• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAYA SAING PARIWISATA DI KABUPATEN SIMALUNGUN UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS DAYA SAING PARIWISATA DI KABUPATEN SIMALUNGUN UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI DAERAH"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAYA SAING PARIWISATA DI KABUPATEN SIMALUNGUN UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI

DAERAH

OLEH

ANGGA MUHAMMAD ARIEF PAMUNGKAS 130501081

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ANALISIS DAYA SAING PARIWISATA DI KABUPATEN SIMALUNGUN UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI DAERAH

Sektor pariwisata saat ini telah menjadi salah satu industri terbesar dan terkuat di dunia dalam menyumbang pemasukan pendapatan terhadap perekonomian masyarakat dan negara. Kabupaten Simalungun memiliki potensi yang sangat besar dalam perkembangan pariwisata di daerah. Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah yang mempunyai banyak obyek wisata dan menjadi salah satu destinasi wisata di Provinsi Sumatera Utara. Danau Toba adalah salah satu tempat pariwisata yang cukup populer di Kabupaten Simalungun yang memiliki pesona alam yang indah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ukuran daya saing dengan menganalisis faktor-faktor daya saing industri pariwisata di Kabupaten Simalungun yang memiliki potensi Pariwisata. Untuk mengukur daya saing industri pariwisata dapat menggunakan variabel daya saing dengan menggunakan kedelapan indikator diantaranya Human Tourism Indicator (HTI), Price Competitiveness Indicator (PCI), Infrastructure Development Indicator (IDI), Environtment Indicator (EI), Technology Advancement Indicaor (TAI), Human Resources Indicator (HRI), Openess Indicator (OI) dan Social Development Indicator (SDI). Penelitian ini menggunakan data sekunder. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Menghitung indeks daya saing pariwisata.

Berdasarkan hasil analisis indikator daya saing pariwisata di Kabupaten Simalungun dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 dan 2016 cenderung meningkat.

Berdasarkan hasil analisis posisi daya saing pariwisata Kabupaten Simalungun tidak terlalu baik jika di bandingkan dengan Kabupaten Samosir, indeks daya saing pariwisata yang unggul di Kabupaten Simalungun hanya unggul dalam beberapa indikator penentu daya saing yaitu Infrastructure Development Indicator (IDI), Environment Indicator (EI), Technology Advancement Indicator (TAI), Human Resources Indicator (HRI) sehingga dapat dikatakan daya saing pariwisata Kabupaten Simalungun tergolong rendah.

Kata Kunci: Pariwisata, Daya Saing, Simalungun, Indeks Daya Saing Pariwisata.

(6)

ABSTRACT

ANALYZE OF TOURISM COMPETITIVENESS IN SIMALUNGUN REGENCY TO INCREASE REGIONAL ECONOMY

The tourism sector has now become one of the largest and strongest industries in the world in contributing revenue to the economy of society and the state. Simalungun Regency has a huge potential in the development of tourism in the region. Simalungun Regency is one of the areas that has many attractions and become one of the tourist destinations in North Sumatra Province. Lake Toba is one of the popular tourist spot in Simalungun Regency which has beautiful natural charm.

The purpose of this study is to analyze the size of competitiveness by analyzing the factors of competitiveness of tourism industry in Simalungun Regency that has tourism potential. To measure the competitiveness of the tourism industry, it can use competitiveness variables by using eight indicators such as Human Tourism Indicator (HTI), Price Competitiveness Indicator (PCI), Infrastructure Development Indicator (IDI), Environtment Indicator (EI), Technology Advancement Indicaor (TAI) Human Resources Indicator (HRI), Openess Indicator (OI) and Social Development Indicator (SDI). This study uses secondary data. This type of research is descriptive quantitative. The method of analysis used in this study is to calculate the tourism competitiveness index.

Based on the results of analysis of competitiveness of tourism indicators in Simalungun regency can be seen that in 2015 and 2016 tends to increase. Based on the analysis of the position of tourism competitiveness of Simalungun Regency is not very good if compared with Samosir regency. the superior competitiveness index of tourism in Simalungun Regency is only superior in some competing determinants of Infrastructure Development Indicator (IDI), Environment Indicator (EI), Technology Advancement Indicator (TAI), Human Resources Indicator (HRI) so that it can be said tourism competitiveness Simalungun Regency is low.

Keywords: Tourism, Competitiveness, Simalungun , Tourism Competitiveness Index.

(7)

menyelesaikan skripsi ini yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program Studi S-I Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.

Dengan skripsi Yang berjudul “Analisis Daya Saing Pariwisata Di Kabupaten Simalungun Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis yang tercinta Ibunda Zuraini Helni Siregar yang telah memberikan dukungan berupa doa, nasihat, maupun materi dalam proses perkuliahan dan juga penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis mulai dari awal hingga selesainya skripsi ini.

(8)
(9)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daya Saing ... 10

2.1.1 Cara Menentukan Daya Saing ... 11

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Menentukan Daya Saing ... 12

2.2 Industri Pariwisata ... 14

2.2.1 Permintaan Industri Pariwisata... 15

2.3 Peranan Pariwisata Dalam Perekonomian ... 16

2.4 Pariwisata Dari Sisi Permintaan ... 18

2.5 Pariwisata Dari Sisi Penawaran ... 18

2.6 Prasarana Dan Sarana Pariwisata ... 21

2.7 Competitiveness Monitor ... 22

2.8 Penelitian Terdahulu ... 24

2.9 Kerangka Konseptual ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Batasan Operasional ... 28

3.3 Definisi Operasional ... 28

3.4 Jenis Data ... 32

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.6 Metode Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Simalungun ... 34

4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Simalungun ... 34

4.1.2 Kondisi Demografis Kabupaten Simalungun ... 36

4.1.3 Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Kabupaten Simalungun ... 38

4.2 Analisis Dan Pembahasan ... 43 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

5.1 Kesimpulan ... 53 5.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Banyaknya Pengunjung Obyek Wisata DI Kabupaten

Simalungun Selama Tahun 2012-2016 ... 4 1.2 Perkembangan Jumlah Sarana Dan Prasarana Pariwisata

Di Kabupaten Simalungun Tahun 2012-2016 ... 6 1.3 Sumbangan Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata

Terhadap PAD Kabupaten Simalungun Tahun 2012-2016 . 7 2.1 Penelitian Terdahulu... 25 3.1 Parameter,Sumberdaya Dan Kegunaan ... 29 4.1 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Di Kabupaten

Simalungun ... 35 4.2 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan Di kabupaten

Simalungun ... 35 4.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Termasuk

Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang

Ditamatkan ... 37 4.4 Jumlah Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Yang

Mengakses Internet Menurut Tujuan Mengakses

Internet Di Kabupaten Simalungun ... 37 4.5 Rata-Rata Tarif Hotel ... 41 4.6 Jumlah Hotel, Kamar, dan Tempat Tidur Menurut

Klasifikasi Hotel Di Kabupaten Simalungun 2016 ... 42 4.7 Kontribusi Industri Pariwisata Terhadap PAD ... 42 4.8 Perkembangan Indikator Daya Saing Pariwisata

Kabupaten Simalungun Dan Kabupaten Samosir Tahun

2015 dan 2016 ... 44 4.9 Data Indikator Human Tourism Indicator (HTI) ... 45 4.10 Data Indikator Price Competitiveness Indicator (PCI) ... 46 4.11 Data Indikator Infrastructure Development Indicator (IDI) 47 4.12 Data Indikator Environment Indicator (EI) ... 48 4.13 Data Indikator Technology Advancement Indicator (TAI) . 49 4.14 Data Indikator Human Resources Indicator (HRI) ... 50 4.15 Data Indikator Openness Indicator (OI) ... 51

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 27

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daya saing sektor pariwisata dapat didefinisikan sebagai kapasitas usaha pariwisata untuk menarik pengunjung asing maupun domestik yang berkunjung pada suatu tujuan wisata tertentu. Pariwisata dapat digambarkan sebagai produk bersaing bila daerah tujuan wisata menarik, kompetitif dari segi kualitas dan harga, dibandingkan dengan produk dan jasa dari daerah tujuan wisata lain.

