• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Pariwisata Dari Sisi Penawaran

Penawaran pariwisata mencakup hal-hal yang ditawarkan oleh daerah destinasi pariwisata kepada wisatawan yang nyata maupun yang potensial.

Penawaran dalam pariwisata menunjukkan suatu atraksi wisata alamiah dan buatan manusia, jasa-jasa maupun barang-barang dapat menarik wisatawan untuk datang mengunjungi suatu kawasan wisata (Gomang, 2003). Menurut Heriawan

dan lokal, industri kerajinan (souvenir), jasa hiburan, rekreasi dan budaya, serta biro perjalanan (paket tour).

Dalam melakukan perjalanan pariwisata pengunjung harus dimanjakan dengan berbagai hal yang boleh ditawarkan atau yang akan didapat ketika berkunjung. Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu:

 Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu

yang bisa dilihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

 Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana

bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax, berupa fasilitas rekreasi baik itu tempat bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

 Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada

umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh

Menurut Damanik dan Webber (2006), elemen penawaran wisata terdiri dari triple A, yang terdiri dari:

1. Atraksi

Atraksi dapat diartikan sebagai obyek wisata (baik yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan.

19

Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan.

Atraksi alam meliputi pemandangan alam, seperti Danau Toba atau Gunung Bromo, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, gua, dan lain-lain. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti Candi Perambanan, adat-istiadat masyarakat seperti pasar Terapung di Kalimantan. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Impian Jaya Ancol, dan sebagainya. Unsur lain yang melekat dalam atraksi adalah hospitally, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya.

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke, dan selama di daerah tujuan wisata.Akses ini tidak hanya menyangkut aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan, dan keselamatan. Alat transportasi layak ditawarkan adalah angkutan penumpang tersebut berangkat dan tiba tepat waktu di Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW).

3. Amenitas

Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan.

Bank, pertukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan (rental), penerbit dan penjual buku panduan wisata, seni pertunjukan (teater, bioskop, pub, dan lain-lain) dapat digolongkan ke dalam unsur ini.

2.6 Prasarana dan SaranaWisata

Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut.

Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata. Menurut Yoeti (1996), mengatakan: “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beranekaragam”.

Prasarana tersebut antara lain:

1. Perhubungan: jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut 2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih

3. Sistem komunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi 4. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit

5. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata

6. Pelayananwisatawan baik berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata

7. Pom bensin 8. Dan lain-lain

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung

21

danhidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Yoeti, 1996). Sarana kepariwisataan tersebut adalah:

a) Perusahaan akomodasi: hotel, losmen, bungalow

b) Perusahaan transportasi: pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus yang melayani khusus pariwisata saja.

c) Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari obyek wisata tersebut

d) Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas obyek tersebut.

e) Dan lain-lain

Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.

2.7 Competitiveness Monitor

Competitiveness Monitor merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk melihat dayasaing industri pariwisata. Analisis Competitiveness Monitor diperkenalkan pertama kali oleh World Travel and Tourism Council (WTTC) pada tahun 2001 sebagai alat ukur dayasaing pariwisata. Analisis ini

menggunakan delapan indikator yang digunakan untuk melihat dayasaing.

Indikator tersebut antara lain (World Tourism Organization, 2008):

1. Human Tourism Indicator (HTI)

Indikator ini menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah destinasi.

2. Price Competitiveness Indicator (PCI)

Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata seperti biaya akomodasi, travel, sewa kendaraan dan sebagainya.

3. Infrastructure Development Indicator (IDI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan jalan raya, perbaikan fasilitas sanitasi dan peningkatan akses penduduk terhadap fasilitas air bersih.

4. Environtment Indicator (EI)

Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya.

5. Technology Advancement Indicator (TAI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan meluasnya internet, mobile telephone dan ekspor produk-produk berteknologi tinggi.

6. Human Resources Indicator (HRI)

Indikator ini menunjukkan kualitas Sumber Daya Manusia daerah destinasi tersebut dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis yang berkunjung ke daerah tersebut.

23

7. Openess Indicator (OI)

Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional. Hal ini dilihat dari jumlah wisatawan internasional yang datang berkunjung.

