• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Untuk menggambarkan kondisi ek sisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:

a. Aspek teknis Pewadahan Sampah

Tujuan dari pewadahan sampah adalah untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga mengganggu lingkungan dari segi kesehatan, kebersihan dan estetika. Proses pewadahan ini merupakan awal dari sistem pengolahan persampahan yang dapat dilakukan dengan beberapa pola diantaranya :

Disediakan oleh masyarakat dengan model bebas

Disediakan oleh masyarakat dengan model ditentukan oleh pemerintah. Disediakan oleh organisasi swadaya masyarakat

Disediakan oleh pemerintah daerah.

Berdasarkan mekanisme penggunaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Tetap, Model ini disarankan untuk tidak dipergunakan lagi, karena kurang higienis, menghambat kecepatan operasi, sulit dikontrol tingkat kebersihannya dan estetika kurang baik, contoh : bak sampah dari pasangan bata.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR VII - 80 Semi Tetap, Sering dimanfaatkan untuk menghindari gangguan binatang, bentuk ini masih dianggap lebih baik daripada bentuk tetap, tetapi pada umumnya mempunyai kesulitan perawatannya, mencegah dari pencurian (tutup, maupun keseluruhannya) bahan biasanya dari seng, besi dan plastik dan lain-lain, contoh : tong sampah yang menggunakan tiang penyangga.

Tidak Tetap, Banyak dianjurkan karena sangat fleksibel tetapi dalam penerapannya harus memperhatikan kondisi sosial budaya, contoh : kantong plastik, karet dan keranjang, dan lain-lain.

Berdasarkan pola pemakaian/penggunaan berbentuk :

Individual, Setiap rumah/toko dan bangunan lainnya memiliki wadah sendiri, cocok untuk daerah permukiman kelas menengah dan tinggi, pertokoan, perkantoran dan bangunan besar lainnya.

Komunal, Tersedia wadah yang dimanfaatkan oleh beberapa rumah/bangunan, cocok untuk daerah permukiman kumuh dengan tingkat ekonomi rendah, rumah susun, permukiman padat sekali/kumuh (yang menyulitkan proses operasi pengumpulan).

Pengumpulan Sampah

Peralatan pengumpulan sampah bervariasi disesuaikan dengan daerah timbulan sampahnya. Secara umum di Kota Pasuruan peralatan pengumpulan sampah sama dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Memperhatikan jumlah gerobak sampah, secara ideal 1 petugas mengoperasikan 1 gerobak sampah dan 1 petugas pengumpul melayani 1000 orang penduduk, maka jumlah gerobak sampah sangatlah kurang memadai, becak sampah pada tahun 2002 sebanyak 5 buah dan 10 buah untuk tahun 2005, jadi saat ini mempunyai 15 buah becak sampah.

Dari peralatan pengumpul khususnya gerobak ataupun becak sampah dikumpulkan di TPS (Tempat Penampungan Sampah Sementara) untuk di kumpulkan dan diangkut dengan kendaraan pengangkut sampah

Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di Tempat Penampungan Sementara atau langsung dari sumber sampah (Pola Individual langsung) ke Tempat Pembuangan Akhir sampah.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR VII - 81 Jumlah armada pengangkut sampah pemerintah Kota Pasuruan yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pasuruan sampai dengan tahun 2006 memiliki 14 armada yang berkapasitas 4 m3, 6 m3 dan 8 m3. Dari 14 armada

pengangkutan tersebut memiliki umur berkisar 5 - 7 tahun, melihat kondisi yang ada maka sangatlah diperlukan investasi yang cukup besar untuk kendaraan pengangkut dan kontainer sampah. Armada pengangkutan sampah Kota Pasuruan rata-rata memiliki jumlah ritasi 9 rit dalam satu minggu.

Pengolahan Sampah

Kota Pasuruan memiliki TPA yang berada di Kelurahan Blandongan Kecamatan Bugul Kidul yang berjarak ±5 Km dari pusat kota dengan luas ±6 Ha. Mulanya TPA direncanakan untuk menggunakan sistem controlled landfill yang akan dilengkapi dengan unit bangunan pos penjagaan yang berfungsi sebagai tempat untuk mengatur segala hal yang berkenaan dengan aktivitas pengelolaan TPA seperti monitoring dan pencatatan sumber, volume dan alat angkut sampah yang masuk ke TPA serta pengaturan penempatan sampah di areal TPA. Namun pada perkembangannya, operasional TPA menggunakan sistem open dumping yang disebabkan oleh minimnya dana operasional. Jumlah sampah yang masuk ke TPA berdasarkan kapasitas kendaraan pengangkutan dan jumlah ritasinya sebesar 224 m3/hari.