Ketidakmampuan suatu daerah menciptakan dan mengemas sektor pariwisata yang berdaya saing akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan wisatawan dan mengurangi pendapatan daerah potensial.

Sektor pariwisata saat ini telah menjadi salah satu industri terbesar dan terkuat di dunia dalam menyumbang pemasukan pendapatan terhadap perekonomian masyarakat dan negara. Kegiatan pariwisata dulunya hanya dinikmati oleh segelintir orang, namun saat ini telah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat mulai dari masyarakat yang ada di kota sampai masyarakat yang ada di desa. Mulai dari negara maju hingga negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia membutuhkan tempat wisata, sehingga patutlah dikatakan bahwa menikmati dunia pariwisata menjadi hak asasi setiap orang.

Berkembangnya sektor pariwisata di suatu negara akan menarik sektor lain untuk berkembang pula karena produk-produknya diperlukan untuk menunjang industri pariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan rakyat, peningkatan kesempatan kerja, dan lain sebagainya. Industri pariwisata

(15)

tersebut mampu menghasilkan devisa dan dapat pula digunakan sebagai sarana untuk menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan angka kesempatan kerja.

Perkembangan perekonomian Indonesia saat ini sangat berkembang akibat adanya dorongan dari sektor pariwisata, dapat dilihat dari sektor pariwisata yang menempati peringkat ketiga dalam penerimaan devisa Negara setelah minyak dan gas bumi serta kelapa sawit. Berdasarkan data statistik per januari s.d. desember 2015 menunjukkan capaian pembangunan pariwisata Indonesia mampu melampaui target yang telah ditentukan. Hal ini dibuktikan oleh kunjungan wisatawan mancanegara yang meningkat menjadi 10,4 juta orang dari target 2015 sebesar 10 juta orang. Sementara itu jumlah perjalanan wisatawan nusantara telah mencapai 255 juta perjalanan dengan total pengeluaran sebesar Rp 224,68 Triliun dan diperkirakan jumlah penyerapan tenaga kerja mencapai 11,3 juta orang (kemenpar.go.id).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para turis adalah Bali sekitar lebih dari 3,7 juta disusul, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat.

Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38%

untuk tujuan bisnis.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang sering dikunjungi turis yang dikenal dengan kekayaan sumber daya alamnya. Provinsi dengan 33 kabupaten/kota ini memiliki panorama alam yang membuat rasa kagum apabila

(16)

3

kita mengunjungi objek wisata yang unik yang dimiliki oleh provinsi ini.

Pariwisata yang paling sering di promosikan yakni Tangkahan, Bukit Lawang, Berastagi dan Danau Toba. Namun, masih banyak lagi potensi alam Sumatera Utara yang perlu dikembangkan lebih baik lagi, misalkan Pulau Berhala di Serdang Bedagai, Air Soda di Tarutung, Kawah Putih dan Bukit Kapur Tinggi Raja di Simalungun, dan daerah daerah lainnya.

Dari banyaknya kabupaten/kota yang memiliki potensi pariwisata yang tinggi di Provinsi Sumatera Utara peneliti tertarik untuk melihat potensi dan perkembangan dari salah satu kabupaten yang ada yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Simalungun memiliki 73 titik lokasi objek wisata, terdiri atas 39 lokasi wisata alam, 15 lokasi wisata agro, 8 lokasi wisata budaya, dan selebihnya adalah lokasi wisata rekreasi lainnya. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon merupakan kecamatan yang memiliki objek wisata terbanyak. Dan di kecamatan itu pula terdapat objek wisata yang paling diandalkan, yaitu Danau Toba yang bisa dinikmati dari Parapat, berjarak tempuh 172 km dari Medan. Berikut adalah banyaknya pengunjung tempat rekreasi di Kabupaten Simalungun selama tahun 2012-2016 berdasarkan tabel 1.1

(17)

Berdasarkan Tabel 1.1 , diketahui bahwa perkembangan jumlah kunjungan turis yang berkunjung ke Kabupaten simalungun pada tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami peningkatan dari 226.022 orang (2012) meningkat menjadi 345.425 orang di tahun 2013 dan 359.751 orang di tahun 2014. Penurunan yang sangat tajam terjadi pada tahun 2015 menjadi 294.444 orang dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 314.890 orang.

Wisatawan nusantara pada tahun 2012-2016 mendominasi kunjungan obyek wisata dibandingkan wisatawan mancanegara. Obyek wisata Pemandian Alam sejuk (PAS) banyak diminati oleh wisatawan nusantara karena wisata tersebut menyuguhkan potensi alam yang indah berupa pemandian air aliran sungai sehingga obyek wisata tersebut masuk kedalam data Dinas pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Simalungun dengan jumlah pengunjung terbanyak.

Sementara wisatawan mancanegara lebih berminat ke obyek wisata parapat dibandingkan Pemandian Alam Sejuk, karena obyek wisata parapat memiliki pesona alam berupa Danau Toba yang menjadi pusat perhatian wisatawan dan banyak menyediakan fasilitas seperti pasir putih, wisata air ,rumah makan, mesjid, toko cendaramata dan resort sehingga wisatawan mancanegara lebih menyukai wisata alam ini.

Salah satu faktor pendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan adalah memiliki sarana dan prasarana pariwisata, faktor tersebut dapat meningkatkan jumlah presentase kunjungan wisatawan. Sarana dan prasarana pariwisata kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 1.2

(18)

5

Tabel 1.2

Perkembangan Jumlah Sarana dan Prasarana Pariwisata di Kabupaten Simalunguntahun 2012-2016

Uraian Satuan 2012 2013 2014 2015 2016

Hotel berbintang Buah 9 9 9 9 9

Hotel Non Berbintang Buah 41 41 37 38 38

Rumah Makan/Kafe Buah 11.627 11.627 11.627 11.627 15.663

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Simalungun

Pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut dilakukan karena dapat meningkatkan permintaan dan peningkatan pariwisata di Kabupaten Simalungun.

Data pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa lima tahun terakhir jumlah hotel berbintang tidak terjadi penambahan namun pada hotel non berbintang terjadi penurunan di tahun 2014 menjadi 37 hotel dari sebelumnya ditahun 2012 dan 2013 sebanyak 41 hotel, pada tahun 2015 dan 2016 kembali naik menjadi 38 hotel. Selain penginapan, juga terdapat rumah makan/kafe sebanyak 11.627 pada tahun 2012-2014 dan mengalami peningkatan menjadi 15.663 pada tahun 2016.

