• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase

Tabel 6 3 Usulan dan Prioritas Proyek Sub Bidang Persampahan

6.4.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Drainase 1 Isu Strategis Pengembangan Drainase

6.4.3.2.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase

Pengembangan jaringan drainase di kabupaten Kutai Kartanegara sampai saat ini masih difokuskan pada kawasan perkotaan atau kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi. Jaringan drainase yang ada terutama untuk sistem tersier, sekunder maupun primer pada umumnya atau sebagain besar masih menjadi satu dengan sistem jaringan jalan. Selain itu sistem pembuangan air limbah masih menjadi satu atau belum terpisah dengan sistem pembuangan air hujan.

Sistem penyaluran air hujan berdasarkan sistem grafitasi atau mengikuti garis kontur tanah, aliran dari permukaan masuk ke saluran pembuang untuk kemudian masuk ke sistem pembuang utama (sungai) yang ada. Di semua wilayah studi, sistem jaringan yang ada belum terbagi menurut sistem blok pelayanan sesuai dengan area yang (mungkin) dilayani. Sehingga ketidak- sesuaian antara debit yang ada dengan kapasitas saluran merupakan permasalahan yang umum terjadi.

Secara umum sistem jaringan drainase didalam wilayah kota dibagi 2 bagian , yaitu : 1. Drainase Makro

Sistem drainase induk yang ada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sistem drainase alam, yaitu suatu sistem yang menggunakan sungai dan anak sungai sebagai sistem primer penerima air buangan dari saluran – saluran sekunder dan tersier yang ada. Keseluruhan sistem tersebut berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah rumah tangga. Sebagian dari saluran drainase sekunder yang ada juga menggunakan saluran irigasi sebagai saluran pembuangannya. Pada dasarnya terdapat 3 (sungai) sungai utama sebagai badan penerima air.

Sungai utama dimaksud adalah:

a. Sungai Mahakam dengan panjang 920 Km b. Sungai Belawan dengan panjang 229 Km c. Sungai Telaga dengan panjang 119 Km

Topografi daerah pengaliran sungai utama dan saluran primer merupakan daerah berbukit. Seperti dua kota yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara; Kota Tenggarong diapit perbukitan dengan ketinggian mencapai 25-SO meter, sedangkan di Tenggarong Seberang perbukitan berada di sisi Timur dan mencapai 60-100 meter. Di antara perbukitan ini terdapat daerah dataran dengan ketinggian 5-10 meter di atas permukaan laut, dengan lebar celah antara 12.5 km baik di Kota Tenggarong maupun Tenggarong Seberang.

Hutan masih menutupi sekitar 25% daerah aliran sungai dan terdapat di daerah hulu S. Tenggarong, S. Saka Kanan, S. Saka Kiri. Seluas 10-15% dari daerah pengaliran merupakan Perkebunan Karet dan Coklat, sebagian besar terdapat di daerah aliran S.Tenggarong. Sedangkan tambang batubara (atau bekas tambang), sekitar 5-7.5% dari luas daerah aliran, berada di daerah aliran S. Saka Kanan yang berbatasan dengan daerah hulu S.Saka Kiri. Sisanya, sekitar 50% luas daerah aliran, merupakan daerah terbuka (belukar), terdapat di antara daerah pemukiman dan perkebunan/perbukitan.

Disamping sungai – sungai tersebut di atas, terdapat juga saluran – saluran pembuang dari pusat

– pusat daerah tangkapan di dalam kota atau wilayah permukiman ke sungai dan atau anak sungai yang dikategorikan sebagai saluran sekunder atau primer.

Drainase mikro berupa saluran – saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan.

Aspek Teknis

Tinjauan kondisi drainase di wilayah studi merupakan bagian dari proses penyusunan RPIJM untuk komponen drainase. Dengan mengetahui kondisi sistem drainase makro maupun mikro yang ada di wilayah studi, maka akan dapat didefinisikan indikasi permasalahan yang ada secara lebih detail dan komprehensif, untuk selanjutnya dapat dirumuskan rencana penanganan yang sesuai dengan kondisi lapangan.

