• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHUN KEBUTUHAN Tahun

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman

Sistem pengelolaan air limbah Kota Bukittinggi saat ini masih bersifat on site (setempat) yang terdiri dari sistem individu dan komunal, dan saat sekarang ada sarana yang bersifat off site (terpusat) sebagai percontohan yaitu terdapat di Kel. Belakang Balok. Umumnya saat ini Air limbah bekas cuci dan mandi, yang dewasa ini umumnya dibuang ke saluran yang bersatu dengan saluran drainase. Sedangkan untuk penanganan untuk air limbah faecal (tinja) sebagian ada yang memakai tangki septik (septic tank), selebihnya langsung ke drainase atau ke badan air. Beberapa tangki septik yang dibangun oleh masyarakat juga masih banyak yang tidak memenuhi kriteria dan spesifikasi teknis, sehingga fungsinya menjadi cubluk, yang apabila jaraknya terhadap air tanah/ sumur terlalu dekat, rembesan dari limbah tersebut dapat mencemari air tanah/ sumur yang berbahaya bagi kesehatan penduduk. Disamping sistem individu, Pemerintah Kota Bukittinggi juga telah menyediakan sarana dan prasarana dengan sistem komunal berupa WC/toilet umum yang ditempatkan di lokasi fasilitas umum seperti pasar, terminal, tempat hiburan dan lain-lain.Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kota Bukittinggi yang mengarahkan prilaku berbagai pihak secara jelas dan tegas dalam hal pengelolaan air limbah domestik untuk lingkungan permukiman, atau tingkat rumah tangga. Hal ini menyulitkan Pemerintah Kota untuk melakukan penertiban dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Bukittinggi.

Tugas penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik saat ini belum terdistribusi secara tegas pada tupoksi SKPD manapun di Pemerintah Kota Bukittinggi. Hal ini dapat menimbulkan tuntutan peran yang salah terhadap organisasi KLH, yang menurut Perda Kota Bukittinggi No. 11 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Bukittinggi tidak dirancang sebagai organisasi operator untuk pengelolaan air limbah domestik. Ketidakjelasan penanganan tugas ini juga potensial untuk menjadi penghambat bagi Kota Bukittinggi untuk dapat mencapai kinerja pengelolaan air

limbah yang optimal.

Melengkapi pengelolaan air limbah pemukiman, Kota Bukittinggi telah memiliki 1 unit mobil tangki penyedot tinja namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena belum adanya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja di Kota Bukittinggi, sehingga untuk jasa penyedot tinja masyarakat Kota Bukittinggi masih menggunakan layanan dari luar daerah seperti Padang Panjang, Agam, Payakumbuh. menggambarkan kondisi eksisting pengembangan air limbah yang telah dilakukan pemerintah Kota Bukittinggi, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:

a. Aspek Teknis

Secara umum kondisi sarana dan prasarana air limbah/sanitasi masih dalam keadaan baik, namun di beberapa daerah masih terdapat kondisi dimana saluran drainase masih digunakan untuk saluran air limbah, bahkan dibuat dengan tidak memenuhi spesifikasi teknis, sehingga menimbulkan gangguan pengaliran seperti pemampatan aliran yang menimbulkan bau busuk. Secara keseluruhan, sarana pemukiman hanya memiliki sarana pengolahan limbah hanya untuk limbah dari WC yaitu septik tank. Sedangkan instalasi pengolahan limbah yang menampung air limbah dari dapur, kamar mandi, kegiatan mencuci belum ada. Padahal limbah ini yang memiliki debit yang besar yang dapat menyebabkan dampak yang besar juga bagi lingkungan dan masyarakat. Sedangkan untuk sarana yang bersifat komunal masih dalam kondisi yang cukup baik, hanya saja dibutuhkan pemeliharaan yang lebih baik lagi dari masyarakat pengguna.

Sedangkan sarana dan prasarana air limbah milik swasta seperti hotel dan rumah makan hasil pengolahannya masih belum optimal karena kurangnya pemeliharaan instalasi namun dari segi fisik bangunan yang ada masih cukup baik. Untuk IPAL Rumah Sakit yang ada di Bukittinggi masih dalam kondisi baik.Sistem pembuangan air limbah seharusnya dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, tetapi di Kota Bukittinggi umumnya limbah rumah tangga di buang ke dalam saluran pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/pencemaran lingkungan.

