• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.2 Kondisi Demografis Kabupaten Simalungun

Penduduk Kabupaten Simalungun berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016 sebanyak 854.489 jiwa yang terdiri atas 425.794 jiwa penduduk laki-laki dan 428.695 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2015, penduduk Simalungun mengalami pertumbuhan sebesar 0,60 persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 0,61 persen dan penduduk perempuan sebesar 0,59 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 99,32.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Simalungun tahun 2016 mencapai 195 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Kepadatan Penduduk di 31 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Siantar dengan kepadatan sebesar 896 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Dolok Silou sebesar 48 jiwa/Km2.

Jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional di Simalungun pada tahun 2016 sebesar 413.154 jiwa dengan tingkat partisipasinya sebesar 70,23%. Pada umumnya penduduk Kabupaten Simalungun bekerja di sektor pertanian (61,93%) kemudian 28,93% disektor jasa-jasa, hotel dan restoran.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3

Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan.

Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

Bekerja Pengangguran Jumlah Tidak/ Belum pernah Sekolah/

Belum tamat SD/ Tamat SD

54019 43278 97297

SMP 67913 35322 103235

SMA 67889 45478 113367

SMK 37408 24266 61674

Diploma 2674 8000 10674

Universitas 11533 15374 26907

Jumlah 241436 171718 413154

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun

Berdasarkan data yang saya peroleh dari BPS Kabupaten Simalungun masyarakat yang berusia 10 tahun ke atas (678.518) yang mengalami buta huruf sebesar 8.414 jiwa dan bebas buta huruf sebesar 670.104 jiwa.

Fasilitas internet saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat termasuk kabupaten simalungun, yang dapat dilihat pada table 4.4

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas yang Mengakses Internet Menurut Tujuan mengakses Internet di Kabupaten Simalungun

Uraian Jumlah Penduduk

Mendapatkan Informasi 564.706

Mengerjakan Tugas Sekolah 300.987 Mengirim/Menerima Email 147.158

Sosial Media 620.226

Hiburan 334.498

Pembelian/Penjualan 34.892

Fasilitas Finansial (E-Banking) 40.720

Lainnya 20.015

Jumlah Penggunaan Internet 2.063.202

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun ( Diolah)

37

4.1.3 Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun memiliki jumlah objek wisata mencapai 73 titik lokasi objek wisata, yang terdiri atas 39 lokasi wisata alam, 15 lokasi wisata agro, 8 lokasi wisata budaya, dan selebihnya adalah lokasi wisata rekreasi lainnya. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon merupakan kecamatan yang memiliki objek wisata terbanyak. Menurut data dari BPS ada 5 wisata unggulan yang ada di Kabupaten Simalungun, Yaitu :

1. Parapat

Parapat adalah sebuah kota kecil di tepi Danau Toba di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Kota Parapat merupakan salah satu akses menuju ke Danau Toba ataupun ke Pulau Samosir. Parapat terkenal dengan keindahan Danau Tobanya. Kota ini menjadi objek wisata terkenal di Sumatera Utara.

Bahkan, di era 1990-an, kota ini menjadi destinasi favorit para turis-turis luar negeri, terutama berasal dari Belanda, Malaysia, Singapura, Jerman, Jepang, Korea, bahkan ada juga yang berasal dari Amerika.

Kota ini memiliki beberapa tempat yang bisa di kunjungi untuk menjadi tempat berlibur seperti Lapangan Pagoda atau alun-alun kota Parapat, Rumah pengasingan mantan Presiden RI yang pertama, Soekarno. Dari pinggiran Danau Toba kita bisa berenang menikmati sejuknya air danau Toba dan tersedia pondok-pondok untuk menikmati pemandangan keindahan Danau Toba dan banyak juga tersedia hotel-hotel berbintang untuk dijadikan tempat peristirahatan.

2. Karang Anyer

Karang Anyer merupakan salah satu nagori yang ada di Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, provinsi Sumatera Utara.