Kondisi saluran drainase di Kab. Kutai Kartanegara, sebagai contoh di Kecamatan Tenggarong dan Tenggarong Seberang saat ini pada umumnya kurang berfungsi dengan baik. Hal ini disebabkan karena adanya penyumbatan pada saluran. Penyumbatan ini disebabkan terutama oleh sampah dan endapan lumpur yang menyebabkan pengurangan kedalaman saluran dan juga akibat ulah masyarakat sendiri yang membuang sampah kedalam saluran. Di beberapa tempat ditemui adanya saluran yang telah rusak. Kondisi saluran drainase yang kurang terpelihara dengan baik menyebabkan terjadinya genangan/banjir dibeberapa tempat. Jika kondisi ini tidak segera ditangani, maka akan timbul ketidaknyamanan bagi para pelaku ekonomi dan masyarakat sendiri.

Dampak lingkungan yang terjadi dari kondisi saluran drainase ini adalah timbulnya genangan air dan banjir setempat yang tentu saja akan berdampak pada kesehatan masyarakat sendiri. Berikut gambar eksisting sistem drainase di wilayah Kecamatan Tenggarong dan Tenggarong Seberang.

Bab 1

Gambar 1-4

Detail Sistem Eksisting Drainase Kecamatan Tenggarong

Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan, baik saluran terbuka atau tertutup, saluran pasangan/beton maupun saluran galian tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase jalan. Berikut contoh gambar kondisi drainase yang terdapat di Kecamatan Tenggarong dan Tenggarong Seberang:

Gambar 1-6

Kondisi Eksisting Saluran Drainase di Kecamatan Tenggarong

Bab 1

Gambar 1-7

kondisi eksisting saluran drainase di kecamatan tenggarong seberang

(Sumber: Pembuatan Masterplan Drainase Kota Tenggarong dan Tenggarong Seberang, 2006)

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi jaringan/saluran yang ada di Kec. Tenggarong dan Tenggarong Seberang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1-12