Pengelolaan sarana dan prasarana air limbah pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 sistem yaitu :

Dibeberapa tempat dan bangunan-bangunan tertentu diwajibkan menyediakan fasilitas instalasi pengolaham air limbah (IPAL) seperti : rumah sakit/puskesmas, Hotel/Penginapan dll. Fasilitas pengolahan ini sangat dibutuhkan untuk menghindari dampak pencemaran lingkungan hidup. Prasarana pembuangan air limbah yang ada di Kota Bukittinggi antara lain :

Jamban Keluarga

Sistem pengolahan air limbah umumnya pengolahan setempat (on-site system) baik secara individu (jamban keluarga) maupun komunal (MCK) dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau dilokasi sumber, seperti : cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengilahan skala kecil. Dengan kondisi seperti ini di Kota Bukittinggi sering terjadinya pencemaran sumber air minum yang di sebabkan karena tangki septik penuh dan tidak pernah diadakan penyedotan.

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Saluran pembuangan air limbah (SPAL) merupakan suatu sistem untuk menampung dan menyalurkan air limbah dari dapur, kamar mandi, jamban dan atau septic tank yang berfungsi sebagai wadah pengumpul dengan sebuah pipa pembuangan atau sebagai tabung pengolahan yang berhubungan langsung dengan tanah. Kondisi SPAL yang ada di Kota Bukittinggi pada umumnya masih menyatu dengan saluran drainase.

 Kriteria suspek aman adalah sebagai berikut : 1. Dibangun kurang dari 5 tahun yang lalu

2. Dibangun lebih dari 5 tahun yang lalu dan pernah dikuras/dikosongkan kurang dari 5tahun.

 Kriteria suspek tidak aman adalah sebagai berikut :

1. Dibangun Lebih dari 5 tahun yang lalu dan tidak pernah dikuras

2. Dibangun lebih dari 5 tahun yang lalu dan pernah dikuras lebih dari 5 tahun lalu.

 Kondisi aman dan tidak aman dilihat dari praktik pembuangan kotoran balita antara lain : 1. Praktek pembuangan aman yang mencakup :

a. Anak diantar untuk BAB di jamban.

b. Anak yang BAB di penampung (popok sekali pakai/pampers, popok yang dapat dicuci,gurita, ataupun celana), kotoran dibuang ke jamban, dan penampung dibersihkan di water cloase)

2. Praktek pembuangan yang tidak aman aman mencakup : c. Anak diantar untuk BAB di diruang terbuka.

d. Anak yang BAB di penampung (popok sekali pakai/pampers, popok yang dapat dicuci,gurita, ataupun celana), kotoran dibuang ke ruang terbuka/sungai, atau dibersihkan tidak di jamban.

Mengingat Kota Bukittinggi adalah tujuan pariwisata utama di Sumatera Barat, tentu dilengkapi dengan berbagai sarana akomodasi penunjang kepariwisataan seperti: hotel dan rumah makan/restoran. Disamping itu usaha kecil menengah di Kota Bukittinggi pun berkembang cukup pesat dari waktu ke waktu. Serta adanya beberapa rumah sakit di Kota Bukittinggi yang juga menjadi pilihan utama pengunjung dari berbagai daerah untuk mendapatkan layanan kesehatan. Banyaknya jenis usaha dan/atau kegiatan yang ada di Kota Bukittinggi ini juga merupakan penyumbang limbah cair Kota Bukittinggi dengan volume yang tidak sedikit. Saat ini pengelolaan limbah non-domestik ditangani oleh Kantor Lingkungan Hidup (terbentuk th.2009).

Dari sejumlah hotel yang ada di Bukittinggi hanya sedikit yang mengelola air limbahnya dengan menggunakan IPAL, sejumlah kecil lainnya hanya memiliki grease trap untuk menangkap minyak dan lemak dari air limbah dapur namun tidak dapat menurunkan kadar parameter air limbah lainnya, sedangkan hotel lainnya langsung dibuang ke drainase. Kepemilikan IPAL ini sangat berkaitan erat dengan kewajiban memiliki dokumen lingkungan. Berdasarkan Peraturan Walikota Bukittinggi No. 9 Tahun 2010 jumlah hotel yang harus memiliki dokumen lingkungan berupa UKL-UPL sebanyak 29 kegiatan yaitu yang memiliki jumlah kamar sama dan lebih dari 15 kamar, sedangkan yang dibawah 15 kamar hanya wajib memiliki Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPL) .