Tempat wisata yang paling unggul di daerah ini adalah wisata air berupa pemandian dengan air yang sejuk berbentuk sungai yang memiliki kejernihan air yang keluar dari umbul yang berada dalam goa-goa sempit yang masi menjadi misteri dari mana asal keluarnya air tersebut, suasana yang sejuk dan indah juga bisa dirasakan karena letaknya berada di antara pepohonan yang rindang dan masih terjaga kondisi alaminya, selain itu disana juga terdapat tempat penyewaan berupa pondok-pondok untuk beristirahat sehingga tempat ini menjadi salah satu tempat wisata unggulan di Kabupaten Simalungun.

3. Museum Simalungun

Museum Simalungun adalah tempat wisata sejarah dan budaya, selain sebagai sebuah nama kabupaten, Simalungun juga merupakan salah satu suku asli di Provinsi Sumatera Utara yang kini menyebar di seluruh Indonesia. Museum Simalungun awalnya di bangun pada April 1936, tujuannya adalah untuk melestarikan dan menjaga sejarah serta kebudayaan Simalungun dari masa ke masa. Museum Simalungun di prakarsai oleh 7 orang raja Simalungun beserta utusan pemerintah, tokoh masyarakat, kepala distrik dan tungkat pada pertemuan Harungguan. Di dalam museum Simalungun ini terdapat koleksi entografi dan arkeologi yang berjumlah 866 dan terus bertambah hingga kini terdapat lebih dari 975 buah. Suguhan lengkap mengenai

39

kebudayaan Simalungun tentu menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mendalami tentang Simalungun ataupun sekedar ingin mengetahui sejarah Simalungun.

4. Haranggaol

Desa Haranggaol adalah sebuah desa yang terletak di Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun. Dulunya Desa Haranggaol bernama Desa Tiga Linggiung yang artinya adalah pasar di pesisir pantai danau yang menjual berbagai jenis hasil pertanian dari desa sekitar Danau Toba.

Pada tahun 1960 nama desa ini diubah menjadi Desa Haranggaol. Jika dipisahkan dari suku katanya Harang artinya ladang sedangkan Gaol artinya pisang, maka secara harfiah Haranggaol merupakan ladang pisang. Daerah terdapat beberapa jenis pariwisata yang banyak di sukai oleh para turis berupa pariwisata air dan pariwisata agro, dimana danau toba menjadi objek pariwisata yang paling di tawarkan di daerah ini.

5. PAS ( Pemandian Alam Sejuk)

Pemandian Alam Sejuk (PAS) berada di Nagori Mariah Jambi, Kabupaten Simalungun, Lokasi yang juga biasa disebut pemandian Timuran ini menawarkan kejernihan dan kesejukan air alam yang bisa digunakan wisatawan untuk mandi. Selain itu, PAS ini juga terbilang luas, sehingga cocok bagi wisatawan yang membawa keluarga dan rombongan.

Melihat dari banyak nya tempat pariwisata yang ada di Kabupaten Simalungun maka jumlah turis yang datang dari nusantara dan mancanegara pada tahun 2016 yaitu berjumlah 314.890 jiwa, dimana data yang saya dapat ini berasal dari jumlah turis yang datang ke tempat wisata unggulan yang ada di Kabupaten Simalungun.

Banyaknya perhotelan yang ada di Kabupaten Simalungun juga menjadi daya tarik tersendiri karena hampir semua hotel yang berada di Kabupaten Simalungun dekat dengan daerah tujuan pariwisata Danau Toba sehingga para pengunjung juga dapat menikmati pemandangan danau dari hotel yang di tempati.