8. Social Development Indicator (SDI)

Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi. Dilihat dari lamanya masa tinggal turis disuatu daerah wisata

2.8 Penelitian Terdahulu

Berkaitan dengan penelitian ini ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti lain sebelumnya yang permasalahannya hampir sama dengan penelitian yang dilakukan sekarang, diantaranya dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti (tahun) Judul Hasil Penelitian

1 Valentino Panjaitan (2016)

Analisis Indikator Daya

Saing Industri

Pariwisata Di

Kabupaten Samosir

Hasil analisis

menunjukkan bahwa daya saing pariwisata pada kedelapan indikator

variabel IDI

(Infrastructure

Development Indicator) menunjukan nilai daya saing rendah, sedangkan indikator lainnya memiliki daya saing tinggi

2 Rebecca Christina Putri (2014)

Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Di Kabupaten Jepara Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah

Hasil analisis

menunjukkan bahwa daya saing industri pariwisata dari kedelapan indikator penentu daya saing menunjukkan kemampuan daya saing yang rendah, sehingga dikatakan daya saing pariwisata di Industri Pariwisata Di Kabupaten Samosir

Hasil analisis

menunjukkan bahwa daya saing industri pariwisata Kabupaten Samosir dari kedelapan indikator penentu daya saing menunjukkan kemampuan daya saing yanglebih baik dibandingkan Kabupaten Simalungun tetapi masih tergolong rendah. menyeluruh lebih rendah dibandingkan Yogyakarta.

Indikator-indikator yang digunakan menunjukkan bahwa pariwisata Yogyakarta lebih unggul.

25

5 Rochma Afriyani (2011)

Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Kota Bogor

Faktor yang dapat diunggulkan yaitu kondisi permintaan yaitu variabel jumlah wisatawan, kemudian faktor industri pendukung dan terkait yang terdiri dari jumlah restoran, dan jumlah biro perjalanan wisata.

Sedangkan faktor yang dianggap kurang unggul adalah jumlah obyek wisata, kondisi jalan baik, anggaran pemerintah daerah, dan jumlah hotel.

2.9 Kerangka Konseptual

Penentuan variabel daya saing industri pariwisata Kabupaten Simalungun disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari penelitian ini. Analisis perkembangan daya saing industri pariwisata penting untuk dilakukan. Hasil analisis dapat menunjukkan perkembangan potensi pariwisata yang juga dapat memperlihatkan sejauh mana pemerintah maupun swasta memaksimalkan potensi yang ada. Selain itu, untuk menentukan daya saing industri pariwisata menggunakan analisis Competitiveness Monitor yang memperhatikan kedelapan indikator dari WWTC dan melakukan penghitungan sesuasi dengan seluruh indikator daya saing.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dapat dilihat dari gambar di atas, untuk menentukan indeks Daya Saing industri pariwisata terlebih dahulu mencari jumlah dari Competitiveness Monitor yang memperhatikan kedelapan indikator.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Penelitian ini menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

3.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional yang terdapat dalam penelitian ini diantaranya: Human Tourism Indicator (HTI) Kabupaten Simalungun, Price Competitiviness Indicator (PCI) Kabupaten Simalungun, Infratructure Development Indicator (IDI) Kabupaten Simalungun, Environment Indicator (EI) Kabupaten Simalungun, Technology Advancement Indicator (TAI) Kabupaten Simalungun, Human Resources Indicator (HRI) Kabupaten Simalungun, Openess Indicator (OI) Kabupaten Simalungun dan Social Development Indicator (SDI) Kabupaten Simalungun pada tahun 2015 dan 2016.

