• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan a Aspek teknis

Dalam dokumen DOCRPIJM 1502250580Bab 7.Rencana Persektor (Halaman 74-88)

KEGIATAN/OUTPUT/SUB

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan a Aspek teknis

Pengelolaan persampahan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan menggunakan dua sistem, yaitu sistem onsite dan sistem offsite. Pada sistem onsite, pengelolaan sampah dilakukan di lokasi sumber sampah dengan cara tradisional yaitu ditimbun dan dibakar. Sedangkan pada sistem offsite, pengelolaan sampah dilakukan secara sistematis dan terstruktur.

Berdasarkan sumbernya, sampah yang dihasilkan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan terdiri dari :

a. Perumahan. Sampah ini berasal dari kegiatan rumah tangga dengan komposisi sampah sebagian besar sampah basah/ organik.

LAPO

RAN

AKHI

R

7 - 77

b. Non Perumahan. Sampah ini berasal dari perkantoran, pendidikan, pertokoan, pasar, kesehatan, penginapan, tempat rekreasi maupun penyapuan jalan.

Wilayah kerja Dinas Lingkungan Hidup Tata Kota dan Perdesaan adalah se- Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Cakupan daerah yang sudah terlayani sekitar 30 %. jenis pelayanan yang mencakup :

1. Melaksanakan pembersihan sampah.

2. Melaksanakan ketertiban pembuangan sampah di tempat pembuangan akhir. 3. Melaksanakan pembuatan dan pembangunan Transfer Depo, TPS dan TPA

4. Melakukan upaya pengurangan sampah di TPA melalui komposting dan daur ulang. 5. Melaksanakan pengangkutan sampah dari TPS / Transfer Depo ke TPA.

Ada empat pola pelayanan persampahan yang diberlakukan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, yaitu untuk rumah tangga (dua jenis), jalan, dan pasar :

1. Pola pelayanan pertama untuk sampah rumah tangga : Sampah dikumpulkan oleh penghasil sampah pada wadah (kantong plastik, keranjang bekas, bak kecil terbuat dari kayu, tong sampah, dll), kemudian dipindahkan oleh penghasil sampah ke bak sampah (berfungsi sebagai TPS) yang disediakan oleh pengelola. Selanjutnya sampah dari bak sampah diangkut ke TPA oleh pengelola dengan menggunakan dump truck.

2. Pola pelayanan kedua untuk sampah rumah tangga : Sampah dikumpulkan oleh penghasil sampah pada wadah (kantong plastik, keranjang bekas, bak kecil terbuat dari kayu, tong sampah, dll), kemudian dikumpulkan oleh pengelola (petugas) dan dipindahkan ke bak sampah (berfungsi sebagai TPS) yang disediakan oleh pengelola. Selanjutnya sampah dari bak sampah diangkut ke TPA oleh pengelola dengan menggunakan dump truck.

3. Pola pelayanan untuk sampah jalan : sampah jalan disapu oleh pengelola (petugas) kemudian dikumpulkan ke bak sampah (berfungsi sebagai tps) yang tersedia di sekitar lokasi sebelum diangkut oleh pengelola (petugas) ke TPA.

4. Pola pelayanan untuk pasar : sampah pasar disapu dan dikumpulkan oleh pengelola (petugas) kemudian dikumpulkan ke bak sampah (berfungsi sebagai TPS) yang tersedia di sekitar lokasi pasar dan selanjutnya diangkut oleh pengelola (petugas) ke TPA.

LAPO

RAN

AKHI

R

7 - 78

Sumber Sampah

Vol (m

3

/hr)

Persentase

Permukiman

50.892

46%

Pasar

42.041

38%

Pusat Perdagangan

7.744

7%

Perkantoran

1.106

1%

Penyapu Jalan

2.213

2%

Total

110.635

100%

Fasilitas Umum

6.638

6%

Sumber utama sampah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah perumahan (sampah domestik) dan pasar/pertokoan (non domestik).Saat ini Dinas LH, Tata Kota dan Perdesaan melayani Kota Kandangan dan Daha Selatan. Sumber sampah berasal dari hasil dan aktifitas kegiatan kota yang terdiri dari : Pemukiman, Jalan, Pasar, Perdagangan, Pendidikan dan Rumah sakit sedangkan untuk Daha Selatan hanya melayani sampah pasar.

a. Potensi Timbulan Sampah

Prosentase terbesar timbulan sampah dari semua sumber sampah, adalah sampah yang bersumber dari permukiman penduduk memiliki prosentase 46%, sedangkan terkecil dari perkantoran yang hanya menyumbang 1% dari keseluruhan sampah yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebagaimana pada Diagram 3.1.