Harga hotel di Kabupaten Simalungun juga sangat bervariasi, dapat dilihat pada table 4.5

Tabel 4.5 Rata-rata Tarif Hotel

Klasifikasi Hotel Rata-rata Tarif hotel

Hotel Bintang 1 RP. 350.000

Hotel Bintang 2 RP. 781.200

Hotel Bintang 3 Rp. 825.000

Hotel Bintang 4 Rp. 1.000.000

Total Rata – Rata Tarif RP. 739.050

Sumber : website hotel dan Traveloka (diolah)

Dari rata-rata tarif hotel diatas peneliti mengambil sampel data dari rate tarif hotel tipe superior karena tipe ini memiliki kelas yang sama di setiap hotelnya dari setiap hotel berbintang yang ada di Kabupaten Simalungun dan , berikut jumlah hotel berbintang dan non berbintang serta jumlah kamar dan tempat tidurnya.

41

Tabel 4.6

Jumlah Hotel, Kamar, dan Tempat Tidur Menurut Klasifikasi Hotel Di Kabupaten Simalungun 2016

Variabel

Klasifikasi

Total

Hotel Berbintang Hotel non

Berbintang

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun

Pada umumnya rata-rata lama menginap tamu di hotel di Kabupaten Simalungun pada tahun 2016 berkisar antara 1 sampai 2 hari. Untuk lebih jelasnya rata-rata lama tamu menginap untuk seluruh kelas hotel pada 2016 adalah selama 1,18 hari. Jika dibedakan berdasarkan jenis tamu, pada tahun 2016 rata-rata lama menginap tamu mancanegara lebih lama dibanding tamu domestik dimana rata-rata lama menginap tamu mancanegara selama 1,19 hari sedangkan tamu domestik selama 1,15 hari.

Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Simalungun juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi industri pariwisata ini dapat dilihat melalui retribusi daerah, pajak hotel ,pajak restoran, dan pajak hiburan.

Tabel 4.7

Kontribusi Industri Pariwisata Terhadap PAD Sumber Penerimaan Jumlah Pendapatan

Retribusi Daerah 8.436.723.828,55

Pajak Hotel 7.213.401.261

Pajak Restoran 1.105.285.605

Pajak Hiburan 36.497.500

Jumlah 16.791.908.194,55

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun (diolah)

4.2 Analisis Dan Pembahasan

Penelitian ini melakukan penghitungan indeks daya saing pariwisata dengan memasukkan seluruh indikator daya saing dari WWTC sebanyak 8 indikator dan mengkhususkan pada destinasi Kabupaten Simalungun. Pemilihan destinasi tersebut dikarenakan pada tahun 2015 pemerintah sedang giatnya melakukan pengembangan kawasan daerah pariwisata di daerah sekitar Danau Toba. Selain itu peneliti membandingkan daya saing destinasi tersebut dengan daerah Kabupaten Samosir yang merupakan daerah yang ada di tengah daerah Pariwisata Danau Toba pada tahun 2015 dan 2016.

Analisis penentuan daya saing ini penting dilakukan untuk memberikan gambaran posisi daya saing pariwisata di daerah Kabupaten Simalungun dan perbandingan daerah tersebut dengan daerah Kabupaten Samosir. Hasil analisis ini memberi implikasi pada kebijakan yang harus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Simalungun untuk mengembangkan sektor pariwisata karena dengan memperhatikan indikator-indikator penentu daya saing dapat dikaji kelebihan dan kekurangan daerah tersebut dalam mengembangkan industri pariwisata sebagai salah satu sumber PAD yang potensial. Hasil analisis mengenai kedudukan atau posisi daya saing pariwisata di Kabupaten Simalungun dapat dijelaskan secara ringkas dalam Tabel 4.8

43

Tabel 4.8

Perkembangan Indeks Daya Saing Pariwisata Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Samosir Pada Tahun 2015-2016

Indikator Tahun Simalugun Samosir

Human Tourism

2015 7.071.378.210 23,954,051.623 2016 12.116.709.969 25.751.604.280 Infrastructure

2015 0,00000058842 0,0000029700 2016 0,00000053942 0,0000114612 Social Development

Indicator (SDI)

2015 1,11 1,44

2016 1,18 1,48

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dikemukakan bahwa indeks daya saing pariwisata Kabupaten Simalungun semakin meningkat pada tahun 2015 dan 2016.

