah kesehatan utama apa yang masih merajalela di Indonesia ? 7. Elva : Program pemerintah dikatakan berhasil apabila ?

8. Gina : Peran perawat dalam menangani isu ini ?

9. Heni : Indonesia apakah masuk kedalam negara maju atau berkembang ? 10. Entri : Apakah di negara lain MDGs mereka sudah tercapai ? Upayanya

bagaimana ?

11. Nurul : Strategi pemerintah untuk menangani profil masalah kesehatan di Indonesia ?

(53)

13. Tiara : Profil kesehatan Indonesia saat ini ?

14. Reggi : Apa langkah yang harus dilakukan perawat agar dapat bersinergi dengan program pemerintah agar dapat mensukseskan MDGs ?

15. Neza : Apa tindakan mahasiswa keperawatan untuk menurunkan penyakit infeksi maupun kronik ?

16. Elva : Dampak dari bencana asap dalam jangka lama dan hubungannya dengan MDGs ?

17. Nahe : Batasan peran perawat komunitas dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas ?

18. Elva : Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan MDGs dan SDGs ? 19. Gina : Sebutkan ciri – ciri negara maju dan berkembang ?

20. Heni : Apa saja yang menyebabkan Indonesia Sehat tidak berhasil ?

21. Entri : Masalah dan kerugian apa yang dialami Indonesia akibat MDGs tidak tercapai ?

Step 3.

9. Ismail  Indonesia masih berkembang, dilihat dari segi profil kesehatan, IPTEK, kesejahteraan dan ekonomi yang belum merata, dan pendidikan

19. Sammy  pendapatan perkapita Indonesia masih rendah Elva  mortalitas, morbiditas, kematian ibu dan bayi masih tinggi

10. Elva  Program pemerintah MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Sammy  Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan

Nurul  Program Nusantara Sehat

Nahe  Program asi eklusif dan mengadakan tempat menyusui di Mall

6. Entri  penyakit kronik seperti kardiovaskuler, kanker. Penyakit infeksius seperti TB dan HIV AIDS

12. Entri  Program untuk menggratiskan obat

7. Nurul  AKI dan AKB mencapai target yang diharapkan

(54)

2. Heni  masyarakat tidak tau, tidak mau dan tidak mampu, edukasi kurang, tenaga kesehatan kurang, adanya double job pada petugas kesehatan, tidak ada upaya memfasilitasi kesehatan di desa terpencil

20. Entri  masih adanya budaya yang kental, pengalaman bekerja kurang dan prematuritas bayi masih tinggi, yang menyebabkan angka kematian bayi meningkat. 13. Nurul  penyakit infeksi masih tinggi dan penyakit kronik meningkat, kondisi geografis belum baik

Elva  Lingkungan belum mendukung, virulensi patogen masih tinggi

5. Nurul  di Amerika, ada beberapa indikator yang bagus dan bisa menjadi acuan. Dan mungkin, Healthy People dapat mengeneralisasikan derajat kesehatan di Indonesia.

10. Heni  masih banyak negara yang berada dibawah Indonesia. Jika struktural pemerintah sudah bagus, penyebaran informasi sudah maju, dan lebih mandiri

Astari  pemerintah kurang menginstruksikan kepada masyarakat dan tenaga kesehatan

Ismail  tenaga kesehatan suka membodohi masyarakat

16. Nurul  ISPA, kanker paru. Hal tersebut akan mempengatruhi derajat kesehatan, karena lingkungan yang buruk (teori Bloom)

Heni  perilaku yang buruk pula akan mempengaruhi derajat kesehatan (teori Bloom) Ismail  terjadi pencemaran lingkungan besar-besaran, ISPA meningkat yang dapat berujung ke kematian. Angka kematian pun meningkat

Nahe  berimbas ke dana

18. Sammy  faktor-faktor yang mempengaruhi adalah tenaga pekerja yang terlibat (petugas medis maupun non medis). Selain itu bagaimana mengedukasi agar masyarakat mau, tau dan mampu.

(55)

15. Nurul  dibetikan pendidikan kesehatan

Sammy  dimulai dari perilaku diri sendiri, misal menerapkan PHBS, mencuci tangan, membuang sampah pada tempatnya

Heni  harus didukung oleh sarana dan prasarana 1. Reggi  membagikan masker gratis

Gina  melakukan hujan buatan, shalat istiqa Tiara  membuat saringan udara yang inovatif

20. Reggi  tidak meratanya penyebaran penduduk, kondisi geografis, IPTEK yang masih rendah

4. Nurul  program Nawacita, Nusantara Sehat

17. Ismail  perawat komunitas memberikan penyuluhan untuk pencegahan agar tidak bertambah angka kesakitan

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran masyarakat Indonesi di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam

: “Visi adalah gambaran kondisi masa depan dari suatu organisasi yang belum tampak sekarang tetapi merupakan konsepsi yang dapat dibaca oleh setiaporang (anggota organisasi). Visi

Gambaran masyarakat Kota Padang yang ingin dicapai melalui Pembangunan Kesehatan adalah sebagai berikut: “Padang Sehat 2010” yang ditandai dengan perubahan perilaku

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran

Visi merupakan gambaran tentang masa depan realistik yang dipilih dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Visi merupakan kondisi ideal tentang masa depan,

( Persero ) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan telah merumuskan visi yang merupakan gambaran organisasi yang ingin diwujudkan di masa depan yaitu : “ Mewujudkan pelayanan

Sedangkan berdasarkan Visi Indonesia Sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilku

Gambaran masyarakat di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang di tandai oleh penduduknya dalam lingkungan