Pada tabel 3.19 Dapat dilihat jumlah penduduk yang dilayanioleh angkutan sampah di wilayah pelayanan adalah33.928 jiwa. Jika volume sampah timbul pada daerah permukiman adalah 1,5 m3/orang/hari yang terdiri dari 70% sampah organik dan 30% sampah anorganik, maka potensi timbulan sampah dari permukiman penduduk adalah 50.892 m3/hari.

Tabel 7.22Potensi Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber Sampahdi Kabupaten Hulu Sungai Selatan

LAPO RAN AKHI R 7 - 79 b. Sistem Pewadahan

Sistem pewadahan yang digunakan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan bermacam- macam seperti pasangan bata, tong, plastik dan bak kayu yang disediakan oleh masyarakat baik untuk pewadahan individu maupun komunal.

Wadah dari pasangan batu bata ini tidak effisien bagi gerobak pengumpul sampah yang melakukan kegiatan pengumpulan secara individual langsung, karena ketika petugas mengambil sampah dari bak sampah biasanya banyak sampah yang tercecer sehingga petugas harus mengumpulkan sampah-sampah yang tercecer tersebut. Jenis tempat sampah yang digunakan rata – rata di lapangan terbuat dari tong, beton dan kayu ulin. Sistem Pewadahan tercampur dan belum ada pemisahan sampah organik dan anorganik.

Pada daerah pasar wadah yang digunakan umumnya kantong plastik, keranjang bekas, dan sebagian langsung menumpuk di sekitar kios. Wadah pada perkantoran umumnya menggunakan bak dari kayu. Wadah sampah untuk sampah penyapuan jalan ditempatkan langsung pada bak sampah yang berfungsi sebagai TPS.

Gambar 7.6 Pewadahan Sampah di beberapa tempat Pewadahan terbuat dari wadah plastik di Jln

Antasari Kec. Kandangan

Pewadahan terbuat dari kayu ulin di Jln Suprapto Kec.Kandangan

LAPO RAN AKHI R 7 - 80 c. Pengumpulan Sampah

Pengumpulan adalah proses pengangkutan dari sumber sampah menuju TPS, sampah dari sumber sampah biasanya ditampung menggunakan bak sampah, kemudian dikumpulkan dengan sarana gerobak untuk dibuang ke TPS yang berupa landasan atau depo yang telah ditentukan oleh Dinas LH, Tata Kota dan Perdesaan . Pengumpulan biasanya dikoordinir oleh organisasi masyarakat setempat misal RT/RW, Karang Taruna, dan lain-lain. Namun ada beberapa yang tidak terkoordinir seperti masyarakat yang langsung membuang sampah ke TPS secara individual.

Pengumpulan sampah tidak berarti hanya mengumpulkan sampah dalam arti sempit, tetapi juga termasuk mengangkut sampah yang telah dikumpulkan dalam kendaraan pengumpul sampah sampai kendaraan tersebut dikosongkan. Tempat untuk mengosongkan alat angkut tersebut menjadi stasiun transfer (transfer depo) untuk memindahkan sampah dari kendaraan yang lebih besar. Dalam hal ini bila jarak dari sumber sampah ke TPA jauh maka stasiun pemindahan sangat diperlukan.

Sistem pengumpulan sampah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan umumnya menggunakan sistem pengumpulan individual tidak langsung yaitu memanfaatkan gerobak dan juga secara individual menuju ke TPS yang menjadi tanggung jawab masyarakat, kecuali untuk sampah hasil penyapuan jalan merupakan tanggung jawab dari Dinas LH, Tata Kota dan Perdesaan Seksi Kebersihan dan Pertamanan.