Dari beberapa pengawasan yang telah dilakukan secara berkala oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Bukittinggi, dari sekian banyak hotel yang memiliki dokumen

lingkungan hanya sebagian kecil hotel yang memiliki IPAL, seperti: Hotel The Hill’s, Hotel

Pusako, dan Hotel Maison yang baru dibangun pada tahun 2010, namun sayangnya IPAL yang ada belum berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Operasional dan pemeliharaan IPAL yang kurang baik menyebabkan masih dijumpainya parameter kualitas air limbahnya tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan peraturan yang berlaku. Jumlah hotel yang memiliki dokumen lingkungan UKL-UPL dan IPAL dapat dilihat pada Tabel 7.22

Tabel 7.22

Hotel yang memiliki Dokumen IPL dan IPAL

NO USAHA DAN/ATAU

KEGIATAN

DOKUMEN

LINGKUNGAN JENIS DOKUMEN IPAL

1 Hotel Pusako O SEL, RKL, RPL O

2 Hotel The Hill's O AMDAL O

3 Hotel Gran Malindo O UKL-UPL X

4 Hotel Kharisma O UKL-UPL X

5 Hotel Maison O UKL-UPL O

6 Hotel Royal Denai View O DPPL X

7 Hotel Royal Denai O DPPL X

8 Hotel Grand Aston Rocky O UKL-UPL X

9 Hotel Bunda O UKL-UPL X

10 Hotel Asia O DPLH X

11 Hotel Benteng O DPLH X

12 Hotel Nikita O DPLH X

13 Hotel Nikita Palace O DPLH X

14 Hotel Dymen's Internasional O DPLH X

15 Hotel Jogja O DPLH X

16 Hotel Srikandi O DPLH X

17 Hotel Surya O DPLH X

18 Hotel Yuriko O DPLH X

19 Hotel Lima's O DPLH X

20 Hotel Ambun Suri O DPLH X

21 Hotel Balai Campago O DPLH X

22 Hotel Bagindo O DPLH X

23 Hotel Gallery X DPLH X

24 Hotel Asri X DPLH X

25 Hotel Batang Sianok X DPLH X

26 Hotel Mitra Arena X DPLH X

27 Hotel Wisata X DPLH X

28 Hotel Agung X DPLH X

29 Hotel Dewi Kembar X DPLH X

Persentase yg memiliki dokumen 76 %

Persentase yg memiliki IPAL 10%

Keterangan : Kantor Lingkungan Hidup Kota Bukittinggi per Oktober 2011 Jenis kegiatan ditetapkan berdasarkan Perwako Bukittinggi No. 9 Tahun 2010

Selain itu Saat ini ada 8 (delapan) rumah makan dan restoran yang harus memiliki dokumen lingkungan skala UKL-UPL yang di dalam dokumen tersebut tertuang

tentang pengelolaan air limbah yang dihasilkan dengan menggunakan IPAL. Daftar kegiatan rumah makan dan restoran tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.23

Tabel 7.23

Rumah Makan/Restoran yang Memiliki Dokumen Lingkungan dan IPAL

NO USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DOKUMEN

LINGKUNGAN JENIS DOKUMEN IPAL KET

1 Restoran Pizza Hut O UKL-UPL O

2 RM. Simpang Raya I O DPLH X Grease Trap

3 RM. Sederhana O DPLH X Grease Trap

4 RM. Family Benteng Indah O DPLH X

5 RM. Gon Raya O DPLH X

6 RM Gon Raya Lamo O DPLH X

7 Restoran Hau's Tea O DPLH X Grease Trap

8 Kentucky Fried Chicken O DPLH X Grease Trap

Persentase yang memiliki dokumen 100 %

Persentase yang memiliki IPAL 12,5 %

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kota Bukittinggi per Oktober 2011

Jenis kegiatan ditetapkan berdasarkan Perwako Bukittinggi No. 9 Tahun 2010

Berdasarkan tabel diatas, walaupun sebagian besar sudah memiliki grease trap namun belum memenuhi syarat pengelolaan air limbah yang baik untuk menurunkan kualitas parameter yang dapat mencemari lingkungan, seperti BOD dan COD. Untuk usaha kecil menengah dan industri yang ada di Kota Bukittinggi juga belum melakukan pengelolaan terhadap air limbahnya baik usaha bengkel kendaraan, industri tahu, industri kerupuk sanjai, dan lain-lain. Sehingga air limbah yang dihasilkan juga langsung masuk ke drainase kota, bahkan ada yang dibuang ke tanah.

Limbah medis Kota Bukittinggi berasal dari kegiatan Rumah Sakit, Puskesmas, Laboratorium. Berdasarkan Perwako Bukittinggi No. 9 Tahun 2010 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Menyusun AMDAL, UKL-UPL, dan SPPL, semua kegiatan rumah sakit, laboratorium, dan puskesmas yang memiliki rawat inap harus membuat dokumen lingkungan, sedangkan puskesmas yang tidak memiliki rawat inap wajib memiliki IPAL. Tabel 7.24 berikut menunjukkan jumlah IPAL dari kegiatan penghasil limbah medis yang sudah ada di Kota Bukittinggi.

Tabel 7.24

Rumah Sakit/Puskesman yang Memiliki Dokumen Lingkungan dan IPAL

NO USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DOKUMEN LINGKUNGAN JENIS DOKUMEN IPAL

Dokumen terkait