Kondisi Jaringan/Saluran Drainase Yang Ada di Kebupaten Kutai Kartanegara

No

Nama Jalan/ Panjang Dimensi Luas Jumlah Kontruksi Saluran Kondisi

Lokasi (m) Tinggi Lebar Catchment Penduduk

Permanen Saluran Baik Sedang Rusak

Saluran (m) (m) Area (Ha) Tanah

Kec. Tenggarong

1 Jl. Kramajaya

• Kanan jalan 0,5 1,1 Beton √

2 Jl. Tambak Rel

• Kanan jalan 1 1,1 Beton √

• Kiri jalan 1,45 2,15 Beton √

3 Jl. Sukmawira

• Kanan jalan 1 1,1 Beton √

• Kiri jalan 1 1,1 Beton √

4 Jl. Aljawahir

• Kanan jalan 1 1,1 Beton √

• Kiri jalan 1 1,1 Beton √

5 Jl. Aji Imbut

• Kanan jalan 0,8 1,2 Pasangan Batu Kali √

• Kiri jalan 0,8 1,2 Pasangan Batu Kali √

6 Jl.Pranoto

• Kiri jalan 0,8 1,2 Beton √

7 Jl. Mawar I & II

• Kanan jalan 0,8 1,2 Pasangan Batu Kali √

• Kiri jalan 0,8 1,2 Pasangan Batu Kali √

8 Jl.K.H.Dewantara

• Kanan jalan 0,8 1,2 Pasangan Batu Kali √

• Kiri jalan 0,8 1,2 Pasangan Batu Kali √

9 Jl. Diponegoro

• Kanan jalan 0,6 1,1 Beton √

• Kiri jalan 0,6 1,1 Beton √

10 Jl. Aw. Sabran

• Kanan jalan 0,6 1,5 Pasangan Batu Kali √

Bab 1

No

Nama Jalan/ Panjang Dimensi Luas Jumlah Kontruksi Saluran Kondisi

Lokasi (m) Tinggi Lebar Catchment Penduduk

Permanen Saluran Baik Sedang Rusak

Saluran (m) (m) Area (Ha) Tanah

11 Jl. Mayjen Sutoyo

• Kanan jalan 1,5 1,1 Beton √

• Kiri jalan 1 1 Beton √

12 Jl. Panji

• Kanan jalan 1,1 1,5 Beton √

• Kiri jalan 0,9 1,5 Beton √

13 Jl. Mulawarman

• Kanan jalan 0,8 1,7 Beton √

• Kiri jalan 0,8 1,7 Pasangan Batu Kali √

14 Jl. Monumen Utara

• Kanan jalan 0,6 0,36 Beton √

• Kiri jalan 0,6 0,36 Beton √

15 Jl. Teratai

• Kanan jalan 0,3 1,1 Beton √

• Kiri jalan 0,2 1 Beton √

16 Jl. Stadion

• Kanan jalan 0,4 1,4 Pasangan Batu Kali √

• Kiri jalan 0,3 1,5 Pasangan Batu Kali √

17 Jl. Loa Ipuh

• Kanan jalan 0,5 0,6 Pasangan Batu Kali √

• Kiri jalan 0,4 0,6 Pasangan Batu Kali √

18 Jl. Sangkulirang

• Kanan jalan 0,4 0,6 Pasangan Batu Kali √

• Kiri jalan 0,4 0,6 Pasangan Batu Kali √

19 Jl. Imam Bonjol

• Kanan jalan 0,35 3,3 Beton √

• Kiri jalan 0,35 3,3 Beton √

20

Jl. Muso Bin Salim

No

Nama Jalan/ Panjang Dimensi Luas Jumlah Kontruksi Saluran Kondisi

Lokasi (m) Tinggi Lebar Catchment Penduduk

Permanen Saluran Baik Sedang Rusak

Saluran (m) (m) Area (Ha) Tanah

• Kanan jalan 0,9 4,2 Beton √

• Kiri jalan 0,8 4,1 Beton √

22 Jl. S.Parman

• Kanan jalan 0,3 0,35 Beton √

• Kiri jalan 0,4 0,45 Beton √

23 Jl. Cut Nyak Dien

• Kanan jalan 1 3,3 Beton √

• Kiri jalan 0,8 4,4 Beton √

24 Jl. D.Semayang

• Kanan jalan 1 1 Beton √

• Kiri jalan 1 1 Beton √

25 Jl. Maduningrat

• Kanan jalan 2 4 Beton √

• Kiri jalan 1 4 Beton √

26 Jl. Melintang

• Kanan jalan 1 2 Beton √

• Kiri jalan 1 2 Beton √

27 Jl. D. Murung

• Kanan jalan 0,8 2 Beton √

• Kiri jalan 0,8 2 Beton √

28 Jl. P.Jempang

• Kanan jalan 1 2 Beton √

• Kiri jalan 1 2 Beton √

29 Jl. Gunung Belah

• Kanan jalan 1 1 Beton √

• Kiri jalan 1 1 Beton √

30 Jl. Danau Lipuh

• Kanan jalan 0,9 1 Beton √

• Kiri jalan 0,9 1 Beton √

31 Jl. Bukit Biru-Gunung Gandek

Bab 1

No

Nama Jalan/ Panjang Dimensi Luas Jumlah Kontruksi Saluran Kondisi

Lokasi (m) Tinggi Lebar Catchment Penduduk

Permanen Saluran Baik Sedang Rusak

Saluran (m) (m) Area (Ha) Tanah

32 Jl. Timbau Belida

• Kanan jalan 1 1 Beton √

• Kiri jalan 1 1 Beton √

33 Jl. Bukit Biru

• Kanan jalan 1 1 √

34 Jl. W.Mangunsidi

• Kanan jalan 1 1 Beton √

• Kiri jalan 1 1 Beton √

35 Jl. Jelawat

• Kanan jalan 1 1 Beton √

• Kiri jalan 1 1 Beton √

36 Jl. A.Muchsin

• Kiri jalan 1,2 1,5 Beton √

37 Jl. Jend.Sudirman

• Kiri jalan 0,36 0,44 Beton √

Kec. Tenggarong Seberang 38 Jl. Mulawarman (Depan Kantor Kecamatan Tenggarong Seberang)

• Kanan jalan 0,8 1 Beton Tanpa Pasangan √

39 Jl. Durian

• Kanan jalan 0,3 0,3 Beton √

40 Jl. Campedak

• Kanan jalan 0,5 1 Tanpa Pasangan √

• Kiri jalan 0,5 1 Tanpa Pasangan √

41 Jl. Sawo

• Kanan jalan 0,15 0,15 Pasangan Bata √

• Kiri jalan 0,15 0,15 Pasangan Bata √

Aspek Peraturan Perundangan

Penanganan pembangunan drainase dilakukan sejalan dengan pelaksanaan asas desentralisasi di bidang pekerjaan umum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987, mengenai penyerahan sebagian tugas Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswail) kepada pemerintah daerah.

Aspek Peran Serta Masyarakat

Pembangunan dan pengelolaan drainase membutuhkan koordinasi dan peran dari berbagai pihak, tidak hanya pemerintah tetapi juga masyarakat sendiri.

a. Peran Pemerintah Pusat

Ditekankan kepada pembangunan drainase yang bersifat perintisan, antara lain pembangunan saluran primer dan komponen pokok misalnya waduk, stasion pompa, pintu pengendali air pasang pada sistem drainase utama.