Peningkatan yang terjadi pada jumlah hotel dan peningkatan kunjungan wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat sekitar karena dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah Kabupaten Simalungun. Dari pendapatan daerah yang ada, kontribusi industri pariwisata dalam struktur PAD dapat dilihat pada Tabel 1.3 dijelaskan adanya sumbangan penerimaan daerah sektor pariwisata terhadap PAD Kabupaten Simalungun.

(19)

Tabel 1.3

Sumbangan Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Terhadap PAD Kabupaten Simalungun Tahun 2012-2016

Tahun Penerimaan Pendapatan Sektor Pariwisata

PAD

Kab.Simalungun Kontribusi (%)

2012 3.634.546.702 61.246.499.256 0,06

2013 4.332.086.048 97.914.775.900 0,04

2014 5.009.208.953 96.390.208.715 0,05

2015 4.776.450.382 111.893.282.770 0,04

2016 8.355.184.366 132.574.182.020 0,06

Sumber:BPS Kab.Simalungun (diolah)

Dapat dilihat bahwa sumbangan industri pariwisata Kabupaten Simalungun terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun selama lima tahun terakhir cenderung kecil. Destinasi pariwisata Simalungun termasuk dalam tahap pembangunan dimana, nilai daya tarik tinggi, amenitas sudah tersedia, aksesibilitas masih terbatas, dukungan masyarakat sudah ada, tata kelola destinasi mulai dirintis, terjadi pertumbuhan pasar. Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang memegang peranan penting dalam penerimaan daerah Kabupaten Simalungun, untuk itu perlu adanya pengembangan industri pariwisata baik itu obyek wisata atau fasilitas pendukung lainnya dengan berpedoman meningkatkan perekonomian daerah.

Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Simalungun juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi industri pariwisata ini dapat dilihat melalui retribusi daerah, pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan.

Dengan melihat kondisi dan faktor-faktor apa saja yang mendukung pariwisata di Kabupaten Simalungun dibandingkan dengan sektor pariwisata kabupaten/kota lain di Sumatera Utara, diharapkan pemerintah mampu

(20)

7

memanfaatkan potensi yang ada dan menetapkan strategi kebijakan yang efektif dan efisien agar pariwisata di Kabupaten Simalungun dapat terus meningkat dan mampu berdaya saing dengan kabupaten/kota lain di Sumatera Utara. Oleh karena itu perlu studi untuk menganalisis daya saing sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun dibandingkan dengan daerah sekitarnya di kabupaten/kota di Sumatera Utara.

Berdasarkan kajian di atas, maka penulis tertarik meneliti tentang

“Analisis Daya Saing Pariwisata Di Kabupaten Simalungun Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan paparan dari latar belakang diatas serta untuk memperjelas obyek penelitian, maka penulis membatasi dan merumuskan pokok masalah yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana tingkat daya saing pariwisata di Kabupaten Simalungun 2015 dan 2016?

2. Bagaimana perbandingan daya saing industri pariwisata antara Kabupaten Simalungun dengan Kabupaten Samosir pada tahun 2015 dan 2016?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis Indeks daya saing sektor pariwisata Kabupaten Simalungun pada tahun 2015 dan 2016

2. Untuk membandingkan indeks daya saing sektor pariwisata antara Kabupaten Simalungun dengan Kabupaten Samosir pada tahun 2015 dan 2016

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan refrensi untuk menambah pengetahuan tentang kondisi daya saing industri pariwisata Kabupaten Simalungun.

2. Sebagai bahan pertimbangan oleh pengelola obyek wisata dan merumuskan kebijakan-kebijakan pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Simalungun 3. Sebagai referensi untuk penelitian-penelitian sejenis tentang kepariwisataan.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Daya Saing

Daya saing merupakan salah satu kriteria untuk menentukan keberhasilan dan pencapaian sebuah tujuan yang lebih baik oleh suatu negara dalam peningkatan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Michael Porter (1990) dalam buku PPSK-BI (2008) daya saing di identifikasikan dengan masalah produktifitas, yakni didefenisikan sebagai nilai output yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja. Meningkatnya produktifitas ini disebabkan oleh peningkatan jumlah input fisik modal dan tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan, dan peningkatan teknologi.

Selanjutnya Porter menjelaskan pentingnya daya saing karena tiga hal berikut (1) mendorong produktivitas dan meningkatkan kemampuan mandiri; (2) dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam konteks regional ekonomi maupun entitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat; (3) kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih mencipatakan efisiensi.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses, mendefinisikan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, (2) kemampuan menghubungkan

(23)

dengan lingkungannya, (3) kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti, (4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan

Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing dilihat dari beberapa indikator yaitu keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif, ada juga keunggulan absolute. Menurut Tarigan (2005:76), Keunggulan komperatif adalah suatu kegitatan ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pegembangan daerah. Lebih lanjut menurut Tarigan (2005:75) istilah comparative adventage (keunggulan komperatif) mula-mula dikemukakan oleh David Ricardo (1917) sewaktu membahas perdagangan antara dua Negara

Daya saing juga dapat diartikan dari sisi permintaan (demand side) dan dari sisi penawaran (supply side). Dari sisi permintaan, kemampuan bersaing mengandung arti bahwa produk pariwisata yang dijual haruslah produk yang sesuai dengan atribut yang dituntut konsumen atau produk yang dipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s value perception)

2.1.1 Cara Menentukan Daya Saing

Berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan daya saing, antara lain:

1. Harga yang murah

Harga murah artinya tidak sekedar murah, namun tetap mempertahankan kualitas. Kualitas sama tapi harga yang lebih murah tentu saja lebih menguntungkan konsumen. Akan lebih baik lagi bila harga murah tetapi mampu memberikan kualitas yang lebih baik dibandingkan

(24)

11

pesaing. Umumnya perusahaan yang menawarkan produk yang lebih murah adalah perusahaan yang umumnya dapat melakukan efisiensi.

Dalam istilah Michael Porter, perusahaan mempunyai keunggulan dari segi biaya (cost leadership). Dengan efisiensi ini, perusahaan memperoleh margin yang sama atau lebih besar meskipun menetapkan harga yang murah karena biaya yang lebih kecil.

2. Diferensiasi

Melakukan diferensiasi berarti menawarkan atau melakukan hal yang berbeda dibandingkan dengan pesaing. Sesuatu yang ditawarkan berbeda, akan memberikan perhatian bagi konsumen. Berbeda, maksudnya bukan hanya sekedar berbeda, misalnya berbeda hanya dalam kemasan, tetapi perbedaan tersebut haruslah unik, atau bisa memberikan nilai tambah yang tidak bisa diberikan produk pesaing.

3. Pelayanan

Pelayanan juga dapat dijadikan suatu keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Perusahaan yang dapat memberikan service excellence dapat memuaskan pelanggan dan meningkatkan loyalitas pelanggan.

Perusahaan-perusahaan bersaing terutama dalam memanjakan pelanggannya, yaitu dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya.

2.1.2 Faktor – faktor yang Menentukan Daya Saing

Daya saing menurut Pusat Studi dan Pendidikan Kebanksentralan Bank Indonesia (2002) harus mempertimbangkan beberapa hal :

(25)

1. Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produtivitas atau efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih mendefinisikan daya saing sebagai “kemampuan suatu perkonomian” dari pada “kemampuan sektor swasta atau perusahan”.