Namun jika dibandingkan dengan Kabupaten Samosir indeks daya saing pariwisata Kabupaten Simalungun masih cenderung berimbang dan belum bisa mengalahkan Kabupaten Samosir di beberapa indikator daya saing pariwisata.

Untuk lebih lengkapnya hal ini dapat dijelaskan pada setiap indikator pembentuk indeks daya saing di sektor pariwisata dibawah ini.

1. Human Tourism Indicator (HTI)

Human Tourism Indicator (HTI) menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah Kabupaten Simalungun akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. Pengukuran yang digunakan adalah Tourism Participation Index (TPI) yaitu rasio antara jumlah aktivitas turis dari tahun 2015- 2016 dengan jumlah penduduk daerah destinasi pada tahun 2015-2016.

Tabel 4.9

Data Indikator Human Tourism Indicator (HTI)

Indikator Kabupaten Simalungun Kabupaten Samosir

2015 2016 2015 2016

Jumlah Turis 294.444 314.890 175.463 190.728 Jumlah

Penduduk 849.405 854.489 123.789 124.496

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun dan BPS Kabupaten Samosir (diolah)

Untuk menghitung Human Tourism Indicator (HTI), ukuran yang digunakan adalah TPI, dengan rumus:

Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh hasil Human Tourism Indicator (HTI) di Kabupaten Simalungun mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar 0,34 dan di tahun 2016 menjadi sebesar 0,38. Jika dilihat dari Kabupaten Samosir hasil analisis di atas menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Simalungun yaitu pada Tahun 2015 sebesar 1,41 dan di tahun 2016 sebesar 1,53. Dari hasil perbandingan diatas kedua Kabupaten sama-sama mengalami peningkatan di tahun 2016 namun peningkatan di Kabupaten Simalungun masih cukup rendah bila di bandingkan dengan Kabupaten Samosir.

45

2. Price Competitiveness Indicator (PCI)

Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata seperti biaya akomodasi, travel, sewa kendaraan dan sebagainya.

Pengukuran yang digunakan untuk menghitung PCI adalah Purchasing Power Parity (PPP). Proksi yang digunakan untuk mengukur PPP adalah rata-rata tarif minimum hotel yang merupakan hotel worldwide.

Tabel 4.10

Data Indikator Price Competitiveness Indicator (PCI)

Indikator Kabupaten Simalungun Kabupaten Samosir

2015 2016 2015 2016

Jumlah Wisatawan

Mancanegara 8.620 9.058 34.248 35.823

Rata-rata Tarif Hotel 739.050 739.050 485.714 485.714

Rata-rata Masa Tinggal 1,18 1,48 1,44 1,48

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun dan BPS Kabupaten Samosir (diolah)

Sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung PPP adalah:

Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh hasil Price Competitiveness Indicator (PCI) pada tahun 2015 sebesar Rp.7.071.378.210 dan mengalami peningkatan pada tahun 2016 sebesar Rp.12.116.709.969 Hasil ini menunjukkan jumlah pengeluaran keseluruhan dari seluruh turis di Kabupaten Simalungun. Jika di bandingkan dengan Kabupaten Samosir menurut rumus di atas, Kabupaten Samosir memiliki hasil yang lebih besar di bandingkan Kabupaten Simalungun dengan hasil pada Tahun 2015 sebesar Rp.23.954.015.623 dan pada tahun 2016 sebesar Rp.25.751.604.280. Jika melihat Perbandingan dari dua Kabupaten di atas maka Kabupaten Samosir

3. Infrastructure Development Indicator (IDI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur yang disebabkan oleh kedatangan wisatawan ke daerah tujuan wisata. Infrastruktur merupakan variabel penting bagi industri pariwisata karena infrastruktur yang baik dapat menarik minat wisatawan untuk datang. Begitu pula sebaliknya, kedatangan wisatawan dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah sehingga dapat meningkatkan kualitas infrastruktur yang dimiliki.