Pengumpulan sampah pada lokasi timbulan sampah merupakan hal selanjutnya yang perlu diketahui, berbagai permasalahan pada kegiatan pengumpulan sampah antara lain banyaknya timbunan sampah yang terkumpul tapi tidak tertangani (diangkut/ditanam) sehingga pada saat sampah tersebut menjadi terdekomposisi dan menimbulkan bau yang akan mengganggu pernafasan dan mengundang lalat yang merupakan pembawa dari berbagai jenis penyakit. Tempat sampah yang memadai menjadi hal yang sangat langka pada kawasan yang padat penduduknya. Sungai dianggap merupakan salah satu tempat pembuangan sampah yang paling mudah bagi masyarakat perkotaan. Hal tersebut dilakukan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kemudian, memang untuk sementara sampah yang dihasilkan tidak tertimbun pada

LAPO

RAN

AKHI

R

7 - 81

lokasi penimbunan sampah tetapi untuk jangka panjang akan menyebabkan berbagai masalah yang tidak kalah besarnya.

Pengumpulan sampah ke TPS pada daerah permukiman teratur dilaksanakan oleh penghasil sampah, kecuali pada daerah-daerah permukiman yang tidak dapat dilalui truk pengangkut. Pada daerah permukiman teratur penghasil sampah langsung mengumpulkan sampahnya ke TPS. Sedang pada daerah permukiman yang tidak dapat dilalui oleh truk, maka pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas. (yang dibiayai oleh penghasil sampah dan dikoordinir masing-masing RT)

Pengumpulan sampah pada daerah dilaksanakan oleh Pengelola (Petugas bagian Kebersihan). Alat angkut yang digunakan adalah dua unit gerobak sampah dengan kapasitas angkut 1 m3.

d. Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS)

Tempat penyimpanan sementara adalah tempat penampungan sampah yang berada di lokasi-lokasi tertentu, dibuat untuk menampung sampah dalam jangka waktu paling lama 12 jam sebelum diangkut ke tempat pengolahan akhir sampah (TPA). Dari pengamatan di lapangan diketahui ukuran TPS yang ada rata-rata 2x1,5 meter dengan jarak antara TPS cukup dekat.

Jumlah TPS ada 42 unit tersebar pada 4 kelurahan. TPS berupa container tersebar di lokasi terminal bis 1 unit, Rumah Sakit 2 unit, Pasar Kandangan 3 unit dan Pasar Negara 1 unit. TPS yang ada di tepi jalan berupa bak kayu di atas landasan dan ada yang berupa semen.

Agar lebih jelasnya mengenai jalur pelayanan pengangkutan sampah dari lokasi TPA di Kota Kandangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7.23 Jalur Pengangkutan Sampah di TPS

No. Jalur I Jalur II Jalur III Jalur IV

1 Jl. A.Yani Jl. Singkaran Jl. P. Antasari Jl. Kesehatan

2 Jl. Aluh Idut Jl. Pemuda Jl. Soeprapto Jl. DI. Panjaitan

LAPO

RAN

AKHI

R

7 - 82

4 Jl. Anggrek Jl. Pahlawan Jl. S. Parman Jl. Jend. Sudirman

5 Jl. Kenanga Jl. Pang. Batur Jl. Soetoyo Jl. Batuah

6 Jl. Nusa Dua Jl. Hantalukung

e. Unit 3R

Di Kecamatan Kandangan telah diterapkan sistem pengolahan sampah dengan komposting baik skala kawasan maupun skala rumah tangga. Di Kota Kandangan, telah terbangun pengelolaan sampah 3R skala kawasan pada salah satu lahan kosong milik pemerintah daerah. Tujuan dari adanya fasilitas tersebut diharapkan dapat menangani sampah jalanan, sampah kebun serta sampah-sampah rumah tangga dari permukiman penduduk di sekitarnya.

Tempat pembuangan sementara terpadu (TPST) 3R di Kota Kandangan yang telah terbangun pada lahan kosong dengan luasan area 25 x 27 m2 untuk mengolah sampah dengan kapasitas sampah masuk 24 m3/hari diharapkan dapat menghasilkan kompos sebanyak kurang lebih 1,3 ton/hari.

Kelengkapan bangunan TPST 3R di Kota Kandangan terdiri dari: 1. Kantor Administrasi

2. Lahan penerima : 7,7 x 8,5 m

3. Lahan pencacahan : 3 x 6 m

4. Lahan pengomposan : 8 x 18 m

5. Lahan pengayakan : 3 x 6 m

Untuk suplai air menggunakan pompa air, sedangkan untuk suplai listrik dengan menggunakan Genset 900 Kwh. Area pencacah kompos satu tempat dengan penyaring. Pembelian peralatan untuk conveyor Feeder dan Rotary Sieve dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2008. Beroperasi mulai bulan Maret Tahun 2010. Selama Tahun 2010 belum ada hasil kompos yang bisa dijual, baru pada pertengahan januari tahun 2011 dihasilkan sebanyak 3,4 ton. Kompos tersebut dikirim ke daerah Malak Provinsi Kalimantan Timur dengan harga per kilogramnya Rp. 800,-