2. Pelaku ekonomi (economic agent) bukan hanya perusahaan, akan tetapi juga rumah tangga, pemerintah, dan lain-lain. Semuanya berpadu dalam suatu sistem ekonomi yang sinergis tanpa memungkiri peran besar sektor swasta perusahaan dalam perekonomian.

3. Tujuan dan hasil akhir dari meningkatnya daya saing suatu perekonomian tak lain adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk di dalam perekonomian tersebut. Kesejahteraan (level of living) adalah konsep yang maha luas yang pasti tidak hanya tergambarkan dalam sebuah besaran variabel seperti pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan eknomi hanya satu aspek dari pembangunan ekonomi dalam rangka penigkatan standar kehidupan masyarakat.

4. Kata kunci dari konsep daya saing adalah “kompetisi”. Disinilah peran keterbukaan terhadap kompetisi dengan para kompetitor menjadi relevan.

Kata “daya saing” menjadi kehilangan maknanya pada suatu perekonomian yang tertutup (Abdullah, dkk,2002)

Tinggi rendahnya daya saing suatu industri/institusi tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ruang lingkup daya saing pada skala makro menurut Sumihardjo (2008) meliputi: “(1) perekonomian daerah, (2) keterbukaan, (3) sistem keuangan, (4) infrastruktur dan sumber daya alam, (5)

(26)

13

ilmu pengetahuan dan teknologi, (6) sumber daya alam, (7) kelembagaan, (8) governance dan kebijakan pemerintah, dan (9) manajemen dan ekonomi mikro.”

2.2 Industri Pariwisata

Pengertian industri pariwisata, antara lain sebagai kumpulan dari macam- macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan. Berdasarkan Undang- Undang Pariwisata Nomor 10 Tahun 2009, industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

Menurut W. Hunzieker (dalam Yoeti, 1996:2) Industri pariwisata adalah “Tourism enterprise are all business entities wich, by combining various means of production, provide goods and service of a specially tourist nature”. Maksudnya industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam- macam kegiatan produksi brang dan jasa yang diperlukan para wisatawan.

Menurut R.S Darmajadi tentang industri pariwisata merupakan rangkuman dari pada berbagai macam bidang usaha, yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa-jasa/layanan-layanan atau service, yang nantinya baik secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perawatannya (Yoeti, 1996).

Sedangkan menurut Soekadijo, industri pariwisata adalah industri yang kompleks, yang meliputi industri lain. Dalam kompleks industri pariwisata terdapat industri perhotelan, industri rumah makan, industri kerajinan/cendera mata, industri perjalanan, dan sebagainya (Soekadijo, 1996:28).

(27)

2.2.1 Permintaan Industri Pariwisata

Menurut G.A Schmoll (dalam Yoeti, 1996) Permintaan industri pariwisata adalah permintaan dalam industri pariwisata yang tidak hanya terbatas pada waktu yang diperlukan pada saat perjalanan wisata dilakukan. Akan tetapi jauh sebelumnya melakukan perjalanan permintaan itu sudah mengemuka seperti informasi tentang: daerah tujuan wisata (DTW) yang akan dikunjungi, hotel yang akan digunakan untuk menginap, pesawat yang akan digunakan, tempat-tempat yang akan dikunjungi di daerah tujuan dan berapa banyak uang yang harus dibawa.

Menurut Schmidhauser (dalam Yoeti 1996), karakter permintaan dalam industri pariwisata tidak hanya dalam satu macam pelayanan saja, akan tetapi merupakan suatu kombinasi bermacam-macam pelayanan yang satu dengan lainnya berbeda dan ditawarkan secara terpisah. Dengan perkataan lain permintaan terhadap produk industri pariwisata itu tercermin dalam suatu paket wisata yang disusun atas bermacam-macam produk yang berbeda dalam bentuk, fungsi dan manfaatnya.

Dalam rangka menarik kunjungan wisatawan pada suatu DTW ada dua hal yang perlu diperhatikan:

1. Faktor-faktor yang menentukan keseluruhan permintaan (total demand) karena diperlukan dalam menetapkan strategi pemasaran dan promosi, terutama dalam menetapkan segmen pasar mana yang akan dijadikan target pasar.

(28)

15

2. Informasi tentang faktor-faktor yang menentukan permintaan khususnya (specific demand) untuk dijadikan dasar dalam perencanaan pemasaran dan promosi pariwisata.

2.3 Peranan Pariwisata dalam Perekonomian

Pariwisata merupakan industri jasa yang diyakini dapat mendorong perekonomian suatu daerah bahkan dunia, dalam hal ini disebabkan industri pariwisata terkait dengan industri-industri lainnya seperti industri perhotelan, restoran, dan jasa hiburan. Jika dilihat dari kewilayahan, sektor pariwisata telah mendorong tumbuh dan berkembangnya kawasan-kawasan pariwisata dan pusat- pusat pelayanan yang tersebar di seluruh nusantara (Tjitroresmi (2003) dalam Febriawan (2009)).

World Tourism Organization (2008) menyepakati bahwa pariwisata telah menjadi fenomena sosial ekonomi yang sangat penting dalam perkembangan kehidupan dan pergaulan global antar bangsa-bangsa di dunia. Pariwisata menjadi penting bagi kehidupan karena terkait dengan dampaknya pada perkembangan ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan baik dalam lingkup nasional maupun internasional

Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa terbesar bagi negara berkembang. Sektor pariwisata memiliki fungsi sebagai katalisator pembangunan (agent of development) sekaligus akan mempercepat proses pembangunan itu sendiri, antara lain akan sangat berperan dalam (Yoeti, 2008):

1. Peningkatan perolehan devisa negara.

2. Memperluas dan memercepat proses kesempatan berusaha.

(29)

3. Memperluas kesempatan kerja.

4. Mempercepat pemerataan pendapatan (Distribution of Income).

5. Meningkatkan penerimaan pajak negara dan retribusi daerah.

6. Meningkatkan pendapatan nasional.

7. Memperkuat posisi neraca pembayaran.

8. Mendorong pertumbuhan pembangunan wilayah yang memiliki potensi alam yang terbatas.

Selain itu, menurut Gomang (2003), pariwisata merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena kegiatannya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional, misalnya:

1. Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan pembangunan dan pembaharuan suprasarana pariwisata.

2. Menggugah industri-industri baru yang berkaitan dengan jasa-jasa wisata misalnya; usaha-usaha transportasi, akomodasi (hotel, motel, pondok wisata, perkemahan, dan lain-lain), yang memerlukan perluasan beberapa industri seperti misalnya; peralatan hotel dan kerajinan tangan.

3. Menambah permintaan akan hasil-hasil pertanian karena bertambah pemakaiannya.

4. Memperluas pasar barang-barang lokal.

5. Menunjang pendapatan negara dengan valuta asing sehingga mengurangi defisit di dalam neraca pembayaran dan memajukan perekonomian nasional.

(30)

17

6. Memberi dampak positif pada tenaga kerja di negara, karena pariwisata memperluas lapangan kerja baru (tugas baru di hotel atau di tempat penginapan lainnya, usaha perjalanan, di kantor-kantor pemerintah yang mengurus pariwisata-pariwisata dan penerjemah, industri kerajinan tangan dan cenderamata, serta tempat-tempat penjualan lainnya).