Tabel 4.11

Data Indikator Infrastructure Development Indicator (IDI) Indikator Kabupaten Simalungun Kabupaten Samosir

2015 2016 2015 2016

Jumlah Jalan Kualitas

Baik 356,87 396,30 437,54 419,61

Jumlah Jalan Beraspal 1060,22 1054,61 639,12 231,32

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun dan BPS Kabupaten Samosir (diolah)

Panjang jalan beraspal dan kualitas jalan menjadi proksi bagi indikator ini.

Dari hasil di atas, maka di peroleh hasil dari Infrastructure Development Indicator (IDI) di Kabupaten Simalungun pada tahun 2015 berjumlah 33,6 % dan meningkat di tahun 2016 berjumlah 37,5% . Jika di bandingkan dengan Kabupaten Samosir peningkatan perkembangan infrastruktur di tahun 2015 cukup tinggi yaitu sebesar 68% namun pada tahun 2016 menurun menjadi 15,5 %. Jika dilihat dari hasil diatas maka pembangunan yang cukup tinggi ada di Kabupaten Simalungun pada tahun 2015 namun pembangunan di Kabupaten Simalungun tidak kalah tinggi pada tahun 2016 dari Kabupaten Samosir.

47

4. Environment Indicator (EI)

Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan adalah indeks emisi CO2 dan indeks kepadatan penduduk (rasio antara jumlah penduduk dengan luas daerah). Sementara pengukuran pada indeks emisi CO2 tidak terdapat data maka yang digunakan untuk menghitung EI adalah indeks kepadatan penduduk.

Tabel 4.12

Data Indikator Environment Indicator (EI)

Indikator Kabupaten Simalungun Kabupaten Samosir

2015 2016 2015 2016

Jumlah

Penduduk 849.405 854.489 123.789 124.496

Luas Daerah 4.372,50 4.372,50 1.444,25 1.444,25

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun dan BPS Kabupaten Samosir (diolah)

Jumlah penduduk yang besar dapat membantu pemerintah untuk sadar akan lingkungan di sekitarnya.

Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh hasil Environment Indicator (EI) pada tahun 2015 Sebesar 194,26 jiwa penduduk dan naik pada tahun 2016 sebesar 195.42 jiwa penduduk. Jika dibandingkan dengan Kabupaten samosir Rasio Kepadatan penduduk pada Tahun 2015 berjumlah 85,71 jiwa Penduduk dan pada Tahun 2016 menjadi 86,2 jiwa penduduk. Hasil dari analisis di atas menunjukkan kepadatan jumlah penduduk di kabupaten simalungun cukup tinggi sehingga pemerintah harus lebih memperhatikan lingkungan di

5. Technology Advancement Indicator (TAI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan meluasnya penggunaan internet, mobile telephone dan ekspor produk-produk berteknologi tinggi.

Tabel 4.13

Data Indikator Technology Advancement Indicator (TAI) Indikator Kabupaten Simalungun Kabupaten Samosir

2015 2016 2015 2016

Penggunaan

Jaringan Internet 1,966.389 2.063.202 16.361 70.030 Jumlah

Penduduk 849.405 854.489 123.789 124.496

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun dan BPS Kabupaten Samosir (diolah)

Pengukuran yang digunakan adalah Jaringan Internet (rasio penggunaan Jaringan Internet dengan jumlah penduduk)

Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh hasil Technology Advancement Indicator (TAI) tahun 2015 berjumlah 2,31 dan meniningkat pada tahun 2016 berjumlah 2,41. Jika dibandingkan dengan Kabupaten Samosir perkembangan teknologi pada tahun 2015 sebesar 0,13 dan pada tahun 2016 sebesar 0,56.

