• Tidak ada hasil yang ditemukan

LABORATORIUM 1 Laboratorium Lingkungan

D. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah Kota Bukittinggi , perlu diuraikan hal-hal berikut ini :

a. Aspek teknis

Sistim yang digunakan dalam pelayanan pengelolaan sampah pada saat ini dimulai dengan penanganan sampah dari rumah-rumah penduduk melalui pewadahan dan kemudian ditempatkan pada TPS , dari TPS sampah diangkut oleh petugas dengan menggunakan armada truk menuju TPA. Setelah sampah dibuang di TPA lalu dilakukan penyemprotan selama dua hari sekali, dan dilakukan secara rutin setiap tahunnya. Sedangkan

Sistim pengelolaan sampah yang diharapkan untuk masa yang akan datang adalah sebelum sampah dikirim ke TPA Regional Payakumbuh dilakukan pemilahan sampah di depo sampah sehingga sampah yang dibuang ke lokasi TPA adalah sisa sampah yang betul-betul tidak bisa dimanfaatkan lagi. Depo Sampah dilengkapi dengan lokasi Pengomposan, IPLT mini, lokasi Pemilahan Sampah organik menjadi kompos dan anorganik dimanfaatkan dalam bentuk lain.

Pada bidang kebersihan pelaksanaan tugas dilapangan diawasi oleh beberapa orang pengawas yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan serta kontrol dan instruksi dilapangan. Petugas sampah (truk) yang terdiri dari sopir dan beberapa orang petugas melakukan pengangkatan sampah dari TPS ke TPA dalam beberapa shif setiap harinya untuk melaksanakan pembuangan sampah. Operator Skidloader melakukan pembersihan sampah di pasar untuk selanjutnya diangkut ke TPA oleh truk sampah untuk melaksanakan pembuangan. Petugas becak motor melakukan pemungutan sampah pada perumahan serta jalan lingkung yang tidak terjangkau oleh truk dan untuk selanjutnya diangkut ke TPS terdekat. Kemudian petugas TPA melakukan kegiatan pengendalian, pembuangan, pencatatan volume sampah yang dibuang sekaligus pencucian mobil setelah pembuangan sampah. Petugas Jam Gadang melakukan kontrol keamanan, K3, serta peralatan fasilitas taman Jam Gadang. Sampah organik dilakukan pembuatan pupuk kompos dan sisanya dibuang ke TPA, sampah an organik dilakukan pengolahan dengan metode 3R (Reduce,Reuse,Recycle). Sedangkan sampah B.3 dilakukan pemusnahan pada mesin incenerator di Talao. Petugas kompos melakukan kegiatan pengomposan skala kota untuk pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan sampah sayuran dari pasar.

Pada bidang penyuluhan dan sanitasi pelaksanaan tugas dilapangan diawasi satu orang pengawas yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan serta kontrol dan instruksi dilapangan. Petugas penyemprotan/sanitasi melakukan penyemprotan sampah dan lalat di TPA yang berfungsi untuk pengendalian berkembang biaknya lalat di lokasi TPA yang bisa menjalar ke rumah penduduk. Petugas penyuluhan melakukan penyebarluasan informasi dan sosialisasi tentang K.3 melalui berbagai media untuk diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat antara lain penyuluhan ke masyarakat, penyuluhan ke anak didik, penyuluhan melalui mobil unit K3 keliling kota, himbauan walikota tentang K.3, media elektronik, media cetak, bill board serta leaflet. Adanya sistim pelayanan diatas yang satu sama lain ada kaitannya dilaksanakan untuk menciptakan kota bukittinggi yang bersih,sehat,rapi dan indah (BERSERI).

Perda Kota Bukittinggi No. 1 tahun 2002 jo Perda No. 25 tahun 2004 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum, serta Perda No. 16 tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Kebersihan, yang menjadi dasar bagi kegiatan pengelolaan persampahan saat ini belum sepenuhnya sejalan upaya Pemerintah Kota Bukittinggi untuk mendorong pengelolaan sampah dengan prinsip 3R di Kota Bukittinggi. Kedua perda tersebut juga belum sepenuhnya sejalan dengan arah pola pengelolaan sampah yang diatur dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Saat ini Pemerintah Kota Bukittinggi masih mengalami kesulitan untuk menemukan skema kelembagaan pengelolaan sampah regional yang tepat dan realistis guna pemecahan masalah sampah di Kota Bukittinggi.