2.4 Pariwisata dari Sisi Permintaan

Menurut Yoeti (2008), permintaan dalam kepariwisataan (tourist demand) dapat dibagi dua, yaitu potential demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata (karena memiliki waktu luang dan tabungan relatif cukup). Sedangkan yang dimaksudkan dengan actual demand adalah orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu Daya Tarik Wisata (DTW) tertentu.

World Tourism Organization, WTO (1995) mendefinisikan permintaan pariwisata sebagai permintaan terhadap barang dan jasa yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata. Tentu saja pihak yang melakukan permintaan adalah wisatawan itu sendiri (konsumen), serta pemerintah dan swasta dalam rangka investasi dan promosi wisata.

2.5 Pariwisata dari Sisi Penawaran

Penawaran pariwisata mencakup hal-hal yang ditawarkan oleh daerah destinasi pariwisata kepada wisatawan yang nyata maupun yang potensial.

Penawaran dalam pariwisata menunjukkan suatu atraksi wisata alamiah dan buatan manusia, jasa-jasa maupun barang-barang dapat menarik wisatawan untuk datang mengunjungi suatu kawasan wisata (Gomang, 2003). Menurut Heriawan

(31)

dan lokal, industri kerajinan (souvenir), jasa hiburan, rekreasi dan budaya, serta biro perjalanan (paket tour).

Dalam melakukan perjalanan pariwisata pengunjung harus dimanjakan dengan berbagai hal yang boleh ditawarkan atau yang akan didapat ketika berkunjung. Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu:

 Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu

yang bisa dilihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

 Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana

bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax, berupa fasilitas rekreasi baik itu tempat bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

 Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada

umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh

Menurut Damanik dan Webber (2006), elemen penawaran wisata terdiri dari triple A, yang terdiri dari:

1. Atraksi

Atraksi dapat diartikan sebagai obyek wisata (baik yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan.

(32)

19

Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan.

Atraksi alam meliputi pemandangan alam, seperti Danau Toba atau Gunung Bromo, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, gua, dan lain-lain. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti Candi Perambanan, adat-istiadat masyarakat seperti pasar Terapung di Kalimantan. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Impian Jaya Ancol, dan sebagainya. Unsur lain yang melekat dalam atraksi adalah hospitally, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya.

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke, dan selama di daerah tujuan wisata.Akses ini tidak hanya menyangkut aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan, dan keselamatan. Alat transportasi layak ditawarkan adalah angkutan penumpang tersebut berangkat dan tiba tepat waktu di Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW).

3. Amenitas

Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan.

Bank, pertukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan (rental), penerbit dan penjual buku panduan wisata, seni pertunjukan (teater, bioskop, pub, dan lain-lain) dapat digolongkan ke dalam unsur ini.

(33)

2.6 Prasarana dan SaranaWisata

Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut.

Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata. Menurut Yoeti (1996), mengatakan: “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beranekaragam”.

Prasarana tersebut antara lain:

1. Perhubungan: jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut 2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih

3. Sistem komunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi 4. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit

5. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata

6. Pelayananwisatawan baik berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata

7. Pom bensin 8. Dan lain-lain

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung

(34)

21

danhidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Yoeti, 1996). Sarana kepariwisataan tersebut adalah:

a) Perusahaan akomodasi: hotel, losmen, bungalow

b) Perusahaan transportasi: pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus yang melayani khusus pariwisata saja.

c) Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari obyek wisata tersebut

d) Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas obyek tersebut.

e) Dan lain-lain

Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.

2.7 Competitiveness Monitor

Competitiveness Monitor merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk melihat dayasaing industri pariwisata. Analisis Competitiveness Monitor diperkenalkan pertama kali oleh World Travel and Tourism Council (WTTC) pada tahun 2001 sebagai alat ukur dayasaing pariwisata. Analisis ini

(35)

menggunakan delapan indikator yang digunakan untuk melihat dayasaing.

Indikator tersebut antara lain (World Tourism Organization, 2008):

1. Human Tourism Indicator (HTI)

Indikator ini menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah destinasi.

2. Price Competitiveness Indicator (PCI)

Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata seperti biaya akomodasi, travel, sewa kendaraan dan sebagainya.

3. Infrastructure Development Indicator (IDI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan jalan raya, perbaikan fasilitas sanitasi dan peningkatan akses penduduk terhadap fasilitas air bersih.

4. Environtment Indicator (EI)

Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya.

5. Technology Advancement Indicator (TAI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan meluasnya internet, mobile telephone dan ekspor produk-produk berteknologi tinggi.

6. Human Resources Indicator (HRI)

Indikator ini menunjukkan kualitas Sumber Daya Manusia daerah destinasi tersebut dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis yang berkunjung ke daerah tersebut.

(36)

23

7. Openess Indicator (OI)

Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional. Hal ini dilihat dari jumlah wisatawan internasional yang datang berkunjung.

8. Social Development Indicator (SDI)

Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi. Dilihat dari lamanya masa tinggal turis disuatu daerah wisata

2.8 Penelitian Terdahulu

Berkaitan dengan penelitian ini ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti lain sebelumnya yang permasalahannya hampir sama dengan penelitian yang dilakukan sekarang, diantaranya dapat dilihat pada tabel 2.1

(37)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti (tahun) Judul Hasil Penelitian

1 Valentino Panjaitan (2016)

Analisis Indikator Daya

Saing Industri

Pariwisata Di

Kabupaten Samosir

Hasil analisis

menunjukkan bahwa daya saing pariwisata pada kedelapan indikator

variabel IDI

(Infrastructure

Development Indicator) menunjukan nilai daya saing rendah, sedangkan indikator lainnya memiliki daya saing tinggi

2 Rebecca Christina Putri (2014)

Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Di Kabupaten Jepara Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah

Hasil analisis

menunjukkan bahwa daya saing industri pariwisata dari kedelapan indikator penentu daya saing menunjukkan kemampuan daya saing yang rendah, sehingga dikatakan daya saing pariwisata di Kabupaten Jepara tergolong rendah.

3 Ackory Natalia Malau (2016)

Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Di Kabupaten Samosir

Hasil analisis

menunjukkan bahwa daya saing industri pariwisata Kabupaten Samosir dari kedelapan indikator penentu daya saing menunjukkan kemampuan daya saing yanglebih baik dibandingkan Kabupaten Simalungun tetapi masih tergolong rendah.

4 Trisnawati (2007) Analisis Daya Saing IndustriPariwisaa Untuk Meningkatkan Ekonomi

Daerah (kajian

perbandingan daya saing pariwisata antara Surakarta dengan Yogyakarta)

Dayasaing industri pariwisata Surakarta secara menyeluruh lebih rendah dibandingkan Yogyakarta.

Indikator-indikator yang digunakan menunjukkan bahwa pariwisata Yogyakarta lebih unggul.

(38)

25

5 Rochma Afriyani (2011)

Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Kota Bogor

Faktor yang dapat diunggulkan yaitu kondisi permintaan yaitu variabel jumlah wisatawan, kemudian faktor industri pendukung dan terkait yang terdiri dari jumlah restoran, dan jumlah biro perjalanan wisata.

Sedangkan faktor yang dianggap kurang unggul adalah jumlah obyek wisata, kondisi jalan baik, anggaran pemerintah daerah, dan jumlah hotel.