3.3 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini menggunakan variabel daya saing. Daya saing industri pariwisata di Kabupaten Simalungun ini di ukur melalui tersedianya potensi-potensi yang dimiliki daerah tersebut baik potensi alam, budaya dan agama. Dapat dilihat pada Tabel 3.1 Parameter, Sumber data dan Kegunaan kedelapan indikator, indikator ini diadopsi dari penelitian Valentino Panjaitan

(2016). Kedelapan indikator yang digunakan dalam analisis penentuan daya saing penelitian ini adalah :

Tabel 3.1

Parameter, sumberdaya dan Kegunaan

Parameter Sumber Data Kegunaan

Human Tourism

2. Rata-rata Tarif Hotel 3. Rata-rata Masa

29

a. Human Tourism Indicator (HTI)

Indikator ini menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. Pengukuran yang digunakan adalah Tourism Participation Index (TPI) yaitu rasio antara jumlah aktivitas turis (datang dan pergi) dengan jumlah penduduk daerah destinasi. Dalam penelitian ini, ukuran yang digunakan adalah TPI, dengan rumus:

b. Price CompetitivenessIndicator (PCI)

Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata seperti biaya akomodasi, travel, sewa kendaraan dan sebagainya.

Pengukuran yang digunakan untuk menghitung PCI adalah Purchasing Power Parity (PPP). Proksi yang digunakan untuk mengukur PPP adalah rata-rata tarif minimum hotel yang merupakan hotel worldwide. Sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung PPP adalah:

c. Infrastructure Development Indicator (IDI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur yang disebabkan oleh kedatangan wisatawan ke daerah tujuan wisata. Infrastruktur merupakan variabel penting bagi industri pariwisata karena infrastruktur yang baik dapat menarik minat wisatawan untuk datang. Begitu pula sebaliknya, kedatangan wisatawan dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah sehingga dapat

meningkatkan kualitas infrastruktur yang dimiliki. Panjang jalan beraspal dan kualitas jalan menjadi proksi bagi indikator ini.

d. Environment Indicator (EI)

Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan adalah indeks emisi CO2 dan indeks kepadatan penduduk (rasio antara jumlah penduduk dengan luas daerah). Sementara pengukuran pada indeks emisi CO2 tidak terdapat data maka yang digunakan untuk menghitung EI adalah indeks kepadatan penduduk. Jumlah penduduk yang besar dapat membantu pemerintah untuk sadar akan lingkungan di sekitarnya.

e. Technology Advancement Indicator (TAI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan meluasnya penggunaan internet, mobile telephone dan ekspor produk-produk berteknologi tinggi. Pengukuran yang digunakan adalah Jaringan Internet (rasio penggunaan Jaringan Internet dengan jumlah penduduk)

31

f. Human Resources Indicator (HRI)

Indikator ini menujukkan kualitas sumber daya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis.

Pengukuran HRI menggunakan indek pendidikan yang terdiri dari rasio penduduk yang bebas buta huruf dan rasio penduduk yang berpendidikan SD, SMP, SMA, Diploma dan Sarjana.

g. Openess Indicator (OI)

Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional. Pengukurannya menggunakan rasio jumlah wisatawan mancanegara dengan total PAD.

h. Social Development Indicator (SDI)

Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi. Ukuran SDI adalah lama rata-rata masa tinggal turis di daerah destinasi

3.4 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis daya saing merupakan data sekunder tahun 2015 dan 2016. Data-data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari berbagai dinas pemerintahan Kabupaten Simalungun, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Kabupaten Simalungun. Selain itu, data juga diperoleh dari literatur yang ada di internet.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan realistis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu merupakan satu cara untuk memperoleh data dengan cara membaca literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dalam studi kepustakaan ini data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Simalungun, Dinas Pendapatan Daerah, dan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Simalungun

3.6 Metode Analisis Data

Tujuan penelitian pada poin pertama dapat dilihat dengan carapenelitian ini melakukan penghitungan index daya saing pariwisata dengan memasukkan seluruh indikator daya saing dari World Travel and Tourism Council (WWTC) sebanyak 8 indikator dan mengkhususkan pada Kabupaten Simalungun. Analisis penentuan daya saing ini penting dilakukan untuk memberikan gambaran posisi daya saing pariwisata di daerah Kabupaten Simalungun.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Simalungun

4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten terluas ketiga setelah Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Langkat di Sumatera Utara dan memiliki letak yang cukup strategis serta berada di kawasan wisata Danau Toba – Parapat.

Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Kecamatan Hatonduhan sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Haranggaol Horison dengan rata-rata jarak tempuh ke ibukota kabupaten 51,42 km dimana jarak terjauh adalah Kecamatan Silou Kahean 127 km dan Kecamatan Ujung Padang 113 km. Simalungun letaknya diapit oleh 8 kabupaten yaitu Kabupaten Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara, dan Kota Pematang siantar.

Letak astronomisnya antara 02°36' -03°18' Lintang Utara dan 98°32 '- 99°35' Bujur Timur dengan luas 4 372,5 km2 berada pada ketinggian 0 –1 400 meter di atas permukaan laut dimana 75 persen lahannya berada pada kemiringan 0-15% sehingga Kabupaten Simalungun merupakan Kabupaten terluas ke 3 setelah Kabupaten Madina dan Kabupaten Langkat di Sumatera Utara dan memiliki letak yang cukup strategis serta berada di kawasan wisata Danau Toba-Parapat. Berikut adalah panjang jalan menurut kondisi jalan dan menurut jenis permukaan jalan di Kabupaten Simalungun.

Tabel 4.1

Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Di Kabupaten Simalungun Jenis Permukaan Jalan Panjang Jalan (Km)

Beraspal 1054,61

Beton 18,21

Kerikil 629,93

Tanah 101,03

Jumlah 1803,78

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun

Pada tahun 2016 panjang jalan menurut jenis permukaan Di Kabupaten Simalungun yaitu sepanjang 1803,78 Km , dimana permukaan jalan beraspal yang paling dominan yaitu sepanjang 1054,61 Km dan permukaan jalan yang di beton yang paling sedikit yaitu sepanjang 18,21 Km di Kabupaten Simalungun.

Tabel 4.2

Panjang jalan menurut kondisi jalan di Kabupaten Simalungun

Jenis Kondisi Jalan Panjang (Km)

Baik 396,30

Sedang 411,64

Rusak 544,59

Rusak Berat 451,25

Jumlah 1803,78

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun

Pada tahun 2016 menurut kondisi jalan di Kabupaten Simalungun lebih di dominasi dengan kualitas jalan yang rusak yaitu 544,59 Km dan jalanan yang memiliki kualitas baik yang paling kecil yaitu 396,30 Km.

Menurut pengukuran dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Geofisika Parapat, suhu udara rata-rata tahun 2016 adalah 22,10°C, dengan suhu rata -rata terendah 16,40°C dan suhu tertinggi 28,90°C. Penyinaran Matahari pada tahun 2016 rata-rata 3,9 jam per hari atau sebesar 48,3 persen dan rata-rata penguapan 3,7 milimeter per hari serta rata-rata kelembaban nisbi udara

35

harian sebesar 80 persen serta kecepatan angin maksimum di tahun 2016 mencapai 1 knot.

4.1.2 Kondisi Demografis Kabupaten Simalungun

Penduduk Kabupaten Simalungun berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016 sebanyak 854.489 jiwa yang terdiri atas 425.794 jiwa penduduk laki-laki dan 428.695 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2015, penduduk Simalungun mengalami pertumbuhan sebesar 0,60 persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 0,61 persen dan penduduk perempuan sebesar 0,59 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 99,32.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Simalungun tahun 2016 mencapai 195 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Kepadatan Penduduk di 31 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Siantar dengan kepadatan sebesar 896 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Dolok Silou sebesar 48 jiwa/Km2.

Jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional di Simalungun pada tahun 2016 sebesar 413.154 jiwa dengan tingkat partisipasinya sebesar 70,23%. Pada umumnya penduduk Kabupaten Simalungun bekerja di sektor pertanian (61,93%) kemudian 28,93% disektor jasa-jasa, hotel dan restoran.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3

Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan.

Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

Bekerja Pengangguran Jumlah Tidak/ Belum pernah Sekolah/

Belum tamat SD/ Tamat SD

54019 43278 97297

SMP 67913 35322 103235

SMA 67889 45478 113367

SMK 37408 24266 61674

Diploma 2674 8000 10674

Universitas 11533 15374 26907

Jumlah 241436 171718 413154

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun

Berdasarkan data yang saya peroleh dari BPS Kabupaten Simalungun masyarakat yang berusia 10 tahun ke atas (678.518) yang mengalami buta huruf sebesar 8.414 jiwa dan bebas buta huruf sebesar 670.104 jiwa.