Sampah yang dikelola akan banyak memiliki manfaat yang baik untuk lingkungan maupun untuk sektor pertanian, bahkan untuk sampah anorganik bisa dimanfaatkan kembali (recycling). Pengolahan sampah merupakan suatu rangkaian proses sehingga sampah yang tidak bermanfaat menjadi sumberdaya yang bermanfaat. Pengolahan di Kota Pasuruan dilakukan dengan cara :

Pengolahan Sampah Dengan Cara Biologi (Composting, bioenergi) Proses pengolahan ini memanfaatkan bakteri pembusuk untuk memproses sampah organik menjadi kompos. Atau memanfaatkan timbulnya pengeluaran gas metan dari proses pembusukan untuk energi. Ada 2 (dua) macam mikroorganisme yang dimanfaatkan untuk mengolah sampah dengan cara ini yaitu :

Bakteri Anaerob yaitu bakteri yang bekerja membusukan sampah tanpa membutuhkan oksigen

Bakteri Aerobik yaitu bakteri yang bekerja membusukkan sampah memerlukan oksigen

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR VII - 82 Dinas Kebersihan Kota Pasuruan mempunyai 1 unit pengolahan sampah dengan pembuatan kompos dengan sistem manual (windrow) dengan lokasi pada Stadion Luar. Unit ini memiliki kapasitas rencana 24m3/hari.

Pengolahan Sampah Dengan Cara Kimiawi (Incenerator dan Pirolysis)

Pengolahan pada metode ini prinsipnya sampah dihancurkan dengan dibakar. pembakaran menggunakan pyrolisis memanfaatkan tungku pembakaran dengan dinding anti panas dan menghasilkan abu. Untuk sistem incinerator sampah dipisahkan untuk sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik dibakar dan organik diproses secara kimia atau pembusukan (composting).

Pada tahun anggaran 2002 Dinas Kebersihan dan Pertamanan mengadakan pembuatan tungku pembakar dan sampah yang dibakar per hari ± 18 m3, dimana bangunan dan pengoperasionalannya melakukan studi banding di

Kabupaten Nganjuk, akan tetapi setelah ada penilaian lomba adipura tahun 2005 - 2006 disarankan dari tim lomba untuk tidak mengoperasionalkan lagi, karena pengolahan sampah dengan membakar tidak dianjurkan dan tidak ramah lingkungan. Hal tersebut karena di dalam proses pembakaran dihasilkan gas yang cukup banyak mengandung polutan, sehingga mulai tahun 2006 proses pembakaran di TPA Blandongan tidak dilakukan lagi.

Daur Ulang (Recycling)

Proses pengolahan sampah daur ulang secara garis besar memerlukan 2 kegiatan :

Proses Pemisahan Proses Pengolahan

Adapun kegiatan proses pemisahan sampah di Kota Pasuruan, dilaksanakan secara manual yang dilakukan oleh pemulung, proses pemisahan dilaksanakan mulai dari sumber sampah (pewadahan di rumah tangga), di Tempat Pembuangan sementara (TPS), maupun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampai saat ini kegiatan proses pemisahan sampah secara mekanis belum dapat dilaksanakan oleh pemerintah Kota Pasuruan, karena hal ini membutuhkan investasi yang besar.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR VII - 83 Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan persampahan di Kota Pasuruan pada tahun 2008 mencapai sebesar 71,52%, dengan jumlah Rumah Tangga (RT) yang terlayani sebesar 15.822 K.K sehingga sampah yang masuk ke TPA sebesar 224 m3/hari.

Kondisiek sisting pengembangan persampahan sebagaimana diuraikan di atas dapat ditampilkan dalam tabel-tabel 8.30.