2.9 Kerangka Konseptual

Penentuan variabel daya saing industri pariwisata Kabupaten Simalungun disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari penelitian ini. Analisis perkembangan daya saing industri pariwisata penting untuk dilakukan. Hasil analisis dapat menunjukkan perkembangan potensi pariwisata yang juga dapat memperlihatkan sejauh mana pemerintah maupun swasta memaksimalkan potensi yang ada. Selain itu, untuk menentukan daya saing industri pariwisata menggunakan analisis Competitiveness Monitor yang memperhatikan kedelapan indikator dari WWTC dan melakukan penghitungan sesuasi dengan seluruh indikator daya saing.

(39)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dapat dilihat dari gambar di atas, untuk menentukan indeks Daya Saing industri pariwisata terlebih dahulu mencari jumlah dari Competitiveness Monitor yang memperhatikan kedelapan indikator.

Daya Saing

Human Tourism Indicator (HTI)

Ekonomi Daerah Infratructure Development

Indicator (IDI) Price

Competitiviness Indicator

(PCI)

Environment Indicator

(EI)

Technology Advancement

Indicator (TAI)

Social Development

Indicator (SDI) Human

Resources Indicator

(HRI) Openess

Indicator (OI)

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Penelitian ini menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

3.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional yang terdapat dalam penelitian ini diantaranya: Human Tourism Indicator (HTI) Kabupaten Simalungun, Price Competitiviness Indicator (PCI) Kabupaten Simalungun, Infratructure Development Indicator (IDI) Kabupaten Simalungun, Environment Indicator (EI) Kabupaten Simalungun, Technology Advancement Indicator (TAI) Kabupaten Simalungun, Human Resources Indicator (HRI) Kabupaten Simalungun, Openess Indicator (OI) Kabupaten Simalungun dan Social Development Indicator (SDI) Kabupaten Simalungun pada tahun 2015 dan 2016.

3.3 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini menggunakan variabel daya saing. Daya saing industri pariwisata di Kabupaten Simalungun ini di ukur melalui tersedianya potensi-potensi yang dimiliki daerah tersebut baik potensi alam, budaya dan agama. Dapat dilihat pada Tabel 3.1 Parameter, Sumber data dan Kegunaan kedelapan indikator, indikator ini diadopsi dari penelitian Valentino Panjaitan

(41)

(2016). Kedelapan indikator yang digunakan dalam analisis penentuan daya saing penelitian ini adalah :

Tabel 3.1

Parameter, sumberdaya dan Kegunaan

Parameter Sumber Data Kegunaan

Human Tourism Indicator (HTI)

1. Jumlah Turis 2. Jumlah Penduduk

Menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis

Price

Competitiveness Indicator(PCI)

1. Jumlah Wisatawan Mancanegara

2. Rata-rata Tarif Hotel 3. Rata-rata Masa

Tinggal Turis

Harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata

Infrastructure Development Indicator (IDI)

1. Panjang Jalan Beraspal 2. Panjang Jalan

Berkualitas Baik

Menunjukkan

perkembangan jalan raya, perbaikan fasilitas sanitasi dan peningkatan akses penduduk terhadap fasilitas air bersih

Environment Indicator (EI)

1. Jumlah Penduduk 2. Luas Daerah

Menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam

mememilihara lingkungannya Technology

Advancement Indicator (TAI)

1. Penggunaan Jaringan Internet

2. Jumlah Penduduk

Menunjukkan

perkembangan infrastruktur dan teknologi modern Human Resources

Indicator (HRI)

1. Jumlah penduduk yang bebas buta huruf 2. Jumlah Penduduk

Yang Berpendidikan SD,SMP,SMA, Diploma Dan Sarjana

Kualitas SDM di daerah destinasi

Openess Indicator (OI)

1. Jumlah Wisatawan Mancanegara 2. Total PAD

Tingkat keterbukaan destinasi terhadap

perdagangan internasional dan turis internasional Social

Development Indicator (SDI)

1. Lama Rata-rata Tinggal Turis

Menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis

berwisata

(42)

29

a. Human Tourism Indicator (HTI)

Indikator ini menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. Pengukuran yang digunakan adalah Tourism Participation Index (TPI) yaitu rasio antara jumlah aktivitas turis (datang dan pergi) dengan jumlah penduduk daerah destinasi. Dalam penelitian ini, ukuran yang digunakan adalah TPI, dengan rumus:

b. Price CompetitivenessIndicator (PCI)

Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata seperti biaya akomodasi, travel, sewa kendaraan dan sebagainya.

Pengukuran yang digunakan untuk menghitung PCI adalah Purchasing Power Parity (PPP). Proksi yang digunakan untuk mengukur PPP adalah rata-rata tarif minimum hotel yang merupakan hotel worldwide. Sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung PPP adalah:

c. Infrastructure Development Indicator (IDI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur yang disebabkan oleh kedatangan wisatawan ke daerah tujuan wisata. Infrastruktur merupakan variabel penting bagi industri pariwisata karena infrastruktur yang baik dapat menarik minat wisatawan untuk datang. Begitu pula sebaliknya, kedatangan wisatawan dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah sehingga dapat

(43)

meningkatkan kualitas infrastruktur yang dimiliki. Panjang jalan beraspal dan kualitas jalan menjadi proksi bagi indikator ini.

d. Environment Indicator (EI)

Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan adalah indeks emisi CO2 dan indeks kepadatan penduduk (rasio antara jumlah penduduk dengan luas daerah). Sementara pengukuran pada indeks emisi CO2 tidak terdapat data maka yang digunakan untuk menghitung EI adalah indeks kepadatan penduduk. Jumlah penduduk yang besar dapat membantu pemerintah untuk sadar akan lingkungan di sekitarnya.

e. Technology Advancement Indicator (TAI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan meluasnya penggunaan internet, mobile telephone dan ekspor produk-produk berteknologi tinggi. Pengukuran yang digunakan adalah Jaringan Internet (rasio penggunaan Jaringan Internet dengan jumlah penduduk)

(44)

31

f. Human Resources Indicator (HRI)

Indikator ini menujukkan kualitas sumber daya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis.

Pengukuran HRI menggunakan indek pendidikan yang terdiri dari rasio penduduk yang bebas buta huruf dan rasio penduduk yang berpendidikan SD, SMP, SMA, Diploma dan Sarjana.

g. Openess Indicator (OI)

Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional. Pengukurannya menggunakan rasio jumlah wisatawan mancanegara dengan total PAD.

h. Social Development Indicator (SDI)

Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi. Ukuran SDI adalah lama rata-rata masa tinggal turis di daerah destinasi

3.4 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis daya saing merupakan data sekunder tahun 2015 dan 2016. Data-data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari berbagai dinas pemerintahan Kabupaten Simalungun, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

(45)

Kabupaten Simalungun. Selain itu, data juga diperoleh dari literatur yang ada di internet.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan realistis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu merupakan satu cara untuk memperoleh data dengan cara membaca literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dalam studi kepustakaan ini data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Simalungun, Dinas Pendapatan Daerah, dan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Simalungun

3.6 Metode Analisis Data

Tujuan penelitian pada poin pertama dapat dilihat dengan carapenelitian ini melakukan penghitungan index daya saing pariwisata dengan memasukkan seluruh indikator daya saing dari World Travel and Tourism Council (WWTC) sebanyak 8 indikator dan mengkhususkan pada Kabupaten Simalungun. Analisis penentuan daya saing ini penting dilakukan untuk memberikan gambaran posisi daya saing pariwisata di daerah Kabupaten Simalungun.