Sistem pengomposan skala rumah tangga telah dilaksanakan oleh Seksi Kebersihan bekerja sama dengan Bidang Lingkungan Hidup sudah mensosialisasikan

LAPO

RAN

AKHI

R

7 - 83

tentang komposting ke beberapa perumahan di Kota Kandangan dan membagikan Komposter Aerobik. Beberapa Perumahan Nasional (Perumnas) yang mendapat bagian komposter aerobik yaitu:

 3 unit komposter aerobik di Perumnas Tibung Raya

 3 unit komposter aerobik di Perumnas Ciputat

 2 unit komposter aerobik di Perumnas Rantauan

 3 unit komposter aerobik di Perumnas Muara Banta

 5 unit komposter aerobik di Perumnas Bilui Indah

 2 unit komposter aerobik di Jl. Anggrek Kandangan tepatnya di Rumah Bapak Masrun Hadi dan Rumah Bapak Mursyidah Farid

 1 unit komposter aerobik di Jl. Kesehatan ditempatkan di Rumah Bapak Abdul Basit

 1 unit komposter aerobik di Jl. May. Jend. Soetoyo Kandangan ditempatkan di rumah Ibu Ratna Juwita.

f. Transportasi / Pengangkutan Sampah

Kegiatan selanjutnya adalah berkaitan dengan pengangkutan sampah dari tempat timbulan sampah ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Pengangkutan sampah umumnya dilakukan dengan mengunakan gerobak atau truk sampah yang dikelola oleh kelompok masyarakat maupun dinas kebersihan kota. Beberapa hal yang terjadi pada pengangkutan sampah tersebut adalah ceceran sampah maupun cairannya sepanjang rute pengangkutan, atau terhalangnya arus trasportasi akibat truk sampah yang digunakan oleh dinas kebersihan kota mengangkut sampah. Rata-rata jumlah pengangkutan sampah oleh truk ke TPA adalah 9 truk perhari.

Sistem pengangkutan sampah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan menggunakan pola komunal langsung dan tidak langsung. Perbedaan antara kedua pola tersebut adalah pada pola kumunal langsung sampah langsung datang/dibuang langsung ke TPS, sedangkan pola komunal tidak langsung sampah harus diangkut lagi menggunakan gerobak/kendaraan roda tiga ke TPS.

LAPO RAN AKHI R 7 - 84 a. Pendanaan

Aspek pendanaan pengelolaan sampah bersumber pada APBD Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan retribusi yang ditarik dari penduduk.

Besarnya tarif retribusi kebersihan yang dipungut telah disesuaikan dengan Peraturan daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang mengatur tentang retribusi pelayanan persampahan adalah Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Nomor 05 Tahun 2004 tentang retribusi pengelolaan persampahan dan kebersihan.

Sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Nomor 05 tahun 2004 pasal 18 ayat 2, untuk sumber retribusi sampah hanya didapat dari iuran wajib yang diperoleh dari kios-kios, toko dan warung di areal pasar, serta dari sumbangan wajib perusahaan baik CV maupun PT yang akan mengurus kelangsungan ijin usaha maupun ijin buka usaha baru dan juga iuran wajib dari PNS Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Untuk besaran iuran retribusi toko, warung, dan kios pasar dikenakan biaya retribusi antara Rp. 100,- sampai dengan Rp. 500,-/Hari. Dan untuk iuran sumbangan wajib kebersihan bagi perkantoran atau perusahaan tiap bulan dilakukan penarikkan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Swasta sebesar Rp. 5.000,-/bulan.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan seharusnya retribusi sampah untuk masyarakat rumah tangga dari Rp. 250,- sampai Rp. 1.200,- tetapi retribusi sampah untuk masyarakat rumah tangga untuk sekarang ini masih belum diberlakukan, sehingga anggaran pengelolaan sampah dari rumah tangga bisa dibilang tidak ada sama sekali, hanya pada saat mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) masyarakat dikenakan retribusi sampah. Dan hal ini perlu ditindak lanjuti dengan upaya penyadaran akan pentingnya sumbangsih warga terhadap anggaran pengelolaan sampah. Sebab pada intinya bidang kebersihan dan keindahan kota ini sepenuhnya untuk melayani masyarakat dan mewujudkan tatanan lingkungan kota yang bersih indah dan nyaman

b. Kelembagaan

Bentuk badan atau institusi pelaksana yang menangani dan bertanggung jawab penuh terhadap kebersihan dan keindahan di Kota Kandangan merupakan bagian dari