Sumber sampah di Kota Bukittinggi terdiri atas pemukiman/domestik maupun non pemukiman/non domestik. Sumber sampah di Kota Bukittinggi rata-rata masih belum melakukan pemilahan. Pewadahan yang disediakan oleh pemerintah berupa TPS (Tempat Penampungan sampah) berbahan plastik, kayu, batu dan kontainer. Hanya TPS berbahan plastik yang menerapkan pemilahan sampah, yakni sampah organik/sampah basah maupun sampah anorganik/sampah kering. Meskipun sudah dipisahkan wadahnya, namun hasil pengamatan di lapangan sampah masih dalam kondisi tercampur. Beragamnya sumber sampah Kota Bukittinggi, maka pihak pemerintah kota melalui DKP melakukan penyebaran TPS. TPS kembar diletakkan di jalan-jalan utama dan fasilitas umum yang identik dengan keramaian. Sementara itu lokasi penempatan TPS kayu, TPS batu dan kontainer di Kota Bukittinggi biasa dipusatkan untuk melayani suatu kawasan.

Kondisi eksisting pengembangan persampahan sebagaimana diuraikan di atas dapat ditampilkan dalam Grafik berikut ini:

Grafik 7.1

Berdasarkan grafik 7.1 Pengolahan Sampah disimpulkan bahwa pengelolaan sampah di Kota Bukittinggi secara total sudah didominasi dengan dikumpulkan dan di buang ke TPS dengan rata-rata 84,3 %, lalu dilanjutkan dengan di bakar dengan sebesar 8,1 % dan sebesar 2,5 % sampah masih dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk, demikian selanjunya untuk setiap kriteria pengelolaan sampah lainnya. Pola pengumpulan sampah bergantung pada daerah pelayanan, tingkat sosial ekonomi, sarana dan prasarana yang dilayani. Masyarakat Kota Bukittinggi dihimbau untuk mengumpulkan sampah pada pukul 18.00 – 06.00 WIB setiap harinya. Sistem pengumpulan sampah di Kota Bukittinggi terbagi atas beberapa pola sebagai berikut :

1. Pola Individual Langsung

Masyarakat membuang langsung ke TPS terdekat yang kemudian sampah dari TPS tersebut dikumpulkan oleh truk sampah diangkut ke TPA regional. Biasanya pola ini umum di daerah perumahan seperti di perumahan Guguak bulek.

2. Pola Individual Tak Langsung

Masyarakat memanfaatkan jasa petugas yang mengambil sampah dari rumah ke rumah memakai alat pengumpul dan pengangkut (gerobak sampah/ becak sampah/ gerobak motor/ truk sampah). Sampah yang sudah dijemput kemudian di bawa ke TPS dan atau langsung diangkut menuju TPA regional Payakumbuh.

Pola ini selain di komplek pemukiman juga dilakukan pada komplek non pemukiman. Komplek cendana Garegeh contohnya memakai gerobak sampah untuk mengangkut sampah. Kota Bukittinggi lebih banyak menerapkan pola seperti ini dari pada memperbanyak TPS. Masyarakat akan meletakkan sampah di pinggir jalan atau diluar halaman, kemudian truk sampah akan berkeliling mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah. Tujuan pemerintah kota menerapkan ini agar bisa mengurangi jumlah sampah dari masyarakat luar (Kabupaten Agam) yang cukup sering membuang sampah dengan memanfaatkan fasilitas wadah sampah di Kota Bukittinggi.

3. Pola Penyapuan Jalan

Pihak DKP telah menyebarkan penyapu jalan ditiap kecamatan. Hasil sapuan jalan akan dikumpulkan dengan gerobak sampah, becak sampah, becak motor yang akan di bawa ke kontainer terdekat dan nantinya untuk dibawa menuju TPA Regional oleh truk sampah. Jadwal penyapuan jalan terdiri atas 2 (dua) shift, yaitu pukul 06.00 -11.00 dan 14.00 – 16.00 WIB.