(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Simalungun

4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten terluas ketiga setelah Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Langkat di Sumatera Utara dan memiliki letak yang cukup strategis serta berada di kawasan wisata Danau Toba – Parapat.

Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Kecamatan Hatonduhan sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Haranggaol Horison dengan rata-rata jarak tempuh ke ibukota kabupaten 51,42 km dimana jarak terjauh adalah Kecamatan Silou Kahean 127 km dan Kecamatan Ujung Padang 113 km. Simalungun letaknya diapit oleh 8 kabupaten yaitu Kabupaten Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara, dan Kota Pematang siantar.

Letak astronomisnya antara 02°36' -03°18' Lintang Utara dan 98°32 '- 99°35' Bujur Timur dengan luas 4 372,5 km2 berada pada ketinggian 0 –1 400 meter di atas permukaan laut dimana 75 persen lahannya berada pada kemiringan 0-15% sehingga Kabupaten Simalungun merupakan Kabupaten terluas ke 3 setelah Kabupaten Madina dan Kabupaten Langkat di Sumatera Utara dan memiliki letak yang cukup strategis serta berada di kawasan wisata Danau Toba- Parapat. Berikut adalah panjang jalan menurut kondisi jalan dan menurut jenis permukaan jalan di Kabupaten Simalungun.

(47)

Tabel 4.1

Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Di Kabupaten Simalungun Jenis Permukaan Jalan Panjang Jalan (Km)

Beraspal 1054,61

Beton 18,21

Kerikil 629,93

Tanah 101,03

Jumlah 1803,78

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun

Pada tahun 2016 panjang jalan menurut jenis permukaan Di Kabupaten Simalungun yaitu sepanjang 1803,78 Km , dimana permukaan jalan beraspal yang paling dominan yaitu sepanjang 1054,61 Km dan permukaan jalan yang di beton yang paling sedikit yaitu sepanjang 18,21 Km di Kabupaten Simalungun.

Tabel 4.2

Panjang jalan menurut kondisi jalan di Kabupaten Simalungun

Jenis Kondisi Jalan Panjang (Km)

Baik 396,30

Sedang 411,64

Rusak 544,59

Rusak Berat 451,25

Jumlah 1803,78

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun

Pada tahun 2016 menurut kondisi jalan di Kabupaten Simalungun lebih di dominasi dengan kualitas jalan yang rusak yaitu 544,59 Km dan jalanan yang memiliki kualitas baik yang paling kecil yaitu 396,30 Km.

Menurut pengukuran dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Geofisika Parapat, suhu udara rata-rata tahun 2016 adalah 22,10°C, dengan suhu rata -rata terendah 16,40°C dan suhu tertinggi 28,90°C. Penyinaran Matahari pada tahun 2016 rata-rata 3,9 jam per hari atau sebesar 48,3 persen dan rata-rata penguapan 3,7 milimeter per hari serta rata-rata kelembaban nisbi udara

(48)

35

harian sebesar 80 persen serta kecepatan angin maksimum di tahun 2016 mencapai 1 knot.

4.1.2 Kondisi Demografis Kabupaten Simalungun

Penduduk Kabupaten Simalungun berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016 sebanyak 854.489 jiwa yang terdiri atas 425.794 jiwa penduduk laki-laki dan 428.695 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2015, penduduk Simalungun mengalami pertumbuhan sebesar 0,60 persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 0,61 persen dan penduduk perempuan sebesar 0,59 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 99,32.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Simalungun tahun 2016 mencapai 195 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Kepadatan Penduduk di 31 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Siantar dengan kepadatan sebesar 896 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Dolok Silou sebesar 48 jiwa/Km2.

Jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional di Simalungun pada tahun 2016 sebesar 413.154 jiwa dengan tingkat partisipasinya sebesar 70,23%. Pada umumnya penduduk Kabupaten Simalungun bekerja di sektor pertanian (61,93%) kemudian 28,93% disektor jasa-jasa, hotel dan restoran.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini.

(49)

Tabel 4.3

Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan.

Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

Bekerja Pengangguran Jumlah Tidak/ Belum pernah Sekolah/

Belum tamat SD/ Tamat SD

54019 43278 97297

SMP 67913 35322 103235

SMA 67889 45478 113367

SMK 37408 24266 61674

Diploma 2674 8000 10674

Universitas 11533 15374 26907

Jumlah 241436 171718 413154

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun

Berdasarkan data yang saya peroleh dari BPS Kabupaten Simalungun masyarakat yang berusia 10 tahun ke atas (678.518) yang mengalami buta huruf sebesar 8.414 jiwa dan bebas buta huruf sebesar 670.104 jiwa.

Fasilitas internet saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat termasuk kabupaten simalungun, yang dapat dilihat pada table 4.4

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas yang Mengakses Internet Menurut Tujuan mengakses Internet di Kabupaten Simalungun

Uraian Jumlah Penduduk

Mendapatkan Informasi 564.706

Mengerjakan Tugas Sekolah 300.987 Mengirim/Menerima Email 147.158

Sosial Media 620.226

Hiburan 334.498

Pembelian/Penjualan 34.892

Fasilitas Finansial (E-Banking) 40.720

Lainnya 20.015

Jumlah Penggunaan Internet 2.063.202

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun ( Diolah)

(50)

37

4.1.3 Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun memiliki jumlah objek wisata mencapai 73 titik lokasi objek wisata, yang terdiri atas 39 lokasi wisata alam, 15 lokasi wisata agro, 8 lokasi wisata budaya, dan selebihnya adalah lokasi wisata rekreasi lainnya. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon merupakan kecamatan yang memiliki objek wisata terbanyak. Menurut data dari BPS ada 5 wisata unggulan yang ada di Kabupaten Simalungun, Yaitu :

1. Parapat

Parapat adalah sebuah kota kecil di tepi Danau Toba di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Kota Parapat merupakan salah satu akses menuju ke Danau Toba ataupun ke Pulau Samosir. Parapat terkenal dengan keindahan Danau Tobanya. Kota ini menjadi objek wisata terkenal di Sumatera Utara.

Bahkan, di era 1990-an, kota ini menjadi destinasi favorit para turis- turis luar negeri, terutama berasal dari Belanda, Malaysia, Singapura, Jerman, Jepang, Korea, bahkan ada juga yang berasal dari Amerika.

Kota ini memiliki beberapa tempat yang bisa di kunjungi untuk menjadi tempat berlibur seperti Lapangan Pagoda atau alun-alun kota Parapat, Rumah pengasingan mantan Presiden RI yang pertama, Soekarno. Dari pinggiran Danau Toba kita bisa berenang menikmati sejuknya air danau Toba dan tersedia pondok-pondok untuk menikmati pemandangan keindahan Danau Toba dan banyak juga tersedia hotel- hotel berbintang untuk dijadikan tempat peristirahatan.

(51)

2. Karang Anyer

Karang Anyer merupakan salah satu nagori yang ada di Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, provinsi Sumatera Utara.