LAPO

RAN

AKHI

R

7 - 85

organisasi Kantor Dinas Lingkungan Hidup, Tata Kota dan Perdesaan yang bertugas dan bertanggung jawab sebagai badan pengelola kebersihan dan keindahan kota. Untuk susunan organisasi Dinas Lingkungan Hidup, Tata Kota dan Perdesaaan Terdiri dari:

1. Kepala dinas

2. Bagian Sekretaris, terdiri dari: a. Sub Bagian Keuangan, b. Sub Bagian Perencanaan,

c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, 3. Bidang Lingkungan Hidup, terdiri dari:

a. Seksi AMDAL,

b. Seksi Pengendalian dan Pemulihan,

4. Bidang Tata Ruang Kota dan Perdesaan, terdiri dari: a. Seksi Tata Ruang Kota,

b. Seksi Tata Ruang Perdesaan,

5. Bidang Penataan Fasilitas Umum, terdiri dari:

a. Seksi Penataan Sarana dan Prasarana Umum, b. Seksi Pembinaan Perijinan dan Pengawasan, 6. Bidang Kepermaian, terdiri dari:

a. Seksi Kebersihan dan Pertamanan, b. Seksi Penerangan Jalan dan Ijin Reklame.

Pengelolaan sampah di Kabupaten Hulu Sengai selatan dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup, Tata Kota dan Perdesaan, bidang Kepermaian pada Seksi Kebersihan dan Pertamanan. Dasar hukumnya adalah Peraturan Daerah Kab. Hulu Sungai Selatan Nomor 5 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Kebersihan dan Pengelolaan Persampahan.

Tenaga kebersihan di lingkungan Dinas Lingkungan Hidup, Tata Kota dan Perdesaan, Bidang Kepermaian pada Seksi Kebersihan dan Pertamanan terdiri dari Pegawai Ne geri Sipil (PNS) dan tenaga honorer.

LAPO

RAN

AKHI

R

7 - 86 Tabel 7.24 Jumlah PNS Yang Terlibat dalam Pengelolaan Persampahan

No Pegawai Yang Terlibat Pengelolaan

Persampahan

Jumlah

1. Petugas Kebersihan 36

2. Petugas Angkutan Sampah 2

3. Petugas Kebersihan Taman 1

4. Sopir Angkutan Sampah 3

5. Sopir 3

Total 45

Sumber : Seksi Kebersihan dan Pertamanan Dinas LH dan TKP

Tabel 7.25Jumlah Tenaga Honorer Yang Terlibat dalam Pengelolaan Persampahan

No Tenaga Honorer Jumlah

1. Petugas Kebersihan 32

2. Petugas Pemeliharaan/Perawatan Taman 8

3. Petugas Pemeliharaan/Perawatan drainase/Jalan 5

4. Petugas Kebersihan Pasar Negara dan Banyu Barau/Parincahan

5

5. Petugas Kebersihan Kendaraan Tossa 2

6. Petugas pada Dump Truk/Arm Roll Truk/Truk Tangki Air

13

7. Pengawas Kebersihan pada Kandangan 2

8. Sopir Truk Angkutan Sampah 1

9. Petugas TPA Malutu 1

10. Petugas Pemeliharaan TPU Dalam Kota 2

11. Petugas Pemeliharaan Taman/Monumen dan

Pintu Gerbang batas Wilayah Kabupaten

LAPO RAN AKHI R 7 - 87 HSS/HST/TAPIN Total 74

Sumber : Seksi Kebersihan dan Pertamanan Dinas LH dan TKP

d. Peraturan Perundangan

3.3.1. Landasan Hukum

1. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah

2. Undang – Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

3. Peraturan Daerah (Perda) yang berkaitan dengan sampah dan sistem persampahan Perda No. 5 Tahun 2004 tentang penyelenggaran Kebersihan dan Pengelolan Persampahan.

Tempat Pembuangan Akhir Sampah

TPA yang ada dan dioperasikan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah TPA Malutu. Saat ini pengoperasian TPA malutu lebih cenderung dengan sistem open dumping, meskipun pada beberapa periode dilakukan penutupan dengan tanah. Berikut adalah data-data yang berkaitan dengan TPA Malutu.