Jika melihat kedua hasil di atas Kabupaten Simalungun lebih unggul dalam penggunaan teknologi daripada Kabupaten Samosir.

6. Human Resources Indicator (HRI)

Indikator ini menujukkan kualitas sumber daya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis.

49

Tabel 4.14

Data Indikator Human Resources Indicator (HRI)

Indikator Kabupaten Simalungun Kabupaten Samosir

2015 2016 2015 2016

Penduduk Bebas

Buta Huruf 669.100 670.104 107.124 107.572 Penduduk

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun dan BPS Kabupaten Samosir (diolah)

Pengukuran HRI menggunakan indeks pendidikan yang terdiri dari rasio penduduk yang bebas buta huruf dan rasio penduduk yang berpendidikan SD, SMP, SMA, Diploma dan Sarjana.

Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh hasil Human Resources Indicator (HRI) pada tahun 2015 1,61 dan meningkat pada Tahun 2016 yaitu 1,62 . Jika di bandingkan dengan Kabupaten Samosir kualitas sumberdaya manusianya pada tahun 2015 sebesar 1,52 dan tahun 2016 berjumlah 1,53. Dari hasil analisis diatas maka dapat dilihat jika perkembangan kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Simalungun lebih tinggi dari Kabupaten Samosir.

7. Openness Indicator (OI)

Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional.

Tabel 4.15

Data Indikator Openness Indicator (OI)

Indikator Kabupaten Simalungun Kabupaten Samosir

2015 2016 2015 2016

Jumlah Wisatawan Mancanegara

8.620 9.058 34.248 35.823

Total PAD 14.649.209.526 16.791.908.194 11.531.114.000 3.125.566.000

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun dan BPS Kabupaten Samosir (diolah)

Pengukurannya menggunakan rasio jumlah wisatawan mancanegara dengan total PAD.

Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh hasil Openness Indicator (OI) pada Tahun 2015 yaitu 0,00000058842 dan turun tahun 2016 yaitu 0,00000053942. Jika dibandingkan dengan Kabupaten Samosir pada tahun 2015 yaitu Sebesar 0,00000297005 dan tahun 2016 sebesar 0,0000114612.

Dari hasil diatas Kabupaten Simalungun lebih rendah dari Kabupaten Samosir.

8. Social Development Indicator (SDI)

Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi. Ukuran SDI adalah lama rata-rata masa tinggal turis di daerah destinasi

pada tahun 2015 lama rata-rata masa tinggal turis di Kabupaten Simalungun sebesar 1,11 hari naik di tahun 2016 sebesar 1,18 hari dari seluruh turis yang ada di Kabupaten Simalungun. Sedangkan Kabupaten Samosir lama rata-rata masa tinggal turis pada tahun 2015 yaitu sebesar 1,44 dan pada tahun 2016 sebesar 1,48. Jika dilihat dari kedua hasil di atas tingkat kenyamanan turis

51

tinggal lebih lama di daerah Kabupaten Samosir dibandingkan dengan Kabupaten Simalungun.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisis indikator daya saing pariwisata di Kabupaten Simalungun dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 dan 2016 cenderung meningkat hal ini sejalan dengan adanya pencanangan pemerintah daerah untuk memajukan kawasan pariwisata di daerah seputaran Danau Toba untuk meningkatkan kualitas pariwisata.

2. Berdasarkan hasil analisis posisi daya saing pariwisata Kabupaten Simalungun tidak terlalu baik jika di bandingkan dengan Kabupaten Samosir . indeks daya saing pariwisata yang unggul di Kabupaten Simalungun hanya unggul dalam beberapa indikator penentu daya saing yaitu Infrastructure Development Indicator (IDI) namun indikator ini hanaya unggul di tahun 2016 dibandingkan kabupaten Samosir, Environment Indicator (EI), Technology Advancement Indicator (TAI), Human Resources Indicator (HRI), adapun indikator yang memiliki daya saing yang rendah dan perlu untuk di perbaiki adalah Human Tourism Indicator (HTI), Price Competitiveness Indicator (PCI), Openess Indicator (OI), dan Social Development Indicator (SDI).