Tempat wisata yang paling unggul di daerah ini adalah wisata air berupa pemandian dengan air yang sejuk berbentuk sungai yang memiliki kejernihan air yang keluar dari umbul yang berada dalam goa-goa sempit yang masi menjadi misteri dari mana asal keluarnya air tersebut, suasana yang sejuk dan indah juga bisa dirasakan karena letaknya berada di antara pepohonan yang rindang dan masih terjaga kondisi alaminya, selain itu disana juga terdapat tempat penyewaan berupa pondok-pondok untuk beristirahat sehingga tempat ini menjadi salah satu tempat wisata unggulan di Kabupaten Simalungun.

3. Museum Simalungun

Museum Simalungun adalah tempat wisata sejarah dan budaya, selain sebagai sebuah nama kabupaten, Simalungun juga merupakan salah satu suku asli di Provinsi Sumatera Utara yang kini menyebar di seluruh Indonesia. Museum Simalungun awalnya di bangun pada April 1936, tujuannya adalah untuk melestarikan dan menjaga sejarah serta kebudayaan Simalungun dari masa ke masa. Museum Simalungun di prakarsai oleh 7 orang raja Simalungun beserta utusan pemerintah, tokoh masyarakat, kepala distrik dan tungkat pada pertemuan Harungguan. Di dalam museum Simalungun ini terdapat koleksi entografi dan arkeologi yang berjumlah 866 dan terus bertambah hingga kini terdapat lebih dari 975 buah. Suguhan lengkap mengenai

(52)

39

kebudayaan Simalungun tentu menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mendalami tentang Simalungun ataupun sekedar ingin mengetahui sejarah Simalungun.

4. Haranggaol

Desa Haranggaol adalah sebuah desa yang terletak di Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun. Dulunya Desa Haranggaol bernama Desa Tiga Linggiung yang artinya adalah pasar di pesisir pantai danau yang menjual berbagai jenis hasil pertanian dari desa sekitar Danau Toba.

Pada tahun 1960 nama desa ini diubah menjadi Desa Haranggaol. Jika dipisahkan dari suku katanya Harang artinya ladang sedangkan Gaol artinya pisang, maka secara harfiah Haranggaol merupakan ladang pisang. Daerah terdapat beberapa jenis pariwisata yang banyak di sukai oleh para turis berupa pariwisata air dan pariwisata agro, dimana danau toba menjadi objek pariwisata yang paling di tawarkan di daerah ini.

5. PAS ( Pemandian Alam Sejuk)

Pemandian Alam Sejuk (PAS) berada di Nagori Mariah Jambi, Kabupaten Simalungun, Lokasi yang juga biasa disebut pemandian Timuran ini menawarkan kejernihan dan kesejukan air alam yang bisa digunakan wisatawan untuk mandi. Selain itu, PAS ini juga terbilang luas, sehingga cocok bagi wisatawan yang membawa keluarga dan rombongan.

(53)

Melihat dari banyak nya tempat pariwisata yang ada di Kabupaten Simalungun maka jumlah turis yang datang dari nusantara dan mancanegara pada tahun 2016 yaitu berjumlah 314.890 jiwa, dimana data yang saya dapat ini berasal dari jumlah turis yang datang ke tempat wisata unggulan yang ada di Kabupaten Simalungun.

Banyaknya perhotelan yang ada di Kabupaten Simalungun juga menjadi daya tarik tersendiri karena hampir semua hotel yang berada di Kabupaten Simalungun dekat dengan daerah tujuan pariwisata Danau Toba sehingga para pengunjung juga dapat menikmati pemandangan danau dari hotel yang di tempati.

Harga hotel di Kabupaten Simalungun juga sangat bervariasi, dapat dilihat pada table 4.5

Tabel 4.5 Rata-rata Tarif Hotel

Klasifikasi Hotel Rata-rata Tarif hotel

Hotel Bintang 1 RP. 350.000

Hotel Bintang 2 RP. 781.200

Hotel Bintang 3 Rp. 825.000

Hotel Bintang 4 Rp. 1.000.000

Total Rata – Rata Tarif RP. 739.050

Sumber : website hotel dan Traveloka (diolah)

Dari rata-rata tarif hotel diatas peneliti mengambil sampel data dari rate tarif hotel tipe superior karena tipe ini memiliki kelas yang sama di setiap hotelnya dari setiap hotel berbintang yang ada di Kabupaten Simalungun dan , berikut jumlah hotel berbintang dan non berbintang serta jumlah kamar dan tempat tidurnya.

(54)

41

Tabel 4.6

Jumlah Hotel, Kamar, dan Tempat Tidur Menurut Klasifikasi Hotel Di Kabupaten Simalungun 2016

Variabel

Klasifikasi

Total

Hotel Berbintang Hotel non

Berbintang

1 2 3 4 5

Hotel 1 5 2 1 0 38 47

Kamar 28 278 174 154 0 770 1.404

Tempat Tidur

50 538 335 304 0 1.132 2.359

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun

Pada umumnya rata-rata lama menginap tamu di hotel di Kabupaten Simalungun pada tahun 2016 berkisar antara 1 sampai 2 hari. Untuk lebih jelasnya rata-rata lama tamu menginap untuk seluruh kelas hotel pada 2016 adalah selama 1,18 hari. Jika dibedakan berdasarkan jenis tamu, pada tahun 2016 rata-rata lama menginap tamu mancanegara lebih lama dibanding tamu domestik dimana rata- rata lama menginap tamu mancanegara selama 1,19 hari sedangkan tamu domestik selama 1,15 hari.

Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Simalungun juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi industri pariwisata ini dapat dilihat melalui retribusi daerah, pajak hotel ,pajak restoran, dan pajak hiburan.

Tabel 4.7

Kontribusi Industri Pariwisata Terhadap PAD Sumber Penerimaan Jumlah Pendapatan

Retribusi Daerah 8.436.723.828,55

Pajak Hotel 7.213.401.261

Pajak Restoran 1.105.285.605

Pajak Hiburan 36.497.500

Jumlah 16.791.908.194,55

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun (diolah)

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual
Tabel 4.5  Rata-rata Tarif Hotel

Referensi

Dokumen terkait

Adanya penyaluran pinjaman atau kredit yang dilakukan oleh bank CIMB Niaga unit Subrantas Pekanabaru kepada masyarakat tidak akan terlepas dari resiko berupa kredit

From the data presented in Table 3 indicates that each treatment group using the infusion of ginger rhizome has a significant difference to the negative control group with p

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang telah diperoleh dalam penelitian ini, pada kelas eksperimen yang menggunakan metode praktikum aplikatif CEP memiliki

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis brodifakum LD 50 dan LD 100 .Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah gambaran Histopatologi usus halus

No Arah Regulasi Dan/Atau Kebutuhan Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian Dan Penelitian Substansi Arahan Regulasi Unit

Penelitian ini dilakukan di SMAN 14 Makassar dengan sampel penelitian kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021. Peneliti menggunakan jenis penelitian

Hasil penelitian menunjukkan penguasaan konsep laju reaksi siswa yang memiliki kemampuan berfikir kombinasi visual-spasial tinggi mau pun rendah yang diajarkan dengan

Apabila sampai dengan batas waktu yang telah ditetapkan sebagaimana tersebut diatas, saudara tidak dapat hadir atau tidak dapat menunjukkan dokumen asli untuk melakukan