Dalam rangka pengaturan dan pembinaan, Pusat menerbitkan pedoman, tata cara dab spesifikasi teknis yang berkaitan dengan proses perenanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan.

b. Peran Pemerintah Kabupaten/kota

Pada hekekatnya pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam perencanaan, pembangunan, operasi dan pemeliharaan sistem drainase utama.

c. Peran serta Masyarakat

Operasional dan pemeliharaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat perkotaan.

6.4.3.2.3 Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Drainase

Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pembangunan atau perbaikan sistem drainase perkotaan anatara lain:

1. Genangan harus diminimalisir;

2. Pembebasan lahan dan relokasi penduduk sedapat mungkin dihindari;

3. Diperlukan penyesuaian-penyesuaian berkiatan dengan adanya limbah domestik atau limbah industri.

Perbaikan sistem drainase perkotaan pada umumnya mengikuti tahapan berikut: 1. Mempelajari sistem drainase yang sudah ada;

2. Merumuskan rencana perbaikan sistem drainase; 3. Perencanaan fasilitas drainase;

4. Pelaksanaan pekerjaan;

5. Operasi dan pemeliharaan fasilitas drainase.

Indikasi permasalahan menyangkut isu – isu penting yang terkait dengan Program Investasi Jangka Menengah untuk komponen drainase di wilayah studi, yaitu meliputi permasalahan genangan, kebijakan pembangunan antar kawasan, koordinasi pengawasan pembangunan dan kondisi eksisting sistem drainase.

1. Genangan

Secara garis besar sistem drainase di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dikelompokkan menjadi sistem drainase tidak pernah tergenang dan sistem drainase tergenang periodik. Sistem drainase di daerah Kab. Kukar tergolong cukup baik, artinya sebagian besar sistem drainasenya merupakan sistem drainase tidak tergenang, sehingga tidak menimbulkan

Bab 1

gangguan lingkungan dan banjir. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dominasi sistem drainase tidak tergenang dibandingkan yang tergenang, luasnya mencapai 711.224 Ha.

Ada sebagian kecil wilayah Kukar yang memiliki sistem drainase tergenang, yaitu di sebagian wilayah Kecamatan Loa Kulu seluas 4.236 Ha atau 3,10 persen. Begitu pula untuk wilayah Kecamatan Tenggarong dan Tenggarong Seberang yang memiliki sistem tergenang. Mekipun tidak dominan dan sistem genangan yang terjadi sifatnya periodik tetapi perlu diperhatikan dalam perencanaan pengembangan perumahan. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meminimalisasi peluang terjadinya banjir dan gangguan lingkungan lain adalah melalui pembangunan jaringan drainase terpadu. Jaringan ini dapat berfungsi secara maksimal dalam mengurangi kelebihan aliran air permukaan sehingga dapat disalurkan pada sistem saluran dan tidak menyebabkan gangguan lingkungan, dengan tetap memperhatikan kapasitas badan air dalam mereduksi beban aliran tersebut.

Tabel 1-13

Luas Sistem Drainse Wiliayah kab. Kutai Kartanegara

No. Kecamatan

Tidak Pernah Tergenang Tergenang Periodik Luas Wilayah (Ha) Luas (Ha) Persen

Persen Luas (Ha)

Persen Persen Thp Luas Thp Luas Wilayah Wilayah 1 Samboja 104.590 60.964 58 2,75 23986 23 6,50 2 Muara Jawa 75.450 33.585 45 1,51 19248 26 5,22 3 Sanga-Sanga 23.340 19.679 84 0,89 3661 16 0,99 4 Loa Janan 64.420 64.420 100 2,90 0 0 0,00 5 Loa Kulu 140.570 136.334 97 6,14 4236 3 1,15 6 Muara Muntai 92.860 53.143 57 2,39 26121 28 7,08 7 Muara Wis 140.815 140.815 100 6,34 0 0 0,00 8 Kota Bangun 114.374 73.608 64 3,31 10767 9 2,92 9 Tenggarong 41.323 10 Sebulu 85.950 85.950 100 3,87 0 0 0,00 11 Tenggarong Seberang 43.700 12 Anggana 179.880 21.011 12 0,95 108639 60 29,45 13 Muara Badak 93.909 56.668 60 2,55 26300 28 7,13 14 Marang Kayu 116.571 90.984 78 4,10 5798 5 1,57 15 Muara Kaman 341.010 341.010 100 15,36 0 0 0,00 16 Kenohan 130.220 25.430 20 1,15 104790 80 28,41 17 Kembang Janggut 192.390 157.069 82 7,07 35321 18 9,58 18 Tabang 776.450 776.450 100 34,97 0 0 0,00 Jumlah 2726.310 2.220.627 81 100,00 3688667 14 100,00 Sumber: BPN 2003 dalam RP4D Kab. Kukar, 2008