Fasilitas internet saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat termasuk kabupaten simalungun, yang dapat dilihat pada table 4.4

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas yang Mengakses Internet Menurut Tujuan mengakses Internet di Kabupaten Simalungun

Uraian Jumlah Penduduk

Mendapatkan Informasi 564.706

Mengerjakan Tugas Sekolah 300.987 Mengirim/Menerima Email 147.158

Sosial Media 620.226

Hiburan 334.498

Pembelian/Penjualan 34.892

Fasilitas Finansial (E-Banking) 40.720

Lainnya 20.015

Jumlah Penggunaan Internet 2.063.202

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun ( Diolah)

37

4.1.3 Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun memiliki jumlah objek wisata mencapai 73 titik lokasi objek wisata, yang terdiri atas 39 lokasi wisata alam, 15 lokasi wisata agro, 8 lokasi wisata budaya, dan selebihnya adalah lokasi wisata rekreasi lainnya. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon merupakan kecamatan yang memiliki objek wisata terbanyak. Menurut data dari BPS ada 5 wisata unggulan yang ada di Kabupaten Simalungun, Yaitu :

1. Parapat

Parapat adalah sebuah kota kecil di tepi Danau Toba di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Kota Parapat merupakan salah satu akses menuju ke Danau Toba ataupun ke Pulau Samosir. Parapat terkenal dengan keindahan Danau Tobanya. Kota ini menjadi objek wisata terkenal di Sumatera Utara.

Bahkan, di era 1990-an, kota ini menjadi destinasi favorit para turis-turis luar negeri, terutama berasal dari Belanda, Malaysia, Singapura, Jerman, Jepang, Korea, bahkan ada juga yang berasal dari Amerika.

Kota ini memiliki beberapa tempat yang bisa di kunjungi untuk menjadi tempat berlibur seperti Lapangan Pagoda atau alun-alun kota Parapat, Rumah pengasingan mantan Presiden RI yang pertama, Soekarno. Dari pinggiran Danau Toba kita bisa berenang menikmati sejuknya air danau Toba dan tersedia pondok-pondok untuk menikmati pemandangan keindahan Danau Toba dan banyak juga tersedia hotel-hotel berbintang untuk dijadikan tempat peristirahatan.

2. Karang Anyer

Karang Anyer merupakan salah satu nagori yang ada di Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, provinsi Sumatera Utara.

Tempat wisata yang paling unggul di daerah ini adalah wisata air berupa pemandian dengan air yang sejuk berbentuk sungai yang memiliki kejernihan air yang keluar dari umbul yang berada dalam goa-goa sempit yang masi menjadi misteri dari mana asal keluarnya air tersebut, suasana yang sejuk dan indah juga bisa dirasakan karena letaknya berada di antara pepohonan yang rindang dan masih terjaga kondisi alaminya, selain itu disana juga terdapat tempat penyewaan berupa pondok-pondok untuk beristirahat sehingga tempat ini menjadi salah satu tempat wisata unggulan di Kabupaten Simalungun.

3. Museum Simalungun

Museum Simalungun adalah tempat wisata sejarah dan budaya, selain sebagai sebuah nama kabupaten, Simalungun juga merupakan salah satu suku asli di Provinsi Sumatera Utara yang kini menyebar di seluruh Indonesia. Museum Simalungun awalnya di bangun pada April 1936, tujuannya adalah untuk melestarikan dan menjaga sejarah serta kebudayaan Simalungun dari masa ke masa. Museum Simalungun di prakarsai oleh 7 orang raja Simalungun beserta utusan pemerintah, tokoh masyarakat, kepala distrik dan tungkat pada pertemuan Harungguan. Di dalam museum Simalungun ini terdapat koleksi entografi dan arkeologi yang berjumlah 866 dan terus bertambah hingga kini terdapat lebih dari 975 buah. Suguhan lengkap mengenai

39

kebudayaan Simalungun tentu menjadi daya tarik bagi wisatawan yang

kebudayaan Simalungun tentu menjadi daya tarik bagi wisatawan yang

Dokumen terkait