Selain dilakukan pengumpulan sampah oleh petugas sampah sebaiknya masyarakat sudah sadar untuk melakukan pemilahan sampah, agar sampah yang dibuang ke TPS hanya berupa residu dan yang lainnya dapat dimanfaatkan sendiri atau bersama dengan cara menjual atau memberikan ke Bank sampah agar dapat dioleh menjadi barang berguna lagi. Untuk timbulan sampah Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 7.30

Timbulan Sampah Per Kecamatan di Kota Bukittinggi Nama

Kecamatan

Jumlah Penduduk Volume Timbulan Sampah

Wilayah Perdesaan

Wilayah Perkotaan

Total Wilayah Perdesaan Wilayah

Perkotaan

Total (%) (M3/hari) (%) (M3/hari) (%) (M3/hari) Guguk Panjang 44.622 44.62 2 - - 67 122,27 67 122,27 Mandiangin Koto Selayan - 49.740 49.74 0 - - 72 217,57 72 217,57 Aur Birugo Tigo Baleh - 26.838 26.83 8 - - 65 111,97 65 111,97

Sumber: Data Sekunder SKPD terkait (DKP Kota Bukittinggi, 2015)

Berdasarkan tabel 7.30 satuan timbulan sampah di Kota Bukittinggi per- kecamatan dapat diperkirakan bahwa total timbulan sampah pada tahun 2015 adalah sekitar 466,95 m3/hari atau 129,61 ton/hari. Diketahui bahwa sumber sampah perumahan merupakan penyumbang terbesar dari total sampah kota. Untuk timbulan sampah per-kecamatan yang tertinggi terdapat di kecamatan Mandiangin Koto Selayan yaitu sebesar 217,57 m3/hari, disusul kecamatan Guguak Panjang sebesar 122,27 m3/hari dan Aur Birugo Tigo Baleh sebanyak 111,97 m3/hari. Untuk sumber sampah di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel 7.31 berikut ini :

Tabel 7.31

Total Timbulan Volume Sampah Kota Bukittinggi Tahun 2014

Jenis Sumber Sampah Satuan Timbulan

Volume Jumlah

Total Sampah (m3/hari) Perumahan 2,90 l/o/hari 121,845 Orang 352,94 Kantor dan Fasilitas umum 0,14 /o/hari 2,091 Orang 0,30

Sekolah 0,02 /o/hari 18,100 Orang 0,35

Hotel & Penginapan 0,18 /o/hari 3,138 Tt 0,57 Restoran dan rumah makan 0,08 /o/hari 61.680 Kursi 4,75

Jalan 0,02 /o/hari 198.000 M 3,17

Rumah Sakit 0,06 /o/hari 274,785 Tt 17,58

Pasar 0,48 /o/hari 27,222 m2 13,07

Toko dan Industri 0,024 /o/hari 3,092 Unit 74,21

Total Timbulan 466,95

Sumber : SSK Kota Bukittinggi, Tahun 2015

Dari tabel diatas terlihat jelas bahwa sampah terbanyak dihasilkan oleh perumahan dan permukiman yaitu sebesar 352,94 m3/hari, kemudian disusul sampah toko dan industri sebesar 74,21 m3/hari, selanjutnya sampah rumah sakit sebesar 17,58 m3/hari. Untuk menekan jumlah timbulan sampah perlu dilakukan sistem 3 R seperti yang telah di jelaskan diatas agar timbulan sampah di Kota Bukittinggi dapat di tekan setiap tahunnya.

Pemerintah Kota Bukittinggi Hingga 2015 belum melaksanakan pengelolaan sampah 3R secara menyeluruh. Fasilitas Kota terkait 3R yang sudah ada yaitu gedung fisik TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) yang berlokasi di Aur Kuning. Gedung TPST tersebut merupakan milik Provinsi Sumatera Barat yang rencananya akan diberdayakan ke pihak DKP Kota Bukittinggi. Hingga 2015 belum ada serah terima antara pihak Provinsi Sumatera Barat dengan Pemerintah Kota Bukittinggi, sehingga kegiatan 3R belum terlaksana. Kegiatan persampahan 3R di Kota Bukittinggi yang ada dan sudah berjalan adalah pengolahan persampahan berbasis masyarakat. Kegiatan ini meliputi pengadaan bank sampah, pembuatan kerajinan dari bahan daur ulang dan pengomposan ini dapat dilihat pada tabel 7.32 berikut ini :

Tabel 7.32

Dokumen terkait