Namun khusus untuk wilayah Tenggarong dan Tenggarong Seberang tetap terjadi genangan atau banjir sebagai implikasi lokasi yang berada di pinggir sungai yang sebagian daerahnya merupakan bantaran sungai. Daerah bantaran sungai merupakan daerah yang akan tergenang oleh air sungai pada saat volume air yang ada di sungai meluap karena kapasitas pengaliran yang besar. Hal inilah yang terjadi di Kecamatan Tenggarong Seberang. Didaerah Separi, yang juga muara Sungai Separi Besar, air Sungai Mahakam meningkat kapasitasnya karean hujan di daerah hulunya dan adanya hambatan aliran berupa aliran sungai yang berbelok arah yang

maka sebagian air dari Sungai Mahakam mengalir balik ke Sungai Separi Besar. Kondisi topografi daerah muara Sungai Separi Besar yang landai dan berpenampang Sungai Separi Besar yang kecil mengakibatkan air yang berasal dari Sungai Mahakam meluap dan menggenangi daerah muara Sungai Separi Besar yang cukup luas. Genangan tersebut mencapai jarak 15 km dari muara ke arah hulu Sungai Separi Besar.

Beberapa saluran di pinggir jalan Kec. Tenggarong yang tergenang dan penuh saat hujan : 1. Saluran di Jl. Ki Hajar Dewantara

2. Saluran di Jl. Melati 3. Saluran di Jl. Mawar

4. Saluran di Jl. Cut Nyak Dien,dll

Sedangkan daerah yang mengalami banjir akibat melimpas air hujan dari saluran pada saat hujan:

1. Sebagian jalan Kramajaya I

Banjir yang terjadi di daerah ini terjadi pada saat turun hujan. Genangan ini terjadi karena tidak terdapat saluran di daerah genangan. Bagian yang tergenang merupakan arael yang dikedapkan di depan rumah penduduk.

2. Sebagian jalan Kramajaya II

Banjir yang terjadi di daerah ini pada saat turun hujan. Air hujan dari hulu masuk ke dalam saluran yang menuju ke saluran pinggir jalan. Beda tinggi antara hulu saluran tersebut dengan saluran pinggir jalan cukup besar. Sehingga laju aliran air dari hulu sangat deras. Sesampainya saluran tersebut di pinngir jalan, saluran tersebut berbelok menuju yang sejajar dengan jalan. Belokan ini menyebabkan air yang deras datangnya dari saluran hulu tertahan dinding saluran pinggir jalan dan akhirnya melimpas ke jalan. Selain itu air dari saluran hulu tersebut mengalir menuju gorong-gorong kecil yang terletak di pertemuan antara saluran hulu dengan saluran pinggir jalan yang menyalurkan air dari pinggir jalan tersebut menuju ke rawa-rawa di seberang jalan. Kecilnya gorong-gorong ini juga menyulitkan air untuk masuk.

3. Jl. Tambak Rel

Banjir yang terjadi di daerah ini terjadi pada saat turun hujan. Air hujan yang jatuh di daerah hulu masuk ke dalam saluran di kiri dan kanan jalan Tambak Rel. Karena kapasitas air yang harus dialirkan tidak sebanding dengan kapasitas saluran yang ada di kiri dan kanan jalan, maka air hujan tersebut meluap dari saluran dan mengalir di badan jalan. Selain itu, beda tingi antara hulu saluran tesebut dengan hilir saluran cukup besar. Sehingga laju aliran air dari hulu sangat deras. Di bagian hilir, saluran yang terletak di sebelah kiri jalan Tambak Rel bergabung dengan saluran yang berada di kanan jalan Tambak Rel melalui gorong-gorong. Selanjutnya, saluran di kanan jalan Tambak Rel tersebut berbelok menuju saluran yang sejajar dengan jalan Kramajayad di pertemuan jalan Tambak Rel dengan jalan Kramajaya. belokan ini menyebabkan air yang deras datangnya dari saluran ini berbelok menuju gorong-gorong di jalan Kramajaya yang letaknya sekitar 5 meter dari pertemuan jalan tersebut. Di dalam gorong-gorong ini terdapat pipa air bersih yang melintang menghalangi aliran air dalam gorong-gorong. Pipa ini menghambat aliran air dalam gorong-gorong. Dari gorong-gorong ini air mengalir menuju rawa tanpa ada saluran.