Indikator ini masih rendah jika dibandingkan dengan Kabupaten Samosir sehingga masih butuh peningkatan.

53

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas peneliti memberikan saran antara lain :

1. Pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun membutuhkan lebih banyak promosi. Selain dukungan lembaga promosi, brosur, situs pariwisata, dan fasilitas pariwisata termasuk infrastruktur merupakan pendukung untuk meningkatkan pariwisata di daerah yang dapat memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi daerah.

2. Diperlukan perbaikan dalam kualitas dan ketersediaan infrastruktur, salah satunya jalan. Kualitas jalan yang baik dapat menjadikan akses ke tempatn wisata lebih baik dan nyaman dilalui sehingga mendorong wisatawan untuk datang ke Kabupaten Simalungun. Koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum harus ditingkatkan dalam memerhatikan pembangunan infrastruktur terutama yang terkait dengan industri pariwisata.

3. Perlunya menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan Kabupaten Simalungun sehingga wisatawan yang datang merasa nyaman dan aman sehingga tidak bosan untuk berwisata di kawasan wisata Kabupaten Simalungun. Menciptakan kesan kekeluargaan pada turis yang datang berkunjung ke Kabupaten Simalungun sehingga meningkatkan jumlah wisatawan yang datang berkunjung.

4. Pemerintah Kabupaten Simalungun perlu melakukan kebijakan dan strategi yang tepat dalam mengembangkan Kabupaten Simalungun menjadi daerah tujuan wisatawan. Selain itu juga diperlukan adanya kemudahan dalam perijinan dan fasilitas-fasilitas yang menguntungkan

untuk mendorong investor masuk ke Kabupaten Simalungun sehingga tujuan pemerintah untuk menjadikan kawasan daerah pariwisata di sekitar kawasan Danau Toba menjadi Monaco of asia dapat terwujud.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, dkk. 2002. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Pusat Studi dan Pendidikan Kebanksentralan. Bank Indonesia, Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS), diakses dari https://simalungunkab.bps.go.id/.

Diakses Pada Tanggal 26 desember 2017 pada jam 21.30

Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun. 2017. Simalungun dalam Angka, Jakarta:BPS.

Damanik&Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke aplikasi. Andi Ofset, Yogjakarta.

Damardjadi, R.S. 2002 . Istilah-Istilah Pariwisata. Prandnya Paramita, Jakarta..

Gomang, F. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Salah Wahab [penerjemah]. PT.

Pradnya Paramit, Jakarta.

Malau, Ackory Natalia. 2016. Analisis Daya Saing Industri Pariwisata di Kabupaten Samosir. [skripsi]. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, USU.

Medan.

Panjaitan, Valentino. 2016. Analisis Daya Saing Industri Pariwisata di Kabupaten Samosir. [skripsi]. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, USU.

Medan.

Porter, M.E. (1990). The Competitive advantage of notions. Harvard business review, 68 (2),73-93.

Putri, Rebecca Christina. 2014. Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Di Kabupaten Jepara Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah. [skripsi].

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Semarang.

Republik Indonesia. 2007. “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah”, Jakarta.

Rochma, Afriyani. 2011. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Kota Bogor.

[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara, Jakarta

Trisnawati, R. 2007. Analisis Daya Saing Industri Pariwisata untuk

Meningkatkan Ekonomi Daerah: (Kajian Perbandingan Daya Saing Pariwisata antara Surakarta dengan Yogyakarta). [skripsi]. Jurnal Ekonomi Pembangunan: 61-70

World Economic Forum (WEF). 2010. “The Global Competitiveness Report” .

World Economic Forum (WEF). 2010. “The Global Competitiveness Report” .

Dokumen terkait