Nama : TPA Malutu

Luas lahan TPA : 3,56 Ha

Lokasi : Desa / Kelurahan : Sungai Raya Selatan

Kecamatan : Sungai Raya

Sistem TPA : Perencanaan : Open Dumping

Operasional sehari-hari : Open Dumping

Fasilitas penunjang operasional : Sangat minim

Status lahan TPA dan jalan akses menuju TPA merupakan milik pemerintah. Sampai saat ini TPA Malutu belum ada pengolahan lindi, system penanganan gas dan

LAPO

RAN

AKHI

R

7 - 88

pemantauan kualitas air. Para pemulung yang mengumpulkan rongsokan di TPA Malutu sebanyak ± 12 orang.

Pada tahun anggaran 2011, mulai dibangun TPA baru yang akan mengantikan TPA Malutu lama. Lokasinya berjarak sekitar 1.400 meter dari lokasi TPA lama. Sel TPA sudah selesai dibangun dan saat ini sedang dalam pembangunan IPAL.

Gambar 7.7 Kondisi TPA Malutu

Secara garis besar terdapat beberapa dampak akibat beroperasinya TPA dengan metode open dumping yaitu :

1. Dampak terhadap komponen Kesehatan Masyarakat

Lokasi dan pengelolaan sampah TPA yang kurang memadai (pemrosesan akhir sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :

 Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air bersih

 Penyakit jamur dapat juga menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

 Penyakit ISPA (infeksi Saluran Pernafasan Atas) juga cukup berpotensi untuk berkembang akibat dari proses penghamparan sampah dan pembusukan yang menghasilkan gas.

LAPO

RAN

AKHI

R

7 - 89

 Intensi penyakit dapat terjadi dari penyebaran lalat. Lalat menjadi vektor penyebaran penyakit yang timbul dari tranportasi sampah, penumpukan sampah maupun pemisahan sampah.

Sumber dampak negatif pada aspek kesehatan masyarakat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah :

 Penurunan kualitas udara ambeien, karena meningkatnya partikel (debu), emisi gas dari proses penguraian sampah, pembakaran sampah maupun truk pengangkut sampah.

 Peningkatan konsentrasi bau dari lokasi TPA dapat menurunkan kesehatan bagi masyarakat sekitar yang sensitif. Bau yang timbul berasal dari pembentukan gas H2S yang berbau busuk. Area penyebaran bau ini akan meluas apabila kondisi angin kencang. Bau juga menghasilkan dampak berupa meningkatnya jumlah lalat yang dapat menjadi vektor penyakit.

 Pada saat pasca operasi diperkirakan bahwa terdapat beberapa dampak terhadap aspek kesehatan masyarakat yang berasal dari kegiatan pengelolaan lindi, pengelolaan gas, penutupan akhir (cover soil). Bentuk dampak yang memacu terjadinya penurunan kesehatan masyarakat berasal dari kemungkinan adanya lindi yang tidak terolah, serta sebaran abu dan gas beracun.

2. Dampak terhadap komponen lingkungan fisik – kimia

Salah satu perubahan kualitas lingkungan di sekitar TPA adalah adanya perubahan kualitas air permukaan/air tanah penyebab dampak pada kualitas air permukaan/air tanah diantaranya adalah :

- Rembesan lindi yang tidak diolah dengan baik

Cairan rembesan sampah (lindi sampah) yang masuk ke dalam badan air akan mencemari air.

- Air limpasan hujan yang tidak tertampung dengan baik pada lahan TPA

Sedangkan kondisi lingkungan TPA yang akan dikembangkan dengan jarak lokasi kurang lebih 1,4 Km dari lokasi TPA lama, saat ini telah terbangun sel sampah tahap satu dengan luasan kurang lebih 0,87 Ha dan luasan efektifnya 0,58 Ha. Untuk sel sampah tahap II telah direncanakan pada area seluas 0,58 Ha dengan luasan efektifnya 0,31 Ha.

LAPO

RAN

AKHI

R

7 - 90

Sisa lahan akan dipergunakan untuk pembangunan sarana penunjang TPA antara lain IPAL dan ruang kosong.

Dalam dokumen DOCRPIJM 1502250580Bab 7.Rencana Persektor (Halaman 74-88)

Dokumen terkait