Bab 1

Gambar 1-8

Detail Lokasi Genangan di Kecamatan Tenggarong

(Sumber: Pembuatan Masterplan Drainase Kota Tenggarong dan Tenggarong Seberang, 2006)

Di wilayah Kecamatan Tenggarong Seberang ada satu daerah yang apabila hujan turun terus

adalah Separi yang secara topografi letaknya memang lebih rendah dari Sungai Mahakam. Ketika Sungai Mahakam pasang, maka arah aliran pada saluran tersebut berbalik ke daerah Separi dan menggenangi beberapa hektar sawah masyarakat dan ±100 buah rumah penduduk. Di daerah tersebut telah dibangun saluran-saluran yang besar sebanyak 3-4 buah yang bermuara ke Sungai Mahakam dengan harapan air banjir bisa cepat surut. Akan tetapi saluran-saluran tersebut justru menjadi jalan bagi air banjir tersebut untuk masuk dan luas banjir justru semakin luas. Hal ini dimungkinkan karena saluran-saluran tersebut letaknya masih dibawah muka air banjir dari Sungai Mahakam. Sehingga pembuatan saluran-saluran tersebut tidak akan menyelesaikan masalah. pembuatan saluran-saluran tersebut hanya akan mempercepat pematusan air banjir pada saat muka air Sungai Mahakam surut.

Genangan lain terjadi di depan kantor Kec. Tenggarong seberang dan Sekolah. Genangan terjadi akibat kapasitas saluran yang tidak dapat menampung limpasan air hujan pada saat terjadi hujan. Lamanya genangan diperkirakan 1 sampai 2 jam selama hujan berlangsung dengan ketinggian genangan 30 cm dan luas genangan 100 m².

Gambar 1-9

Lokasi Genangan di Kecamatan Tenggarong Seberang

(Sumber: Pembuatan Masterplan Drainase Kota Tenggarong dan Tenggarong Seberang, 2006) Lokasi

Bab 1

Gambar 1-10

detail lokasi genangan di kecamatan tenggarong seberang

(Sumber: Pembuatan Masterplan Drainase Kota Tenggarong dan Tenggarong Seberang, 2006)

Secara umum penyebab terjadinya genangan sebagai berikut :

 Kondisi alam, seperti lokasi yang cekung dan terisolir tanpa adanya saluran pembuang (outlet) untuk mengeringkan genangan di daerah tersebut atau lokasi yang rendah dan merupakan bagian dari bantaran sungai yang kemungkinan tergenang airnya besar akibat peningkatan kapasitas air di sungai tersebut.

 Kurangnya pemeliharaan pada saluran seperti banyaknya sampah dan sedimentasi pada dasar saluran atau penyumbatan gorong-gorong.

 Bentuk dan dimensi penampang saluran drainase yang semakin kecil ke arah hilir.

 Koordinsai yang kurang baik antar instansi dalam hal pemasangan dan perletakan utilitas seperti pipa, kabel yang memotong penampang saluran dan menyebabkan terhambatnya laju aliran air.

Tabel 1-14

Identifikasi Masalah Drainase Kecamatan Tenggarong

No . Lokasi Sumber Genangan Lama Genanga n Luas Genanga n Tinggi Genanga n Penyebab Genangan Jenis Bangunan Yang Tergenang 1 Jl. Kramajaya I

Limpasan Air hujan dari

Daerah Hulu (atas)

20 menit 150 m² 10 cm • Tidak ada saluran drainase • Jalan Raya • Rumah penduduk • Saluran • Jalan

No . Lokasi Sumber Genangan Lama Genanga n Luas Genanga n Tinggi Genanga n Penyebab Genangan Jenis Bangunan Yang Tergenang sampah penduduk 3 Jl. Tambak Rel

Limpasan Air hujan dari

Daerah Hulu (atas)

30 menit 500 m² 10-20 cm •Perubaha n guna lahan • Saluran kecil • Jalan Raya • Rumah penduduk

Sumber: Pembuatan Masterplan Drainase Kota Tenggarong dan Tenggarong Seberang, 2006

Tabel 6. 4. Identifikasi Masalah Drainase Kecamatan Tenggarong Seberang

Sumber: Pembuatan Masterplan Drainase Kota Tenggarong dan Tenggarong Seberang, 2006

Dokumen terkait