Tabel 8. 30 Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini

No. Uraian Volume Keterangan

1 Cakupan Pelayanan 70% -

2 Perkiraan Ttimbulan Persampahan 134,38 m3/hari -

3 Timbulan Sampah Yang terangkut : - Permukiman - Non Permukiman - Total - M3/hari - M3/hari - M3/hari -

4 Kapasitas Pelayanan TPA 274 M3/hari

b. Pendanaan

Dana yang diperlukan untuk pengelolaan persampahan idealnya sebesar 5 - 10 % dari anggaran APBD, tetapi pada umumnya hal ini sangatlah sulit untuk dilaksanakan, kebutuhan ini dapat diusahakan dengan cara 70% dari masyarakat (retribusi) dan 30% dari APBD Kota/Kabupaten yang dipergunakan untuk pelayanan umum antara lain penyapuan jalan, pembersihan saluran dan tempat-tempat umum. Biaya pengelolaan persampahan secara umum di Indonesia saat ini diperkirakan Rp. 2.000,- s/d Rp. 3.500,- per orang per tahun ini dapat memberikan tingkat pelayanan ± 60%.

Struktur biaya operasional adalah 40% pengumpulan, 50% angkutan, 10% pembuangan akhir. Pembiayaan pengelolaan persampahan dan kebersihan pemerintah Kota Pasuruan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 8. 31 Prosentase Anggaran Terhadap Total Anggaran Kota Pasuruan

No Tahun Anggaran

Anggaran Belanja Dinas Kebersihan Dan

Pertamanan ( RP)

Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Kota

Pasuruan (Rp) Prosentase (%) 1 2004 5.550.556.524,00 192.862.795.540,00 2,88 2 2005 5.574.190.847,00 198.319.035.177,00 2,81 3 2006 5.700.726.124,00 246.864.976.129,00 2,31 4 2007 8.108.287.595,00 348.368.148.958,00 2,33

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR VII - 84 Besarnya tarip retribusi kebersihan Kota Pasuruan sesuai dengan perda No. 2 tahun 2000 yang dikelompokkan perkategori selama 9 bulan pada tahun 2006 s/d tahun 2007 mencapai sebesar Rp. 137.393.500.-

c. Kelembagaan

Menguraikan organisasi pengelolaan persampahan yang mencakup bentuk organisasi (lampirk an struktur organisasi), uraian tugas, tata laksana kerja, serta kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang dimiliki. Uraian tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi pengelola persampahan saat ini. Termasuk juga informasi tentang:

1) Pelaksanaan penanganan sampah skala sumber, kawasan, kota/kabupaten dan regional;

2) pemisahan fungsi regulator dan operator pengelolaan persampahan Kabupaten/Kota. d. Peraturan Perundangan

Menguraikan peraturan-peraturan yang sudah ada saat ini yang terkait dengan pengelolaan persampahan (tingkat propinsi dan kabupaten/kota), diantaranya:

1) Peraturan perundangan tentang k ebersihan;

2) Peraturan perundangan tentang Pembentukan badan pengelola persampahan skala kota/kabupaten;

3) Peraturan perundangan tentang retribusi (struktur tarif, prosedur dan kewajiban pelanggan);

4) Peraturan perundangan tentang kerjasama pengelolaan persampahan sk ala regional dengan pemerintah kota/kabupaten lain;

5) Peraturan perundangan tentang kerjasama pengelolaan persampahan skala kawasan dengan badan usaha swasta;

6) Peraturan perundangan tentang peran serta masyarakat. Dalam aspek peraturan perundangan perlu juga diuraikan tentang Kesesuaian peraturan dan kondisi lapangan serta pelaksanaan peraturan yang ada

e. Peran Serta Masyarakat

Aspek masyarakat haruslah ditinjau karena sebagai subyek penghasil sampah dan subyek yang dilayani, maka aspek masyarakat menjadi sangatlah penting. Tetapi kondisi masyarakat tidak dapat dipaksakan karena menyangkut masalah sosial budaya dan homogenitas, sehingga hanya daerah tertentu saja yang mampu untuk melaksanakan dengan baik. Hal ini bukan berarti bahwa aspek turut sertanya masyarakat atau aspek peran serta masyarakat tidak dapat diharapkan, sehingga pada tahap pertama (setting)

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR VII - 85 peran serta masyarakat dianggap sebagai komponen lingkungan.

Mengingat begitu pentingnya aspek peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan, maka diperlukan suatu program untuk meningkatkan peran serta masyarakat secara terpadu teratur dan terus menerus bekerja sama dengan organisasi- organisasi formal maupun informal yang ada meliputi :

 Penerangan tentang pentingnya kebersihan dan system pengelolaan pesampahan yang dilaksanakan.

 Peran masyarakat dalam organisasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

B. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Persampahan

Dokumen terkait